Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DxD by Ichie Ishibumi
genre : Fantasy, Action, Family, Friendship
Summary : Mereka berdua adalah sepasang saduara kembar, dua orang yang telah ditakdirkan bersama dan saling berbagi sejak sebelum mereka lahir. Meski begitu, mereka bukanlah kembar yang biasa. Dengan berbagai rintangan yang telah menanti mereka di depan sana, mampukah mereka melewatinya dan membuktikan nilai dari keberadaan mereka?
Chapter 3 : Heavenly Restriction, Batasan Ilahi yang Mengikat Mereka.
~~XxXxX~~
Sekolah, sebuah tempat yang selalu menjadi bagian dari proses belajar-mengajar dari pagi hingga sore dan berlanjut ke kegiatan ekstrakurikuler sampai petang. Mengulangi rutinitas yang sama dari hari ke hari dengan jadwal yang tidak terlalu jauh berbeda, terkadang membuat siswa dan siswinya tidak dapat luput dari perasaan bosan atas kegiatan mereka sehari-hari. Terlebih lagi, bagi siswa yang tengah menginjak di tahun ketiga, ini menjadi tahun-tahun penuh tekanan bagi mereka. Oleh sebab itulah, apabila ada sesuatu yang berbeda dari rutinitas harian tersebut, membuat para remaja itu merasa tertarik dan bersemangat untuk mengetahuinya.
"Hari ini, kita kedatangan siswa baru. Dia siswa dari Rusia dan pindah ke Jepang karena beberapa alasan."
Misalnya saja seperti sebuah untaian kata-kata dari orang dewasa yang berdiri di depan kelas tersebut. Ketika Ia memberikan pengumuman akan datangnya siswa baru—terlebih dia berasal dari luar negeri—sontak membuat seluruh isi kelas tersebut menjadi heboh dengan berbagai percakapan mereka masing-masing.
"Silahkan masuk, Sitri-san."
Perkataan—atau seruan—dari guru mereka untuk seseorang yang berdiri di luar kelas tersebut membuat mereka sedikit tertegun sejenak. Pasalnya, nama marga yang disebutkan oleh guru mereka itu bukanlah sebuah nama yang asing bagi murid-murid SMA Kuoh, khususnya bagi kelas mereka—kelas 3-A—yang di dalamnya juga terdapat satu-satunya orang yang memiliki marga Sitri di sekolah ini.
Di SMA Kuoh, tidak mungkin ada yang tidak tahu tentang satu-satunya siswi yang memiliki marga Sitri. Seorang siswi terpintar sekaligus murid yang patut dijadikan teladan bagi seluruh murid di SMA Kuoh. Namanya adalah Sona Sitri, sang ketua OSIS yang paling fenomenal dalam sejarah sekolah mereka. Sejujurnya, kata pintar saja tidak cukup untuk menggambarkan seberapa cerdasnya siswi tersebut. Ia pernah dua tahun berturut-turut menjuarai olimpiade tingkat nasional dengan seluruh nilainya yang sempurna. Bahkan, di tahun pertamanya, Sona berhasil melindungi para siswi dari para mata keranjang, ketika sekolah mereka baru saja diubah dari yang sebelumnya sekolah khusus wanita, menjadi sekolah campuran.
Meski begitu, karena beberapa alasan, akhir-akhir ini, Sona memutuskan untuk tidak terlalu ikut campur ketika ada seorang siswa yang terkenal dengan kemesumannya, ketahuan mengintip para anggota klub kendo yang sedang berganti di ruang ganti mereka.
"Terima kasih, sensei," balas orang yang berdiri di luar kelas dengan suaranya yang terdengar sangat khas dan maskulin.
Tepat setelah kalimat tersebut selesai diucapkan, masuklah seorang pemuda ke dalam kelas, Ia menggunakan blazer dan celana yang sama persis dengan seragam laki-laki yang umum digunakan oleh siswa di SMA Kuoh. Setelan itu terlihat sangat kontras dengan pakaian Sasuke kemarin ketika baru sampai di Jepang, yang terlihat seperti seorang berandalan. Kehadiran pemuda tersebut membuat seisi kelas tidak kuasa untuk menahan rasa terkejutnya. Terlebih, hampir seluruh siswi di kelas tersebut tidak sadar sama sekali, bahwa rona di pipi mereka telah berubah menjadi kemerahan.
Pasalnya, bukan hanya perawakannya yang sangat tinggi dan wajahnya yang rupawan itu saja yang menarik perhatian. Tidak, wajahnya yang menyiratkan aura dingin dan tidak bersahabat, tetapi sangat rupawan dan berkarisma itu memang sangat menarik perhatian. Terlebih, bekas luka sayatan vertikal di sisi kiri mulutnya itu membuat pemuda itu terlihat seperti laki-laki liar dan memberikan kesan seksi padanya. Namun, bagi seisi kelas tersebut, yang paling menarik perhatian adalah kemiripan wajahnya dengan salah seorang siswi di kelas mereka.
"Kamu bisa memperkenalkan dirimu, Sitri-san," ucap sang guru kepada siswa jangkung yang telah berdiri di sebelahnya.
Mendengar titah dari guru itu, Ia hanya menganggukkan kepalanya dan berkata, "Namaku Sasuke, Sasuke Sitri."
Sasuke yang melihat berbagai macam ekspresi yang cukup kompleks dari hampir seluruh seisi kelas, hanya menghela napas pelan. Ia tahu, kira-kira seperti apa isi pikiran mereka, karena ini bukan pertama kalinya Ia mengalami hal semacam ini.
"Omong-omong, aku adalah adik kembar dari Sona Sitri," lanjut Sasuke sambil memberi penjelasan.
Seluruh siswa—kecuali Sona yang kebetulan juga ada di kelas itu—hanya membulatkan mulut mereka sambil sedikit mengeluarkan suara 'oohh'. Kini, seluruh pertanyaan mereka tentang kemiripannya dengan sang ketua OSIS terjawab sudah. Meski begitu, ada juga yang masih tidak menyangka, jika salah satu gadis paling populer di sekolah mereka, ternyata memiliki seorang saudara kembar.
Dalam hal kecantikan, Sona memang masih kalah cantik apabila dibandingkan dengan Rias Gremory dari kelas sebelah. Rias Gremory dengan rambut merah darahnya merupakan orang yang selalu memancarkan sebuah kehangatan layaknya seorang kakak perempuan, sehingga membuat orang di sekitarnya secara natural akan merasa nyaman di sekitarnya dan berinteraksi dengannya, sedangkan Sona selalu diibaratkan dengan sebuah kecantikan yang sangat berbeda. Ia—Sona Sitri—dianggap layaknya sebuah kecantikan yang dingin, yang tidak dapat dijangkau atau bahkan didekati dengan sembarangan, sehingga membuat orang lain cenderung lebih suka untuk mengagumi kecantikan tersebut dari jauh.
Kehadiran Sasuke, yang memiliki nilai sebagai saudara kembar Sona, seakan mempertegas sekaligus memberi kesan lain untuk saudara kembar itu. Jika Sona yang dianggap seperti sekuntum bunga langka yang indah yang hanya mekar di puncak pegunungan bersalju, Sasuke bagaikan semak-semak liar berduri yang tumbuh subur di tengah hutan rimba. Pada akhirnya, semak-semak yang dianggap tidak memiliki keindahan apa-apa itu ternyata justru mampu berbaur dengan keindahan hutan yang siapa pun pasti tahu, seindah-indahnya hutan, tempat itu menyimpan banyak hal berbahaya di dalamnya. Seperti itulah gambaran yang cocok bagi Sona dan Sasuke.
"U- uhmm …, Sitri …-san, apakah hanya itu yang ingin kamu ucapkan? Tidakkah ada salam perkenalan lain atau semacamnya?" tanya sang guru dengan senyum canggung, karena pada dasarnya, yang dilakukan Sasuke hanyalah memberitahu namanya saja.
Remaja berambut pantat bebek itu memandang guru wali kelasnya tersebut dengan tatapan mata yang menunjukkan ketidaktertarikannya sama sekali.
