Naruto by Masashi Kishimoto

Highschool DxD by Ichie Ishibumi

genre : Fantasy, Action, Family, Friendship

Summary : Mereka berdua adalah sepasang saduara kembar, dua orang yang telah ditakdirkan bersama dan saling berbagi sejak sebelum mereka lahir. Meski begitu, mereka bukanlah kembar yang biasa. Dengan berbagai rintangan yang telah menanti mereka di depan sana, mampukah mereka melewatinya dan membuktikan nilai dari keberadaan mereka?

Chapter 4 : Berpikir Bijaklah Ketika Kau Berurusan Dengan Api.


~~XxXxX~~

"Jadi, apa kau sudah menemukan sesuatu, Sona?"

Sona yang mendengar pertanyaan itu pun melepaskan pinggiran cangkir yang menempel di mulutnya dan meletakkan cangkir tersebut ke atas meja. Ia kecapkan sejenak lidahnya untuk menyesuaikan rasa manis yang baru saja Ia rasakan dari teh hitam yang baru saja Ia minum.

"Tidak banyak. Momo dan Reya masing-masing aku perintahkan untuk berpatroli di sisi Barat dan Selatan kota Kuoh. Sedangkan Tsubaki aku tugaskan untuk mencari kejanggalan-kejanggalan dan jejak kegiatan supranatural di dalam kota."

"Utara dan Selatan kota Kuoh? Kota Narita dan Ichihara, ya? Tidak, jika itu Selatan, seharusnya Tateyama menjadi pintu masuk yang bisa digunakan jika memang ada penyusup yang masuk," balas Sasuke sambil mencubit dagunya dan mengingat letak geografi kota Kuoh.

Kota Kuoh, sebuah kota yang tidak terlalu besar, tetapi juga bukan kota kecil, yang terletak di Prefektur Chiba. Meskipun tidak sebesar Kota Chiba, yang menjadi ibukota Prefektur Chiba, atau Kota Narita, yang merupakan letak Narita International Airport, Kota Kuoh tetap memiliki nilai lebihnya tersendiri. Secara geografi, Kota Kuoh dikelilingi oleh kota-kota strategis di Prefektur Chiba, seperti Kota Chiba, Narita, dan Choushi. Kota Kuoh juga memiliki akses jalan tol dan jalan alternatif serta transportasi umum yang langsung menuju ke Kota Tateyama—ujung Selatan Prefektur Chiba—yang membuat warga Kuoh pada umumnya tidak perlu memutar melalui Kota Chiba hanya untuk sekedar naik tol atau harus beralih dari transportasi umum satu ke transportasi umum lainnya hanya untuk pergi ke Tateyama.

Hal tersebut yang membuat Sasuke berpikir, bahwa menyusup melalui Tateyama adalah pilihan terbaik jika para penyusup tersebut tidak ingin tertangkap oleh Asosiasi Penyihir Jujutsu, mengingat kelompok penyihir dari Jepang tersebut telah meningkatkan keamanan mereka setelah tahun lalu terjadi insiden penyerangan besar ke Kota Kyoto dan Takamagahara oleh sekelompok teroris dari berbagai ras dan golongan.

"Selain itu …, mungkin kamu sudah merasakannya, tetapi biar kuperjelas. Berdasar dari familiar-ku yang aku tempatkan di atap gedung sekolah untuk mengawasi area sekitar, sepertinya kedua exorcist tersebut tengah berkumpul dengan kelompok Rias di halaman belakang gedung Klub Penelitian Ilmu Ghaib," imbuh Sona.

"Ya. Meskipun sedikit, aku masih bisa merasakan energi suci dari kedua exorcist itu. Terlebih, jika kurasakan dengan baik, sepertinya mereka membawa pecahan pedang Excalibur," balas Sasuke sambil menerawang jauh ke luar jendela, "Perasaan ini mengingatkanku dengan salah satu pedang milik si Pendragon itu."

Tanpa berniat membalas ucapan adik kembarnya itu, Sona kembali menyesap teh hitam dari cangkirnya itu. Baginya, selama Si Pantat Bebek itu sudah mengerti dengan situasinya sekarang, itu sudah cukup untuk Sona. Oleh sebab itu, Ia tidak akan peduli dengan perasaan nostalgia seperti apa yang saat ini tengah dirasakan adiknya terhadap pecahan pedang Excalibur tersebut. Lagi pula, secara garis besar, Sona sudah bisa menebak apa yang dipikirkan oleh pemuda yang duduk di kursi seberangnya itu.

Merasakan rasa pahit bercampur manis dari teh hitamnya, membuat Sona secara tidak langsung ikut menaglihkan pandangannya ke arah luar jendela. Pemandangan langit sore memang menjadi sebuah kombinasi yang menyenangkan setiap kali Ia menikmati tehnya ini. Terlebih, suasana kali ini sedikit berbeda dengan suasana sore yang biasa Ia lewati.

Sudah cukup lama bagi Sona tidak dapat menikmati waktu minum tehnya bersama adik kembarnya itu. Meskipun Ia tidak pernah mengatakannya, Sona sangat bahagia karena bisa menikmati suasana tenang berdua, bersama dengan dengan adiknya saat ini. Yah, meskipun pada kenyataannya, situasi saat ini tidak bisa dikatakan dengan 'menikmati teh hanya dengan adiknya', karena sekarang masih ada anggota OSIS lain yang berdiri di belakangnya.

