Uzumaki Naruto, nama pemuda bersurai kuning dengan tiga garis tipis di kedua sisi pipi itu. Berusia 27 tahun, seorang CEO muda yang sering dipampang wajahnya di timeline bagian bisnis.

Terdapat hanya satu berita kurang baik soalnya dan itu adalah dia yang tidak pernah tampak nyaman saat menghadiri suatu acara yang di mana terdapat banyak keindahan. Ekpresi wajah menggelikan di wajah tidak mudah disembunyikan dan seperti apa faktanya?

Naruto sebetulnya memang membenci sesuatu yang disebut keindahan. Entah apa itu, entah pula mengapa. Dia hanya … tidak suka pada sesuatu yang diri ini anggap indah. Tubuh merinding ngeri saat dipaksa untuk memuji suatu hal.

Saat Naruto melihat lukisan yang indah, jiwa menghancurkan merontak-rontak minta dilepas. Jadi, pemuda itu akan membeli lukisan itu dengan harga berapa pun dan menghancurkannya di rumah. Dia baru bisa bernafas lega setelah itu.

Sekarang, Naruto baru saja terpana. Dalam benak tidak henti mempertanyakan, benda apa yang baru saja ia ambil ini? Sepasang mata bisa menyaksikan kilauan di dalam bintang yang memiliki sedikit ruang itu.

"Naruto, apa yang kau lihat?" Suara sang teman sukses menyita perhatian.

Naruto tidak langsung menjawab karena masih sibuk memikirkan tongkat mainan yang entah bagaimana terlihat nyata. Dia kemudian kembali menatap sang kawan dan berkata, "Ini, Toneri."

.

.

.

.

Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.

Trap By Bad(ie)

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

Trap By Bad(ie) by Authors03

Please ... dont like, dont read ... thanks.

.

.

Chapter 2

"Mesin kopinya rusak." Hinata mendengus sebel. Dia menyentil-nyentil mesin berat itu, tapi dia masih tidak mau bekerja.

Namun, jangan khawatir! Tangan diayun dan tongkat ajaib pun muncul digenggaman. Gadis itu tersenyum senang, hanya satu kali ketukan dan mesin itu pun menyala.

Sementara itu, mata Naruto melebar sempurna. Tongkat yang hendak ia tunjukkan lenyap begitu saja.

"Aku yakin ada di sini!" kata lelaki itu kebinggungan. Dia beranjak guna memastikan sekeliling. Menduga bahwa tongkat aneh berwarna pink dan putih itu jatuh, tapi Naruto gagal menemukan apa pun di lantai atau bawah meja.

"Aku yakin ada di sini!" Naruto menatap Toneri dengan pandangan yang masih terkejut. Dia bertanya, "Kau tidak lihat apa yang aku pegang tadi?"

Otsutsuki Toneri, seorang bawahan sekaligus teman karib Naruto. Rambut perak, tidak jauh berbeda dengan dua bola matanya. Dia memiliki kulit yang sangat putih dan bentuk tubuh yang cenderung tinggi. Toneri mengernyitkan dahi, tidak paham pada apa yang Naruto singgung.

"Apa maksudmu?" tanyanya. "Sedari tadi aku hanya melihatmu menangkap lalat dan kemudian melamun tak jelas," terang Toneri apa adanya. Ia sebetulnya tidak yakin bahwa itu adalah lalat, apa yang Naruto tangkap dari balik punggung pelayan tadi. Tapi dia menatap telapak tangannya cukup lama.

"Tidak!" Semakin binggung Naruto dibuat cerita Toneri yang malah berbeda dari yang sebenarnya terjadi. "Aku mengambil tongkat tadi, dari belakang pakaian pelayan tadi!"

"Hah?!" Toneri mengangkat alis, menampilkan ekpresi heran sebelum menertawakan cerita aneh Naruto. "Aku tidak melihat kau mengambil apa pun!" katanya. "Apa kau tengah bercanda?" tanya Toneri. Naruto bukan tipe lelaki yang suka bercanda seaneh itu, tapi siapa yang tahu dia tengah dalam mood?

Naruto tidak lagi merespon, merasa sia-sia memaksa memberitahu di saat Toneri telah melihat hal yang lain. Tapi bagaimana mungkin? Naruto berpikir. Ia jelas-jelas melihat benda itu dengan mata kepala sendiri. Terlalu aneh jika dibilang tiba-tiba mengkhayal.

"Permisi, ini teh dan kopi." Hinata yang mendadak muncul membuyarkan lamuan Naruto.

