Disclaimer : Demi apapun, Naruto bukan punya saya, punya Masashi Sensei, saya hanya pinjam saja.

Trap By Bad(ie)

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

Trap By Bad(ie) by Authors03

Please ... dont like, dont read ... thanks.

.

.

Chapter 07

"Aku baru saja terbang?!" Dua bola mata cantik Hinata melebar sempurna, amarah sudah mencapai ubun-ubun tidak bisa lagi direda. "Aku akan mengirimmu ke tempat para iblis, manusia bodoh!" Hinata tidak pernah sekasar ini sebelumnya, tapi dipermainkan seorang manusia sok dungu? Hinata sudah mencapai batas kesabaran! Terbesit sudah niat untuk mematahkan tulang-tulang pemuda itu.

Sepasang sayap putih mengepak dan gadis itu melaju langsung untuk menghantam Naruto keluar jendela, tapi hal itu tidak pernah terjadi. Naruto bergegas menunduk guna menghindari serangan dan dia menggerakkan tongkat ajaib untuk membalas.

"Kyaaaah!" Hinata tidak bisa melakukan apa pun jika tongkatnya adalah senjata untuk melawan dirinya sendiri. Gadis itu terpental kanan dan kiri, kanan dan kiri. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbentur, tapi sulit sekali karena tongkat itu memang ada untuk mengontrol kekuatannya.

"Akh … sakit …" Sang peri malang terjatuh saat tongkat diarahkan ke bawah. Dia beruntung berhasil menghindari benturan di meja kaca, tapi tetap saja rasanya sangat menyakitkan. Peri mungkin ajaib, tapi mereka tidak kebal terhadap rasa sakit.

Sekali lagi Naruto melonggo, menatap tak percaya keajaiban dunia yang bahkan tidak bisa ditemukan oleh orang yang sudah seratus tahun meneliti.

Saat Naruto sibuk melamun, Hinata menggedarkan pandangan dari pergelangan kaki yang serasa sakit ke wajah bodohnya. Gadis itu menutup tubuh dengan sayap dan lenyap begitu saja dengan hanya meninggalkan beberapa helai bulu putih yang rontok.

"Hei!" Naruto reflek menghampiri, tapi tidak ada lagi Hinata di depan mata. "Kau pergi ke mana?" Naruto memutar, mengamati seinci demi seinci ruang tamu, tapi Hinata sungguh sudah tidak terlihat. Naruto berpikir, gadis itu sungguh kabur? Mana mungkin?

Naruto menatap tongkat ajaib yang masih ada di genggaman. "Dia mana mungkin … meninggalkan benda ini?"

Tentu saja tidak mungkin! Tapi Hinata dalam keadaan yang buruk untuk bisa memenangkan lomba curi-mencuri. Gadis itu muncul di gang kecil tidak jauh dari rumah. Sayap dihilangkan dan tubuhnya jatuh beberapa inci dari lantai.

"Akh …" Hinata mendesis tak berdaya, sekujur tubuh sakit dibuat perlakuan manusia menyebalkan tadi. "Aku akan membalasnya, lihat saja," geram gadis itu penuh amarah.

Naruto entah tak sengaja atau cukup pintar untuk tahu bahwa dia tidak boleh melepas tongkat ajaib dari genggeman, tidak bahkan cuma menggedoran pegangan. Hinata tidak bisa mendapatkannya kembali karena hal itu. Jika ia menarik tongkat ajaib secara paksa, Naruto bisa ikut hilang dan muncul sesuai kemunculan benda ajaib itu, tentu saja Hinata tidak menginginkannya.

Beberapa saat mengistirahatkan diri, Hinata bangkit dan menyapu dress kuning polos yang kotor karena lantai berdebu. Gadis itu menggerutu dalam hati, sorot mata menajam mengarah lurus ke tembok. "Naruto Uzumaki," sebutnya penuh dendam.

Berhubung diri ini ajaib, tidak akan ada gunanya untuk manusia itu bersembunyi. Hinata akan menemukan manusia itu dan memberinya pelajaran menyakitkan yang tidak akan pernah dia temui di mana pun!

Hei, Hinata tidak sejahat itu, dia tidak bisa meski mau. Tapi biarlah sang peri memikirkan apa saja yang dia mau untuk melampiaskan amarah di dalam rongga dada.

Malam hari tiba setelah Naruto kembali dari kantor. Dia sama sekali tidak, catat, TIDAK melepaskan tongkat ajaib itu dari tangannya. Persetan dengan pandangan heran dan penuh ejek dari siapa saja yang melihat. Dia bahkan mengikat benda itu di tangan saat sedang mandi dan iya, Naruto punya sangat banyak perhitungan menggunakan kejadian-kejadian aneh yang sudah terjadi.

