Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DxD by Ichie Ishibumi
genre : Fantasy, Action, Family, Friendship
Summary : Mereka berdua adalah sepasang saduara kembar, dua orang yang telah ditakdirkan bersama dan saling berbagi sejak sebelum mereka lahir. Meski begitu, mereka bukanlah kembar yang biasa. Dengan berbagai rintangan yang telah menanti mereka di depan sana, mampukah mereka melewatinya dan membuktikan nilai dari keberadaan mereka?
Chapter 2 : Selalu Bersikap Sopanlah Terhadap Orang yang Pertama Kali Kau Temui.
~~XxXxX~~
Bagi seluruh siswa SMA di seluruh dunia, umumnya mereka hanya diperbolehkan untuk berada di lingkungan sekolah paling lama sampai sebelum matahari tenggalm. Itu adalah sebuah peraturan yang pasti diterapkan di mana pun sekolah itu berada. Akan tetapi, peraturan tersebut tidak berlaku bagi beberapa murid—atau mungkin lebih tepatnya, bagi beberapa iblis muda di sini. Meskipun bulan telah menampakkan dirinya dan sekolah telah ditutup, para iblis ini tidak mengindahkan itu semua dan justru tampak tenang menempati ruangan gymnasium sekolah tersebut.
Termasuk si iblis betina dengan rambut merah yang panjangnya sampai menyentuh punggung bagian bawah, total terdapat enam orang iblis yang berada di dalam gedung olahraga ini. Di antara mereka berenam, terlihat dua iblis yang sedang melakukan pemanasan ringan dengan merenggangkan otot-otot di tubuh mereka.
"Sekali lagi, maafkan kami, Buchou. Kami tidak menyangka, apabila Sasuke-sama ada di sana ketika kami membicarakan dia," ucap salah satu iblis laki-laki berambut pirang.
"Jangan terlalu dipikirkan, Sasuke memang orang yang seperti itu sejak dulu. Selain itu, aku tahu, bagaimana sulitnya untuk tidak membicarakan keanehan orang lain yang baru saja kalian temui untuk pertama kalinya," balas iblis perempuan berambut merah yang tadi dipanggil 'Buchou' tersebut.
Kiba Yuuto dan Hyuudou Issei—dua orang iblis yang menyebabkan situasi ini—merasa hati mereka tersentuh dengan pengertian ketua mereka tersebut. Meski begitu, ada sesuatu yang sedikit membuat mereka merasa bersalah. Baik Kiba maupaun Issei, mereka berdua tidak ada yang menceritakan kejadian sesungguhnya yang membuat seorang Sasuke Sitri marah terhadap mereka berdua. Duo iblis tersebut tidak berbohong kepada Rias, tentang mereka yang membicarakan sesuatu tentang keanehan tubuh Sasuke yang tidak memiliki energi sihir dan iblis sama sekali. Ya, mereka memang tidak berbohong. Hanya saja, mereka juga tidak menceritakan keseluruhan apa yang mereka bicarakan. Lebih tepatnya, baik itu Kiba dan Issei, mereka tidak bercerita, bahwa mereka juga mengolok-olok dan menghina kekurangan seorang Sona Sitri.
Tidak mungkin bagi mereka untuk bercerita ke Rias, bahwa mereka telah memandang rendah teman baik ketua mereka tersebut.
Hal tersebut juga tampaknya dilakukan oleh Sasuke. Ketika pemuda jangkung tersebut datang bersama kakak kembarnya ke ruang Klub Penelitian Ilmu Ghaib—tempat markas kelompok Rias berada—untuk memberikan tantangan pertarungan atau sparing antara Sasuke dengan Issei dan Kiba, adik kembar Sona Sitri tersebut tidak menceritakan kepada kakaknya dan Rias, kenapa Ia ingin menantang mereka berdua. Satu-satunya hal yang dikatakan Sasuke adalah dia membenci mulut besar kedua anggota iblis Gremory tersebut,
Dari poin tersebut, sepertinya Sasuke juga memahami, apabila dia mengatakan bahwa Issei dan Kiba telah menghina kakaknya, masalah yang ada akan berkembang menjadi masalah antar kelompok. Sedangkan, agar menghindari pertikaian yang tidak perlu, Sasuke lebih memilih untuk menjaga agar masalah tersebut dijadikan sebagai masalah perorangan saja, antara dirinya dan mereka berdua.
"Rias Buchou, aku pasti akan mengalahkan Sasuke dengan cepat. Aku tidak akan mempermalukanmu. Jadi, perhatikan aku dengan baik, oke?" seru Issei sambil menunjuk dadanya sendiri menggunakan jari jempolnya.
"Semangat yang bagus, Issei. Aku tahu, kalian pasti bisa mengalahkan Sasuke. Sasuke tidak bisa menggunakan sihir sama sekali, tetapi dia ahli dalam hand-to-hand combat dan weapon combat. Jadi, selama kalian tidak lengah dan bisa menjaga jarak darinya, kalian tidak akan kalah," balas Rias dengan senyum percaya diri yang Ia tunjukkan untuk anggotanya.
Rias Gremory, seorang iblis dari klan Gremory sekaligus iblis yang kelak akan memegang tongkat kepemimpinan nama klannya itu. Sebagai seorang iblis, Rias kerap kali dikategorikan sebagai seorang jenius karena memiliki penguasaan yang bagus terhadap sihir power of destruction miliknya, yang merupakan sihir turunan dari klan Bael, sebuah klan di mana ibunya berasal. Dengan kemampuannya tersebut, Rias diberi peringkat high-class devil dan dianggap pantas untuk mendapat peerage-nya sendiri.
Menjadi seorang iblis berdarah murni dari keluarga Gremory sekaligus adik dari Sirzech Lucifer, membuat Rias secara alami memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Sitri, keluarga di mana sang Maou Leviathan yang sekarang berasal. Hubungan baik antar keluarga tersebut juga berimbas kepada kedekatannya dengan kedua anak kembar dari klan Sitri, Sona Sitri dan Sasuke Sitri. Atau setidaknya, itulah yang seharusnya terjadi di masa lalu hingga akhirnya Sasuke melakukan sesuatu yang membuat seorang Rias membenci pemuda jangkung tersebut sampai ke ubun-ubun.
Rias mungkin menganggap Sona sebagai sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Namun, Sasuke Sitri adalah sebuah pengecualian bagi seorang Gremory muda tersebut. Oleh sebab itu, ketika sahabatnya datang bersama dengan adiknya untuk menantang peerage-nya karena mereka sempat cekcok satu sama lain, Rias dengan senang hati menerima tantangan itu. Karena menurutnya, itu adalah kesempatan yang bagus untuk membalas apa yang telah dilakukan Sasuke enam tahun yang lalu.