Selain dirinya dan Sasuke yang saat ini tengah duduk manis di dua buah sofa panjang yang diletakkan di tengah ruangan, yang hanya di batasi dengan meja kaca di antara sofa, di ruangan OSIS saat ini juga ada sisa-sisa anggota lain yang tidak diutus oleh Sona untuk berpatroli. Jika memungkinkan, sebenarnya Sona juga ingin mengirim mereka. Namun, mengingat risiko yang mungkin terjadi dan ditambah dengan kemampuan mereka yang masih kurang, Sona tidak ingin bertaruh untuk keselamatan para anggotanya tersebut.

Bagaimanapun, mereka yang berada di sini saat ini adalah mereka yang sebelumnya hanya manusia biasa. Mereka tidak punya kepekaan yang tinggi terhadap sihir ataupun pengalaman yang banyak dalam hal dunia supranatural seperti Tsubaki, Momo, dan Reya. Jika ini hanya kasus biasa seperti berburu iblis liar atau berburu ayakashi, Sona tidak akan segan mengirim para anggotanya. Namun, meningat situasi saat ini juga melibatkan exorcist dari Barat—terlebih mereka adalah pemegang pecahan Excalibur—membuat Sona yakin, ini bukanlah kasus sepele.

"Jika mereka ada di sini dan sedang bersama dengan kelompok Rias-senpai, bukankah kita juga harus menyusulnya, Kaichou?" tanya Meguri kepada Sona dan Sasuke.

"Normalnya, aku akan berpikir seperti itu. Namun, untuk sekarang, kita akan menyerahkannya pada Rias. Lagi pula, Rias pasti akan mengirim perwakilannya padaku untuk memberi tahu situasinya," balas Sona sambil kembali menyesap sisa-sisa terakhir dari minumannya.

"Selain itu, sebentar lagi …, kita akan kedatangan tamu," imbuhnya lebih lanjut.

Tidak sempat Saji dan yang lainnya merespon dan bertanya lebih lanjut, tiba-tiba muncul sebuah lingkaran sihir berwarna orange di lantai, di sudut ruangan. Di dalam lingkaran tersebut, terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan huruf kanji dan membentuk sebuah pola yang unik dan di tengah-tengahnya terdapat sebuah gambar rubah berekor sembilan yang digambar menggunakan gaya ukiyo-e.

Pola-pola unik yang terbuat dari tulisan yang mengeliling gambar rubah itu berputar searah jarum jam dengan pelan. Seiring berputarnya pola tersebut, jilatan-jilatan api kecil pun turut muncul menyertainya. Berselang dua detik kemudian, keluarlah cahaya emas yang menyilaukan dari lingkaran sihir tersebut. Seluruh orang di dalam rurangan yang menyaksikan cahaya tersebut, secara otomotis memicingkan matanya untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata mereka.

Tidak berselang lama, cahaya itu pun semakin meredup. Seiring menghilangnya cahaya itu dari pandangan mereka, terlihatlah sesesok pemuda yang berada di balik cahaya tersebut.

Surai pirang cerah dan mata biru laut milik pemuda itu tampak sangat mencolok, sehingga cukup mudah untuk menarik perhatian beberapa pasang mata yang berada di dalam ruangan. Selain itu, sesuatu di wajahnya yang mirip seperti kumis kucing itu juga tidak kalah memikat mata. Yang tidak kalah penting, senyum lebar yang senantiasa menghias wajah sang pemuda itu tampak sangat sempurna untuk menunjukkan aura hangatnya.

Ia memiliki perawakan cukup tinggi jika diukur menggunakan standard rata-rata orang Jepang. Namun, dia masih belum cukup tinggi jika dibandingkan dengan Sasuke yang memiliki tinggi 190 centimeter.

Pemuda tersebut mengenakan setelan berupa jersey Tokyo FC yang bercorak merah-biru sebagai atasannya dan celana jeans berwarna biru tua sebagai bawahannya. Sneakers putih dengan logo nike juga turut menjadi pelengkapnya. Selain itu, di lehernya juga melingkar sebuah scarf berwarna merah dan biru, yang di ujungnya terdapat logo Tokyo FC.

"Yo, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu secepat ini, Teme," sapanya kepada Sasuke yang kemudian mengalihkan pandanganya kepada Sona, "Dan lama tidak berjumpa, Sona-chan."

Sona yang mendapati sapaan itu hanya menutup kelopak matanya dan mengnaggukkan kepalanya pelan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Namun, meski mendapati respon dingin seperti itu, pemuda tersebut tidak ambil pusing dan berjalan begitu saja ke kursi sofa tempat sepasang saudara kembar itu duduk. Sesampainya di sana, tanpa perlu repot-repot mengucapkan permisi atau hanya sekedar basa-basi, Ia langsung duduk begitu saja di samping Sasuke.

"Menajuhlah dariku, Naruto. Baumu seperti durian busuk yang dibiarkan membusuk selama empat hari saja, sialan!" ucap Sasuke yang risih dan mendorong pemuda itu menjauh menggunakan kakinya.