"Tidak. Omong-omong, panggil saja aku Sasuke," balas Sasuke dengan datar sambil melirik ke arah tempat kakak kembarnya itu duduk, "Di sini ada dua orang Sitri, itu akan sedikit aneh jika kalian memanggilku Sitri."
"Ka- kalau begitu, silakan duduk di kursi kosong yang tersedia," balas sang guru.
Di mata Sasuke, satu-satunya kursi kosong yang ada hanyalah kursi di baris ketiga dari depan dan berada di deretan kedua dari jendela. Jika di tarik secara diagonal, di sisi kanan belakang bangku tersebut duduklah kakak kembar Sasuke.
Pemuda tersebut berjalan dengan tenang ke arah bangku kosong itu. Namun, begitu Ia sampai, Sasuke lantas tidak langsung duduk di satu-satunya kursi yang masih tersedia itu.
Pandangan matanya Ia arahkan di barisan paling belakang dari deret bangku kosong tersebut dan memandang seorang pemuda berambut cepak yang tengah duduk di sana. Tatapan mata mereka yang bertemu pandang, seketika membuat pemuda berambut cepak itu langsung berkeringat dingin karena tiba-tiba harus ditatap oleh mata hitam legam yang sangat tajam itu.
Sambil menunjuk si pemuda menggunakan dagunya, Sasuke berkata, "Kau, pergilah dari sana dan duduklah di sini."
Pikiran si pemuda berambut cepak itu seketika menjadi kalut ketika mendengar suara yang dingin dan menusuk tersebut langsung diarahkan ke dirinya. Ia tidak bisa memikirkan hal lain. Satu-satunya hal yang bisa Ia pikirkan, hanyalah adik kembar dari Sona Sitri itu sedang menargetkan dirinya untuk menjadi bahan perundungan atau semacamnya.
Itu bukanlah pemikiran yang berlebihan. Siapa pun pasti akan berpikiran seperti itu, jika tiba-tiba ada seseorang dengan tinggi 190 centimeter yang menyuruhmu menyingkir dari tempat dudukmu dengan wajah dan nada bicara yang sangat tidak bersahabat.
"Luar biasa, belum genap lima menit, kamu sudah membuat orang lain ketakutan. Apa ini harus kumasukkan ke salah satu rekormu, Sasuke-kun?"
Sindiran halus yang menusuk yang mengarah ke Sasuke itu tidak lain dan tidak bukan berasal dari saudara kembarnya sendiri. Mendengar hal tersebut, secara otomatis membuat Sasuke menengok ke arah sumber suara itu dengan matanya yang menyiratkan sebuah kejengkelan.
"Apa? Kau berbicara denganku? Maaf, aku tidak mendengarmu, kau terlalu pendek," balas Sasuke dengan sindirannya.
"Tentu saja. Aku cukup yakin, aku sudah menyebut namamu tadi. Kecuali kalau kamu ternyata adalah seorang idiot yang bahkan tidak tahu namamu sendiri, aku mungkin akan sedikit memakluminya."
Ketika Sasuke hendak membalas perkataan saudarinya, Sona telah terlebih dulu melanjutkan ucapannya.
"Ah, tunggu. Jika kamu seorang idiot, bukankah ini sebuah kesalahan untukmu masuk ke sekolah ini?" lanjut Sona sambil mencubit dagunya dan memasang ekspresi berpikir, seolah dia telah menemukan sebuah keganjilan yang tidak seharusnya terjadi.
Tanpa Ia sadari, sebuah perempatan muncul di dahi Sasuke ketika mendengar ucapan Sona. Tidak ingin membuang waktu sehingga saudarinya itu bisa kembali melemparkan ejekan, Sasuke pun dengan cepat melemparkan serangan verbalnya.
"Idiot kau bilang? Baik, tunggu, apa yang kau ributkan tadi? Benar, aku yang menakuti anak itu?" ucap Sasuke sambil menunjuk pemuda berambut cepak dengan jempolnya, "Kau berkomentar tanpa memahami konteksnya, bukankah itu berarti kau lebih tolol? Jika aku duduk di sini, orang di belakangku akan kesulitan melihat papan yang ada di depan karena aku terlalu tinggi bagi mereka."
"Jangan bilang padaku, kau tidak menyadari itu, Sona? Apa logikamu semakin tumpul karena kau tidak pernah menggunakan otakmu? Oh, benar juga, kau dari dulu memang seorang idiot sejati dan tidak pernah lebih baik dariku, 'kan?" lanjut Sasuke.
"Ucap seseorang yang kalah sebanyak 1523 kali bermain catur melawanku," balas Sona sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Kau melupakan fakta kalau aku bisa mengalahkanmu 737 kali dan remis sebanyak 1934 kali, tuan putri."
"737 bahkan tidak sampai setengah dari angka kemenanganku, Otouto. Selain itu, hanya para pecundang saja yang akan memasukkan jumlah pertandingan seri mereka," komentar Sona.
"Itu masih jauh lebih baik, daripada kau yang bahkan tidak pernah sekali pun mengalahkanku dalam menyusun puzzle, entah itu puzzle yang 1000 pieces atau yang 5000 pieces," balas Sasuke dengan seringai mengejeknya, "Oh, aku bahkan lupa, berapa ribu kali aku menang, karena aku terlalu bosan denganmu yang tidak pernah bisa mengalahkanku."
Kali ini, giliran Sona yang secara tidak sadar telah terdapat sebuah perempatan di pelipisnya. Dalam hal ini, Sona tidak bisa mengelak apa pun yang dikatakan Sasuke, karena memang dirinya tidak pernah bisa mengalahkannya dalam permainan menyusun puzzle. Namun, harga dirinya menolak untuk mengakui hal tersebut. Meskipun pada awalnya ini hanyalah sebuah ejekan verbal yang biasa mereka lakukan sejak kecil, tetapi sekarang pembahasan ini telah berubah ke arah yang berbeda. Kali ini, bukan lagi sekedar ejekan yang saja yang keluar, tetapi juga segala rekam jejak seluruh perlombaan yang telah mereka lakukan sejak kecil.
"Kamu tahu, pada dasarnya, menyusun puzzle bukanlah permainan yang murni menggunakan otak. Kejelian mata dan kecepatan tangan adalah faktor yang paling penting. Dalam hal ini, aku yang memiliki fisik gadis normal ini tidak mungkin menang dari kepala batu sepertimu," balas Sona yang sedikit mengakui kekalahannya dalam puzzle, tetapi di sisi lain juga memberikan alasan agar Sasuke tidak besar kepala karena sudah merasa lebih unggul.
Ya, seperti yang diungkapkan Sona. Pada dasarnya, ada perbedaan yang sedikit mencolok dari mereka berdua, meskipun mereka sama-sama seorang Sitri. Dalam hal permainan strategi yang mana si pemain memerlukan sebuah perencanaan dengan skala yang luas, Sona lebih unggul dibandingkan dengan Sasuke. Namun, dalam hal ketelitian dan kecepatan dalam mempelajari suatu pola, Sasuke akan selalu berada di atas Sona.
Lantas, apakah itu berarti Sasuke adalah orang yang jauh lebih inferior dalam hal taktik serta perencanaan jika dibandingkan Sona dan Sona memiliki daya tangkap atau daya pikir yang jauh lebih lambat dibanding Sasuke?
Jawabannya adalah iya dan tidak. Itu benar bahwa Sasuke tidak lebih baik dari Sona dalam hal taktik dan perencanaan serta Sona yang memiliki daya kerja otak yang lebih lambat dari Sasuke. Namun, itu bukan berarti Sasuke bukan tipe orang yang buruk dalam perencanaan atau Sona yang tidak memiliki pemahaman yang baik dalam mempelajari pola atau mengingat suatu pola. Pada dasarnya, baik Sona maupun Sasuke memiliki daya kerja otak yang sama. Namun, bagaimana cara mereka tumbuh sangat memengaruhi perkembangan bakat mereka.