Hinata meletak dua cangkir minuman dengan warna yang berbeda ke atas meja. Tersenyum ramah sebelum beranjak pergi.

Selama Hinata bergerak, Naruto tidak melepas pandangan sama sekali terutama pada bagian punggung di mana tongkat itu diambil.

"Aku yakin di sana." Naruto tidak puas hati menganggap diri ini bersikap aneh atau sekedar mengkhayal. Itu sebab kaki mengambil langkah, menghampiri sang palayan untuk diamati lebih jelas.

"Kyaaah!" Tubuh Hinata yang tiba-tiba ditarik kasar, terhuyung. Beruntung karena tidak jatuh, sang penarik menahan badannya dengan cara mendorong.

"Apa yang kau lakukan?" heran gadis itu. Tubuh berputar sampai bagian bawah dress pun ikut melayang. Sang pelanggan terus memutarnya, entahlah apa yang tengah dia lihat.

Naruto tidak menjawab. Mata memicing sangat tajam agar tidak melewatkan satu sudut pun. Semakin heran, semakin membuncah keinginan untuk membuktikan apa yang netra saksikan.

"Hentikan!" Hinata tidak bisa tidak menaikan suara dengan memberi sedikit bumbu bentakkan. Dia menarik tangan sampai terlepas saat Naruto mencoba mengangkatnya tinggi.

Naruto membeku di tempat untuk beberapa saat. Masih saja tidak mempercayai bahwa tongkat yang ia lihat tadi sungguh tidak ada. Naruto sudah memeriksa sang pelayan, dari depan ke belakang dan atas ke bawah. Kecuali bagian dalam tentunya!

"Tidak …" Ragu Naruto menjawab. Dia menggaruk tengkuk yang tak gatal. Perasaan malu hadir karena sang empu yang baru saja menyadari apa yang telah ia lakukan. Mengabaikan sang pelayan yang masih menunggu penjelasan, Naruto kembali ke mejanya duduk.

"Kau sudah gila?" Suara Toneri terkesan marah dan malu, tapi kemudian malah terkekeh geli. Dia tidak bisa menahan gelitikan di dalam perut karena Naruto yang tampak linglung setelah bersikap aneh

Naruto tidak merespon. Dia masih menimbang, apakah tongkat itu asli atau tidak.

"Sudahlah, lupakan saja." Pada akhirnya pilihan Naruto adalah mengabaikan. Beruntung karena belum ada pelanggan lain, jadi sikap anehnya lolos dari menjadi topik pembicaraan. Meski begitu, rasa kesal tidak bisa dihilangan. Naruto mendengus. Dia mengaduk kopi yang masih mengeluarkan uap panas sebelum menyeruputnya sedikit.

"Memang ada apa dengan yang kau lihat itu?" Toneri hanya penasaran pada Naruto yang tampak sangat yakin dengan pengakuannya, bersikap seolah-olah itu adalah masalah yang sangat serius.

Naruto menjelaskan, "Toneri, tongkat itu memiliki bentuk bintang di bagian atas. Dalam bintang itu, ada benda berkilau yang terus berputar-putar." Naruto sedikit terdiam untuk berpikir. Saat menemukan perbandingan yang cocok, dia mengutarakan, "Kau pernah menoton film peri? Tongkat yang aku lihat terlihat sama seperti tongkat ajaib itu."

Toneri sempat syok untuk beberapa saat dikarenakan kalimat yang semakin aneh masuk ke dalam indera pendengar. Peri? Tongkat ajaib? Toneri akan menganggap Naruto mengkhayal, tapi tidak dia katakan karena tidak mau menyinggung.

Toneri basa-basi bertanya, "Lalu, mengapa jika benda itu memang ada seperti katamu?"

"Itu hanya sangat indah …," gumam Naruto dalam keadaan setengah mematung. Dia mengingat bagaimana cara kilauan di dalam bintang tembus pandang itu seolah-olah menyihir. "Aku ingin menghancurkannya."

TO BE CONTINUE

Rezkaya Maulanov : Aku setuju, emang udah agak sepi sih. Beberapa kali kembali ya tetap gini-gini. Huhu :" makasih bangat udh kasih tahu, aku sama sekali ga tahu aku kebanyakan typo padahal udh berusaha bangat ngeceknya. Terima kasih banyak sudah mampir, aku hanya … senang hehe. 3

Alright guys, besok minggu, jadi author libur nyuci. Author tak gitu yakin sih sama cerita ini karena agak aneh aja ya. Tapi semoga bisa mengisi waktu luang dan kalian suka.

Sekian dan terima kasih, sampai jumpa senin …