"Ingat, kalian harus benar-benar waspada terhadap Sasuke. Aku tidak tahu, sekuat apa dia sekarang. Akan tetapi, Sasuke adalah tipe orang yang selalu keras terhadap sesuatu, bahkan dirinya sendiri," ucap Rias kepada dua iblis muda yang akan bertarung.
"Keras terhadap sesuatu?" tanya Kiba.
Rias menatap mata bawahannya tersebut. Meskipun Ia mendengar dengan jelas pertanyaan dari anggotanya yang memiliki paras tampan, Rias tidak bisa begitu saja untuk menjawabnya. Baginya, Ia harus mengolah beberapa kata terlebih dahulu untuk menemukan pilihan kata yang paling tepat untuk ia gunakan sebagai jawaban.
"Sasuke … dia selalu memiliki penolakan di dalam dirinya sendiri. Dia selalu menolak kenyataan, bahwa dirinya adalah iblis lemah karena tidak memiliki energi sihir. Juga, dia selalu percaya, bahwa dia dapat menjadi kuat hanya dengan bermodalkan kekuatan fisiknya saja," jelas Gremory muda itu.
"Tenang saja, Rias Buchou. Aku, Hyudou Issei ini, akan membuat si Sasuke itu mengingat tempatnya," balas Issei dengan percaya diri.
Rias memandangi anggotanya tersebut dengan penuh makna hingga akhirnya membalas, "Aku tidak memilki maksud yang seperti itu. Namun, yah …, aku senang apabila itu bisa memotivasimu, Issei."
Ketika kelompok iblis Gremory tersebut tengah tenggelam di dalam pembicaraan mereka masing-masing, terdengarlah sebuah suara pintu yang terbuka pelan. Seluruh pasang mata yang di dalam ruangan gedung olahraga itu secara otomatis memandangi sumber suara tersebut berasal. Seperti yang mereka duga, suara tersebut berasal dari kelompok Sitri yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
Di pimpin oleh sang ketua, Sona Sitri, yang berjalan paling depan, di belakangnya berjalan para anggotanya dengan langkah kaki dan kecepatan yang berirama. Di barisan paling belakang, terdapat seseorang laki-laki muda dengan perawakan yang paling mencolok. Sebagai seseorang yang paling tinggi di kelompok tersebut, membuat Sasuke begitu mudah dikenali. Apalagi, setelan sepasang celana dan jaket olahraga berwarna hitam dengan merek Adidas yang selalu Ia kenakan, membuat nuansa yang sangat kontras dengan para kelompok Sitri, yang cenderung memiliki image siswa teladan yang nampak pada diri mereka.
Ketika mereka baru saja masuk ke dalam ruang olahraga, Sona—sebagai ketua sekaligus kakak dari adik kembarnya—berusaha memberikan sebuah petuah untuk saudara kembarnya.
"Ingat, otouto. Tidak boleh—."
Namun, ucapannya terhenti ketika Ia berbalik dan melihat apa yang dibawa oleh adiknya tersebut. Semua yang menyaksikan langkah ketua mereka terhenti, akhirnya mengikuti arah pandang sang ketua yang tengah kesal melihat saudara kembarnya yang berdiri di barisan paling belakang.
Sambil menghela napas, Sona mengatakan, "Bukankah kita sudah sepakat, untuk tidak menggunakan senjata, otouto?"
Sasuke yang merasa bingung mendengar pernyataan dari kakaknya, hanya bisa mengangkat sebelah alisnya. Bukan hanya dirinya, seluruh anggota iblis Sitri—kecuali Tsubaki—juga tampak tidak mengerti dengan ucapan ketuanya itu.
"Apa? Bukankah sudah jelas, aku tidak membawa pedangku?" balas Sasuke dengan sebuah pertanyaan.
"Lalu, apa yang kau bawa itu?" tanya Sona sambil menunjuk sesuatu yang sedari tadi Sasuke Sasuke pegang di tangan kirinya.
"Apa setelah mengenakan kacamata selama belasan tahun, membuat matamu jadi benar-benar buta, cebol? Ini hanya pedang kayu, kau tahu?" balas Sasuke sambil mengangkat tangan kirinya yang memegang pedang kayu dan meletakkannya di pundaknya.
"Bisakah kamu sedikit lembut, otouto? Perkataanmu menyakiti perasaan kakakmu, tahu tidak?" balas Sona dengan wajah datarnya yang biasa, "Selain itu, bahkan papan pun bisa menjadi senjata apabila yang memegangnya adalah gorilla sepertimu."
Sasuke umumnya akan selalu membalas segala bentuk perang verbal yang dilemparkan oleh saudarinya tersebut, begitu pula sebaliknya. Namun, ketika Ia tengah memikirkan balasannya, selruh kata-kata di dalam otaknya mendadak menghilang ketika pemuda emo tersebut mendengar kata 'papan'. Kata ajaib tersebut dengan sukses membuat mata Sasuke secara tidak sadar terfokus pada satu titik di bagian tubuh kakaknya.
Seperti merasa ada sengatan di belakang lehernya, Sona pun sadar ke mana arah pandangan mata adiknya itu tertuju.
"Uwaahh …, kamu benar-benar sampah, otouto—tidak, Sasu-trash," ucap Sona sambil berusaha merapatkan kancing baju di bagian dadanya, "Aku tidak menyangka, kamu melihat kakakmu sendiri dengan pandangan seperti itu. Ternyata, kamu benar-benar iblis sampai ke dalam-dalammu, ya?"
Sasuke yang tersadar dari kelakuannya tersebut, hanya berusaha mendudukkan kepalanya dan berpura-pura memijit pelipisnya yang tidak pusing. Agar tidak terlalu kehilangan muka, Ia berusaha melakukan hal tersebut dengan gerakan yang se-cool mungkin.
"Jangan besar kepala, Mata Empat. Memangnya, apa yang menarik dari dataran di dadamu itu?" balas Sasuke yang berusaha tak acuh.
'Ya- yah, aku memang ti- tidak mengintip atau semacamnya, kok. Ha- hanya sedikit, sih,' imbuhnya dalam hati.
Tsubaki, sebagai orang terdekat dua saudara kembar, menghela napas lelah ketika melihat kedua master-nya tersebut kembali saling mengejek satu sama lain. Tentu saja, Tsubaki tahu bahwa kalimat-kalimat ejekan tersebut adalah bentuk bagi sepasang saudara kembar itu untuk mengungkapkan kasih sayang mereka masing-masing. Hanya saja, bagaimana mereka saling mengejek tanpa memerhatikan tempat dan situasi, terkadang membuat kepala Tsubaki sedikit merasa pening.
"Sasuke-sama, saya pikir, anda akan terlihat lebih keren apabila bisa mengalahkan mereka dengan tangan kosong," sela Tsubaki di antara pertikaian si kembar.