"Kau kasar sekali, Teme. Padahal, aku hanya baru tidak mandi selama tiga hari saja," balas pemuda yang diketahui bernama Naruto tersebut.

"Selain itu, aku tidak punya pilihan lain. Makima-san menangkapku dan mengurungku di basement Jujutsu Tokyo High dan baru melepaskanku siang tadi," lanjut Naruto yang memberikan pembelaannya, "Kau tahu sendiri bukan, betapa tidak punya hatinya wanita psikopat itu?"

"Seperti aku peduli saja dengan urusanmu, Dobe!" balas Sasuke dengan nada jengkelnya sambil menendang Naruto dengan sedikit keras hingga pemuda itu terpental dan membentur tembok.

Tidak berhenti sampai di situ, tepat setelah Ia terbentur tembok, tiba-tiba muncul sebuah lingkaran sihir berwarna biru tepat di atas pemuda bersurai pirang itu. Satu detik kemudian, muncullah gumpalan air dari lingkaran sihir tersebut dan jatuh tepat di tempat Naruto berada yang membuat pemuda itu menjadi basah kuyup.

"Semoga air itu bisa membantumu mengurangi baumu, Naruto-kun," ucap Sona dengan nada dinginnya.

Ekspresi gadis itu sangat menunjukkan kekesalannya karena terganggu dengan bau Naruto, terutama di bagian fakta bahwa Ia sudah tidak mandi selama tiga hari.

"Kalian berdua memang orang-orang tidak punya hati, kalian adalah kembar psikopat terburuk," balasnya sambil memanyunkan bibirnya karena kesal.

"Maaf saja, tetapi kami memang bukan 'orang', kami adalah iblis," ucap Sona sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Merasa dirinya sedang dipojokkan oleh saudara kembar itu, Naruto pun hanya bisa menggerutu pelan. Terlebih, melihat Sasuke—yang merupakan teman seperguruannya—yang biasanya selalu bertengkar dengan saudari kembarnya, membuat Naruto merasa dikhianati, karena sekarang si rambut pantat bebek itu berada di sisi yang sama dengan perempuan berkacamata tersebut.

Sambil menghela napas, Naruto pun berkata, "Baiklah-baiklah, aku menyerah. Jadi, apa kau tidak ingin memperkenalkan diriku ke para anggotamu, Sona-chan? Omong-omong, aku juga tidak melihat Tsubaki-chan dan dua penyihir jujutsu lain di sini."

Meskipun tidak pernah bertemu Hanakai Momo dan Kusaka Reya sebelumnya, tetapi Naruto sudah pernah mendengar kabar tentang mereka berdua. Bersama dengan Shinra Tsubaki, keberadaan Hanakai Momo dan Kusaka Reya sempat menjadi buah bibir di kalangan para penyihir jujutsu. Pasalnya, para penyihir jujutsu mayoritas diisi oleh orang-orang konservatif dan kolot, yang sangat menjunjung tinggi budaya mereka. Oleh sebab itu, adanya penyihir jujutsu yang menyebrang ke kelompok lain—terlebih itu berasal dari ras iblis—membuat mayoritas penyihir jujutsu merasa tidak puas dan menganggap mereka bertiga sebagai pengkhianat, khususnya bagi klan Shinra yang secara terang-terangan memusuhi kelompok Sona.

Namun, ada juga beberapa penyihir Jujutsu—yang berasal dari generasi muda—yang menganggap bahwa itu adalah bagian dari kebebasan serta secara simbolik Yng dapat membuka pintu diplomasi antara ras iblis dengan Asosiasi Penyihir Jujutsu.

Sona hanya mendengus tatkala mendengar perkataan Naruto. Sambil mencoba memperbaiki posturnya, gadis itu menatap satu-persatu anggotanya.

"Perkenalkan, mereka adalah anggota kelompokku," ucap Sona sambil memperkenalkan anggotanya satu-persatu, hingga akhirnya sampai kepada anggota termudanya, "Dan gadis ini adalah Nimura Ruruko, dia adalah gadis yang kubicarakan padamu tadi di telepon."

"Hhooo … jadi, dia ya, orang yang selain diriku, yang bisa merasakan aura negatif dari seseorang? Dia cukup berbeda dari yang kubayangkan," ucap Naruto sambil memandangi Ruruko dari atas sampai bawah.

Ruruko yang dipandangi dengan tatapan aneh milik Naruto, tidak kuasa menahan rasa gugupnya dan membuatnya secara tidak sadar bersembunyi di balik bahu Saji. Memahami perasaan anak buahnya, Sona pun menatap Naruto dengan tajam, yang mengisyaratkan Naruto untuk berhenti menatap anggotanya dengan tatapannya yang seperti seorang penjahat kelamin.

"Ah, maaf-maaf, kau pasti ketakutan, bukan? Reaksimu mengingatkanku dengan diriku yang dulu, kau tahu?" ucap Naruto sambil tertawa ringan.

"Omong-omong, aku adalah Naruto sang youkai agung, murid pertapa agung dari gunung Myoboku sekaligus teman satu perguruan dari laki-laki tidak tahu diri di sana," lanjut Naruto sambil menunjuk Sasuke, "Di seluruh daratan Hinokoto ini, aku terkenal sebagai … Kyuubi no Youko."

