Disc. © Tokoh beserta semua yang ada di dalam cerita ini adalah kepunyaan JK Rowling. Semua kecuali cerita ini, karena cerita ini murni kepunyaan saya. Sekian, terima cinta Regulus Black :)

.

.

The Escape Memories
KekepUC © present

.

.

Cast : all of main Harry Potter. If u guys found some characters that u don't know, it's out characters—singkatnya, buatan saya.

Genre : gatau, khe sendiri aja bingung ini genrenya apaan, jadi silakan tentukan sendiri, hwhw

Warning (s) :typo(s), FemHarry! and Male!Ginny for the gender-switch, alur sesat, OOC, AU, drama-sinetron, humor-garing, next-generations, modified-canon (entahlah, aku asal modif aja hehe), and if u don't like, just click the exit button and don't read anything—ofc, setelah kalian membaca peringatan ini, hwhw.

.

.

"Cerita ini terinspirasi dari beberapa lagu, fmv, dan cerita yang saya temukan. Sangat disarankan bagi para pembaca, untuk membaca cerita saya yang sebelumnya, yaitu 'Rewrite the Stars' dan 'Empty Space'karena ini merupakan sequel dari cerita tersebut"

.

.

Chapter 02 — THE PENSIVE AND THE MYSTERIOUS BOOK
Enjoy!


Grimmauld Place, London, Inggris Britani Raya
Liburan Musim Panas, Juli 2021

Pemuda yang mewarisi bentuk ibunya itu sesekali melongokkan kepala hitamnya ke arah ruang tamu, tempat sahabat pirangnya tengah menunggu bersama para orangtua, sambil memakan setoples kukis buatan ibu dan bibinya.

Clap!

Terkejut dengan tepukan tangan di depannya, pandangan pemuda itu pun beralih pada gadis berambut merah yang tengah memandangnya tak terkesan.

Ia pun nyengir. "What?" tanyanya masih dengan cengiran kecil yang tersungging di bibirnya.

ROSE GRANGER-WEASLEY, alias, sepupu merah cerewet-nya, alias, gadis idaman sahabat-nya, alias, anak dari sahabat-sahabat ibunya, dan alias-alias menyebalkan yang lainnya...

Gadis itu memutar bola mata birunya kesal. "Aku bertanya padamu, sepupu!" ia berdecak kesal, "Kenapa. Ada. Scorpie. Disini?" desisnya tajam.

ALBUS SEVERUS POTTER, memutar kedua emerald turunan ibunya lelah, seolah-olah ia sudah sering mendapat pertanyaan menyebalkan penuh desisan tajam yang sarat akan ancaman dari sepupunya seperti ini.

"I don't know okay? Kenapa kau tidak tanyakan pada Paman Ron saja?" Albus balik bertanya, lalu menyunggingkan seringai kecil. "Dan lagi, sejak kapan kau memanggilnya Scorpie, eh?"

Rose kembali mendelik. "Its none ofyour business, sepupu!" desisnya lagi. Kali ini lengkap dengan wajahnya yang hampir menyerupai rambutnya.

Albus hanya terkekeh sambil kembali melirik sosok 'Scorpie' yang dimaksud—yang tengah memandangnya dan Rose dengan sarat keingintahuan.

Mungkin ia mendengar namanya disebut-sebut, pikir Albus memalingkan wajahnya kembali menghadap Rose. "Jadi, apa urusan kita selesai, Rose? Aku sudah berjanji pada Scorpius untuk mengajaknya berkeliling Grimmauld!"

Rose menggeleng. "Bisakah itu ditunda sebentar, Al? Mum bilang padaku mereka juga akan menginap, kan?" tanyanya. Ia melirik-lirik sekitarnya dengan waspada sebelum mendekatkan kepalanya ke telinga sepupunya. "Listen to me, Albus! Aku menemukan sesuatu yang sangat menarik disini!" bisiknya.

Albus menaikkan sebelah alisnya, sebelum memincingkan matanya curiga. "Kau tidak menemukan sesuatu yang akan membuatku kembali jadi anak bermasalah, 'kan?" tanyanya curiga.

Rose menggeleng, bola mata birunya berkilat semangat. "No! Tapi aku tahu kau pasti akan terkejut! Ini menyangkut Ibumu tau!"