Mendengar pernyataan Tsubaki, membuat pria jangkung itu secara otomatis mengarahkan pandangannya ke gadis berkcamata dengan rambut panjang tersebut.
Sambil menyipitkan mata, Sasuke bertanya, "Kau akan menganggapku keren jika mengalahkan mereka tanpa memakai senjata, Tsubaki-san?"
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, wakil Sona Sitri itu hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan sebagai jawabannya. Melihat reaksi sederhana dari orang yang telah dikenalnya cukup lama, membuat Sasuke mengeluarkan seringai tipis.
"Jika Tsubaki-san berpikir begitu, kurasa aku tidak punya pilihan lain," ucap Sasuke dengan mengangkat bahunya dan menjatuhkan pedang kayunya.
Tsubaki menghela napas lega ketika menyaksikan tuan mudanya itu mau menuruti perkataannya. Sebagai orang yang telah mengenal Sasuke cukup lama, Ia tahu, bagaimana cara untuk mengatasi sifat tuannya itu, yang terkadang sedikit membuat orang lain sakit kepala.
"Sungguh, sifat narsistikmu itu terkadang membuat mataku sakit. Tidak heran, kamu bisa cepat akrab dengan bocah rubah itu, Otouto," celetuk Sona tiba-tiba dengan nada datarnya.
'Tolong, jangan mulai lagi,' batin Tsubaki sambil memijit keningnya.
Bukan hanya Sasuke, kelakuan ketuanya ini juga terkadang membuat orang geleng-geleng kepala. Memang, ketuanya akan terlihat seperti wanita pendiam dan elegan, seperti sebuah bunga cantik yang langka di puncak gunung, yang tidak bisa dijangkau oleh tangan-tangan kotor manusia. Namun, apabila adiknya berada di sekitar Sona Sitri, kepribadiannya akan berubah dengan drastis. Atau lebih tepatnya, sifat asli dari gadis berkacamata itu akan terlihat.
"Narsistik? Kau bodoh, ya?" balas Sasuke dengan nadanya yang meremehkan.
Sebelum kakak kembarnya itu bisa membalasnya, Ia berbalik dan berjalan santai ke arah duo Kiba dan Issei yang sudah menunggunya.
"Aku bukan narsistik," imbuh Sasuke.
Sambil merentangkan kedua tangannya, Ia menambahkan dengan nada yang terdengar arogan, "Ini hanya karena aku tahu, bahwa di seluruh langit dan bumi …, hanya aku seoranglah satu-satunya makhluk yang paling terhormat."
Seluruh anggota Sona sedikit tercengang saat mereka mendengar deklarasi dari tuan mudanya, tidak terkecuali dengan Tsubaki yang sudah mengenalnya sejak lama. Namun, untuk Sona, dia yang mendengar pernyataan adik kembarnya itu, secara tidak sadar memaksanya mengeluarkan sebuah senyum simpul yang terlihat tulus.
"Itu …, bukankah itu kalimat terkenal dari Budha Gautama ketika dia pertama kali bisa berjalan?" tanya Reya.
"Begitulah. Sama seperti Budha, Sasuke-kun—tidak, kami berdua selalu hidup dengan menolak diri kami masing-masing," jawab Sona dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya, "Hingga beberapa tahun yang lalu, kami berdua masih percaya, bahwa kecacatan kami ini membuat aku dan Sasuke-kun menjadi makhluk yang lemah, sebuah kegagalan di dunia supranatural, dan hidup dengan perasaan iri yang mendalam. Namun, tepat di saat kami mampu berdamai dengan diri kami sendiri dan mengakui, bahwa kekurangan kami adalah sebuah kekuatan yang tidak semua orang memilikinya, membuat kami dapat berdiri tegak dan menghargai diri kami lebih dari apa pun."
Seluruh anggota iblis Sitri tidak kuasa untuk tidak merasa tertegun mendengar pengakuan dari ketuanya itu. Bagi mereka—tidak termasuk Tsubaki tentunya—ini adalah kali pertama ketua mereka itu membicarakan sesuatu tentang masa lalunya. Karena selama ini, seorang Sona Sitri yang mereka kenal merupakan sosok ketua yang selalu memandang jauh ke depan.
Sebagai seorang anggota, mereka telah berulang kali mendengar impian Sona untuk menjadi iblis nomor satu dan menghapus segala bentuk deskriminasi di dunia bawah. Dengan membuat sekolah yang mengabaikan segala latar belakang dan bakat, sebuah tempat yang hanya melihat kerja keras dan proses sebagai sebuah tolak ukurnya. Dengan metode yang Ia gunakan untuk merangkak ke atas dan mewujudkan impiannya, Sona ingin membuktikan bahwa dirinya adalah benar, bahwa menjadi seseorang tidak berbakat dan memiliki kekurangan besar bukanlah sebuah kesalahan atau kegagalan.
'Sama seperti pesawat kertas. Yang terpenting bukanlah sebarapa jauh itu bisa terbang, tetapi bagaimana cara agar pesawat kertas itu mampu terbang dan apa saja yang dilaluinya selama terbang, itulah pandangan idealku terhadap sebuah kehidupan.'
Sebuah kalimat terbesit di setiap kepala anggota iblis Sitri muda tersebut. Sebuah kalimat yang diucapkan oleh sang ketua ketika pertama kali mereka direkrut olehnya. Semua yang ada di sini sadar, bahwa mereka bukanlah yang terbaik di kelompok atau komunitas mereka sebelumnya, bahkan cenderung di anggap sebagai individu tanpa bakat. Akan tetapi, melihat seseorang yang mau mengulurkan tangannya untuk orang seperti mereka dan percaya bahwa kerja keras dapat membawa mereka ke mana pun yang mereka inginkan, tentu saja membuat hati mereka tergerak akan sesuatu dan membuat mereka merasa diterima.
Itulah yang membuat mereka bersumpah untuk memberikan seluruh jiwa dan raga kepada tuan mereka. Meskipun terdengar sama, hubungan mereka tidaklah selemah hubungan master dan bawahan pada umumnya. Karena pada level ini, mereka semua berbagi mimpi yang sama, yakni ingin membuktikan bahwa terlahir lemah bukanlah sebuah kesalahan.
"Jadi …, apa Sasuke-sama orang yang sama seperti anda, Kaichou?" tanya gadis berambut putih bernama Momo sambil melihat punggung tuan muda yang baru Ia kenal tadi siang tersebut.
"Dalam beberapa hal, aku dan adikku sangatlah berbeda. Dia memiliki kharisma unik yang membuat kebanyakan orang ingin membencinya, tetapi di waktu yang sama juga ingin menghormatinya. Selain itu, dibandingkan denganku, Sasuke-kun yang tidak memiliki energi sihir sama sekali … merupakan perwujudan yang sesungguhnya dari sebuah kerja keras," balas Sona.