Naruto ingat saat tongkat ajaib hilang begitu saja dari telapak tangan dan saat gadis itu tidak mampu merebutnya. Dengan pertimbangan itu, sudah cukup bagi otak tajam Naruto untuk menyimpulkan.

Naruto mungkin masih menggengamnya sangat erat, tapi pemuda itu mulai mengantuk karena jam sudah menunjuk pukul sebelas malam. Naruto berharap untuk tidak usah tidur dan menanti Hinata yang entahlah akan datang atau tidak, tapi mata bersisa tiga watt, sama sekali tidak mau kompromi.

Dingin AC menyapu kulit, empuk kasur memijit punggung membuat mata pemuda itu akhirnya tertutup. Di balik selimut, tepatnya di bagian dada. Tongkat ajaib Hinata menyembul, dipegang sangat erat oleh dua tangan kekarnya.

Hinata sudah menunggu satu jam dihitung dari Naruto menutup mata. Nafas yang teratur dan tubuh yang tidak bergerak sama sekali menandakan pemuda itu sudah pasti tertidur. Lampu mungkin tidak padam menyebabkan ruangan terang menerang, tapi Hinata simpulkan pemuda itu memang terbiasa tidur di dalam terang. Akhirnya Hinata bisa memunculkan diri setelah dari tadi mengintip dari luar jendela.

Tidak sulit untuk seorang peri menyelinap masuk. Dia hanya perlu berkedip dan sepasang kaki sudah berdiri di pinggir ranjang. Dari sini, Hinata bisa melihat bentuk bintang tongkat ajaibnya di balik selimut.

'Bagaimana mungkin dia bisa memegangnya erat saat tidur?' heran gadis itu kala menyadari tenaga yang dikeluarkan dua tangan Naruto. Betapa menyebalkan seorang manusia yang lagi-lagi membuat Hinata harus memutar otak, memikirkan bagaimana cara mengambilnya tanpa ketahuan.

Hinata mencoba memanggil tongkat itu dan yang benar saja, Naruto ikut menghilang. Kepanikan membuat Hinata bergegas mengembalikan Naruto lengkap dengan tongkat ajaib ke tempat semula. Gadis itu menyentuh jantung yang langsung berdebar tak karuan sembari menghela nafas lega beberapa kali.

'Tidak akan lucu jika Naruto muncul di tangannya.' Itu adalah apa yang Hinata pikirkan. Tapi karena manusia itu masih pulas tertidur, mari menyita beberapa waktu untuk pikirkan cara lain.

Cara yang lebih efektif … Hinata mengambil satu langkah mendekat, sangat pelan agar tidak menciptakan suara. Satu langkah lagi dan ia sudah kian dekat dengan pemuda itu. Hinata menahan nafas saat tangan terangkat untuk menyentuh tongkat ajaibnya.

Lebih pelan lagi saat dia menyentuh jari-jari tangan Naruto dan memindahkannya satu per satu. Sial sekali rencana Hinata tidak berjalan lancar. Mata Naruto terbuka dan dia menariknya.

"Kyaaaah!" Hanya satu putaran, punggung Hinata beradu kasar dengan empuknya ranjang dan ia berakhir di bawah Naruto.

Naruto terkekeh geli menyaksikan raut wajah syok sang peri cantik. Asal tahu saja, diri ini terbangun saat Hinata mencoba menarik tongkat ajaibnya kembali. Hinata memang dengan cepat mengembalikan Naruto semula, tapi dia terlambat karena kesadaran Naruto diusik seolah secarik cahaya berkedip yang entahlah apa. Naruto tidak sempat melihat keajaiban lain karena reflek mengembalikan Hinata terlalu cepat.

"Kyaaahh!" Hinata merontak sembari menjerit histeris. Bukan takut, tapi frustasi mencoba mendapatkan apa yang menjadi miliknya kembali. Naruto menahan dua tangannya di samping telinga, tongkat ajaib itu begitu dekat sampai bersentuhan dengan pergelangan tangan sang empu, tapi Hinata tidak bisa mendapatkannya!

"Kembalikan tongkat ajaibku!" marah gadis itu dengan suara tinggi yang masih terkesan manis.

"Mau?" Naruto menawarkan, "Ganti dengan sepasang sayapmu, aku mau."

TO BE CONTINUE

Guys, sepertinya author memang harus sering2 minta maaf ya. Maapkan sudah lama up, semoga suka.