Nafas Albus sedikit tercekat. "Jangan bilang kau menemukan pembalik waktu yang disembunyikan Bibi Hermione lagi disini?" tukasnya tidak percaya.

Rose berdecak malas. "Tidak bodoh! Bukan pembalik waktu sial itu!" erangnya masih sambil berbisik. "Just, percayalah padaku Al! Ini mungkin benar-benar sangat penting karena sesuatu ini kutemukan di tempat yang tersembunyi, dan ini benar-benar menyangkut tentang ibumu!" sambungnya masih sambil berbisik semangat.

Albus mengerutkan dahinya bingung. "Ibuku? Apa maksudmu dengan ibuku?" tanyanya heran.

Rose berdecak gemas, iris kebiruan turunan Paman Ron nya kembali melirik-lirik waspada. "Aku menemukan kamar rahasia disini Al, kamar rahasia! Dan di dalam kamar itu, tersimpan sesuatu yang berhubungan dengan Bibi Harry!" bisiknya keras.

Albus melotot.

"Merlin! Maksudmu Basilisk hidup lagi? Di rumah ini?!"

Rose dan Albus—yang sebenarnya masih mencerna ucapan Rose—terkesiap saat melihat SCORPIUS HYPERION MALFOY berdiri dan menyejajarkan kepala pirangnya, tepat di dekat telinga Rose—yang jelas langsung memerah karenanya.

"S—Scorpius! What are you doing?!" pekik Rose sedikit tergagap.

Rose melirik Albus yang memutar matanya saat melihatnya tengah saling adu pandang dengan sahabatnya. Gadis yang merupakan duplikat Hermione Granger-Weasley itu sedikit menajamkan telinganya saat mendengar sepupunya bergumam sesuatu seperti 'duh-bocah-kasmaran' dan 'i-hate-this-Indian-drama-are-they-trying-to-acting-like-Uttaran-or-something-like-that-?'.

"So, is that true? Basilisk hidup lagi? Di pipa rumah ini?" Tanya Scorpius setelah melepaskan pandangannya pada Rose.

Albus melirik Rose yang tengah menepuk dahinya, sweatdrop. "Basilisk tidak hidup lagi, Malfoy," erangnya masih tidak habis pikir.

"Tadi kau bilang kau menemukan kamar rahasia—"

"Di rumah ini, bodoh! Kau pikir Salazar juga mampir ke rumah ini setelah pergi dari Hogwarts?" tandas Rose sinis.

Scorpius mengangguk-ngangguk polos. "Yeah, kau ada benarnya juga sih," gumamnya tanpa mengindahkan tatapan gemas dari Rose.

Albus memandang prihatin kedua sejoli di hadapannya.

Rose mengusap wajahnya putus asa. "Dan lagi, Malfoy, what are you doing on here?" tanyanya sembari menatap Scorpius dari atas ke bawah—tentu, dengan pandangan yang penuh akan sarat mengintimidasi ajaran Bibi Hermione.

Scorpius yang sedang bingung hanya memiringkan kepalanya. "Memangnya tidak boleh kalau aku ikut dengan kalian?" ia balik bertanya pada Rose. "James tidak terlalu akrab denganku, kalau kau mau tau, lagipula dia sedang sibuk dengan Fred Weasley. Lily dan Hugo sedang pergi keluar dengan Paman Gin! Kalian tega membiarkanku terlarut dalam obrolan tidak jelas para orang dewasa disana?"

Ia mengendikkan kepala pirangnya pada ruang tamu—tempat para orangtua sedang mengobrol ria. Iris kelabu kebiruan turunan Ayahnya itu mengerjap-ngerjap lucu memandang kedua Weasley di depannya.

Rose kembali menghela nafas putus asa. "Fine, you're in conversation," putusnya sembari menggumam pelan mufliato.

Scorpius pun tersenyum lebar.

Albus memutar matanya jengah, "Jadi, sepupu, dimana kamar yang kau maksud itu?" tanyanya sembari memandang sekeliling. "Rumah ini ada tiga lantai, dan kita sudah pernah menjelajahi semuanya—seisi rumah ini, saat kita berumur sembilan tahun, right?"

Rose mengangguk, membenarkan Albus.

"So where is it?"

Rose mengulas seringai kecil. "Follow me, gentlemen!"

