Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.

Trap By Bad(ie)

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

Trap By Bad(ie) by Authors03

Please ... dont like, dont read ... thanks.

.

.

Chapter 06

Hinata ingat kasus di mana dua makhluk berbeda saling bersentuhan, maka dia yang spesial akan mengalami sedikit efek, sakit. Tapi dalam khasus ini, peri punya perlindungan yang biasanya automatis menyala saat sang empu ketakutan.

"Kepalaku …" Wajah Hinata tiba-tiba saja terlihat banyak. Naruto merasakan kepala layaknya berputar-putar, mata perlahan sayup dan tiba-tiba saja kesadaran lenyap begitu saja.

Hinata menutup mulut rapat-rapat agar pekikan tidak keluar, wajah Naruto jatuh di lehernya.

Dua menit hening untuk memastikan keadaan, Naruto sungguh pingsan dan mata Hinata mengerjap. "Ugh …!" Hinata menggerutu, kesulitan memindahkan tubuh berat Naruto dari atasnya. Semakin banyak tenaga yang dipakai dan akhirnya Hinata berhasil bebas. Agak bodoh karena Hinata baru saja ingat dia bisa menggunakan sihir.

Hinata bergegas bangkit dan mengambil langkah mundur. Mata tidak lepas dari Naruto yang ditakuti akan segera sadar. Gadis itu menggerutu, "Tempat kerjaku dan sekarang rumahku! Masa iya aku harus pindah rumah karenamu?"

Hinata hanya … tidak tahu! Sebetulnya apa mau manusia itu padanya? Seandainya diri ini memiliki kekuatan untuk menghapus ingatan, sayang sekali karena hal seperti itu tidak ada.

"Apa yang harus aku lakukan …?" Gadis itu berpikir keras tentang lelaki aneh bersurai kuning itu. Hinata bahkan tidak tahu di mana tempat tinggalnya, jadi tidak bisa membawa dia pulang. Lantas bagaimana dengan meninggalkan dia di tepi jalan? Hal itu tidak terdengar baik. Sebagai seorang peri budiman, tentu saja Hinata tidak akan bisa melakukan hal seperti itu.

Namun, jika begitu baiklah. Pilihan Hinata adalah memunculkan tongkah ajaib. Mengayunkannya sebentar dan Naruto berakhir diikat di atas kursi kayu. Satu ketukan di kepala sudah berhasil mengembalikan kesadarannya.

"Aghh …" Naruto bergumam lemah. Entah mengapa, tapi dia merasakan sakit di bagian leher. Naruto sibuk mengumpulkan kesadaran, tapi mata malah melebar saat menyadari pergelangan tangan yang diikat ke tangan kursi. "Apa yang kau lakukan?!" marah pemuda itu saat mendapati Hinata berdiri di depannya.

"Aku yang harusnya bertanya!" saut gadis itu sebel. "Apa yang kau mau dariku?" tanyanya kembali dan kemudian menambahkan, "Apa pun itu, kau sebaiknya berhenti atau aku akan mengubahmu menjadi kodok!"

Apakah ancaman itu menakutkan? Tidak! Naruto tidak percaya pada apa yang bisa gadis itu lakukan. Dia mengungkap, "Tongkatmu itu bagus, jualkan padaku." Itu adalah satu-satunya mengapa Naruto terus memperhatikan gadis cantik itu.

"Jual?" Hinata sukses dikejutkan, tapi sisi lain merasa terhina. "Tongkat ajaibku tidak ternilai harganya, berani sekali kau mengginginkannya!" Hinata menjadi salah satu peri yang beruntung bisa memiliki tongkat ajaib, seenak jidat lelaki itu menginginkannya.

"Kau itu sebetulnya apa?" tanya Naruto penasaran. "Kau bisa terbang dan kau punya tongkat aneh."

"Ini tongkat ajaib!" celetuk Hinata.

"Kelihatannya seperti tongkat mainan anak-anak." Naruto hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam benak, tapi Hinata malah mengetuk kepalanya. "Akh!" ringis lelaki itu kesakitan. Namun, Hinata tidak tahu diam-diam dua tangan Naruto tengah mencoba melepaskan diri. Sangat pelan, tapi efektif melonggarkan ikatan.

"Aku adalah peri," ungkap Hinata, sukses membuat Naruto mengganga.

"Hah?" Naruto sepertinya salah dengar. Ia baru saja mendengar gadis itu menyinggung soal makhluk kecil nan cantik yang bisa mengabulkan permintaan. "Kau apa?' tanyanya mengharapkan ulang.

