Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.

Trap By Bad(ie)

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

Trap By Bad(ie) by Authors03

Please ... dont like, dont read ... thanks.

.

.

Chapter 04

Tik, tok. Tik, tok. Jam tidak berhenti berdetik, berbeda dengan Naruto yang masih membeku di tempat dengan nafas tertahan di bagian paru-paru. Otak pun serasa berhenti beputar karena kejadian aneh yang tidak lama terjadi.

"Kau … mati?" Naruto ingin memastikan tanpa berani mendekati gadis malang yang tersungkur tak berdaya. Dia belum bergerak sedari satu menit yang lalu. Wajahnya tertutup surai panjang yang tampak sangat halus, Naruto tidak bisa melihat matanya yang entah terpejam atau terbuka.

Tidak, Hinata tidak pingsan apalagi mati. Dia hanya tengah mengumpulkan tenaga untuk menghilangkan rasa sakit efek benturan di sekujur tubuh. Butuh lebih dari lima menit, tapi pada akhirnya Hinata bisa bergerak dan bangkit.

"Sakit …," rintihnya dengan air mata yang memenuhi pelupuk mata. Perhatian gadis itu kemudian disita oleh tongkat ajaib yang jatuh di bawah kaki sang pelanggan aneh yang entahlah apa maunya dengan merebut tongkat ajaib Hinata.

"Kau masih hidup!" Naruto sibuk bernafas lega. Dia sudah sangat panik mengira diri ini tanpa sengaja membunuh seorang palayan café. "Haha, sial!" Tawa kikuk lelaki itu menggelegar. Dia membuang nafas kasar melalui mulut dengan tangan yang menekan dada yang sempat hampir jatuh.

Abaikan dia, fokus Hinata sepenuhnya tertuju pada tongkat ajaib. Tangan diulurkan dan benda itu bergerak mendekat.

Naruto menyadarinya. Dengan sigap menangkap apa yang ditarik bak mangnet, sial dan tanpa diduga tubuhnya malah ikut terseret dengan mudah.

"Lepaskan!" jerit Hinata. Dia menarik tongkat ajaibnya sekuat tenaga, tapi lelaki yang dicap aneh dan menakutkan itu tidak mau menurut.

"Kau yang lepaskan!" Naruto tidak mau kalah. Dia bangkit, memaksimalkan acara tarik menarik dengan sang pelayan yang masih terduduk di lantai. Naruto tidak memberinya waktu untuk bangkit.

"Benda itu milikku, kau yang lepaskan!" Tubuh Hinata dengan mudah diseret dan diguncang ke kanan dan ke kiri, dua tangan tetap menolak untuk melepaskan apa yang telah menjadi miliknya sedari lahir. Tidak ada satu orang pun yang berhak merebut apalagi menyentuhnya!

"Benda apa itu?" tanya Naruto, hanya itu yang dia mau tahu.

"Akan aku beritahu setelah kau lepas!" Tawaran Hinata langsung Naruto sepakati. Naruto melepaskan tangan dan mengambil dua langkah mundur, memberi gadis itu waktu untuk bangkit.

Hinata berdiri. Beberapa kali mengambil nafas guna menenangkan jantung yang tidak henti berdegup kencang. Matanya melototi, tapi Naruto tidak menanggapi serius. Mungkin karena tubuh pendek dan munggilnya tidak tampak menakutkan, Hinata harus mendongak agar bisa menatap lelaki tinggi itu.

"Jadi, benda apa itu?" Naruto sungguh ingin tahu. "Aku melihatnya menghilang dan melayang, jangan berani kau berbohong!" katanya memperingati. Mata melebar saat telunjuk mengacung tepat di wajah gadis yang hanya memiliki tinggi yang mencapai dada.

Hinata hanya berbohong soal akan memberitahu. Dia menyapu udara, tepat di depan wajah Naruto. Naruto seharusnya jatuh, tapi tidak ada yang terjadi. Hinata sukses dikejutkan.

"Apa …?" heran Naruto. Mata mengerjap beberapa kali sebelum kembali menatap gadis yang malah kebinggungan menatap telapak tangannya sendiri.

"Bagaimana bisa?" Hinata menatap Naruto dan kembali menyapu udara. Manusia itu harusnya pingsan dikarenakan kekuatan yang tangan ini keluarkan, tapi mengapa tidak?

Naruto bukan tipe penyabar, apalagi jika dihadapkan dengan gadis aneh yang entah mengherankan apa. Dia menangkap tangan yang tak henti menyapu udara, sukses merebut perhatian sang empu.

"Katamu ingin menjawab!" Naruto mengingatkan.

Hinata mengangguk sebagai respon dan Naruto melepas tangannya. Tapi sayang sekali karena Hinata hanya berbohong. Tubuh berbalik dan lenyap begitu saja tanpa sepatah kata.

Tidak satu detik berkedip dan mata Naruto terpaksa melebar. Dia berputar, menatap bagian belakang, atas, bawah, samping dan setiap sudut café, tapi gadis yang tadinya ada di depan mata tidak lagi tampak.