Setelah mengatakan kalimat perkenalan itu, Naruto mengedipkan matanya. Bersamaan dengan itu, netra biru sebiru lautan tersebut berubah menjadi merah darah dengan pola vertikal berwarna hitam di tengahnya, sebuah mata yang menunjukkan statusnya sebagai salah satu predator berbahaya di dunia supranatural ini. Perubahan warna mata tersebut turut membuat anggota Sona menjadi terkejut. Namun, yang paling membuat mereka kehabisan kata adalah fakta tentang identitas sang pemuda berambut pirang itu.

"Kyu- Kyuubi? Kyuubi sa- sang pe- pemimpin bangsa Yo- youkai itu?" tanya Saji yang masih sedikit tergagap.

"Tidak-tidak," balas Naruto cepat sambil mengibaskan tangannya, "Aku adalah Kyuubi no Youko, sedangkan pemimpin bangsa Youkai adalah Kyuubi no Kitsune, Yasaka hime-sama dan dia adalah ibuku."

"Sudah kubilang, nama julukanmu itu akan mudah disalahpahami. Pilih saja yang cocok untukmu, Dobe. Misalnya saja seperti Naruto-si-pemuda-yang-tidak-bisa-melakukan-apa-pun-kecuali-bertarung," komentar Sasuke dengan sinis, "Lagi pula, kau bahkan belum genap tiga bulan sejak ekor kesembilanmu tumbuh pertama kali,"

"Entah itu baru tumbuh atau tidak, ekor sembilan tetaplah ekor sembilan, kau tahu?" jawab Naruto yang tidak acuh.

Dalam sejarah bangsa Youkai, ada beberapa ras yang terbilang sedikit istimewa. Mereka adalah ras yang dapat kau ukur level kekuatannya berdasar dari jumlah ekor yang dimiliki. Ras Nekomata dan ras Kitsune adalah contoh dari ras yang dapat menumbuhkan ekor mereka menjadi lebih dari satu. Sementara ras Nekomata hanya mampu menumbuhkan ekornya maksiaml hingga dua ekor, ras Kitsune sejauh ini diperlihatkan mampu menumbuhkannya hingga sembilan ekor. Semakin banyak ekor yang dapat ditumbuhkan, maka semakin besar pula kekuatan yang dimiliki oleh youkai tersebut. Bahkan, dalam catatan kuno, dikatakan bahwa Sang Dewi Amaterasu Omikami no Ohirume no Mikoto bisa dibuat seimbang ketika melawan Yasaka Ohime-sama, sang Rubah Ekor Sembilan yang sangat terkenal.

Sebelum Naruto berhasil menginjakkan kakinya di level sembilan ekor, level di mana kekuatan para predator dunia berada, setidaknya telah ada dua kitsune yang mampu sampai ke tahap ekor sembilan, salah satunya adalah Yasaka itu sendiri. Sedangkan yang satu lagi, karena beberapa alasan, dia ditendang dari Kyoto oleh Yasaka sebelum rubah itu bisa menumbuhkan ekor kesembilannya dan pergi ke daratan Joseong—yang sekarang lebih terkenal dengan Semenanjung Korea—hingga kemudian bisa menumbuhkan ekor kesembilannya dan menciptakan legendanya sendiri.

"Ekhem!"

Melihat interaksi mereka yang masih dipenuhi oleh basa-basi sampai sekarang, Sona pun ber-dahem untuk menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan ini. Baginya, dia tidak bisa bercanda lebih lama lagi, karena masih ada tempat yang harus Ia kunjungi dengan dirinya sendiri.

"Mari kembali ke topik," ucap Sona stelah Ia mendapatkan atensi dari setiap orang, "Naruto-kun, aku ingin kamu melatih Ruruko-chan agar dapat memanfaatkan kemampuan sensornya dengan baik. Aku harap dalam tiga bulan, aku sudah mendapat hasil yang memuaskan."

"Tiga bulan? Kau gila? Waktu tiga bulan bahkan tidak akan cukup untuk mengubah Sasuke-teme menjadi orang yang berguna," protes Naruto setelah mendengar target tidak masuk akal dari Sona.

"Kenapa kau tiba-tiba mengejekku, idiot?" tanya Sasuke yang jengkel karena namanya tiba-tiba disebut.

"Sasuke-kun tidak bisa diubah, ya? Aku mengerti," balas Sona sambil mencubit dagu dan memasang wajah serius yang dia buat-buat.

"Apanya yang kau mengerti, cebol?" imbuh Sasuke kembali, "Kenapa kalian tiba-tiba jadi kompak mengejekku?"

Sona pun menghela napas karena merasa dirinya kembali keluar dari karakternya. Ini adalah hal yang tidak diingankan Sona setiap kali Ia selalu bertemu dengan Sasuke dan Naruto di satu tempat. Kebiasaan Sona yang selalu bermain kata dengan Sasuke, akan diperparah dengan kehadiran Naruto dengan segala keunikannya.