"Perwujudan … dari sebuah kerja keras," gumam satu-satunya laki-laki yang tersisa di kelompok tersebut.
~~XxXxX~~
Di tengah aula gedung olahraga, kini berdiri tiga orang iblis yang saling berhadapan. Ketiganya memiliki ciri fisik yang sangat menonjol. Si iblis berambut cokelat, Hyudou Issei dari kelompok Gremory, Ia memiliki paras yang terbilang biasa saja, bahkan cenderung di bawah rata-rata apabila wajah mesumnya itu muncul. Sedangkan di sebelahnya, berdiri tegak pria cantik berambut priang. Sangat kontras dengan rekannya, iblis bernama Kiba Yuuto itu memiliki paras yang mampu menakulukan banyak wanita. Perpaduan parasnya yang memiliki kesan menenangkan dan kulitnya yang bersih, membuat harmoni indah terpancar dari iblis muda tersebut.
Berdiri beselebelahan, mereka berdua sama-sama memakai setelan celana hitam dan kemeja putih dengan beberapa garis vertikal sebagai motifnya. Busana tersebut merupakan seragam sekolah yang umum mereka gunakan sehari-hari.
Sedangkan di sisi berlawanan, berdiri pria jangkung dengan rambutnya yang mirip pantat bebek. Tingginya yang tidak biasa bagi ukuran orang Jepang tersebut membuatnya mudah untuk ditangkap mata. Terlebih, luka sayatan vertikal di sudut mulut kirinya membuat seseorang susah untuk memalingkan mata dari wajahnya.
"Seperti yang aku bilang, aku adalah pria yang penuh dedikasi dan toleransi. Jadi, kuberi kalian satu kesempatan terakhir," ucap Sasuke dengan suaranya yang dingin, "memintamaaflah atas apa yang kalian ucapkan, kemudian berlututlah dan jilat sepatuku. Maka, aku akan menganggap tidak pernah mendengar apa pun dari mulut kalian yang tidak tahu malu itu."
Tidak tahan dengan pandangan merendahkan yang ditunjukkan pria di depannya, membuat darah Issei dan Kiba terasa mendidih hingga membuat wajah mereka memerah.
"Jujurlah saja, kalau kau takut melawanku, sang kaisar naga merah ini. Kalau kau mengakuinya, aku mungkin akan berpikir ulang untuk membiarkanmu," balas Issei seraya mengaktifkan sacred gear di tangan kirinya.
"Jika kau seorang pria, mari kita selesaikan ini layaknya seorang pria, Sasuke Sitri-sama," imbuh Kiba.
Sasuke terkekeh pelan ketika Ia mendengar balasan dari mereka berdua. Ia sedikit menundukkan kepalanya dan menutupi kedua matanya menggunakan telapak tangan kanannya, dengan tujuan untuk berusaha meredam tawanya.
"Apanya yang lucu, sialan?" tanya Issei yang merasa direndahkan dengan perilaku lawannya.
"Maafkan aku, tidak ada yang lucu sama sekali. Hanya saja, kalian benar, mari selesaikan ini dengan jantan," jawab Sasuke setelah Ia bisa menengangkan tawanya.
Dengan gerakan yang tidak terlalu tergesa-gesa, iblis berambut emo itu pun menarik pelan resleting jaket olahraganya. Ketika resleting itu telah terlepas sepenuhnya, Sasuke mulai melepas secara perlahan jaket kesayangan itu dan meletakkannya begitu saja di lantai.
Setelah Ia melepas jaketnya dan hanya menyisakan selembar kaos putih polos berlengan pendek, membuat gambaran tubuh bagian atas Sasuke mulai terlihat lebih jelas daripada sebelumnya. Mengikuti tinggi tubuhnya yang tergolong jangkung, tubuh Sasuke pun tampak memiliki otot yang besar dan berisi. Meski begitu, proporsi dari otot-ototnya tidak terlalu berlebihan, sehingga membuat bentuk tubuhnya terlihat sangat ideal bagi pria dengan tinggi 190 centimeter. Selain otot-ototnya yang terlihat sangat kuat dan ideal, terdapat juga beberapa bekas luka sayatan di kedua tangan si bungsu Sitri itu. Bukan hanya itu, ketika Sasuke melepas jaketnya tadi, beberapa dari anggota OSIS yang berdiri di belakang Sasuke tersebut, juga melihat sekilas luka bakar yang ada di punggung Sasuke.
Berbagai jenis luka yang menempel di tubuh pria tinggi dan kekar itu, menjadi bukti betapa banyaknya latihan, kekalahan, dan kemenangan yang telah Ia lalui agar sampai ke titik ini.
Beberapa gadis dari kelompok Sitri yang berdiri di belakangSasuke, secara tidak sadar merona ketika melihat punggung tuan mudanya yang lebar dan kokoh itu, yang hanya dibalut oleh selembar baju tipis berwarna putih. Sementara ketua dan wakil ketua dari kelompok Gremory, juga tampak mengeluarkan semburat merah ketika melihat sisi manly Sasuke tepat dari depan.
"Ara … ternyata Sasuke-san benar-benar sangat seksi," komentar gadis pnoytail sambil menutup mulutnya untuk menyembunyikan pipinya yang merona.
"Diamlah, Akeno." Balas Rias yang juga sempat merona melihat Sasuke berpakaian seperti itu setelah sekian lama.
Issei bukanlah orang yang bodoh. Meskipun dia mesum, tetapi dia bukan orang yang sepenuhnya bodoh. Bahkan, sebagai orang yang suka diam-diam sering membawa majalah porno ke sekolah, membuat Issei lebih peka terhadap atmosfer di sekitarnya. Terlebih, jika itu bersangkutan dengan para gadis.
Dan pada detik ini, Issei tahu, seluruh perhatian para gadis tengah tertuju pada penampilan Sasuke. Hal tersebut membuatnya semakin kesal, karena mengetahui bahwa Rias dan Akeno—dua orang teratas dalam daftar haremnya—menunjukkan tanda terpesona pada sisi jantan yang dimiliki Sasuke.
Pun dengan Sasuke. Terlahir sebagai seorang Sitri, membuatnya memiliki kapasitas otak yang tidak kalah dengan kedua kakak perempuannya. Sasuke sangat sadar dengan daya tarik yang dimiliki tubuhnya. Selain itu, pria emo itu telah bertahun-tahun berkeliling dunia dan telah bertemu berbagai tipe makhluk dari berbagai ras yang berbeda dengan segala sifat-sifat mereka. Hal tersebut membuat Sasuke dengan mudah menyadari, seperti apa dua orang di depannya itu. Terlebih, berdasar dari pewaris kekuatan naga surgawi lain yang pernah Ia temui, Sasuke sadar, bahwa kedua naga itu selalu ingin mengambil jalan dominasi.