Seperti misalnya pada Sona, Ia sedari kecil memiliki fisik yang lemah dan sering sakit-sakitan. Hal tersebut membuatnya menghindari berbagai macam aktivitas di luar dan membuatnya lebih sering duduk di dalam ruangan. Kondisi itu membuat Sona lebih suka membaca berbagai macam buku dan menghabiskan waktunya untuk bermain permainan yang tidak memerlukan tenaga, seperti catur, shogi, puzzle, atau permainan papan lainnya. Hal itu membuat perkembangan otak Sona menjadi lebih berkembang ke arah yang membuatnya menjadi orang dengan pengetahuan yang sangat luas serta memanfaatkan pengetahuan itu untuk penyusunan strategi.
Sedangkan di sisi lain, Sasuke adalah orang dengan tubuh yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata sehat semata. Sejak kecil, Sasuke tidak pernah merasakan apa itu yang namanya sakit. Tubuhnya tumbuh menjadi tubuh yang tidak bisa dinalar menggunakan logika umum. Namun, karena sebuah kondisi yang membuatnya tidak memiliki energi sihir sama sekali, membuat Sasuke harus beradaptasi dengan lingkungan di mana orang-orangnya mengagungkan dan menganggap sihir adalah segalanya. Hal tersebut membuatnya menerima banyak masalah karena perbedaan yang dia miliki. Bagi Sasuke, untuk menghindari masalah itu, mau tidak mau Ia harus mempelajari pola kehidupan bermasyarakat, belajar untuk memahami sebuah esensi atau niat sesungguhnya di balik setiap kalimat yang orang lain ucapkan, dan tentu saja memaksanya untuk memahami pola bertarung setiap orang dengan cepat, agar dirinya yang tidak memiliki energi iblis itu dapat bersaing dengan makhluk supranatural lainnya. Hal tersebut menyebabkan otak dan tubuh Sasuke lebih adaptif secara alami dalam melihat pola, entah itu secara tersurat maupun tersirat.
Oleh karena itulah, meskipun mereka lahir dari rahim yang sama, di waktu yang tidak jauh berbeda, serta tumbuh di rumah dan lingkungan yang sama, tetapi kondisi tubuhnya yang berbeda tersebut sangat mempengaruhi mereka dalam hal perkembangan pola berpikir, yang membuat Sona lebih baik dalam hal perencanaan dan hal-hal yang berbau taktis, sedangkan Sasuke lebih condong ke arah pemahaman pola yang luar biasa cepat.
"Selain itu, Sasuke-kun, menyusun puzzle dengan 5000 pieces dalam waktu empat menit itu sudah lumayan bagi orang sepertiku, yang tidak memiliki banyak keuntungan di kecepatan tangan dan kejelian mata," ucap Sona yang masih berusaha membela diri atas fakta bahwa dia tidak pernah mengalahkan Sasuke sama sekali dalam permainan menyusun puzzle.
"Teruslah mencari alasan untuk kekalahanmu, Aneki," ejek Sasuke sambil mengeluarkan seringainya.
Sebenarnya, salah satu faktor terpenting kenapa Sasuke memiliki fokus yang luar biasa tinggi itu juga karena pengaruh dari heavenly restriction-nya. Heavenly restriction tipe superhuman strength memang membuatnya harus kehilangan seluruh energi sihirnya, tetapi sebagai gantinya, itu juga membuat seluruh aspek dalam tubuh Sasuke meningkat drastis, mulai dari fisik, stamina, dan termasuk kelima indranya. Pada dasarnya, memertahankan konsentrasi di tingkat yang tinggi membutuhkan stamina yang tidak sedikit. Karena itulah, banyak orang yang akan cepat lelah ketika memaksakan diri untuk terus-menerus berkonsentrasi pada tingkat tertinggi mereka.
Namun, bagi Sasuke yang memiliki stamina yang sangat tinggi dan didukung dengan pengelihatan yang satu tingkat lebih baik dibanding pengelihatan burung elang, membuat Sasuke mampu mempertahankan konsentrasinya di tingkat maksimal jauh lebih lama daripada makhluk lainnya.
'Tunggu, apa Sona-san bilang, dia bisa menyusun puzzle dengan 5000 pieces dalam waktu sekitar empat menit? Lebih dari itu, Sona-san tidak pernah bisa mengalahkan saudara kembarnya, meskipun dengan catatan waktu yang seperti itu? dan ditambah lagi, apa-apaan dengan jumlah permainan catur yang telah mereka mainkan? Dan bagaimana mereka bisa mengingat dengan detail jumlah seluruh kemenangan sampai hasil serinya?'
Kira-kira, seperti itulah pemikiran seluruh isi kelas—termasuk sang guru—ketika mereka mendengarkan perdebatan si kembar itu. Tidak, itu bukan berarti mereka menikmati pertunjukkan perang verbal tersebut. Hanya saja, mereka masih terkejut dengan perubahan sifat Sona yang cukup drastis dari yang selama ini selalu mereka lihat. Memang, Sona terkenal sebagai pribadi yang tegas, tetapi berpikir untuk Ia yang bisa begitu saja mengejek dengan kata-kata pedas seperti itu, tidak pernah sama sekali terlintas di benak mereka.
'Sepasang kakak beradik kembar itu memang monster logika. Namun, terlepas dari hal itu, hubungan mereka berdua tampaknya sangat buruk,' batin seluruh isi kelas yang melihat Sasuke dan Sona yang masih saling memelototi satu sama lain.
Yah, seperti itulah keseharian sepasang saudara kembar tersebut. Tidak jarang, hal-hal yang menurut mereka biasa dan bagaimana cara mereka saling memerhatikan satu sama lain itu justru menimbulkan banyak salah paham bagi orang lain.
~~XxXxX~~
"Aaahhh … aku tidak percaya, akhirnya pekerjaan menumpuk ini selesai juga."
"Yaa … kita telah menghabiskan empat hari untuk mengerjakan urusan sekolah dan meninjau keamanan kota Kuoh, aku akan gila jika kita tidak menunjukkan progress sama sekali."
Bagi sebagian siswa, waktu istirahat merupakan waktu istimewa dan bagian dari hak asasi siswa untuk mendapat sekedar mengistirahatkan otak mereka agar tidak bekerja terlalu berlebihan. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sekelompok iblis ini. Meskipun waktu istirahat telah tiba, mereka tidak bisa serta-merta menikmati santainya waktu istimewa tersebut. Sebagai sekelompok iblis yang turut mendedikasikan tenaga mereka untuk berkerja demi kebaikan sekolah SMA Kuoh, seluruh tubuh dan jiwa mereka harus siap sedia untuk dikorbankan apabila ada kegiatan atau dokumen-dokumen urusan murid dan sekolah yang harus segera diselesaikan.
Terlebih, sebagai anggota kelompok iblis yang memiliki tanggung jawab atas kota Kuoh, mau tidak mau mereka juga harus terlibat dengan segala urusan yang terjadi di kota Kuoh dan bahkan sekitarnya apabila diperlukan. Karena jika mereka membangkang sedikit saja, mereka harus siap menerima konsekuensi apa saja yang akan dijatuhkan oleh para Dewa dari ajaran Shinto, selaku pemilik asli dari seluruh tanah Jepang.
Berurusan dengan Asosiasi Penyihir Jujutsu saja sudah cukup menguras tenaga, apalagi jika mereka harus bertanggung jawab di hadapan para Dewa Shinto.
"Aku tidak habis pikir, kenapa Sasuke-senpai tidak mau bergabung ke OSIS. Setidaknya, itu bisa sangat mengurangi beban kita," keluh Hanakai Momo sambil menempelkan kepalanya ke meja kerjanya.
"Kau benar. Mengingat dia adalah adik kembarnya Kaichou, itu akan sangat membantu jika ada duplikatnya Kaichou yang akan menangani dokumen-dokumen sialan ini," keluh satu-satunya siswa laki-laki di ruangan tersebut.
Secara keanggotaan dalam sistem peerage yang dianut oleh bangsa iblis, Sasuke memang secara resmi terdaftar sebagai anggota peerage Sona yang mengonsumsi satu bidak pawn. Namun, dalam struktur keorganisasian OSIS, yang digunakan Sona sebagai basis kelompok mereka berkumpul, Sasuke tidak terdaftar di dalamnya.