"Aku tidak memintamu untuk membuat Ruruko-chan menjadi petarung atau penyihir yang terampil. Aku hanya memintamu untuk mengajarkan bagaimana cara menggunakan kemampuan sensornya dengan baik," balas Sona sambil memperbaiki letak kacamatanya, "Untuk urusan gaya bertarung, aku akan menyerahkannya pada Sasuke-kun. Dia akan memberikan porsi latihan yang cocok pada Ruruko-chan untuk melengkapi gaya bertarung kelompok ini."

Naruto menggaruk rambutnya yang tidak gatal dengan pelan. Baginya, apa pun alasan yang diutarakan oleh Sona, mustahil untuk mengubah seseorang yang benar-benar hijau menjadi orang yang memiliki ketrampilan dalam seni bela diri atau bahkan sihir. Meskipun Sona bilang yang perlu dilakukannya hanyalah mengajarkannya cara menggunakan kemampuan mendeteksi seseorang berdasar emosi negatifnya, tetap saja tujuan utamanya adalah menerapkan teknik itu dalam pertempuran.

Hal itulah yang mengganggu Naruto, Ia tidak memiliki ide tentang cara untuk melatih agar Ruruko dapat menerapkan kemampuan sensor yang terbilang unik itu—yang hanya bisa digunakan oleh Naruto dan gadis muda itu—dalam pertempuran nyata dalam waktu tiga bulan.

'Jika memang yang diinginkan hanya untuk mengembangkan kemampuan sensor emosi negatif saja, mungkin aku bisa melakukannya tepat waktu. Akan tetapi …, tidak—ini adalah Sona-chan dan Sasuke. Jika ini mereka berdua, mereka pasti memiliki rencana yang tidak terpikirkan olehku,' batin Naruto dalam hati yang masih berusaha menimbang-nimbang keputusannya.

"Yah, membuat Sasuke menciptakan gaya bertarung Ruruko-chan dan mencocokkannya dengan kebutuhan kelompok kalian, kurasa itu cukup menjanjikan. Baiklah, aku terima permintaanmu," komentar Naruto yang akhirnya memberikan persetujuan.

Sasuke adalah sebuah eksistensi yang sangat unik, pertama dan satu-satunya yang ada di dunia ini. Sebagai orang yang berlatih dengannya di bawah bimbingan Jiraiya, Naruto sangat memahami nilai dari kawan seperguruannya itu. Bagi Naruto, Sasuke adalah master hand-to-hand combat dan weapon combat terhebat yang pernah Ia temui. Meskipun tidak memiliki energi sihir sama sekali, Naruto telah menganggap Sasuke sebagai rival abadinya.

Dari kesekian hal yang membuat Sasuke menjadi eksistensi yang sangat merepotkan, kemampuan pemuda berambut bebek itu dalam observasi-lah yang sangat mengangumkan. Ia dapat memahami pola serangan lawan-lawannya dengan sangat baik—entah itu serangan secara individu ataupun kelompok—dan mengubah informasi itu menjadi keuntungan untuk dirinya sendiri.

Dalam hal ini, apabila Sasuke sudah mengetahui gaya bertarung kelompok Sona secara keseluruhan, bukan tidak mungkin jika Sasuke juga melihat sebuah ruang yang bisa ditambahkan untuk melengkapi kerja sama mereka. Poin inilah yang membuat Naruto menyetujui permintaan Sona. Baginya, sebagai orang yang tengah mendaki tebing tempat para eksistensi-eksistensi terkuat berada, Naruto akan sangat bersemangat apabila melihat bagaimana orang lain dapat berkembang. Karena dengan begitu, dia juga bisa melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri.

Setidaknya, itulah salah satu hal yang diajarkan Jiraiya kepada dirinya dan juga kepada Sasuke.

"Kalau begitu, terima kasih telah memenuhi keinginan egoisku, Naruto-kun," ucap Sona sambil sedikit menundukkan kepalanya ke arah Naruto.

"Tidak masalah. Kalian berdua adalah temanku. Lagi pula, aku juga masih memiliki hutang budi ke kalian, terutama ke Sasuke-teme pada insiden Kyoto tahun lalu," balas Naruto.

Pandangan Naruto kemudian menengadah ke langit-langit ruangan, hingga kemudian dia melanjutkan ucapannya kembali, "Omong-omong, aku mendapat pesan dari Makima-san saat dia tahu aku akan ke tempat kalian."

"Tunggu, kau bilang ke orang gila itu kalau kau akan ke sini?" tanya Sasuke yang sedikit khawatir. "Sebelum itu, alasanmu ditangkap Makima itu tidak ada sangkut pautnya denganku, 'kan?"

Bagi Sasuke, ada alasan tersendiri untuknya merasa khawatir ketika nama Makima tiba-tiba mucul. Jika mengabaikan Tsubaki, Momo, dan Reya yang memang berasal dari Asosiasi Penyihir Jujutsu, Sasuke adalah satu-satunya orang yang pernah berinteraksi secara langsung dengan Makima. Setidaknya, Ia pernah beberapa kali bertemu dengan wanita tersebut dan dari interaksi itu, hampir semua pertemuannya selalu dibumbui dengan bumbu ketegangan di antara dirinya dan Naruto dengan kelompok Makima.

"Melihat Sasuke-senpai sampai gelisah seperti itu, apa orang bernama Makima itu sangat menakutkan?" tanya Saji yang penasaran.