Dengan sedikit memprovokasinya dan menunjukkan bahwa Ia dapat mengambil sesuatu yang ingin didominasi oleh si naga merah di depannya itu, Sasuke telah menarik Issei secara perlahan ke dalam permaiannnya.
"Tsubaki-san memang mengatakan, aku akan terlihat keren apabila bertarung dengan kosong. Namun, sebagai seorang pendekar pedang, bertarung tanpa pedang atau senjata apa pun rasanya kurang lengkap bagiku," ucap Sasuke sambil melepas salah satu sandal jepitnya dan menodongkannya ke dua orang di depannya.
"Jadi, bagaimana kalau aku menghukum anak nakal seperti kalian menggunakan sandal karetku ini saja?" imbuh Sasuke dengan senyum serta nada bicaranya yang mengejek, "Tenang saja. Ini … hanya sandal karet biasa, kau tahu?"
Sasuke Sitri pada dasarnya adalah anak yang tenang, sama seperti saudara kembarnya. Namun, dalam beberapa hal, Ia cenderung dapat bersikap sadis dan tidak kenal ampun. Terlebih, apabila ada orang yang berani menghina saudara kembarnya, Sasuke akan mengembalikan hinaan itu berkali-kali lipat.
"SASUKEEE!" teriak Kiba, "Tarik kembali seluruh omong kosongmu, sialan!"
Sebagai seorang yang berdiri di jalan kesatria, Kiba sangatlah tahu apa itu arti dari sparing. Melakukan sparing berarti bertanding untuk saling mengetahui dan menghormati kemampuan satu sama lain. Tidak masalah seperti apa aliran bertarungmu, apakah kau seorang penyihir ataupun pedang, atau kau memiliki gaya bertarung yang berbeda dengan lawanmu, kau harus tetap menghormati lawanmu. Meskipun itu bukanlah pertarungan resmi, tetapi masih ada nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam sebuah sparing.
Selain itu, bukan hanya fakta Sasuke yang merendahkannya menggunakan sandal jepitnya saja yang membuat Kiba marah. Sejak adik Sona Sitri itu melepas jaketnya, Kiba tahu dengan pasti terhadap pesan yang ingin Sasuke sampaikan kepada mereka, khususnya kepada Issei yang berjalan di jalan dominasi.
"KIBA, JANGAN TERPANCING DENGAN PRO—."
Tidak sampai Rias menyelesaikan kalimatnya, Kiba telah terlebih dahulu mengeluarkan pedangnya dari ketiadaan dan melesat ke arah Sasuke dengan kecepatan penuh. Sedangkan laki-laki jangkung yang melihatnya tersebut hanya mengeluarkan senyum mengejek ke arah Kiba yang termakan provokasinya.
'Aku tidak menyangka, justru dia yang terkena provokasiku terlebih dahulu. Yah, orang bodoh dengan harga diri tinggi memang mudah untuk dihasut, sih,' batin Sasuke.
Bungsu Sitri itu kembali melemparkan senyum mengejek, ketika Ia melihat Kiba yang datang dengan pedang yang memiliki mata pedang di kedua sisinya. Dengan gerakan yang terlatih, Kiba mampu memotong jarak sepuluh meter antara dirinya dan Sasuke dengan cepat.
'Dia memiliki tubuh yang tinggi dan otot yang besar. Itu berarti, dia petarung tipe kekuatan. Dalam hal ini, aku bisa memanfaatkan keunggulanku dalam teknik dan kelincahan,' batin Kiba yang hendak menyerang Sasuke.
Sebagai seorang pendekar pedang yang telah terlatih, Kiba telah menyimulasikan hingga lima langkah ke depan sebagai bentuk gerakan untuk menyerang Sasuke. Dan untuk mewujudkannya, langkah pertama yang Kiba lakukan ialah menyerang leher Sasuke, yang cenderung sulit dihindari oleh orang dengan tubuh tinggi sepertinya.
Dengan gerakan yang cepat, Kiba berusaha menebas leher Sasuke secara hoerizontal. Melihat hal itu, Sasuke sedikit memundurkan tubuhnya setengah langkah agar dapat menghindari serangan Kiba. Namun, pria pirang itu telah memprediksi gerakan Sasuke tersebut dan hingga sejauh ini, semuanya masih sesuai dengan harapan Kiba.
'Sudah kuduga, sebagai seorang petarung tipe kekuatan, dia akan cenderung menghindar ke belakang sambil mempertahankan jaraknya untuk menjaga jangkauan serangannya,' batin Kiba yang yakin mampu mengalahkan Sasuke di langkah keempatnya.
Saat Kiba hendak mengubah arah serangannya dan mengincar bagian bawah tubuh lawannya itu, Sasuke yang seatu per sekian detik yang lalu masih ada tepat di depan matanya pun menghilang. Menyusul dengan fenomena yang tidak dapat diikuti oleh mata Kiba itu, tiba-tiba instingnya yang telah terlatih pun terasa seperti berteriak sebagai peringatan bahaya yang datang.
Tidak sampai satu detik, Kiba melihat sesuatu yang datang melalui sudut matanya. Namun, Ia tidak dapat melihatnya dengan jelas. Karena belum sampai Ia benar-benar melihatnya, Kiba telah merasakan sebuah sensasi panas dan rasa sakit yang luar biasa di bagian lehernya. Ia tidak tahu, apa yang sebenarnya yang terjadi. Akan tetapi, satu hal yang dia tahu, dia kini telah terlempar jauh dan menghantam dinding gedung olahraga hingga dinding itu berlubang karenanya.
'A- apa i- itu tadi?' batin Kiba sambil menahan sakit yang teramat sangat di bagian lehernya
Dengan mengumpulkan sisa energinya, Kiba berusaha menggerakkan sebagian tubuhnya untuk dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun itu harus menyebabkan bunyi 'kretek' di bagian lehernya, tetapi Ia tetap memaksanya karena rasa penasarannya yang lebih besar.
Di sana, Kiba melihat Sasuke yang berdiri di tempat Ia berdiri semula hingga akhirnya terlempar sampai ke sini. Pria Emo tersebut hanya memandangi sandal jepitnya yang tersisa setengah setelah Ia memukul leher Kiba menggunakan sandalnya. Dengan raut wajah yang sedikit kecewa, Sasuke melempar sandalnya begitu saja ke sembarang arah. Menyaksikan hal tersebut, akhirnya otak pemuda berambut pirang itu pun mampu memproses dengan baik, apa yang telah terjadi sebelumnya. Pada akhirnya, Ia pun tidak sadarkan diri karena rasa sakit yang luar biasa di sekitar lehernya.
Sasuke yang baru saja membuang sandalnya itu, merasakan sebuah sensasi sengatan di belakang lehernya. Mengikuti instingnya, Ia pun menengok ke belakang dan melihat kakaknya yang sedang memelototinya dengan tajam.
