Reason

Gojo Satoru x Itadori Yuuji

Semua karakter milik Gege Akutami

Happy Reading and thanks for review

.

.

.

"Lanjutkan penyelidikan, terus awasi target."

"Dimengerti." Sambungan telepon terputus, perintah mutlak sang atasan tak dapat dibantah. Menghela napas pelan smartphone kembali disimpan, tak dapat berlama-lama di toilet saat jam kerja… atasannya bisa menceramahinya. Yoshino Junpei keluar dari toilet, dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tengah membasahi wajah di wastafel.

Bodohnya dirinya, bagaimana kalau orang itu mendengar percakapannya? Tak mungkin kan? Ia sudah memastikan suaranya takkan terdengar.

"Oh Junpei kau di sini rupanya, kami baru saja akan mencarimu."

"Ada apa, Geto-san?"

Suguru menyeka sisa air diwajahnya, tersenyum ramah pada Junpei –pemuda yang baru saja magang tiga minggu di perusahaannya. "Kami akan makan siang bersama, kau ikut? Kali ini bos yang traktir."

Junpei mengangguk antusias, moodnya sedikit membaik. Diam-diam terbesit rasa bersalah dalam dirinya mendengar perintah atasan dari telepon tadi. Ditugaskan terus mengawasi orang-orang ini, Junpei tahu ia tak seharusnya cepat menyimpulkan begitu saja; orang-orang ini bisa saja tak bersalah kan?

Yoshino Junpei sudah tiga minggu magang di perusahaan kecil ini, perusahaan properti yang baru berdiri dua tahun yang lalu. Karyawan diperusahaan ini pun sedikit, hanya saja target konsumen dari perusahaan ini kebanyakan adalah orang luar negeri –tak heran perusahaan kecil ini mampu bertahan. Patut diacungi jempol strategi pemasaran perusahaan ini, pasalnya urusan properti masih sulit di negara ini untuk orang luar negeri dan target utama perusahaan adalah konsumen asing.

Junpei tak pilih-pilih kalau urusan penempatan untuk penyelidikan, dimana pun atasannya menempatkan itu tak masalah. Masalah beradabtasi itu sudah biasa, ini bukan pertama kali Junpei ditugaskan untuk menyamar; sebagai unit khusus kepolisian itu sudah sewajarnya. Tapi kali ini entahlah, tidak sesuai ekspektasi mungkin?

Target penyelidikannya adalah karyawan di perusahaan ini, tak sulit menemukan data latar belakang mereka. Tentu saja dokumen data diri karyawan sudah diserahkan pada Junpei sebelum ia bekerja, datanya biasa-biasa saja; warga sipil. Catatan kriminal nihil kecuali pelanggaran lalu lintas, pelanggaran sepele seperti parkir sembarangan dan itu hanya sekali. Diantara seluruh karyawan yang menjadi fokus penyelidikannya adalah Geto Suguru, Nanami Kento, dan Gojo Satoru –bos sekaligus pemilik perusahaan.

Orang yang baru saja bicara padanya adalah Geto Suguru, 28 tahun, bertanggung jawab dibagian pemasaran. Dengan perangai ramah dan bersahabatnya memang tak heran ia bisa dengan mudah menggait konsumen, terlebih lelaki ini seorang alpha. Latar belakang pendidikan terbilang normal, lulusan Manajemen Pemasaran di salah universitas terkemuka di Jepang. Latar belakang keluarga juga terbilang biasa, anak tunggal dan kedua orang tuanya tinggal di Hokkaido. Catatan kriminal nihil.

Kedua Nanami Kento, 28 tahun, sekretaris di perusahaan ini. Orang yang kaku dan disiplin tinggi, tak heran menjadi sekretaris bos yang notabene berkebalikan. Lulusan terbaik dari universitas terkemuka di Amerika, gender kedua alpha. Sama seperti Geto Suguru, latar belakang keluarga normal dan catatan kriminal nihil. Dilihat dari sisi manapun Nanami Kento adalah pria kantoran biasa.

