Endless Pain
A collection of ChanBaek gore/horror stories by kkumkkuja.
Disclaimer: Apa pun yang tertulis di sini merupakan fiksi belaka, tidak nyata, dan murni berasal dari imajinasi penulis. Apabila terdapat kesamaan dengan kejadian nyata, maka itu murni ketidaksengajaan dan penulis tidak akan bertanggung jawab atas hal tersebut. Penulis tidak bermaksud untuk mencemarkan karakter asli anggota EXO dan idola lain dalam fanfiksi ini—hanya mencantumkan nama mereka baik sebagai tokoh utama maupun pendamping. Harap untuk tidak mengambil serius fanfiksi ini. Mohon diingat bahwa ini adalah fiksi, dan segala hal yang tertulis hanya bertujuan sebagai hiburan semata.
PERHATIKAN PERINGATAN YANG TERTULIS SEBELUM MEMBACA.
What We Need
Gore (not really), PWP
Setiap pasangan memiliki cara yang unik dalam berhubungan seks. Tidak terkecuali bagi Chanyeol dan Baekhyun.
(Warnings!) Yaoi, konten seksual eksplisit yang cukup berpotensi untuk menghilangkan selera makan, fetish seks yang mungkin sangat menjijikkan dan aneh bagi sebagian orang, tindakan tidak normal, penyiksaan terhadap binatang.
PLEASE READ
LAST WARNING!
Mohon untuk tidak membaca apabila: 1) kalian berusia di bawah delapan belas tahun atau tidak terbiasa dengan gore maupun hal sensitif lain yang tertulis dalam warnings, 2) tidak setuju bahwa idola kalian menjadi karakter dalam fanfiksi bergenre gore, 3) tidak ingin membayangkan hal-hal "aneh".
Sekali lagi, penulis ingin mengingatkan bahwa ini adalah fiksi, dan hanya didedikasikan bagi pembaca yang tertarik dengan genre serupa. Penulis menyadari bahwa tulisan ini mungkin akan "menyinggung" beberapa penggemar, dan oleh karenanya, penulis menyarankan kalian untuk close tab jika merasa tidak nyaman. Akibat ditanggung sendiri.
Terimakasih dan selamat membaca.
Sebuah mobil sedan hitam terparkir di garasi rumah bertingkat dua.
Salah satu pintu mobil terbuka; seorang pemuda tampan menginjakkan kaki ke lantai, kacamata bundar menciptakan kesan imut pada wajahnya—kombinasi sempurna antara rahang tegas, bibir tebal, mata lebar, dan rambut silver. Ia membawa sebuah kantung belanja Walmart, berjalan menghampiri seorang lelaki mungil di seberang rumah: paras terlihat lebih feminin dari sang pemuda. "Baekhyun," ia merangkul pinggang lelaki itu, mengangguk ramah ke arah seorang wanita kaukasian paruh baya. "Afternoon, Jane."
"Hai, Chanyeol," Jane tersenyum, aksen New York terdengar kental dalam pengucapan namanya. "Ah, pangantin baru," ia meledek, menggelengkan kepala ketika Baekhyun dan Chanyeol justru tertawa. Wanita itu kemudian melirik kantung belanja sang suami. "Kau membeli sesuatu?"
Chanyeol mengangguk. "Did a little grocery shopping earlier," ia memberitahu, sekilas menyenggol lengan Baekhyun. "Karena suamiku terlalu malas berbelanja."
"Romantis sekali," Jane berkata dalam nada yang memuja; sang wanita lantas menggerakkan kepala ke sana kemari seolah-olah mencari sesuatu. "Omong-omong, di mana Toben?" ia bertanya, sedikit melebarkan manik. "Aku merindukan bayi kecilku."
Toben adalah seekor anjing kecil yang menjadi binatang peliharaan si pengantin baru: berwarna hitam dengan penampilan menyerupai boneka lucu. "Kami terpaksa memberikannya pada keponakanku," ekspresi sedih kini menguasai wajah menggemaskan Baekhyun. "Chanyeol gets a rash whenever Toben's near."
Chanyeol menghela nafas. "It's gotten worse over the past weeks. Kami tidak mempunyai pilihan lain."