"Apa? Aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menahan diri, kau tahu?" bela Sasuke dengan wajah tanpa dosanya.
Issei yang melihat Kiba mampu dikalahkan begitu saja, membuat darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. Tanpa mampu Ia tahan lebih lama, Ia pun akhirnya meneriakkan sesuatu untuk mewakili rasa kemarahannya.
"Balance Break!"
Sebuah energi merah melledeak cukup besar tatkala Issei meneriakkan nama tekniknya tersebut. Ledakan energi itu cukup untuk memberikan tekanan angin ke seluruh penjuru ruangan, sebuah tekanan yang berisi penuh dengan hasrat dominasi dan kebanggaan yang selalu dimiliki oleh para naga.
Jilatan energi berwarna merah yang menari-nari secara liar tersebut secara perlahan berkumpul pada satu titik yang sama, yakni tempat Issei berdiri semula. Tidak lama berselang, akhirnya energi merah yang memberikan aura intimidasi tersebut secara perlahan mulai menghilang dan menampakkan sosok yang sedari tadi terbungkus energi itu. Energi yang terkonsentrasi pada satu titik tersebut mulai menipis dan menyisakan sebuah armor humanoid berwarna merah darah dengan beberapa kristal hijau di masing-masing lengan dan dadanya.
Hampir seluruh pasang mata membola ketika melihat perubahan Issei tersebut.
"Buchou, apa tidak masalah, jika Issei-kun sampai mangaktifkan balance breaker?" tanya Akeno kepada Rias.
Meskipun Akeno berdiri tepat di samping gadis berambut merah darah itu, tetapi Ia tidak begitu fokus hingga dapat mendengar pertanyaan Akeno dengan baik. Dengan mulutnya yang menggigit kuku ibu jarinya, calon penerus kepala klan Gremory tersebut dipenuhi oleh berbagai macam firasat buruk yang tiba-tiba muncul begitu saja.
Sementara di sisi lain, Issei tampak berdiri dengan percaya diri, sangat kontras apabila dibaidngkan dengan majikannya saat ini. Penampilannya yang telah berubah dan mengenakan set armour lengkap berwarna merah darah yang menutup seluruh tubuhnya, menampakkan impresi yang kuat pada diri Issei. Lima buah kristal hijau yang masing-masing berada pada di kedua lengan, lutut, serta kristal terbesar yang berada tepat di tengah dadanya memberikan suguhan yang harmonis antara keeleganan dan kekuatan yang menjadi satu.
'Jadi, itu adalah wujud balance breaker-nya, ya? Tidak jauh berbeda dengan milik si putih, huh?' batin Sasuke yang memandang datar lawan di depannya itu.
Dengan sedikit senyum mengejek di wajahnya, Sasuke pun berkata, "Kekuatan sebesar itu, sungguh disayangkan yang memilikinya hanya orang yang otaknya penuh dengan dada dan wanita sepertimu."
Di balik helm armour-nya, Issei yang mendengar provokasi dari Sasuke untuk kesekiankalinya sudah sangat ingin untuk menerjangnya begitu saja. Akan tetapi, niatnya itu Ia urungkan setelah mendapat peringatan keras dari sesuatu yang berada di dalam dirinya.
"Berhati-hatilah, partner. Orang sepertinya … selalu saja membuatku merasa sangat kesal. Terlebih, Sasuke Sitri itu sangat berbeda dari jenis-jenisnya yang selama ini pernah aku temui … dan itu membuatku merasa tidak nyaman," Ucap sosok naga raksasa yang berada di dalam diri Issei.
"Orang sepertinya? Berbeda dari jenis-jenisnya? Ddraig, apa maksudmu?" tanya Issei melalui mindscape-nya.
Naga itu memutuskan untuk diam sejenak sambil memilah-milah kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan partner-nya tersebut.
"Heavenly restriction … physically gifted atau superhuman strength, seperti itulah sebutan untuk orang-orang seperti Sasuke Sitri. Orang yang memiliki sangat sedikit energi sihir, yang bahkan energi sihir tersebut tidak dapat digunakan sama sekali karena saking sedikitnya, tetapi sebagai ganti dari energi sihirnya yang sangat sedikit, orang itu dianugerahi oleh kekuatan fisik yang setara dengan manusia super," jelas Ddraig dengan nadanya yang berat.
'Seseorang yang memiliki kekuatan fisik setara dengan manusia super? Pantas saja, dia bisa menerbangkan Kiba begitu saja,' batin Issei.
"Dengarkan ini, partner. Selama ribuan tahun dalam hidupku sebagai naga dan ribuan tahun terus berulang kali bereinkarnasi di tubuh manusia dalam bentuk sacred gear, setidaknya, aku sudah bertemu lima orang seperti itu," lanjut Ddraig yang memberi nasihat ke Issei, "Namun, ini adalah kali pertama dalam hidupku, menemui seorang heavenly restriction dari bangsa iblis. Terlebih, ini juga pertama kalinya untukku, melihat orang yang bukan hanya sekedar memiliki sedikit energi sihir, tetapi justru tidak memiliki energi sihir sama sekali."
"Jadi, apa maksudmu, dia berbahaya? Apa aku tidak bisa mengalahkannya?" Tanya Issei dengan mata yang penuh perasaan kesal.
"Aku tidak bilang mereka lebih kuat dariku. Bahkan, mereka semua itu cenderung selalu mati muda karena kegilaan mereka sendiri. Yang ingin aku katakan adalah … Sasuke Sitri yang tidak memiliki energi sihir sama sekali merupakan variabel unik yang baru pertama kali muncul di dunia, dia adalah sebuah anomali. Dengan kau yang masuk ke mode balance breaker, kau memiliki waktu sepuluh detik sejak kau melancarkan serangan pertama nanti, ingat? Jadi, berhati-hatilah."
"Aku adalah sang kaisar naga merah, kekuatanku mampu menggetarkan singgasana para dewa di langit dan mengguncang tujuh lautan di dunia. Heavenly restriction atau apa pun itu namanya, aku tidak mungkin kalah dari orang yang tidak memiliki energi sihir sama sekali."
Bersamaan dengan rentetan kalimat tersebut, beberapa lapisan di belakang armour Issei mulai terbuka dan menunjukkan beberapa mesin pendorong di sana. Satu per sekian detik kemudian, ledakan energi yang sangat kuat muncul dari mesin pendorong tersebut dan membawa Issei melesat dengan sangat cepat menuju ke arah Sasuke.
Boost! Boost! Boost! Boost!
Dengan diiringi suara mekanik yang terus berbunyi berulang kali, kecepatan Issei meningkat begitu drastis hingga mampu sampai tepat di depan Sasuke hanya dengan sekejap mata. Bersama dengan seluruh kekuatan yang telah dilipatgandakan hingga berkali-kali lipat oleh sacred gear-nya, Issei pun mulai meninju wajah Sasuke menggunakan tangan kanannya.