Sona pun hanya menghela napas lelah ketika mendengar pertanyaan salah satu anggotanya itu. Terlepas dari segala konflik yang pernah melibatkan adiknya dan Naruto dengan Makima, fakta bahwa wanita tersebut menitipkan pesan saja sudah sangat membuat kepalanya pening. Memang, Sona tidak pernah bertemu dengan Makima secara langsung, karena memang selama ini segala urusan dan komunikasi antara bangsa iblis—yang diwakili oleh dirinya—dengan Asosiasi Penyihir Jujutsu tidak pernah melibatkan tiga penyihir jujutsu terhebat secara langsung. Namun, Ia cukup tahu, berapa kali Sasuke dan Naruto tertangkap oleh Makima di masa lalu, yang bisa membuat jantung Sona seperti akan berhenti begitu saja jika tiba-tiba Makima melayangkan protes kepadanya.

"Makima adalah salah satu tokoh sentral di Asosiasi Penyihir Jujutsu," jawab Tsubasa setelah melihat wajah lelah dari ketuanya, "Saji-kun, kau sudah belajar tentang sistem peringkat yang dimiliki oleh penyihir Jujutsu, 'kan?"

"Maksudmu, peringkat grade 4 untuk yang terlemah sampai grade 1 untuk yang tertinggi itu?" balas Saji.

Tsubasa mengangguk dan menjawab, "Benar. Meski begitu, grade 1 sebenarnya bukanlah yang tertinggi. Tidak—berdasar sistemnya, grade 1 seharusnya memang merupakan standard ideal bagi para penyihir jujutsu. Mereka yang berada di peringkat ini sudah pantas disandingkan dengan para high-class devil. Namun, ada juga kasus penyihir jujutsu yang dianggap berada di luar standard asosiasi."

"A- aku masih tidak mengerti. La- lalu, apa hubungannya dengan orang bernama Makima itu?" balas Saji.

Sebelum Tsubasa bisa menjawab, Sasuke telah terlebih dahulu membuka suaranya untuk menjawab ketidaktahuan Saji.

"Itu berarti, Makima berada di luar standard penilaian asosiasi tersebut. Dengan kata lain, dia adalah seorang anomali. Di dalam Asosiasi Penyihir Jujutsu, ada tiga penyihir kuat yang dianggap sebagai anomali, salah satunya adalah Makima. Karena logika umum yang selama ini mereka gunakan tidak dapat mengukur potensi ketiga anomali ini, akhirnya asosiasi memberi mereka bertiga peringkat special grade."

"Pada masyarakat supranatural, special grade ini bahkan dianggap memiliki kekuatan yang setara dengan Amaterasu Omikami-sama. Dan karena mereka bertiga pula, di dunia supranatural, Jepang saat ini dianggap sebagai bangsa yang dapat bersaing dengan mitologi Hindu-Budha dan Yunani Kuno jika dilihat dari kekuatan rata-rata," imbuh Sona yang akhirnya angkat bicara setelah menenangkan pikirannya.

Di seluruh dunia supranatural, tidak bisa dibantah jika ada yang mengatakan bahwa mitologi Hindu-Budha dan Yunani Kuno merupakan mitologi terkuat yang pernah ada. Jika hanya dilihat dari tiga dewa utamanya, Jepang mungkin tidak kalah kuat dengan mereka. Bahkan, ketiga Dewa utama Shinto serta Kyuubi juga turut berada di daftar 20 makhluk mitologi terkuat di dunia. Namun, jika berbicara kekuatan para Dewa-nya secara keseluruhan, mitologi Shinto bahkan tidak dapat berdiri sejajar dengan mitologi Hindu-Budha serta mitologi Yunani Kuno.

Akan tetapi, dengan munculnya tiga penyihir jujutsu dengan tingkat special grade, hal itu bisa mendorong rata-rata kekuatan mitologi Shinto dengan sangat drastis. Bukan hanya itu, tiga penyihir jujutsu special grade yang muncul dalam satu generasi ini, turut mengingatkan era keemasaan jujutsu yang berada pada Era Heian.

"Jadi, kamu yang ditangkap Makima-dono tersebut, apa itu ada hubungannya dengan Sasuke-ku?" tanya Sona ke Naruto.

Naruto menggeleng dan menjawab, "Tidak. Aku ditangkap Makima-san atas permintaan ibuku sendiri. Ibuku menyadari kalau aku akan diam-diam pergi ke Korea untuk menantang langsung Guminho. Itulah alasannya Makima-san menangkapku."

Sasuke menghela napasnya lega setelah Ia tahu bahwa dirinya tidak ada sangkut pangkutnya atas masalah Naruto. Dalam hal ini, Sasuke cukup khawatir, jika rencana yang Ia susun dengan kakak kembarnya sejak lama, terancam hancur karena terdapat konflik antara kelompok mereka dengan generasi muda di Asosiasi Penyihir Jujutsu, mengingat keberadaan para penyihir jujutsu muda itu adalah variabel penting dalam rencananya.

Memang, Sasuke dan Naruto di masa lalu telah beberapa kali bersitegang dengan Makima. Namun, itu tidak lebih dari keisengan yang disebabkan oleh mereka berdua, yang berujung ditangkapnya mereka oleh Makima. Namun, meski begitu, wanita tersebut tidak pernah melayangkan protes atas aksi kekanakan Naruto dan Sasuke sama sekali. Oleh karenanya, sangat mengagetkan jika tiba-tiba Makima mengirim pesan seperti ini.