"That's terrible," Jane mengernyitkan dahi, raut muka seketika menekuk. "Aku tidak tahu Chanyeol mempunyai alergi terhadap anjing." Mereka sama-sama membisu sebelum wanita itu terlebih dahulu mengakhiri percakapan, membalikkan tubuh guna memasuki rumah. "Aku akan menyiapkan makan malam. See you around."
Dalam waktu beberapa detik, senyum segera lenyap dari wajah mereka; ekspresi kembali hampa usai menunggu Jane untuk menghilang di balik pintu. Baekhyun menoleh pada Chanyeol. "Lakukanlah sekarang," ia berbisik penuh kuasa, setengah mendesis ketika sang suami mencondongkan tubuh untuk menggigit telinganya.
"Jika itu yang kau mau," jawab Chanyeol, tangan diam-diam menghilang dalam sweater Baekhyun—menyentuhi kulit perut sang suami, jemari bergerak nakal mendekati selangkangannya. "Kau tahu aku akan mengabulkan keinginanmu."
Sikap ramah mereka berubah begitu memasuki rumah; tangan hambur guna melucuti pakaian masing-masing: sweater, jeans, dan boxer bertebaran ke lantai mengikuti jejak mereka menuju ruang tengah. Baekhyun tidak perlu melakukan foreplay untuk memasukkan kejantanan sang suami dalam lubangnya, sedikit membungkuk selagi pinggul Chanyeol bergerak untuk memuaskan diri sendiri—memanfaatkan dinding ketat Baekhyun sebagai pengocok penisnya. Mereka bersenggama sambil berjalan, masing-masing tangan Chanyeol berada di pinggang Baekhyun. Sang suami mendekap Chanyeol erat, kaki mengerat sekitar pinggang yang mengakibatkan penisnya untuk makin terdorong ke dalam dan menjatuhkan desis nikmat dari bibir mereka. Nafas terengah-engah mereka menjadi pengisi musik dalam keheningan; Chanyeol menampar pinggul Baekhyun beberapa kali, memandang kulit pucat itu berubah kemerahan atas perlakuan telapak tangannya.
Bau busuk menyerbu penciuman mereka, aroma menusuk yang semakin jelas karena keduanya mendatangi taman belakang. Sesuatu telah tergeletak di sana, satu-satunya sumber dari bau bangkai ini: seekor mayat anjing kecil dengan kondisi mengenaskan, dua congkelan mata hitam tercecer di samping tubuhnya. Perut anjing itu dibedah secara berantakan, banyak belatung merayap dari dalam untuk mengerubungi organnya, muncul dari segala tempat demi menggerogotinya sampai habis. Pisau berukuran besar terletak mendekati mayat anjing tersebut, darah dan sesuatu kental lain tersangkut di antara geriginya, dan Chanyeol tiba-tiba mengeluarkan penisnya dari keketatan dinding anus Baekhyun.
Sang suami menyeringai, mengetahui persis apa yang akan mereka lakukan, seketika menoleh untuk merebut kacamata bundar dari wajah Chanyeol. "Kau terlihat bodoh mengenakan ini," ia berkomentar, mengabaikan kekehan maskulin sang pemuda tampan. Chanyeol menggigit bahu Baekhyun sekilas, berjongkok guna meraih pisau tadi, tidak membuang waktu lagi untuk segera memenggal kepala mayat anjing tersebut—memperoleh kepuasan dari bagaimana belatung-belatung di sana meloncat ke mana-mana, bahkan kebanyakan ikut terpotong dan berhenti menggeliat.
Baekhyun terkikik puas, sebuah tawa mengerikan yang akan menaikkan bulu kuduk siapa pun. "Toben yang malang," ia menyentuhi pinggul Chanyeol, perlahan merebut pisau tadi dari genggaman sang suami, mengambil alih barang tersebut untuk ikut memisahkan bagian tubuh Toben yang lain. Salah satu kaki menggemaskan itu lantas terpotong, sedikit bercampur oleh sisa genangan darah yang mengering, dan ia memegang kaki tersebut seraya berbisik seduktif, "Ini baru permulaan."