Berbeda dari yang Ia harapkan. Meskipun telah menerima serangan mendadak, itu sama sekali tidak membuat Sasuke goyah. Pemuda berambut hitam itu hanya merendahkan kuda-kudanya dan menundukkan kepalanya untuk menghindari serengan Issei. Gerakan tersebut membuat tingginya saat ini hanya setara dengan dada Issei.
Tidak genap sampai satu detik, Sasuke langsung memberikan serangan balik ke lawannya tersebut. Ia melancarkan sebuah upper cut yang dengan telak mengenai dagu kiri Issei. Ini adalah kali pertama bagi Issei merasakan untuk sebuah pukulan yang sangat keras seperti itu. Dalam hal ini, Issei merasa beruntung karena dia memutuskan untuk masuk ke mode balance breaker. Karena jika tidak, Ia sangat yakin, bahwa pukulan upper cut barusan itu akan mampu merontokkan seluruh giginya dan mengirimnya hingga menabrak langit-langit gedung olahraga.
Bahkan, meskipun telah dilindungi oleh armor kaisar naga merah yang lebih keras dari baja sekalipun, pukulan Sasuke tersebut tetap terasa sangat kuat dan mampu mengguncang otak Issei.
Tidak membiarkan momentumnya terbuang sia-sia begitu saja, Sasuke melanjutkan dengan gerakan menusuk dada Issei menggunakan siku kirinya. Hal tersebut membuat darah segar memaksa keluar dari mulut Issei.
"Ohookk."
Masih belum cukup, pemuda berambut emo yang hanya berjarak setengah langkah dari Issei, berlanjut melayangkan pukulan hook menggunakan tangan kirinya, yang tepat mengenai rahang kiri Issei dengan telak dan keras.
'A- apa i- ini benar-benar sebuah pukulan? Te- tenaganya bahkan jauh lebih kuat daripada gorilla,' batin Issei.
Dirinya yang telah dua kali terkena hantaman yang sangat keras dan berat di bagian rahangnya, membuat kepalanya merasa sangat kesakitan. Terlebih, otaknya yang mengalami guncangan hebat akibat dua pukulan yang masuk dengan tepat tersebut, telah berhasil mengakibatkan sang pewaris kekuatan naga merah itu tidak mampu mengumpulkan fokusnya kembali. Pandangannya yang kabur, telinganya yang berdengung, kepalanya yang terasa berputar, dan jangan lupakan dadanya yang sesak akibat tusukan Sasuke menggunakan sikunya tadi. Jika saja dia bukan seorang iblis reinkarnasi—tidak, apabila dia bukan seorang kaisar naga merah dan tidak memiliki armour ini, pasti dia telah kehilangan kesadarannya sejak pukulan pertama tadi.
Dengan usaha yang sangat keras, Issei berusaha untuk mendapatkan fokusnya kembali. Seluruh tenaganya Ia gunakan untuk melawan balik dengungan di telinganya yang mengganggunya dan menekan sekuat mungkin kepalanya yang terasa terus berputar.
Namun, tidak sampai Issei berhasil melakukannya, Ia terlebih dahulu merasakan sebuah tangan kekar yang memeluk pinggangnya dari belakang. Ketika Ia memerhatikan kedua tangan tersebut, Ia mendapat beberapa luka sayatan di tangan itu. Pada detik itu, Issei tahu, siapa pemilik dari kedua tangan kekar dengan banyak luka sayatan yang sedang melingkari pinggangnya sekarang ini. Akan tetapi, belum sempat Issei menengok ke belekang untuk mengonfirmasi, tubuhnya telah terlebih dulu terangkat ke atas, sebuah perasaan seolah dia akan di lempar ke belekang.
Di detik berikutnya, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Issei telah dihantanmkan di tanah dengan posisi leher belakangnya yang terlebih dahulu dan menghasilkan suara dentuman yang sangat keras. Bantingan suplex yang dilakukan Sasuke tersebut sukses membuat lantai gedung olahraga kini berlubang atau membentuk pola kawah yang berdiameter hingga lima meter, bersama dengan Issei yang berada di pusatnya.
Hal tersebut juga berhasil membuat Issei benar-benar tidak berdaya sekarang. Seluruh rasa sakit yang luar biasa, guncangan otaknya yang belum kembali normal, rasa terkejutnya yang begitu besar, semuanya terakumulasi yang bahkan membuat seorang Issei tidak dapat melakukan respon apa pun.
'Bocah itu mampu menumbangkan partner-ku hanya dalam waktu enam detik, meskipun Issei sudah berada dalam wujud balance breaker? Sulit dipercaya, tetapi dia benar-benar berbeda dari seluruh orang yang terikat dengan heavenly restriction yang pernah aku temui selama ini,' batin sang naga yang terkejut melihat kemampuan sang iblis muda.
Di hadapan Issei yang terlentang tak berdaya, kini berdiri seorang Sasuke Sitri yang berdiri tegap memandangnya dengan tatapan yang penuh rasa jijik di kedua bola mata onyx-nya. Bagi si bungsu Sitri tersebut, tidak ada yang lebih rendah dari orang yang berkoar setinggi langit, tetapi jatuh begitu saja, yang bahkan tanah di bumi pun tidak akan pantas menjadi tempat mereka.
Dengan gerakan perlahan, tetapi pasti, Sasuke mulai menyentuh dada Issei—atau lebih tepatnya kristal hijau yang berada tepat di tengah dadanya. Ia mengusap pelan permukaan kristal tersebut dan merasakan bahwa batu emerald itu terbenam menjadi satu bersama dengan armour si naga merah.
Setelah merasa menemukan apa yang Ia perlukan, Sasuke sedikit mengangkat tangan kiri yang Ia gunakan untuk mengusap kristal barusan. Kemudian, Ia sedikit mengencangkan otot di tangan kirinya dan membentuk jari-jarinya seperti bentuk cakar naga. Di detik berikutnya, Ia benamkan tangan kirinya ke bagian dada Issei hingga menembus armour merah darahnya.
Kraak … kraaak … kraaaakk …
Bunyi retakan yang awalnya terdengar cukup halus, kini mulai berubah menjadi lebih kasar ketika jari-jari kekar Sasuke berusaha menggenggam kristal hijau tersebut. Dengan sedikit tarikan yang diberikan tenaga lebih, pria berambut pantat bebek itu berhasil menarik keluar kristal emerald tersebut yang sebelumnya telah menempel erat di zirah sang naga merah.
Bersamaan dengan itu, seluruh armour yang menutupi Issei dari ujung kaki hingga ujung kepala, mulai membentuk sebuah membran energi berwarna merah dan menguap begitu saja di udara. Menyaksikan hal tersebut, dengan wajah datarnya, Sasuke membuang begitu saja kristal hijau itu, seolah itu adalah barang sampah yang tidak bernilai sepeser pun baginya.