"Bukankah itu sudah jelas? Kamu baru saja menjadi ekor sembilan, Naruto-kun. Tidak heran jika Yasaka hime-sama menahanmu untuk melakukan tindakan bodoh secara terang-terangan," balas Sona yang secara tidak sadar juga menghela napas lega.

"Jadi, apa pesan yang disampaikan Makima-dono?" tanya Sona kembali.

"Yah, aku tidak ingin merusak perasaan legamu itu," balas Naruto dengan sedikit ragu, "Sepertinya, wanita gila itu tahu, kalau ada beberapa tikus dari gereja yang menyusup ke Kuoh. Bahkan, dalam hal ini, Akasuna Sasori tidak akan segan untuk mengirim beberapa boneka robotnya untuk mengecek keadaan di sini."

"Bukan hanya Makima, tetapi juga Akasuna? Dua orang special grade melayangkan ketidakpercayaannya? ini bukan hal yang bagus," keluh Sasuke sambil memijit pangkal hidungnya.

'Akasuna Sasori? Dia adalah orang yang disebut Kaichou yang juga memliki heavenly restriction abundant energy sama sepertinya. Jadi, orang itu juga special grade, ya?' batin Tsubasa yang senantiasa mendengar percakapan antara tiga pemuda itu.

"Ini sesuatu yang masuk akal, kau tahu? Mereka hanya tidak ingin insiden Kyoto terualang kembali. Terlebih, jika itu terjadi di daerah iblis yang diberikan izin khusus pengelolaan dari Amaterasu Omikami-sama, hal tersebut bisa saja menyeret seluruh elemen supranatural di Jepang ke dalam konflik antara fraksi iblis dengan surga," balas Naruto.

'Seluruh elemen supranatural di Jepang? Itu dia!' batin Sasuke yang menyadari sesuatu.

Pemuda berambut bebek tersebut dengan cepat menoleh ke arah Sona dan mendapati dirinya dan saudara kembarnya itu secara bersamaan saling bertukar pandang. Meskipun tidak mengucap satu kata pun, sepasang saudara kembar itu tahu, bahwa mereka tengah memikirkan hal yang sama.

"H- hei, a- aku tahu tatapan itu. Ka- kalian berdua tidak merencanakan se- sesuatu yang aneh, 'kan?" tanya Naruto dengan keringat dinginnya.

Naruto sangat mengenal sepasang saudara kembar tersebut. Bahkan, Naruto sudah kenal Sasuke sejak si bungsu Sitri itu masih tinggal di kediaman Shinra dan menyamar sebagai manusia yang ingin belajar ilmu pedang di dojo mereka. Dan Naruto sangat tahu, kedua anak kembar itu tidak akan segan bermain-main dengan api, jika itu berarti bisa mereka gunakan untuk mewujudkan ambisi mereka berdua.

"Terima kasih atas pesan yang kamu bawa, Naruto-kun. Lalu, apa Makima-dono memintaku untuk datang langsung kepadanya dan memberikan penjelasan kepadanya?" tanya Sona.

"Tidak perlu. Dia bilang, kau bisa menitipkan pesan itu padaku. Lagi pula, aku harus kembali ke Tokyo Jujutsu High untuk mengambil beberapa barangku yang dia sita sebagai jaminan," jawab Naruto dengan santai, "Namun, tergantung seperti apa balasanmu, mungkin Makima-san akan menemuimu secara langsung."

Sasuke yang mendengar balasan Naruto pun lantas berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Baginya, Ia sudah tahu, apa yang harus Ia lakukan saat ini tanpa harus bertanya terlebih dahulu ke saudara kembarnya tersebut.

"Kalau begitu, aku akan menemui Gremory dan dua exorcist itu," ucap Sasuke singkat sambil menengok ke empat anggota Sona yang masih senantisasa berdiri di belakang kakak kembarnya.

"Kalian berempat, ikut aku ke tempat Gremory. Ini akan sangat canggung jika hanya aku sendiri yang pergi," lanjut Sasuke sambil menunjuk mereka menggunakan tatapannya yang tajam. Meski begitu, mereka masih ragu, apakah mereka harus meninggalkan ketuanya sendiri bersama dengan tamunya atau tidak.

Sona yang mengerti keraguan anggotanya pun berkata, "Pergilah dengan Sasuke-kun. Sasuke-kun memiliki hubungan yang cukup buruk dengan Rias, pastikan kalian awasi dia dan laporkan padaku jika adik bodohku ini melakukan hal bodoh lagi."

Mendengar ucapan dari sang ketua mereka, keempat iblis muda itu pun segera menyusul Sasuke tanpa mengeluarkan satu bantahan sedikit pun.

'Mereka sengaja memisahkan Sona dengan para anggotanya, ya? Kurasa, mulai dari sini, ini adalah pembicaraan yang tidak boleh didengar oleh sembarangan orang, huh?' batin Naruto yang menyadari niat sebenarnya dari Sasuke dan Sona.