Sebuah remasan singkat pada penisnya menuai rintihan dari pemuda itu. Baekhyun mendudukkan diri di lantai, masing-masing paha terbentang sensual untuk menampakkan lubang merah muda yang telanjur basah oleh pre-cum—kejantanan berdiri karena ia semakin terangsang. Lelaki cantik itu kemudian mulai memasukkan potongan kaki Toben dalam duburnya, memejamkan mata atas sensasi sekilas dari gerakan sisa belatung yang tersangkut di bulu anjingnya, menjamah dindingnya begitu nikmat. "Ah, ah!" ia nyaris berteriak, menenggelamkan kaki Toben lalu mengeluarkannya lagi, berulang-ulang seperti itu hingga ia mulai mempercepat ketukan.
Pemandangan menggairahkan ini memancing birahi Chanyeol untuk memuncak; pemuda itu bahkan tanpa sadar menempatkan jari di sekitar penis, memompanya pelan selagi Baekhyun bersenang-senang dengan sesi fingering-nya. Menyadari bahwa ia tidak sanggup menahan nafsu yang berkepanjangan, sang suami tiba-tiba berlutut, tangan terburu-buru menjangkau pisau untuk merobek masing-masing sisi mulut Toben, sengaja memperlebar luas lubangnya demi mempermudah penetrasi pemuda itu nanti. Kejantanan pun ia jamah beberapa kali, menunggu batang tersebut semakin keras sebelum langsung memaksanya masuk—belatung-belatung yang menempel pada rongga mulut Toben kini menggeliat di antara bulu-bulunya. Bekas gigi mungil anjing itu serentak menggores kulit penis Chanyeol, menambah kepuasan selama proses ini berlangsung, menarik sedikit darah untuk keluar dalam cara yang memabukkan.
Untuk beberapa menit, mereka terpaku dalam mencari pelepasan masing-masing, mementingkan orgasme sendiri tanpa memedulikan satu sama lain. Chanyeol menggunakan mulut Toben sebagai alat penetrasi, sementara Baekhyun memanfaatkan kaki anjing kecil mereka sebagai media fingering. Rintihan seksi keduanya memecah kesunyian; bunyi janggal yang ditimbulkan dari kegiatan ini sebagai satu-satunya sumber suara dari rumah mereka. Baekhyun masih menggerakkan potongan kaki Toben keluar-masuk anusnya, memandang beberapa belatung yang bahkan telanjur menggerayangi kulit pahanya, menciptakan rasa geli yang menambah birahi sang lelaki. Hazel mungil itu lalu melirik pada plastik hitam yang tersandar pada dinding, mengulurkan satu tangan lain untuk mengambilnya, tergesa-gesa mengeluarkan seluruh isinya ke tanah: sebuah toples berisi beberapa lintah dan seekor kadal besar yang baru disiksa tadi siang.
Baekhyun menghentikan sesi fingering-nya, tangan bergerak untuk mematahkan tungkai kacamata bundar Chanyeol. Lelaki feminin itu membiarkan potongan kaki Toben dalam lubangnya, sesekali mengerang oleh geliat belatung di sekeliling dindingnya. Baekhyun menusukkan tungkai tersebut pada salah satu bagian kadal tadi, benda rapuh dipaksa menembus bawah perutnya yang terlindungi oleh permukaan kulit kasar—terlihat tidak sabar untuk mengganti posisi kaki Toben dengan kadal tersebut. Baekhyun sedikit membentangkan paha untuk mengeluarkan kaki Toben, sebaliknya menuntun tubuh kadal itu guna pelan-pelan memasuki liangnya. Rasa penuh yang ditimbulkan oleh kadal tersebut mencuri nafas Baekhyun; lelaki itu menitihkan air mata atas kepuasan yang menggoncang dirinya, seketika mempercepat proses fingering yang tambah tidak terkendali.
"Chanyeol," Baekhyun merintih, mata sayu yang mengamati gerak-gerik Chanyeol di hadapannya: pinggul bergerak ke belakang dan depan dalam ketukan yang gila. Kejantanan sang suami telah membengkak; ia tampak bergairah untuk mengejar kepuasan, menoleh untuk menatap Baekhyun sebelum mendadak membebaskan penisnya dari dalam mulut Toben, cairan pre-cum menetes menuruni batang tersebut. Guratan kecil akibat gigi anjing mereka menampilkan jejak mereka di kejantanan Chanyeol, beberapa belatung juga berjatuhan dari antara bulunya ke bawah lantai. Seolah mengerti apa yang pemuda itu akan lakukan, Baekhyun segera membuka mulut lebar-lebar, tangan masih fokus melakukan fingering dengan kadal—lidah menjulur untuk cepat-cepat mengecap penis sang suami.