-;o0o;-

"Alohomora!" Rose mendesis pelan pada pintu berukiran kuno di depannya, dan memutar perlahan kenopnya. Di wajahnya tersungging senyum puas saat mereka memasuki ruangan penuh lemari disana. "Well, here we are," ucapnya.

Dibelakangnya, Albus Weasley ternganga lebar. "Really Rose? Under your parents room?! Are you crazy?!" pekiknya tidak percaya.

Rose mengabaikan sepupunya, dan beralih pada Scorpius yang tengah berdecak kagum memandang keranjang berpita pink.

"Kalian tahu? Kamar rahasia di tangga bawah tanah rahasia juga? Whoa! Kalau aku tidak tahu apa tujuan kita yang sebenarnya disini, mungkin aku benar-benar akan menganggap Basilisk hidup lagi tahu!" ucapnya sembari menilik satu-persatu barang-barang yang terdapat di kamar itu.

Rose hanya menanggapi Scorpius dengan seringai kecil sebelum kembali beralih pada sepupunya yang masih menganga. "How is it, sepupu?"

Albus kembali menggeleng tidak percaya. "Did your mother know about this, Rose?" tanyanya dengan nada sedikit membentak—yang berhasil membuat Rose berjengit dan mau tidak mau menggeleng jujur.

Albus mengusap kasar wajahnya. "Merlin, Grandad Sirius gonna kill us if he finds out about this room," gumamnya muram.

Rose sweatdrop. "Well, berita baiknya Sirius Black sudah meninggal dan kupikir, dia juga tidak pernah tahu tentang kamar ini," tukasnya segera menutup pintu dan melesat ke arah lemari kayu yang berada di seberang ruangan.

"Then our mother gonna kill us, yeay!" gumamnya kembali bermuram durja.

Rose yang tengah sibuk mengutak-atik isi lemari hanya mendengus.

Albus dan Scorpius saling bertukar pandang, sebelum kembali memandang Rose yang telah mengenggam sebuah botol kecil—dengan secercah cahaya keperakan yang menari-nari dan berpendar terang—dan sebuah buku (jurnal, maybe? Batin Albus) dari dalam lemari kayu.

"Cairan apa yang ada di dalam itu?" tanya Albus terheran-heran.

"Kau tidak akan meminumnya, kan?" susul Scorpius.

Rose memutar bola matanya jengah. "I'm not going to drink it, idiot!" makinya tanpa membalikkan tubuhnya menghadap mereka.

Scorpius meringis pada Albus—yang malah membalas ringisan sahabatnya dengan tawa tanpa suara. Pemuda pirang-platina itu pun cemberut.

"Jadi, Rose?" panggil Albus setelah meredakan tawanya, "Cairan apa itu?"

"Is someone else know about pensieve?" Rose balik bertanya.

Kedua sahabat itu saling berpandangan, "Err—memori, ingatan, or something like that, I guess?"jawab Scorpius sedikit tidak yakin. Albus mengangguk-ngangguk setuju.

"Exactly Scorpius! You're brilliant!" puji Rose bangga.

Scorpius tersenyum lebar sembari membusungkan dadanya bangga pada Albus. "I'm brilliant!" pamernya.

Albus kembali memutar matanya jengah. "Yeah? So, are we gonna drink it or what? Bagaimana cara untuk menggunakannya—" Rose yang baru saja hendak menjawab kembali disela oleh Albus "—dan bagaimana bisa kau yakin ini milik ibuku, sepupu?" tanyanya.

Gadis Weasley itu berdecak pelan dan menunjukkan botol zat pensieve yang berpendar di tangannya. Ia menghela nafas pelan, "This is pensieve. Bukan cairan, dan tidak bisa diminum. Ini adalah zat," jelasnya.

Kedua pemuda itu pun mengangguk paham.

Rose pun ikut mengangguk. "Second, Albus…" Rose kemudian memberikan buku jurnal bersampul hijau pada sepupunya. "I assumed this journal is belong to your mother."

"Jur…nal?"Albus menaikkan sebelah alisnya heran, tapi tetap menerima jurnal yang diberikan sepupunya. Netra gioknya meniti buku jurnal yang penuh debu itu. "Are you sure buku ini milik ibuku?"

"Totally." Gadis Weasley itu mengarahkan telunjuknya pada tulisan lusuh yang ada di lembar pertama buku itu. "Harria L. P. Tidak cukup sulit untuk mengetahui kalau ini milik Bibi Harry."