Sasuke menginjak dada Issei yang masih terlentang tak berdaya dan rintihan pun keluar dari budak Gremory tersebut.
"Dengarkan aku, kadal mesum. Sekarang, aku hanya mengambil kristal di zirahmu itu. Selanjutnya, jika kau menghina kakakku lagi, aku akan mengambil semua yang kau miliki, termasuk gadis-gadismu yang berdiri di sana dengan wajah bodoh mereka," ancam Sasuke sambil memberi penekanan pada kakinya yang menginjak dada Issei.
Tanpa menunggu balasan dari lawannya yang telah tak berdaya, Ia pun pergi begitu saja menuju tempat kelompok kakak kembarnya berada.
"Kamu terlalu berlebihan, Sasuke-kun," ucap Sona ketika adik kembarnya itu telah sampai di kelompok mereka.
"Kau seharusnya bersyukur, aku benar-benar menahan diri melawan mereka, aneki."
"Jadi, apa yang kamu bicarakan dengan Hyudou-kun di saat terakhir tadi?" tanya Sona yang tidak peduli dengan pernyataan Sasuke.
Si bungsu itu tidak langsung menjawab pertanyaan kakaknya. Ia menengadahkan kepalanya ke langit-langit gedung olahraga, menerawang jauh apa yang sedang Ia rasakan dan ingin Ia ungkapkan. Namun, seluruh kata-kata yang inign keluar tersebut Ia telan kembali. Sebagai gantinya, seringai tipis yang terkesan merendahkan itu Ia keluarkan sebagai jawabannya.
"Bukan sesuatu yang penting, itu juga bukan urusanmu, mata empat," balasnya.
Mendengar balasan adiknya, membuat Sona harus mendengus dengan sedikit kasar. Meski begitu, Sona bukanlah orang yang hanya mengenal Sasuke selama satu atau dua tahun. Mereka adalah dua insan yang telah bersama bahkan sebelum mereka mengenal dunia, mereka adalah satu kesatuan yang terbagi menjadi dua insan yang berbeda, yang membuat mereka saling terikat dan memiliki ikatan takdir yang aneh yang mengikat mereka berdua.
Entah itu Sona atau Sasuke, mereka berdua sadar, bahwa mereka terikat dan saling berbagi takdir yang diikat oleh heavenly restriction atau batasan surgawi tersebut. Sebuah batasan ilahi yang membuat hidup mereka di masa lalu begitu menderita, tetapi di sisi lain, juga membuat ikatan di antara mereka menjadi lebih kuat daripada hubungan apa pun yang ada di dunia ini, yang bahkan membuat mereka saling mengerti tanpa harus mengucapkan sepatah kata.
"Kamu memang benar-benar yang terburuk, otuoto," respon Sona dengan seringai yang terlihat sangat mirip dengan seringai Sasuke.
"Yah …, kita berdua memang yang terburuk, aneki."
Bersambung
Author Note : Halooo, selamat malam. yah, saya kembali dengan chapter terbaru, meskipun ini lebih lambat dan lebih panjang dari yang saya perkirakan.
Pertama, aku ingin minta maaf jika adegan battle nya kurang menarik. karena memang sejak awal, aku tidak terlalu memfokuskan pada adegean battle di chapter ini. Maksudku, sejak awal aku hanya menggunakan Kiba dan Issei sebagai sarana untuk mengenalkan karakter Sasuke di fict ini itu seperti apa sih. sebenarnya, aku punya dua opsi, yaitu mengenalkan melalui percakapan antar karakter atau mengenalkan melalui event khusus seperti ini. dan karena beberpa pertimbangan, aku pun memutuskan menggunakan cara ini untuk memperkenalkan secara sederhana karakter Sasuke. Untuk next chapter, aku akan sedikit memperkenalkan karakter Sona serta membahas heavenly restriction yang sempat disinggung oleh Ddraig di cahpter ini.
Kedua, di sini aku juga ingin memperlihatkan, dua sudut pandang yang berbeda mengenai Sasuke. di sini, kita disuguhkan dengan pandangan Rias dan Sona terhadap Sasuke. uniknya, mereka sama-sama mengatakan bahwa Sasuke adalah karakter yang memiliki banyak penolakan di dalam dirinya. Namun, menurut Rias, Sasuke selalu menolak fakta bahwa dirinya lemah. sedangkan menurut Sona (yang juga mengaku bahwa dia mengalami fase penolakan yang sama seperti Sasuke) mengatakan bahwa Sasuke dan dirinya selalu percaya, bahwa mereka ini lemah. Jadi, dari sini kita bisa menyimpulkan, bagaimana pandangan orang lain terhadap Sasuke dan Sona serta bagaimana pandangan si kembar itu sendiri terhadap diri mereka sendiri.
Ketiga, di chapter ini, disebutkan bahwa Sasuke tidak akan bisa menggunakan sihir sama sekali. bahkan, dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang swordsman alias pendekar pedang. jadi, aku tidak akan memasukkan unsur magic ke dalam Sasuke dan gak akan membuat Sasuke menggunakan kekuatan yang membosankan seperti anti-magic atau semacamnya. Jadi, jangan berharap Sasuke memiliki kekuatan broken atau cheat nantinya.
keempat, yah, ini berhubungan dengan pertanyaan review yang masuk. alasan aku memilih Sasuke. satu, karena aku sudah bosan, dengan banyaknya MC Naruto dengan kekuatan OP, kekuatan cheat, sifatnya yang dibuat pendiam seperti Sasuke atau Gaara di canon, serta haremnya yang gak ngotak. makanya, membuatku kepikiran untuk memilih Sasuke sebagai MC di fict ini. dua, karena tuntan saudara kembar Sona. menurutku, Sasuke adalah orang yang paling cocok apabila dijadikan saudara kembar Sona. mereka sama2 punya rambut hitam, wajah datar, dan pintar. ketiga, karena nanti akan ada makna yang sedikit filosofis mengenai latar belakang keluarga Sitri, yang mana itu hanya cocok dengan Sasuke. empat, karena di cannon, Sasuke adalah seorang pengguna pedang dan mata-mata yang handal. hal ini sangat cocok dengan konsep yang ingin kutunjukkan di fict ini, di mana di chapter 2 ini Sasuke mengaku bahwa dia adalah seorang swordsman dan di chapter kemarin, hawa keberadaannya yang tidak bisa dideteksi Kiba, membuatnya menjadi mata-mata yang handal.
oke, itu saja dariku. terima kasih sudah membaca fict ku. tolong tinggalkan jejak berupa review, karena kritik dan saran akan sangat dibutuhkan untuk perkembangan cerita ke depannya. akhir kata, sampai jumpa lagi di chapter selanjurnya.