Chanyeol berhenti berlutut; ia berjalan menghampiri Baekhyun untuk menyodorkan kejantanannya dalam mulut Baekhyun, hangat yang melingkupi batangnya mengalihkan konsentrasi pemuda itu dari rasa perih yang mencekit. Baekhyun menghisap penis Chanyeol layaknya permen, begitu kasar dan cepat, menjilat bulu-bulu sang suami sambil sesekali menggigit belatung yang terselip di antaranya. Satu tangan Baekhyun yang lain kini beralih untuk memegang kejantanan Chanyeol, berbeda dengan tangan Chanyeol yang sebaliknya mulai memompa penis Baekhyun. "S-sedikit lagi, Baek," Chanyeol mendesis tidak sabar, bahkan menggerakkan pinggul lebih cepat seolah-olah menyetubuhi mulut Baekhyun. Sebuah belatung masih menggeliat di gigi lelaki cantik itu; ia tidak segan-segan menggerakkan lidah untuk memindahkan posisi belatung tersebut, menggigitnya sampai hancur—sengaja memberikan nikmat sadis yang disukai sang suami lewat gigitan-gigitan kecil.
Kejantanan Chanyeol menghujam mulut Baekhyun tanpa ampun. Ia terus mengeluarkan lalu memasukkan batangnya dalam tempo yang tidak terkontrol, pucuk kepalanya hampir memasuki tenggorokan sang suami. Chanyeol membutuhkan sejumlah dorongan lagi sebelum cum-nya tersembur dari dalam penis, cairan putih kental yang langsung ditelan oleh Baekhyun—bercampur rata dengan cairan lain dari belatung-belatung yang sudah hancur. "Fuck!" Chanyeol berkata agak kasar; ia belum berhenti memaju-mundurkan pinggul, malah menggunakan dua tangannya untuk menuntaskan "permasalahan" Baekhyun.
Sang suami hanya terduduk di sana bersama bibir menganga, liur menetes dan keringat melekat pada tubuhnya. Orgasme akan menjemputnya dalam sejumlah detik; kepuasan yang ia dapat dari kadal dalam anusnya serta pompaan tangan Chanyeol di penisnya membuat lelaki itu tidak bisa berpikir rasional. Ribuan kata kotor jatuh dari bibir tipisnya, menggigit permukaan kering itu secara sensual sehingga berakibat pada kejantanan Chanyeol yang kembali menegak. Bagaimanapun juga, sang suami selalu menyukai gigitan Baekhyun pada penisnya—itu adalah taktik yang ampuh untuk membalikkan nafsu pemuda itu.
Kepala Chanyeol setengah menunduk. "Apa kau haus?" ia memberitahu, mendengarkan suara rintihan seksi Baekhyun yang tambah menjadi-jadi. "Aku akan membuang air kecil."
Satu pompaan keras lagi, dan Baekhyun langsung mencapai orgasmenya, mata kabur oleh jutaan bintang yang melingkupi pandangannya—cum kental membasahi masing-masing tangan sang suami. Air mani Chanyeol tiba-tiba menyembur dari penisnya, mengalir membanjiri rongga mulut Baekhyun lalu menuruni tenggorokannya. Lelaki mungil itu langsung terdahak, masih terpengaruh oleh efek klimaks untuk bahkan memproses bahwa ia tengah meminum air kecil suaminya. Cairan Chanyeol menerobos dari balik bibir Baekhyun, bertumpahan ke tanah karena terlalu banyak memenuhi mulut—sang suami terbatuk-batuk hebat oleh sensasi dua hal yang berbeda.
Begitu memperoleh kesadaran, Baekhyun refleks menjauhi penis Chanyeol sekaligus mengeluarkan kadal tadi dari liangnya—cepat-cepat membebaskan batang tegak itu dari dalam mulut kemudian memuntahkan seluruh cairan yang ia telan beberapa menit lalu: campuran antara cum kental, air mani, dan potongan belatung mati. Segalanya membentuk genangan kecil di tanah, memperparah bau busuk di sana hingga Baekhyun tidak berhenti muntah. Chanyeol menghirup aroma ini dalam-dalam lalu menghembuskan nafas lega, memaksakan diri untuk bangkit dan meraih toples berisikan lintah di seberang bangkai Toben—mengabaikan bagaimana hazel Baekhyun mengikuti gerak-gerik pemuda itu.