"Mengapa juga harus aku katakan padamu?" Hinata baru saja memikirkannya, manusia sebaiknya tidak usah tahu apa pun soal peri. Dia menawarkan, "Aku akan lepaskan kau, tapi setelah kau berjanji tidak akan mencariku lagi."

Apakah Hinata sudah cukup bermurah hati? Ia bisa saja melempar Naruto jauh ke ujung dunia agar Naruto tidak dapat kembali, tapi ia tidak melakukannya. Karena Hinata adalah seorang peri yang baik hati, ia ingin menyelesaikan masalah dengan negosiasi.

"Baiklah," jawab Naruto mudah.

"Kau berjanji?" tanya Hinata memastikan dan Naruto mengganguk sebagai respon.

Ini terlalu mudah, Hinata berpikir. Dia sama sekali tidak tahu bahwa Naruto baru saja berbohong dan siap melancarkan serangan. Hinata mengulurkan tongkat. Berniat menghilangkan tali yang mengikat, tapi tangan Naruto ternyata sudah terlepas entah sejak kapan. Naruto berhasil merebut benda ajaib milik Hinata, malangnya dia jatuh bersama kursi karena kaki yang juga diikat di dua kaki kursi.

"Akh!" Naruto merintih. Ia terlalu bersemangat menerjang sampai melupakan kaki yang diikat

"Kembalikan!" marah Hinata, tapi Naruto malah dengan sigap menodongkan tongkat cantiknya layaknya pistol.

"Jadi kuda!" cetus Naruto dan mata Hinata melebar sempurna. Naruto hanya mengingat Hinata yang mau menjadikannya kodok, ini hanyalah uhm … percobaan.

Satu menit hening dilalui oleh saling tatap-tatapan dengan kondisi mulut Naruto terbuka lebar layaknya akan tersobek. "Wow …" Lelaki itu berdecak kagum, tidak menyangka pada seorang manusia yang baru saja berubah wujud menjadi kuda pony hanya karena sebuah tongkat yang dikata ajaib.

"Hentikan!" jerit Hinata, gadis itu berhasil mengubah diri kembali menjadi manusia tanpa bantuan tongkat. Hinata bisa, tongkat itu hanya berguna untuk mengendalikan kekuatan.

"Jadi katak!" Sekali lagi Naruto sukses dikejutkan, tapi agak menyebalkan karena Hinata bisa kembali ke wujud semula dengan cepat.

"Kau!" Hinata habis kesabaran. Sudah bersikap untuk menendang Naruto sampai ke planet pluto, tapi Naruto menyebalkan malah melancarkan serangan yang tidak pernah Hinata pikirkan sebelumnya!

"Lantai adalah lava!"

"Kyaaaah!" Pijakan yang semula dingin perlahan panas dan semakin panas membuat Hinata meloncat-loncat. Rasa sakit yang semakin sulit ditahan membuatnya merentangkan tangan dan terbang.

"ASTAGA TUHANKU!" Naruto terpekik, menyaksikan betapa indah sepasang sayap putih raksasa yang muncul di punggung Hinata dan membawanya terbang ke langit-langit.

"Aku akan menghajarmu, kau sial!" Hinata bersumpah akan membalas semua perbuatan manusia menyebalkan itu. Sayapnya menegang membawanya menerjang, tapi Naruto sepertinya bukanlah orang yang bodoh.

Naruto mengingat bahwa Hinata pernah sekali terguncang tak jelas karena tongkat yang ia guncang. Naruto mencobanya sekali lagi dan benar saja kejadian yang sama terulang.

"Akh!" Hinata terpental menabrak dinding dan berakhir jatuh, beruntung karena lantai adalah lava sudah berhenti. "Sakit …," rintih gadis itu, tak menyangka pada Naruto yang sekali lagi menyakitinya dengan tega.

"Sakit?" tanya Naruto penasaran, sungguh penasaran. Ia berpikir, makhluk hebat seperti Hinata tidak akan berhasil disakiti.

"Menurutmu tidak sakit?!" raung Hinata. Dia perlahan bangkit, menyentuh bagian pundak yang terbentur. Beruntung karena sayap kokohnya tidak kenapa-napa, tapi beberapa helai indahnya jatuh karena tabrakan kuat tadi.

Sekali lagi Naruto mengganga, matanya melebar menatap ciptaan di depan mata. "Kau baru saja terbang!" jeritnya histeris. Ini bukan terbang karena diatur oleh tongkat. Dia sungguh merentangkan sayap dan terbang layaknya burung!

TO BE CONTINUE.

Guys, author benar-benar minta maaf karena sibuk bangat. Ini aja curi2 waktu untuk nulis. Sekali lagi maaf.