Sejatinya, selama masa kepemimpinan Sona sebagai ketua OSIS, Ia akan mewajibkan seluruh anggota iblisnya untuk bergabung dengan organisasi intra sekolah tersebut. Akan tetapi, Sasuke adalah sebuah pengecualian. Atau lebih tepatnya, Sona tidak mau repot-repot memaksa adik kembarnya itu untuk bergabung dengan OSIS, karena Ia sangat tahu tabiat Sasuke itu seperti apa.
"Sasuke-san tidak akan cocok dengan kegiatan di bidang seperti ini—tidak, mungkin dia akan cocok kalau dia mau dan terpaksa. Namun, pada dasarnya, dia bukan tipe orang yang akan mau duduk manis sambil mengerjakan tugas administrasi seperti ini," balas Tsubaki yang merasa perlu meluruskan sesuatu tentang tuan mudanya itu.
Karena ketidakhadiran Sona di ruangan OSIS saat ini, Tsubaki secara otomatis menjadi orang yang bertanggung jawab atas jalannya roda administrasi. Jika berbicara tentang ketidakhadiran sang ketua, semua orang di sini tahu, bahwa ketua mereka sekarang tengah menghadap para jajaran wakil kepala sekolah dan ketika kembali nanti, kemungkinan besar Sona akan membawa oleh-oleh berupa setumpuk tugas baru yang perlu segera diselesaikan.
"Omong-omong, Tsubaki Fukukaichou sepertinya sangat mengenal Sasuke-senpai dengan baik?" tanya siswi termuda di antara kelompok tersebut.
Sambil mengangkat wajahnya, Yura Tsubasa pun ikut berkomentar, "Jika dipikir-pikir lagi, Sasuke-senpai juga memanggilmu dengan honorifik "-san" 'kan, Tsubaki Fukukaichou? Maksudku, itu sangat mencurigakan, mengingat Sasuke-senpai saja memanggil kaichou hanya dengan namanya saja."
'Kau mengatakannya, Tsubasa. Kerja bagus,' batin para anggota lain dengan kompak.
Sebenarnya, hal ini sudah menjadi sebuah pertanyaan bagi mereka semua sejak mereka bertemu dengan Sasuke kemarin. Pasalnya, itu sedikit mengundang tanya, mengingat seseorang yang sangat menghormati dirinya sendiri seperti Sasuke, justru memanggil seseorang dengan honorifik '-san'. Padahal, jika dilihat berdasarkan hierarki sosial, secara tidak langsung Tsubaki adalah bawahan dari Sasuke, mengingat Sasuke adalah saudara kembar Sona. Jadi, secara logika, tidak ada alasan khusus bagi Sasuke untuk memanggil Tsubaki dengan honorifik '-san', kecuali mereka berdua ternyata memiliki hubungan yang sedikit lebih intim daripada sekedar hubungan majikan dan pelayan belaka.
Terlebih, setelah Sasuke mengatakan kepada mereka untuk tidak memanggilnya dengan honorifik '-sama', Tsubaki pun dengan tidak pikir panjang langsung menyebut Sasuke menggunakan honorifik '-san'. Padahal, Sona yang sudah berkali-kali meminta Tsubaki memanggilnya dengan nama biasa saja, Ia tetap memanggil ketuanya itu dengan honorifik '-sama' untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada sang ketua.
Tsubaki yang sedikit tidak menyangka bahwa pertanyaan itu akan tiba-tiba muncul di permukaan, sontak membuat pipinya sedikit bersemu. Namun, satu detik kemudian, Ia telah dapat menguasai dirinya kembali. Meski begitu, seluruh anggota tersebut berhasil menangkap sedikit perubahan yang sempat muncul di diri wakil ketuanya itu.
"Ji- jika berbicara tentang Sasuke-senpai, semua yang ada di dirinya sebenarnya sedikit membingungkan, sih, termasuk kondisinya tubuhnya," ucap Momo yang berusaha mengalihkan pembicaraan karena kecanggungan yang melanda.
Mendengar pernyataan dari Hanakai Momo, membuat Tsubaki sedikit menimbang-nimbang, apakah Ia perlu menjelaskannya atau tidak. Setelah Ia memastikfan bahwa tidak masalah baginya untuk menjelaskan, akhirnya Tsubaki pun buka suara.
"Jika yang kamu maksud adalah Sasuke-san yang tidak memiliki energi sihir sama sekali dan memiliki fisik yang sangat kuat, sebenarnya itu ada hubungannya dengan kondisi Sona-sama yang memiliki jumlah energi sihir yang sangat banyak, tetapi memiliki fisik yang sangat lemah," balas Tsubaki.
Kusaka Reya yang mendengar penjelasan tersebut, lantas memukulkan bagian bawah kepalan tangan kanannya ke telapak kirinya, seolah Ia telah menyadari sesuatu.
"Jangan-jangan, yang kamu maksud itu sebuah mitos yang mengatakan kalau anak kembar itu akan membawa nasib buruk bagi kaum mereka?" tanya Reya.
" … begitulah," jawab Tsubaki setelah diam beberapa saat.
"Eh? Memangnya, hal itu juga berlaku bagi iblis atau ras yang bukan manusia lainnya?" balas Momo yang mengerti maksud arah pembicaraan mereka berdua.
Sedangkan bagi anggota lain, mereka hanya bisa memasang wajah bengong karena tidak tahu apa yang dimaksud oleh mereka bertiga.
Hal itu tidak bisa dipungkiri, mengingat mereka sebelumnya hanya berasal dari manusia biasa. Berbeda dengan Tsubaki, Momo, maupun Reya, yang ketiga orang tersebut memiliki latar belakang seorang penyihir jujutsu yang sudah terbiasa dengan urusan supranatural, sebelum akhirnya mereka bergabung dengan kelompok Sona.
"Tu- tunggu, me- membicarakan fisik Sona Kaichou dan sesuatu seperti mitos tentang kelahirannya tanpa adanya dia sendiri, a- apa tidak masalah?" tanya Ruruko.
"Sona-sama tidak akan keberatan jika aku menceritakan hal ini ke kalian, pun dengan Sasuke-san," balas Tsubaki cepat, "Sejujurnya, Sona-sama bahkan tidak akan keberatan bercerita jika kalian mau bertanya ke dirinya langsung."
Pernyataan Tsubaki itu membuat semua orang yang ada di ruangan ini menjadi tersenyum kikuk. Masalah utamanya bukan tentang mereka yang mau atau tidak mau bertanya. Bahkan, jika berbicara dengan jujur, mereka sangat mau dan sangat penasaran tentang latar belakang ketuanya itu, karena selama ini Sona tidak pernah membahas tentang masa lalunya dan hanya membicarakan tentang cita-cita dan ambisinya di masa depan saja. Akan tetapi, permasalahan yang sesungguhnya adalah mereka tidak berani bertanya ke Sona, baik itu tentang masa lalunya ataupun tentang kondisi tubuhnya yang sangat lemah jika dibandingkan dengan makhluk supranatural lainnya.
"Ja- jadi …?" tanya Saji yang berusaha untuk mengarahkan pembicaraan ini ke topik utama mereka.
"Seperti yang dikatakan Reya, mitos tentang nasib buruk yang menyertai bayi kembar itu tidak hanya berlaku di masyarakat penyihir manusia saja, tetapi juga berlaku di dunia iblis maupun makhluk supranatural lain yang mampu berkembang biak," balas Tsubaki.
"Bayi kembar yang membawa nasib buruk untuk kaumnya? Kenapa?" tanya Tomoe.
Tsubaki yang mendengar pertanyaan itu pun secara tidak sadar mengalihkan pandangannya ke Momo dan Reya. Kedua orang yang dipandangi si wakil ketua itu pun mengerti arti dari tatapan Tsubaki. Meski begitu, yang bisa mereka berikan hanyalah gelengan pelan yang menandakan bahwa mereka pun tidak tahu jawaban dari pertanyaan Tomoe.
Melihat hal itu, Tsubaki pun menghela napas dan berkata, "Entahlah, tidak ada yang tahu dari mana dan apa maksud dari mitos itu. Yang jelas, itu adalah mitos yang sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum Great War terjadi."
Semua yang mendengar jawaban Tsubaki itu hanya bisa memasang ekspresi tidak puas sebagai repsonnya. Namun, mereka tidak bisa melakukan apa-apa, mengingat Tsubaki, Momo, dan Reya yang memiliki pengalaman lebih banyak di dunia supranatural dari mereka saja tidak bisa menjawabnya.