"Diarinya ya?" tanya Scorpius menatap jurnal hijau berdebu itu tertarik.

Albus mengangkat bahu. "I guess so," jawabnya kemudian membuka lembaran-lembaran jurnal yang sudah sedikit menguning karena terlalu tua. "Privet Drive nomor empat, musim semi, tahun sembilanbelas delapan-tujuh…"

"…dan sekarang tahun duaribu dua-satu…"

"…and that's mean this book is actually berumur tigapuluh empat tahun?! Wow! Keren!" seru Scorpius dengan sorot mata yang berbinar.

Ketiganya lalu terdiam. Rose dan Scorpius berdiri di kanan dan kirinya Albus, yang berdiri di tengah, membaca seisi jurnal harian yang mayoritas mengisahkan tentang kisah kelam ibunya yang diasuh dengan cara yang tidak adil dengan para Dursley.

Iris emerald nya sedikit bergetar saat membaca lembaran demi lembaran jurnal ibunya itu. Albus tahu persis tentang masa kecil kelam ibunya dan… fakta tentang keluarga yang masih menjadi sepupunya itu sangat-sangat tidak suka terhadap penyihir.

Tapi ia tidak menyangka bahwa… orang-orang itu memperlakukan ibunya seburuk itu.

Kaki mereka mulai terasa kebas saat sampai di lembaran ke empatpuluh lima—masih di masa-masa kelam Privet Drive, tahun 1989.

"Pindah yuk, I cannot feel my feet!" seru Scorpius yang lebih duluan mengeluh.

Rose di kanan Albus mengangguk keras, setuju dengan Scorpius. "Ya kau benar! Ayo Albus, kita pindah ke kamarmu saja, di lantai dua!" seru Rose seraya mengambil keranjang piknik berpita yang berisikan botol-botol, lalu menoleh pada Scorpius. "Scorp, tolong bawakan piring besar itu!"

"Piring?"

"Itu di belakangmu!" Scorpius pun mengikuti arah telunjuk Rose dan bergegas mengambil piring abu-abu gelap yang berukuran sedang. "Piring ini untuk apa?"

"Itu pensive nya!" jawab Rose sweatdrop. "Botol-botol ini cuman berisikan zat, kalau zat ini dituangkan piring pensive itu, nanti kita bisa melihat ingatan di dalamnya," jelas gadis itu.

"Brilliant!" seru Scorpius dengan cepat segera mengambil salah satu botol pensive dari dalam keranjang. "Hei, Albus, look at this!"

Albus pun mengalihkan pandangannya dari jurnal, lalu menatap sahabat pirangnya. "Wow, itu zat pensive nya?" tanyanya yang langsung dibalas anggukan oleh Scorpius. "Keren!"

"Boys… come on!" Rose melempar tatapan skeptis pada dua pemuda di depannya— yang jelas sama sekali tidak mendengarkan protesannya. "Ugh! Listen guys! We have to quick! Sebentar lagi jam makan malam, dan kita tidak punya waktu untuk hal-hal seperti ini!" seru Rose seraya berusaha merebut botolnya dari Scorpius, "Berikan botolnya Scorp!"

"Maaf maaf…" kekeh Scorpius menjauhkan botolnya dari Rose, lalu mengulas cengir. "Aku yang bawa, aku yang bawa… ayo kawan, pemberhentian selanjutnya? Kamar Albus! Off we goooo~!"

-;o0o;-

Ketiga remaja itu berjalan mengendap melewati ruang tamu dan dapur, menuju kamar Albus yang berada di lantai dua. Albus menatap botol yang dibawa Scorpius penasaran. "Hei, berikan itu padaku dong," kata Albus seraya mengambil botol itu.

"Yak!—hey! Pelan-pelan! Kalau tumpah nanti bagaimana?!" bisik Scorpius berseru panik.

"Tch, siapa tadi yang bilang ini zat dan bukan cairan, hah?! Katamu tadi kalau ini zat, jelas tidak akan tumpah!" omel Albus.

"Memang begitu! Tapi jangan kasar-kasar seperti ini juga dong! Nanti botolnya pecah, zat nya hilang gimana? Ini termasuk fosil tau! Fosil! Kalau kita jual ke museum sihir pasti mahal!" balas Scorpius, balik mengomel.