Seringai tidak luput dari wajah tampan itu ketika mereka bersitatap. "Kita akan memasuki bagian inti," Chanyeol membuka toples sebagai aba-aba, mengambil salah satu lintah untuk ditempelkan pada bagian sensitif leher Baekhyun—mendapat kenikmatan dari kenyalnya kulit lintah tersebut. Sang suami seketika mendesis, kepala menunduk ke depan seperti mengharapkan lintah itu untuk bergerak dan memuaskan dirinya lewat gerakan-gerakan yang lambat.
Beberapa lintah kemudian menyusul untuk melekat pada bagian tubuh Baekhyun yang lain: di lengan dan paha—jari Chanyeol sesekali terulur untuk menekan-nekan kulit lintah tersebut. Lelaki mungil itu kini merangkak membelakangi Chanyeol, masing-masing tangan pada lantai bersama pinggul yang ditampilkan ke hadapan mata penuh nafsu sang suami—sebuah persiapan menjelang senggama secara doggy style. Sebuah tangan lebar mengusap-usap kulit pantat Baekhyun lalu menamparnya, memperlakukan masing-masing pipinya sama rata, jemari terkadang sengaja mengutik-atik lubang anus Baekhyun: menggaruk dan menggoresnya secara menggoda.
"Cepat," Baekhyun tidak tahan oleh banyak sensasi yang menyerang tubuhnya. Sensasi dari hisapan lintah pada beberapa bagian tubuhnya, merayap di atas permukaan kulitnya seakan-akan mereka tahu bagaimana memuaskan tuannya. Sensasi dari jari-jari nakal Chanyeol yang bermain dalam anusnya, liang yang sekarang merengek untuk cepat-cepat dipenuhi. Sang suami menampa bekas muntahan Baekhyun ke telapak tangan, menjadikan cairan itu sebagai pelumas—membawa sedikit sisanya ke mulut untuk dicicipi. Baekhyun tidak melihat ekspresi pemuda itu yang terselimuti oleh hasrat ketika ia menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Chanyeol segera membasahi penisnya dengan bekas muntahan Baekhyun, menampa lagi sejumlah belatung untuk dimasukkan dalam liang Baekhyun sebagai hidangan pembuka. "Ah, ah," sang suami sedikit menggerakkan pinggul supaya kumpulan belatung itu bisa bergerayang lebih bebas dalam tubuhnya, menggeliat hebat oleh benturan dengan dinding-dinding di sana. Beberapa belatung mulai berjatuhan dari anus Baekhyun, tersebar ke sekeliling tanah, selagi Chanyeol membawa penisnya masuk—didesakkan begitu mendadak hingga Baekhyun sempat lupa cara mengambil nafas.
Mereka mendesah bersamaan, masing-masing langsung menggerakkan pinggul untuk mengejar klimaks lagi dan lagi—tangan Chanyeol mencengkeram erat pinggang Baekhyun. Lintah yang tadinya melekat pada bagian sensitif leher Baekhyun mulai merayap ke tempat lain, cairan lekat yang ia tinggalkan ketika ia bergerak serta sensasi dari gerakan tubuhnya meninggalkan candu di tubuh lelaki itu. "Chanyeol, cepatlah—ah," Baekhyun kehilangan kosakata untuk menyusun kalimat secara benar; ia memandang lintah lain yang menempel pada lengannya, membawa jari untuk menekan-nekan kulitnya yang sangat kenyal. Entah kenapa Baekhyun dan Chanyeol sama-sama mempunyai fetish terhadap lintah—keduanya bahkan mengetahui ini sejak mereka berpikiran. Chanyeol dan Baekhyun menyukai sensasi lintah pada tubuh mereka maupun memijat-mijat kulitnya.