"Lalu, apa hubungannya mitos itu dengan Sasuke-senpai yang memiliki fisik luar biasa kuat dan Sona Kaichou yang memiliki energi sihir yang sangat banyak?" Tanya Saji.
"Ini adalah asumsi dari Serafall-sama," balas Tsubaki, "Menurut beliau, kelahiran mereka sebagai bayi kembar identik membuat Sona-sama dan Sasuke-san terikat dengan batasan ilahi yang sering disebut dengan heavenly restriction."
Beberapa orang di ruangan itu kembali dibuat kebingungan setelah kembali mendengar istilah baru tersebut. Orang-orang seperti Saji, Tomoe, Tsubasa, dan Ruruko yang sebelumnya hanya manusia biasa, selalu merasa asing dengan istilah-istilah baru yang mereka dengar sejak mereka menjadi iblis. Terlebih, sebanyak apa pun mereka belajar, sesuatu seperti mitos tentang bayi kembar dan heavenly restriction tersebut tidak pernah mereka temui di berbagai buku yang sudah mereka baca.
"Eh? Sona Kaichou dan Sasuke-senpai itu kembar identik?" tanya Ruruko yang justru terkejut di bagian yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal supranatural.
Namun, apa yang membuat Ruruko terkejut itu bukanlah sesuatu yang tanpa dasar. Pasalnya, kembar identik atau kembar monozigot ini dalam banyak kasus selalu memiliki jenis kelamin yang sama dan memiliki wajah dan tubuh yang sangat identik. Dalam kasus Sona dan Sasuke, keduanya memang memiliki wajah dengan tingkat kemiripan yang sangat tinggi. Akan tetapi, perbedaan pada kondisi tubuh dan jenis kelaminnya sangatlah berlawanan, sehingga sulit dipercaya jika mereka berdua adalah kembar identik.
Mendengar keraguan itu, Tsubaki lantas membuka ponselnya dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Setelah menemukan sesuatu yang Ia cari, Tsubaki pun mulai menunjukkan layar ponsel pintarnya itu ke para anggota-anggota lainnya. Karena jarak mereka yang cukup jauh untuk melihat isi dari layar ponsel yang ditunjukkan Tsubaki, sontak membuat mereka semua secara otomatis mendekat ke arah sang wakil ketua tersebut.
"Ini adalah foto yang aku dapat dari Serafall-sama. Setidaknya, sampai umur 12 tahun, Sona-sama dan Sasuke-san sangatlah identik," ucap Tsubaki.
"Ini Sona Kaichou dan Sasuke-senpai? Kecuali warna matanya dan gaya rambutnya, me- mereka benar-benar sangat mirip," komentar Momo tanpa sadar.
Di dalam layar ponsel yang ditunjukkan Tsubaki, tampaklah sebuah foto yang menunjukkan dua anak kecil berusia 12 tahun yang saling berdiri berdampingan. Keduanya masing-masing mengenakan setelan tuxedo berwarna putih dan gaun berwarna biru laut. Sasuke kecil dan Sona kecil yang ada di dalam foto itu, mereka benar-benar sangatlah mirip. Mulai dari ekspresi, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk mata, bentuk alis, bulu mata, pipi, dan sampai tingginya pun juga sama. Hal itu sungguh berbeda dengan sekarang, di mana Sasuke memiliki tubuh yang sangat tinggi dan kekar sedangkan Sona hanya memiliki tinggi rata-rata gadis Jepang.
Selain tinggi badan yang berbeda dengan sekarang, hal lain yang membuat berbeda adalah tidak adanya codet di bibir kiri Sasuke serta gaya rambut mereka yang berbeda. Ketika kecil dan masih berada di kediaman Sitri, Sasuke memiliki rambut yang dipotong sedikit pendek dan jambangnya pun tidak sepanjang sekarang. Pun dengan rambut depannya yang ketika kecil disisir ke belakang serta bagian belakang rambutnya yang seperti pantat bebek itu dapat ditata dengan rapi. Sedangkan Sona, Ia memiliki rambut yang sedikit lebih panjang dari sekarang.
"Aku rasa, dari foto ini, sudah cukup jelas kalau mereka adalah kembar identik," ucap Tsubaki, "Jika kalian ragu karena perbedaan jenis kelamin, aku rasa kembar identik pun masih dapat memiliki kelamin berbeda karena mengalami mutasi selama mereka masih dalam fase embrio."
Seperti yang telah dijelaskan, pada dasarnya, kembar memiliki dua jenis, yakni kembar monozigot atau sering disebut kembar identik, sedangkan jenis lainnya adalah kembar dizigot atau kembar fraternal atau secara sederhana bisa disebut kembar yang bukan identik. Perbedaan kembar monozigot dan kembar dizigot terletak pada kondisi sel telur ketika dibuahi oleh sperma.
Pada kembar dizigot atau kembar yang bukan identik, sejatinya terdapat dua buah sel telur yang berbeda pada satu induk yang dibuahi oleh dua buah sel sperma yang berbeda pula dalam waktu yang bersamaan. Dalam prosesnya, kembar dizigot ini memiliki ketuban dan plasenta yang berbeda. Secara genetik, kembar dizigot ini tidak memiliki kemiripan yang tinggi sehingga bisa dianggap sebagai adik-kakak biasa. Dalam kasus kelahiran-kelahiran bayi kembar, kembar dizigot inilah yang jauh lebih banyak terjadi.
Sedangkan kembar monozigot atau kembar identik, mereka berasal dari satu buah sel telur yang sama dan dibuahi oleh satu sel sperma yang sama dan membentuk satu zigot. Kemudian, pada rentang waktu 13 hari, satu zigot tersebut akan membelah menjadi dua embrio yang berbeda. Dalam perkembangannya, dua embrio itu akan berbagi satu plasenta yang sama. Karena berasal dari satu sel telur dan satu sel sperma yang sama, kembar ini memiliki tingkat kemiripan genetik dan DNA yang sangat tinggi dan bisa dibilang 95% pasti memiliki jenis kelamin yang sama.
Namun, bukan berarti kembar monozigot ini tidak dapat memiliki jenis kelamin berbeda. Terkadang, terdapat sebuah mutasi ketika proses terpisahnya embrio yang menyebabkan perbedaan jenis kelamin terjadi, tetapi itu adalah kasus yang sangat jarang terjadi. Kondisi lingkungan dan cara hidup juga akan memengaruhi perbedaan pada fisik kembar identik ketika mereka masuk masa pubertas.
Pada proses kehamilan, kembar monozigot ini lebih rentan terkena kelainan, mulai dari kekurangan nutrisi karena kemungkinan yang tinggi akan terlilitnya plasenta, sampai terjadinya kembar siam karena embrio tidak bisa terbelah dengan sempurna.
"Ini adalah lanjutan dari hipotesis Serafall-sama. Menurut beliau, karena Sona-sama dan Sasuke-san adalah kembar identik dan berasal dari satu zigot yang sama, maka mereka bisa disebut sebagai dua orang yang sejatinya adalah satu individu yang sama," jelas Tsubaki, "Dan karena mereka dianggap satu individu yang sama yang terbagi pada dua tubuh, hal itu membuat energi sihir dan fisik yang sehat yang seharusnya menjadi satu kesatuan itu pun turut terpisah mengikuti dua embrio yang juga terpisah dari satu zigot tersebut."
Beberapa dari mereka ada yang tidak mengerti dengan yang diucapkan oleh Tsubaki, tetapi beberapa pula ada yang mulai paham ke arah mana pembicaraan ini akan bermuara.
Sambil mencubit dagunya, Momo membalas, "Jadi, hal itulah yang memicu terjadinya heavenly restriction pada Sasuke-senpai?"
Setelah diam sejenak, Tsubaki membalas, "Bukan hanya Sasuke-san, tetapi Sona-sama juga terikat dengan heavenly restriction."