"Dan untuk Naruto-kun, tolong sampaikan pesanku pada Makima-dono," ucap Sona sambil menatap lurus ke arah mata Naruto, "Tolong biarkan aku yang mengurus masalah ini, aku bahkan bersedia mengikat kontrak untuk tidak akan membiarkan masalah ini sampai keluar kendali. Sebagai ganti atas kepercayaan yang akan dia berikan, aku berjanji akan menuntun asosiasi ke meja negosiasi dengan bangsa iblis senatural mungkin,"

"Kalian berdua …, apa kau dan Sasuke berniat menjual kaum kalian sendiri?" tanya Naruto dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Itu tidak bisa dikatakan aku menjual kaumku sendiri, jika hasil yang didapat adalah win-win soultion."

"Win-win solution? Kau pasti sadar bukan, hubungan antara seluruh elemen di mitologi Shinto dengan bangsa iblis sekarang sangatlah rapuh pasca-insiden Kyoto tahun lalu?" tanya Naruto dengan nada skeptisnya.

Mendengar hal itu, Sona tidak bisa menahan senyumnya untuk tidak merekah. Sambil menunjukkan senyum penuh misteri itu, Ia pun membalas ucapan Naruto dengan tenang.

"Setelah masalah ini terlewati, bangsa iblis, malaikat jatuh, dan malaikat pasti akan mengadakan pertemuan, terlepas dari apakah asosiasi atau bahkan para Dewa turun tangan. Lalu, menurutmu, apa yang akan terjadi apabila pemerintahan iblis baru yang dipimpin Maou Sirzech Lucifer, membuat kontak dengan malaikat dan malaikat jatuh?" Ucap Sona yang memberikan penjelasan.

Masih dengan senyum penuh misterinya, Ia menambahkan, "Ya, pakta perdamaian antar tiga fraksi Injil akan segera ditandatangani. Dan apabila Asosiasi Penyihir Jujutsu ikut campur atas masalah para penyusup di Kuoh saat ini, mereka secara tidak langsung akan membuat kota Kuoh berada pada pengawasan mereka. Dalam point ini, ketiga fraksi Injil akan mencari tempat lain untuk bernegosiasi dengan lebih nyaman dan aman, sehingga mereka akan tumbuh menjadi aliansi yang solid tanpa bisa diawasi secara langsung oleh seluruh mitologi di dunia."

"Dan sesuatu yang ingin aku tawarkan adalah … aku akan membuat negosiasi tiga fraksi Injil tetap berada di Kuoh. Bukan hanya itu, aku pun bisa menjamin agar asosiasi bisa hadir di meja negosiasi dengan senatural mungkin sebagai perwakilan dari seluruh elemen mitologi Shinto," ucap Sona yang akhirnya mengakhiri keseluruhan penawarannya.

Naruto berusaha menggenggam kedua telapak tangannya dengan erat. Urat-urat di lehernya terlihat sedikit menebal akibat Ia yang berusaha untuk tidak mengeluarkan tawa kerasnya. Sona dan Sasuke, sudah bertahun-tahun Ia mengenal dua saudara kembar itu. Meskipun Naruto mengetahui ambisi dan impian kedua iblis tersebut, tetapi Ia tidak pernah bisa menebak isi dari pikiran sepasang saudara kembar itu yang sesungguhnya.

Namun, satu hal yang Naruto pahami di percakapan ini. Mereka berdua—Sona dan Sasuke—bukan hanya sekedar bermain-main dengan api saat ini. Akan tetapi, kedua saudara kembar itu, telah siap menyiramkan minyak ke kobaran api apabila sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan.

'Sudah kuduga. Bersama dengan mereka berdua, akan ada banyak sekali petualangan dan aku tidak akan pernah mati kebosanan,' batin Naruto.

Sambil menyeringai kecil, Naruto akhirnya menjawab, "Apa pun pesanmu, aku tidak punya pilihan untuk tidak menyampaikannya ke Makima-san. Aku pun tidak terlalu peduli dengan detail kecil yang akan kalian berdua rencanakan. Namun, jika ada panggung-panggung besar di dalamnya, kau tahu bagaimana harus menghubungiku, 'kan?"

Mendengar ucapan Naruto, Sona pun menyeringai dan membalas,"Tentu saja …, Naruto-kun."

~~Bersambung~~


Author Note : Haloo saya kembali dengan chapter 4. Dan untuk sekedar informasi bagi yang belum tahu, Makima adalah salah satu karakter dari manga Chainswa-Man.

Sebearnya, aku ingin memasukkan Gojo Satoru langsung. Tapi, karakter Gojo Satoru itu teralalu OP, skill-skill nya semuanya broken. Jadi, akan sangat susah untuk menyeimbangan cerita. Oleh sebab itu, aku akhirnya memutuskan untuk memilih Makima. Bahkan, di sini pun Makima aku rencanakan untuk aku nerf sedikit, karena pada dasarnya Makima ini gak kalah OP dari Gojo.

Yah, itu aja yang ingin aku sampaikan. Jika kalian suka cerita ini, tolong tinggalkan jejak berupa review atau favorit, karena itu akan sangat membantu untuk memberi semangat menulis. Akhir kata, terima kasih untuk semua yang telah membaca dan sampai jumpa di chapter selanjutnya.