Hentakan kuat yang dilakukan penis Chanyeol pada prostatnya membuat Baekhyun kehilangan akal sehat, menyeret sejumlah belatung yang menggeliat di sekitarnya untuk dihancurkan satu per satu: jari cantik menekan tubuh mereka guna mengeluarkan cairan aneh dari dalamnya. Tempo semakin tidak beraturan, keringat semakin mengalir deras membanjiri tubuh; Baekhyun hampir menangis oleh kenikmatan luar biasa yang menghujam tubuhnya. Chanyeol membawa kejantanannya masuk dan keluar anus Baekhyun secara sangat cepat, setiap sensasi yang ditinggalkan setelahnya menimbulkan tubuh sang suami untuk bergetar. Kerutan itu bertambah kendor oleh serangan batang tegak Chanyeol; mereka meneriakkan nama satu sama lain seperti mantra, salah satu tangan Baekhyun memeras pada penisnya sendiri demi mengejar klimaks.
Belatung menempel di antara bulu-bulu penis Chanyeol, bergeliat di sana untuk menambah sensasi di persetubuhan keduanya—menghilang dalam anus Baekhyun lalu terjatuh ke lantai lagi setiap Chanyeol menarik kejantanannya keluar. Perasaan familier itu mengepul dalam perut mereka; Baekhyun mendorong pinggulnya ke belakang demi menemui seluruh dorongan Chanyeol, mengimbangi kecepatan penetrasi yang bertambah tidak masuk akal. Mereka bergelut untuk mencapai puncak masing-masing: Baekhyun tanpa sadar mengeratkan dinding-dindingnya pada kejantanan Chanyeol, mengeraskan rintihan pemuda itu oleh sensasinya yang menakjubkan—tangan terulur untuk membantu mengocok penis Baekhyun lebih kuat.
"Chanyeol," tubuh Baekhyun nyaris terombang-ambing mengikuti ke mana Chanyeol mengarahkan keduanya, kulit saling bertepuk dan pre-cum sudah keluar dari batang keduanya. Lintah-lintah yang berada pada tubuhnya bergerak ke mana-mana: salah satunya bahkan menciptakan sensasi nikmat dengan menghisap bagian sensitif di bahunya. Sang suami masih menggoyangkan pinggul untuk memperoleh puncak kenikmatan itu lagi, penis menerobos liang panasnya secara berturut-turut. "Chanyeol, sebentar—ah, aku—" Baekhyun belum menyelesaikan kalimatnya ketika cairan itu menyembur melalui lubang penisnya, terlihat kental di antara jemari lebar sang suami. Tubuh Baekhyun seketika melemas, segala kata-kata yang ia rangkai menghilang begitu saja, beban yang didapat dari cengkeraman tangan Chanyeol hampir membuatnya ambruk ke lantai.
Baekhyun berusaha untuk bertahan dalam posisi doggy style yang sama, merasakan dorongan kuat Chanyeol dalam tubuhnya, mengetatkan dinding bagi kepuasan sang suami. Chanyeol bernafas terengah-engah sekarang, penetrasi masih berjalan sangat cepat dengan tangan sesekali meremas-remas pinggul Baekhyun. Gerak kejantanan pemuda itu semakin menghentak-hentak, dan memasuki beberapa dorongan lagi, Chanyeol langsung memuntahkan cum dalam dubur Baekhyun—memenuhi dinding-dinding sang suami dengan cairan hasil bercinta keduanya. Chanyeol mendesah lega, penetrasi pemuda itu berangsur-angsur melambat mengikuti sisa-sisa cum yang harus ia keluarkan, menghisap habis seluruh cairan secara rakus. Chanyeol belum mengeluarkan penisnya ketika ia mencondongkan tubuh untuk mengecup punggung Baekhyun, tangan meremas-remas kulit lembut pantat sang lelaki mungil.
Baekhyun merintih kelelahan.
Chanyeol terkikik kecil. "Baiklah, baiklah," tangan pemuda itu sempat berkeliaran di sekitar tubuh Baekhyun lalu berhenti pada salah satu lintah: menekan-nekan binatang itu cukup kasar oleh rasa gemas. "Aku akan mengambil garam untuk menyingkirkan mereka dari tubuhmu."
THE END
Author's Note: Karena aku bakal sering nulis gore, semua aku gabung di sini, termasuk fanfik lama. Janggal aja gitu kalo menuhin akun pake one-shot yang genrenya sama dan WC-nya di bawah 10k. Yang anti gore, skip aja. Jangan report aku, ini buat pelampiasan... [nangis]