"Apa? Sona Kaichou juga?" ucap Reya yang kaget, "Tunggu, jika Sasuke-senpai adalah heavenly restriction tipe superhuman strength, apa itu berarti, Sona Kaichou adalah jenis heavenly restriction tipe abundant energy? Ji- jika se- seperti itu, bukankah itu berarti So- Sona Kaichou …,"
Kusaka Reya tidak mampu mengakhiri ucapannya, karena Ia tidak tega membayangkan ketuanya ternyata memiliki kondisi yang sama dengan orang yang Ia kenal, yang juga terikat dengan heavenly restriction tipe abundant energy. Pun demikian dengan Momo, Ia hanya bisa menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kanannya, karena Ia tahu, harga apa yang harus dibayar oleh orang yang terikat oleh heavenly restriction dengan tipe yang seperti itu.
"Tu- tunggu, se- sebenarnya, apa itu heavenly restriction, superhuman strength, dan abundant energy? Aku tidak tahu, apa itu ada hubungannya dengan kembar identik atau semacamnya?" tanya Tomoe yang tidak paham dengan istilah-istilah baru yang muncul.
Namun, sebelum dia mendapat jawaban yang Ia inginkan, pintu ruang OSIS pun telah terbuka terlebih dahulu. Di pintu tersebut, terlihat seorang Sona Sitri yang masuk dan menutup kembali pintu itu dengan rapat. Masuknya sang ketua lantas membuat suasana menjadi sangat canggung. Meskipun Tsubaki sudah bilang bahwa tidak ada masalah untuk dia bercerita tentang Sona, tetapi itu adalah sesuatu yang berbeda apabila si objek pembicaraan tersebut tiba-tiba masuk.
"Tidak ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara kembar identik dengan heavenly restriction," ucap Sona sambil berjalan menuju kursi yang dikhususkan untuk dirinya.
"Heavenly restriction yang menimpaku dan Sasuke-kun, itu hanya sebuah kebetulan yang acak saja," jelas Sona lebih lanjut.
Mendengar jawaban dari Sona, membuat perasaan mereka sedikit campur aduk. Bagi mereka yang mendengar jawaban Sona dengan nadanya yang ramah, membuat mereka sedikit lega karena ketuanya itu tidak tersinggung atau semacamnya. Namun, hal itu tidak membuat rasa canggung mereka menjadi hilang begitu saja.
"Heavenly restriction adalah sebuah kondisi yang sangat jarang terjadi dan itu akan menimpa seseorang secara acak," ucap Sona setelah Ia duduk di kursinya, "Untuk heavenly restriction tipe superhuman strength, sejarah telah mencatat, sejak dulu sampai sekrang, hanya ada tujuh orang dengan tipe tersebut, termasuk Sasuke-kun dan seorang petarung asal China yang bernama Rock Lee. Sedangkan untuk abundant energy, hanya ada lima orang sepanjang sejarah, termasuk diriku dan Akasuna Sasori dari Asosiasi Penyihir Jujutsu."
"A- aku masih tidak mengerti. Jika dilihat dari artinya, superhuman strength itu berarti individu dengan fisik super dan abundant energy itu individu dengan energi sihir melimpah, 'kan?" tanya Saji yang mendapat anggukan dari Sona, "Itu berarti, orang yang memiliki heavenly restriction itu sangatlah beruntung?"
"Tentu saja tidak!" balas Momo dan Reya dengan serempak sambil sedikit berteriak dan itu membuat pemuda pirang itu sedikit terkejut.
"Saji, heavenly restriction bukanlah berkah, tetapi musibah. Meskipun itu terdengar seperti sesuatu yang menguntungkan, ada harga yang harus dibayar untuk orang yang terikat dengan heavenly restriction-nya," jelas Momo yang masih meninggikan suaranya.
Melihat salah satu anggotanya yang terbawa emosi, membuat Sona harus menghela napasnya. Ia memaklumi dengan apa yang diucapkan Momo. Meskipun pada dasarnya Ia memiliki energi sihir yang melimpah, itu tidak akan ada gunanya jika tidak didukung dengan tubuh yang prima. Bahkan, jika boleh memilih, Sona lebih ingin memiliki energi sihir yang dengan jumlah normal dan didukung dengan tubuh yang prima daripada harus terikat dengan heavenly restriction seperti ini.
"Yang dikatakan oleh Momo itu benar. Heavenly restriction bukanlah sebuah berkah," balas Sona.
Untuk memberikan pemahaman yang tidak melenceng bagi para anggotanya yang berlatar belakang hanya manusia biasa, Sona pun mulai menjelaskan tentang heavenly restriction dengan pelan.
Heavenly restriction atau batasan surgawi, sebuah kondisi atau batasan yang telah ditetapkan ke seseorang sejak lahir. Oleh sebab itu, heavenly restriction atau batasan surgawi ini terkadang juga disebut sebagai batasan ilahi. Pada dasarnya, tidak ada satu pun yang tahu, bagaimana heavenly restriction itu bisa terjadi. Berdasar dari catatan sejarah yang ada, mereka yang mengalami ini berasal dari berbagai latar belakang yang sangat acak, sehingga tidak bisa ditarik garis kesimpulannya.
Namun, jika berkaca pada sejarah, heavenly restriction ini seharusnya hanya terjadi pada manusia saja. Oleh sebab itu, Sasuke dan Sona adalah iblis berdarah murni pertama yang mendapat batasan surgawi.
Berdasarkan dari kasusnya, heavenly restriction terbagi menjadi dua jenis, yaitu superhuman strength dan abundant energy. Heavenly restriction superhuman strength adalah kondisi yang membuat energi sihir pada diri seseorang berada pada batas paling minimal, sehingga tidak bisa digunakan sama sekali. Namun, sebagai gantinya, orang itu akan mendapat peningkatan pada fisik dan kelima indranya. Dalam kasus ini, Sasuke adalah makhluk pertama yang heavenly restriction-nya membuatnya terlahir tanpa memiliki energi sihir sema sekali. Sedangkan untuk heavenly restriction abundant energy, pada dasarnya adalah kebalikan dari superhuman strength. Seseorang dengan kondisi ini akan memiliki energi sihir yang sangat melimpah, tetapi sebagai gantinya, orang tersebut akan mengalami kecacatan pada fisiknya.
Karena memiliki fisik yang super kuat, heavenly restriction superhuman strength akan lebih cocok untuk digunakan sebagai kegiatan di luar supranatural. Sedangkan karena memiliki fisik yang cacat, heavenly restriction tipe abundant energy tidak memiliki pilihan lain selain hidup sebagai penyihir.
Meskipun terdengar sedikit menguntungkan, tetapi hal tersebut memiliki pola yang sama untuk setiap orang atau golongan yang tertimpa oleh heavenly restriction. dari tujuh kasus superhuman strength, enam di antaranya dialami oleh orang-orang dari keluarga penyihir. Sedangkan untuk abundant energy, empat dari lima orang tersebut berasal dari non-penyihir, yang tidak memiliki latar penyihir. Honda Tadakatsu adalah satu-satunya heavenly restriction superhuman strength yang berasal dari keluarga yang bukan penyihir dan Sona Sitri adalah satu-satunya heavenly restriction abundant energy yang berasal dari latar belakang masyarakat yang memanfaatkan sihir setiap harinya.
"Dan Honda Tadakatsu juga seorang heavenly restriction? Honda Tadakatsu yang tangan kanannya Tokugawa Ieyasu itu?" imbuh Saji yang dibalas anggukan oleh Sona.
"Kecacatan? Cacat yang Anda maksud, a- apakah itu benar-benar cacat seperti yang saya pikirkan?" tanya Tomoe setelah menyimak penjelasan Sona.
"Sebagai ganti memiliki energi sihir yang melimpah, orang tersebut akan kehilangan beberapa anggota tubuhnya, bahkan juga organnya," balas Sona sambil membenarkan letak kacamatanya, "Hal tersebut sebenarnya juga berlaku untukku."
"A- apa? Bu- bukankah Kaichou me- memiliki anggota tubuh yang lengkap?" tanya Ruruko yang terkejut.
"Itu karena perawatan rutin yang telah kulakukan sejak aku berusia lima tahun," jawab Sona.
"Perawatan rutin?" beo satu-satunya perempuan berambut putih di ruangan itu.