"Di mana dia?" tanya lelaki itu entah pada siapa. Tidak ada seorang pun yang ditemukan di dalam café, ia berada sendiri di tempat ini.

"Bagaimana bisa?" Naruto lelah berputar dan mencari. Dia terpaku di tempat dengan pandangan yang mengarah kosong ke tempat Hinata menghilang tadi.

"Seorang manusia … menghilang di depan mataku." Setelah tongkat aneh, ternyata sang empu jauh lebih aneh dan misterius. Apa yang terjadi? Apakah ini seperti masuk ke dalam dunia fantasy …? Tidak!

Sementara itu, siapa yang tengah Naruto pikirkan kembali muncul dengan tubuh yang oleng dan berakhir jatuh ke lantai keramik.

"Akh!" ringis Hinata kesakitan. Dia terlalu panik melarikan diri sampai gagal mengontrol diri. Beruntung hidung mancungnya yang indah tidak menghantam lantai, padahal jaraknya hanya tersisa sepuluh cm.

"Lelaki aneh itu!" Hinata sebel dibuat wajahnya yang menyebalkan, begitu kepo dan suka tahu pribadi orang lain! Tapi … Hinata bangkit dengan menyapu telapak tangan yang tak kotor. Dia mengamati sejenak tempat kemunculan yang adalah kamar pribadi.

Hinata beranjak dan mengambil duduk di pinggir ranjang untuk melanjutkan acara melamun. "Bagaimana mungkin?" pikirnya aneh. Hinata mengingat kembali kekuatannya yang tidak bekerja. "Hal itu seharusnya tidak terjadi." Kekuatan para peri seharusnya tidak akan gagal, apalagi lelaki tadi hanyalah seorang manusia.

Namun, apa yang paling penting yang harus Hinata pikirkan adalah, pekerjaan baru. Dia jelas tidak bisa lagi kembali ke cafe setelah seseorang mengetahui sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia alam.

Hinata tidak punya pilihan. Dia meraih ponsel dari dalam laci lemari yang terletak di samping ranjang. Dia menelepon satu-satunya nomor yang ada di dalam list kontak.

Tut … tut … clik.

"Pak," panggil Hinata saat panggilan tersambung. Dia langsung berkata, "Aku sungguh minta maaf menelepon malam-malam, tapi aku tidak bisa bekerja besok."

"Mengapa?" Suara dari seberang sana terdengar sangat menginginkan alasan. "Kau sakit?" tebaknya.

"Tidak …, ini hanya masalah pribadi." Ragu Hinata menjawab. Dia melanjutkan, "Aku ingin berhenti bekerja."

"Hah?!" Suara kuat sang atasan memekakkan telinga, beruntung Hinata sudah terlebih dulu menjauhkan ponsel. "Mengapa?!" tanyanya syok. "Mengapa tiba-tiba? Apa kau marah karena tidak pernah aku gaji? Mengapa! Katakan padaku, kau punya masalah?"

"Masalah … pribadi, Pak." Hanya itu yang bisa Hinata katakan karena memang mustahil untuk menjelaskan apa yang terjadi. "Aku sungguh minta maaf, tapi-"

"Katamu ingin menjadi pekerja profesional!" sela sang atasan. Meski tidak lama bekerja, tapi dia paling tahu bagaimana cara membuat punggung Hinata melembut dan diri terasa tak berdaya.

"Pak …" Suara Hinata pelan bagaikan tengah mencicit. "Ini tentang hidupku," katanya. Menjadi pekerja profesional tidak bisa dibandingkan dengan diri ini yang mungkin akan dijadikan target oleh lelaki itu lagi.

"Aku sungguh minta maaf!" sesal Hinata. Dia enggan lebih banyak lagi bicara karena keputusan sudah bulat untuk minggat. "Aku tutup …"

"Tidak, jangan, Hinata!" pekik sang atasan histeris. "Jangan keluar! Aku akan memberimu gaji, aku janji. Jangan keluar!"

Mau bagaimana lagi? Meski begitu katanya, Hinata tetap terpaksa mematikan panggilan. Kepala gadis itu terjatuh. Bibir memanjang layaknya mulut bebek dan kemudian dengusan mengalun.

"Impian ke seratus dua puluh tigaku …," lirih gadis itu. "Padahal aku akan menjadi pekerja profesional." Tidak ada yang tahu betapa keras dan rajin Hinata bekerja hanya agar sang bos mau memberinya gelar profesional. Eh, ia malah harus angkat kaki dengan cara seperti ini.

"Semua itu karena dia!" pekik Hinata tiba-tiba. Sorot mata lirih dengan mudah digantikan oleh kilatan amarah. "Aku benci dia!" jeritnya kesal.

TO BE CONTINUE

Guys … untuk besok, lunas ya Author abis nyelesaiin kerjaan jadi sempatin untuk mampir. Semoga suka, keknya alurnya agak lamban ya hehe. Masih entahlah kapan si peri cantik itu bakal disekap dalam rumah Naruto.

Bye bye …