"Kau ngaco ya, ini ingatan pribadi, moron! Kalau kau menjual ini ke museum keluargaku dan ibuku bisa malu!" kata Albus, makin kalap ngomel.

Scorpius memutar matanya dan membuka mulutnya, mencoba mengomel tapi sudah kehabisan stok kata dan kalimat.

"Merlin, kenapa kalian tidak bisa tenang sedikit sih?! Kalau seperti ini terus kita bisa kehabisan waktu tau! Kalian pikir kenapa zat ini banyak hah?! Itu berarti kenangannya juga banyak! Dan untuk mengetahui banyak kenangan itu juga butuh waktu! Sekarang berikan botol itu padaku!" lerai Rose yang sudah pusing akhirnya ikutan ngomel.

Ketiga remaja itu lalu segera memasuki kamar Albus, dan langsung menguncinya. Scorpius meletakkan piring besar pensive di atas meja, Rose mengekori Scopius—menilik botol pensive yang tadi diributkan oleh kedua rekannya, sementara Albus mendudukkan dirinya di tepi ranjang—kembali tenggelam ke dalam jurnal ibunya.

"Albus, psst Albus!" Albus mendongak menatap Rose yang baru saja memanggilnya, "stop dulu membacanya. Kita harus melihat ini pensive apa saja!" seru gadis itu sambil hati-hati menuangkan zat ingatan ke dalam piring pensive.

Sepasang iris biru, hijau, dan abu-abu memandang kagum saat melihat zat itu menyatu dengan raksa yang memang sudah berada di dalam pensieve itu.

Mereka memandang permukaan zat keperakan di dalam piring baskom mulai berputar dengan cepat. Tidak ada yang berkedip dari satu diantara mereka bertiga. Mereka terus memandang piring pensieve itu hingga permukaannya mulai terlihat transparan—seolah-olah terbuat dari kaca.

"Jadi," Albus dan Rose serempak mengalihkan pandangannya pada Scorpius, "kita masuk?" Kedua Weasley yang berada di sana sontak saling bertukar pandang dan senyum pada satu-satunya pewaris Malfoy disana.

Rose menyunggingkan senyum manisnya pada Scorpius—yang jelas langsung memerah karenanya.

Mendadak, rasa ragu menyeruak dari dalam hati Albus. Ragu karena takut, akan apa yang akan ia ketahui nanti.

Apa itu akan berhubungan dengan Voldemort lagi seperti gadis cantik taksirannya yang ternyata adalah anak dari Voldemort dan Bellatrix Lestrange? Keluarga Dursley? Dan ragu karena penasaran dengan apa yang ibunya sembunyikan dari keluarganya sehingga ia harus repot-repot mengeluarkan ingatannya ini.

"Albus, are you okay?" Albus segera tersadar saat sepupu dan sahabatnya melayangkan tatapan khawatir padanya.

Albus mengangguk mantap. Yeah, dia tau ragu-ragu itu tidak baik. Lebih baik ia tuntaskan rasa penasarannya terlebih dahulu baru rasakan apa akibatnya. Well, walaupun ia masuk ke asrama Slytherin, bukan berarti sikap Griffindor nya hilang begitu saja kan?

"Dalam aba-abaku, guys," ucap Albus sembari mengeratkan pegangannya pada jurnal ibunya.

"Tunggu! Tunggu! Sebelum kau menghitung, apa kita harus menentukan siapa yang masuk terlebih dahulu?" tanya Scorpiuus mengangkat alisnya penuh sugesti.

Rose terkekeh sembari menggeleng, "Dan terpisah dalam beberapa bagian?" Rose balik bertanya.

"Naah, we'll enter," Scorpius dan Rose mengalihkan pandangannya pada Albus yang tersenyum mantap, "together."

—dan mereka pun masuk menyelam bersamaan, dengan aba-aba yang dijanjikan oleh Albus.

.

.

to be continued


[K/N - 3rd AUGUST 2021] hayyie guyssss! how u doing btw?

duh my apologize, harusnya kemarin khe juga update, tapi khe malah lupa T.T

mkay, seperti biasa jangan lupa buat tinggalin jejak berupa komentar-saran-dkk setelah membaca ya! ngiehehhee~ tencuuu!