Sona mengangguk dan menjawab, "Sampai aku berusia 15 tahun, setidaknya, aku harus menjalani perawatan satu bulan sekali untuk mencegah tubuhku yang membusuk karena tidak kuat menahan jumlah energi sihirku."
Setelah menjelaskan hal tersebut, Sona mengangkat dan mengarahkan kesepuluh jarinya ke depan. Tidak ada sesuatu yang terlihat mencolok di sana, kecuali tiga buah cincin yang dua di antaranya di jari manis dan tengah tangan kirinya, serta satu terpasang di jari telunjuk tangan kanannya.
"Ketiga cincin ini adalah alat sihir yang berfungsi meningkatkan efisiensi sihirku sekaligus dapat menjadi tempat penyimpanan sementara energi sihirku yang terus menerus terbuang meskipun aku tidak melakukan apa-apa," ucap Sona yang kemudian menurunkan kembali tangannya.
"Selain itu, kedua anting-antingku juga memiliki fungsi yang sama," imbuh Sona sambil menunjuk anting-antingnya.
Reya yang mendengar jawaban itu sedikit memicingkan matanya. Ada beberapa hal yang membuat dirinya merasa kurang puas atas jawaban ketuanya itu.
"Sampai usia 15 tahun? Jadi, sejak usia 15 tahun dan memakai alat sihir itu, apa itu berarti Anda sudah tidak perlu perawatan lagi, Kaichou? Maksudku, selama aku menjadi anggota kelompok ini, aku tidak pernah melihat Kaichou melakukan perawatan atau semacamnya," tanya Reya.
"Begitulah. Namun, bukan alat sihir ini yang membuatku berhenti melakukan perawatan. Seperti yang aku bilang, alat-alat sihir ini hanya untuk efisiensi dan penyimpanan sementara energi sihirku saja."
Secara analogi, hubungan antara tubuh Sona yang lemah dan energi sihirnya yang sangat banyak dapat diibaratkan dengan lava panas yang dituang ke dalam gelas. Karena pada dasarnya gelas adalah benda yang rapuh, gelas tersebut cepat atau lambat akan pecah begitu lava dituangkan ke dalamnya. Pun dengan Sona, tubuh Sona yang memiliki fisik setara manusia normal, tidak akan kuat menahan energi sihirnya yang terlalu banyak, sehingga membuat kondisi tubuhnya akan semakin memburuk apabila tidak dilakukan penanganan.
Jika ditarik secara logika, hal itu bisa ditangani apabila Sona membuang atau menggunakan energi sihirnya secara berkala. Namun, praktiknya tidak sesederhana itu. Dengan tubuh yang sangat lemah dan diperparah dengan jumlah energi sihir yang sangat besar, membuat tubuh Sona akan cepat membusuk begitu Ia menggunakan sihirnya. Itulah yang menyebabkan para heavenly restriction tipe abundant energy mengalami kecacatan permanen secara perlahan.
Belajar dari pengalaman mereka, akhirnya bangsa iblis yang digagas oleh Ajuka Beelzebub dan dengan klan Sitri sebagai sponsor utamanya, berhasil mengembangkan alat sihir yang bisa menyedot energi sihir Sona tanpa harus membebani tubuh lemahnya.
"Lalu, jika bukan karena alat sihir, bagaimana Anda bisa mengatasi efek dari heavenly restriction, Kaichou?" tanya Momo.
Sona menengadahkan kepalanya ke langit-langit sejenak. Ingatannya kembali menerawang dan menembus jauh ke masa lalu, ke masa-masa Ia akan melakukan segala cara agar dirinya tidak hidup dengan ketergantungan terhadap alat sihir milik bangsa iblis, yang ironisnya Ia justru dijadikan seperti sapi perah dan objek penelitian untuk terus mengembangkan alat-alat sihir tersebut.
"Aku dulu melakukan banyak cara, tetapi semuanya gagal. Sampai akhirnya Sasuke-kun mengenalkanku dengan Tsubaki dan Tsubaki mengajariku banyak hal, mulai dari sihir jujutsu sampai bagaimana ayakashi tercipta," balas Sona sambil menengok ke arah Tsubaki dengan senyumannya yang hangat, "Mulai dari situ, aku sedikit menemukan harapan agar tubuhku tidak membusuk meskipun tanpa harus bergantung dengan alat sihir setiap bulannya."
"Yah, meskipun mungkin yang aku lakukan ini akan terdengar sedikit tabu, sih," imbuh Sona.
"Ayakashi? Tabu?" tanya Reya yang masih tidak menemukan benang merah dari penjelasan Sona.
Ayakashi, sebuah makhluk tak kasat mata yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang telah melatih sihirnya. Oleh karenanya, keberadaan makhluk ini tidak diketahui oleh manusia biasa. Ayakashi tercipta karena perasaan atau emosi negatif manusia yang terus menerus keluar dan terakumulasi sejak lama, yang akhirnya membentuk sebuah monster astral yang akan membahayakan manusia. Oleh sebab itu, tempat-tempat seperti sekolah, rumah sakit, kantor, tempat perjudian, dan tempat yang telah ditinggalkan sering sekali menjadi tempat di mana ayakashi sering tercipta.
Umumnya, ayakashi tidak memiliki kecerdasan. Namun, ada beberapa ayakashi yang memiliki kecerdasan yang tinggi, hal itu tergantung dengan seberapa besar kekuatan mereka. Semakin kuat mereka, mereka pun bisa saja menampakkan dirinya di hadapan manusia biasa. Hal itulah yang membuat beberapa ayakashi akan dikenal manusia sebagai dewa rakyat dan memiliki legendanya tersendiri. Yamata no Orochi adalah salah satu ayakashi yang berhasil sampai ke tahap tersebut. Meski begitu, karena pada dasarnya ayakashi tercipta dari emosi negatif, mereka pun tetap memiliki sifat licik meskipun telah berevolusi sedemikian rupa.
Karena hal itu juga, banyak dewa dan youkai yang tidak mengakui ayakashi sebagai kaum mereka. Pada akhirnya, Asosiasi Penyihir Jujutsu yang sudah ada sejak Zaman Nara, ditunjuk langsung sebagai pelayan dewa dari pihak manusia untuk membasmi para ayakashi.
Sementara itu, di belahan dunia Barat, ayakashi lebih dikenal sebagai cursed spirit atau jiwa yang terkutuk. Manusia yang tergabung dalam organisasi exorcist yang dikelola oleh gereja, menjadi pihak yang bertanggung jawab atas pembasmian ayakashi atau cursed spirit tersebut.
"Aku akan menjelaskannya di lain waktu, karena ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," ucap Sona sebagai jawaban atas pertanyaan Reya.
Mendengar balasan dari ketuanya, membuat mereka semua merasa sedikit kecewa. Namun, jika memang itu yang diinginkan oleh ketuanya, mau bagaimana lagi? Lagi pula, Sona yang bersedia untuk menceritakan tentang dirinya sendiri sudah membuat mereka cukup senang, karena mereka merasa telah benar-benar dipercayai oleh ketuanya itu.
Melihat sedikit raut kecewa di wajah para bawahannya, membuat Sona menjadi sedikit tidak enak hati. Hal itu membuat Sona kembali membuka suaranya.
"Aku berjanji, aku akan memberi tahu kalian jika waktunya sudah tiba, termasuk rahasia teknik Sasuke-kun yang Ia kembangkan dari teknik yang diciptakan oleh Honda Tadakatsu," ucap Sona dengan senyum tipisnya.
Namun, ketika kata 'Sasuke' keluar dari mulutnya, Ia menjadi teringat sebuah pesan dari adiknya itu.
"Ruruko-chan," panggil Sona dan membuat gadis termuda di kelompoknya sontak menengok ke arahnya. "Mulai besok, kamu akan berlatih di bawah bimbingan Sasuke-kun."
"E- eeehhh?" respon Ruruko yang kaget karena ucapan Sona. Pasalnya, dia masih sedikit takut dengan hawa keberadaan adik kembar Sona itu.
"Aku sedikit terkejut, dengan kamu yang sangat peka terhadap aura negatif seseorang. Sasuke-kun memiliki panca indra yang sangat-sangat tajam, tetapi tidak bisa merasakan aura negatif. Meskipun begitu, kamu akan cocok jika dilatih olehnya. Selain itu, Sasuke-kun juga memiliki teman dekat, seorang youkai dari ras rubah, yang sama-sama bisa merasakan aura negatif sepertimu. Jadi, Sasuke-kun pasti memiliki pengalaman dan gambaran tentang bagaimana memanfaatkan kemampuanmu dengan tepat. Jika perlu, aku bahkan tidak keberatan untuk meminta rubah idiot itu kemari, meskipun itu akan sangat menyebalkan," jelas Sona dengan panjang.
'Tidak, jika perlu, aku tidak ingin si idiot itu kemari. Dia dan Sasuke-kun adalah kombinasi terburuk yang akan merusak mata dan telingaku,' batin Sona yang bertentangan dengan apa yang Ia ucapkan.
Mendengar perkataan ketuanya yang begitu memerhatikan dirinya meskipun dia bukanlah siapa-siapa, membuat hati Ruruko sangat tersentuh. Meskipun dia bukan seseorang dengan latar belakang seperti Tsubaki, Momo, dan Reya yang merupakan penyihir jujutsu sebelum mereka direinkarnasi menjadi iblis, meskipun dia bukan seseorang seperti Tomoe dan Tsubasa yang memiliki dasar-dasar ilmu bela diri yang memumpuni, meskipun dia tidak memiliki sacred gear seperti Saji, meskipun dia hanyalah seorang gadis biasa yang tidak memiliki apa-apa dan direinkarnasikan karena murni perasaan simpati dari Sona, tetapi ketuanya itu sangat memerhatikan dirinya dan memikirkan tentang bagaimana dia bisa berkembang menjadi iblis yang mandiri.
Ruruko tidak pernah berpikir dia memiliki kemampuan seperti ini. Dia hanyalah korban perundungan sejak kecil, yang pada akhirnya berakhir dengan membuat kontrak agar Ia bisa hidup bahagia dan berharap memiliki tempat di mana orang-orang bisa menerimanya. Alih-alih mengabulkan itu, iblis yang Ia panggil itu justru menawarinya untuk bergabung ke dalam kelompoknya. Seperti itulah, bagaimana Ia bisa berakhir menjadi seorang iblis di kelompok Sona.
"Ji- jika itu bisa membantu Kaichou mencapai impiannya, a- aku tidak keberatan berlatih dengan Sasuke-senpai," balas Ruruko yang sudah memantapkan hatinya untuk menjawab ekspektasi ketuanya tersebut.
Mendengar hal itu, tidak ada hal lain yang bisa Sona lakukan selain memasang senyum yang tulus. Melihat gadis rapuh yang dulu Ia temui telah menjadi gadis yang memiliki pendirian, tentu saja membuat perasaan Sona menjadi lebih hangat.
"Baiklah, sekarang, ada sesuatu yang harus aku sampaikan," ucap Sona kemudian yang telah berubah ke mode ketuanya.
Semua yang mendengar perkataan Sona, akhirnya ikut memasang telinga mereka dengan baik, agar tidak melewatkan satu pun kata dari ketua mereka.
"Aku mendapat informasi dari Sasuke-kun. Pagi tadi, dia menemukan dua orang exorcist yang sedang berkeliaran di Barat Daya, di peberbatasan kota Kuoh dengan kota Chiba," ucap Sona yang menjelaskan duduk permasalahannya, "Mereka tidak mengirimkan pemberitahuan apa pun ke kita tentang kegiatan mereka, aku juga ragu mereka meminta izin resmi ke Asosiasi Penyihir Jujutsu untuk beroperasi di wilayah Jepang."
"Jika dugaanku benar, mereka akan mulai masuk ke Kuoh siang ini. Jika mereka memiliki itikaf baik, mereka seharusnya akan datang ke SMA Kuoh sore ini," imbuh Sona, "Namun, entah mereka memiliki itikaf baik atau tidak, pergerakan mereka di perbatasan Kuoh dan Chiba sudah cukup mencurigakan."
"Oleh karena itu, kalian bersiaplah untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi," lanjut Sona dan kemudian menatap Tsubaki, " Lalu Tsubaki, pergilah bersama Momo dan Reya sekarang untuk mengumpulkam informasi apa pun seputar apa saja yang terjadi di Kuoh dan sekitarnya, termasuk informasi tentang fenomena supranatural dan orang asing yang mencurigakan."
Sona memang terkenal sebagai gadis yang workaholic, yang akan tegas kepada siapa pun dan apa pun yang berada di bawah tanggung jawabnya. Tipe atasan seperti dia sering kali tidak disukai oleh bawahannya karena selalu menuntut untuk melakukan kerja cepat, efisien, dan presisi. Tidak jarang pula para anggotanya ini mengeluh karena standar pekerjaan yang dimiliki Sona.
Akan tetapi, sekali mereka melihat Sona mengubah mode kerjanya menjadi pemimpin kelompok iblis yang menjaga teritorinya, kata mengagumkan tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana hebatnya Sona dalam mengatur dan memberdayakan seluruh anggotanya untuk mencegah hasil terburuk itu terjadi.
Karena itulah, segila apa pun Sona dalam hal pekerjaan, itu tidak akan mengurangi rasa hormat mereka terhadap ketuanya itu. Bahkan, semakin banyak Sona memberikan sentuhan ajaibnya melalui strategi-strateginya yang unik, hal itu membuat mereka semakin menghormati ketuanya tersebut.
"Baik, Kaichou!" ucap mereka dengan serentak.
Bersambung
Author Note : Malammm yahh saya kembali dengan chapter 3. gak kerasa banget bisa nulis sampai 7,3k kata. Yah, tapi emang nulis full diskusi kayak gini emang lebih mudah daripada adegan fight kayak kemarin sih, jadi gak kerasa tahu2 udah 7,3k kata aja. dari chapter prolog sampai chapter ini, saya masih pengen ngenalin karakter Sasuke dan Sona. Jika dua chapter kemarin sudah aku buat untuk ngenalin Sasuke, chapter ini saya buat untuk sedikit mengenalkan karakter Sona.
Oke, langsung pemahasan aja. ada satu review yang masuk, yang tanya tentang pertandingan catur antara Sona dan Sasuke, kebetulan, saya juga sejak awal sudah kepikiran ngemasukin itu buat bahan pengenalan Sona, sekaligus buat bahan perbandingan antara bakat Sona dan Sasuke yang condong ke arah yang berbeda. So, kalau dibilang siapa yang lebih pintar, jawabannya adalah gak ada, karena Sona dan Sasuke memiliki wilayah kemampuan mereka masing-masing. Juga, di sini saya juga jelasin kalau bayi kembar itu memiliki mitos buruk yang mengiringinya. Jadi, untuk yang dulu ngasih masukan buat Naruto jadiin kembarannya Rias, di sini akan saya tegaskan kalau itu gak akan terjadi, karena status kembar identik Sasuke dan Sona di sini memiliki esensi yang sangat penting di cerita. jika ada kembar lain, khususnya itu ada di satu ras dan satu generasi yang sama, esensi ceritanya pun akan ikut terganggu.
Untuk "rubah" yang kembali saya singgung di chapter ini, yaaa kalian sudah tahu siapa dia.
Selanjutnya, saya cuma pengen bilang, kalau Tsubaki, Momo, dan Reya di sini saya buat memiliki latar belakang yang berbeda dari originalnya. di sini, saya buat mereka bertiga berasal dari keluarga penyihir jujutsu dan nanti akan memiliki sihir khas mereka bertiga sendiri. di sini juga saya akan membuat kelompok Sona lainnya memiliki beberapa perbedaan dari originalnya (kecuali Saji yang memang kakuatannya memiliki elemen yang cukup penting di originalnya). Singkatnya, saya gak akan membuat mereka memiliki artificial sacred gear seperti di originalnya.
Sedangkan untuk latar belakang Sona (dan juga Sasuke tentu saja), sebenarnya masih banyak yang gak saya bahas dan akan lebih saya eksplor lagi seiring berjalannya cerita. Jadi, yaaa, itu saja dariku. review dan kritik dari kalian akan sangat membantu dalam perbaikan cerita ini kedepannya.