Ketiga Gojo Satoru, 28 tahun, bos sekaligus pemilik perusahaan. Lulusan Aktuaria disalah universitas terkemuka di Jepang, sempat mendirikan perusahaan asuransi jiwa sebelum pindah haluan ke perusahaan properti, gender kedua alpha dominan. Catatan kriminal tak ada kecuali pelanggaran lalu lintas, parkir sembarangan.

Sebenarnya ada Okkotsu Yuta dan Inumaki Toge, bagian administrasi dan teknisi di perusahaan ini. Tapi atasannya tak menargetkan mereka berdua, dilihat latar belakang juga tak ada yang ganjil. Bukan hanya mereka berdua, semua karyawan di perusahaan ini memiliki latar belakang terbilang biasa.

Junpei tahu untuk selalu bersikap waspada, siapa tahu hanya kedok kan? Apalagi kasus yang diselidiki adalah dugaan keterlibatan orang-orang ini pada kelompok Mafia Infinity –kelompok berbahaya yang sudah menjadi musuh bebuyutan kepolisian. Kelompok yang dikenal dengan kejahatan sempurna, tak meninggalkan jejak ataupun bukti; membuat pencarian kelompok ini selalu abu-abu. Antara ada dan tiada, bahkan ada yang menyebut mereka hanya rumor.

"Junpei, apa kau baik-baik saja?"

Junpei tersadar dari lamunan singkatnya, mereka sudah sampai ruang makan, di sana sudah tersedia berbagai hidangan yang menggugah selera. Meskipun bangunan dari perusahaan ini terbilang kecil, namun rancangan bangunan ini benar-benar dibuat seperti rumah; agar orang bekerja di sana merasa rileks. Ruang makan dirancang sedemikian rupa mirip dengan restoran keluarga tradisional Jepang.

Junpei mengulas senyum cerah, ia tak boleh menimbulkan kecurigaan bukan? Lagipula atasannya tak memberi tenggat waktu penyelidikan.

"Carikan aku mate."

"…"

"…"

"….."

Hening, beberapa sesaat kemudian terdengar suara dentingan logam yang begitu keras diiringi suara gebrakan meja yang bersumber dari dua orang lelaki bersurai kontras. Bertolak belakang dengan sang pelaku yang dengan santai menyantap hidangan makan malamnya.

"Apa kau bilang?!"

"Carikan aku mate." Ulangnya santai, yakin pendengaran kakaknya masih berfungsi dengan baik.

Sang mantan kepala keluarga mengelus dada seraya menghela napas pelan, dalam hati bersyukur tak punya riwayat penyakit jantung. "Yuuji, kenapa tiba-tiba?"

"Sejak kapan kau berpikir untuk berkembang biak?" Sindir Sukuna yang kini telah duduk kembali, meminum segelas air guna menenangkan perasaan syoknya.

Tak jauh dari Sukuna, si sulung Chouso masih betah berdiri mematung sampai Jin menepuk pundaknya. Harusnya mereka tak sekaget itu, mengingat kelakuan si bungsu yang entah bagaimana tak bisa ditebak.

"Maaf saja, aku tak berniat selamanya menjomblo sepertimu dan Chouso-nii." Balas Yuuji santai, yang menimbulkan munculnya perempatan siku-siku di pelipis Sukuna.

Chouso yang sempat terdiam akhirnya buka suara, "Yuuji, kurasa terlalu cepat. Pikirkanlah lagi, apa kau tak ingin lebih lama bersama kami?"

Jin tersenyum lembut, si sulung memang sosok yang penyayang. Sebenarnya baik Chouso maupun Sukuna sama-sama penyayang –kalau urusan Yuuji, kompak sekali. Hanya saja cara yang mereka tunjukan berbeda, "Yuuji, katakan kau ingin yang seperti apa?"

"KENAPA AYAH MENDUKUNGNYA?!" seru Chouso dan Sukuna bersamaan, lihatlah kompak kan?

Jin adalah sosok ayah yang menyayangi anak-anaknya, apapun keputusan mereka akan selalu ia dukung dengan sepenuh hati. Tapi Jin juga sosok yang suka menganggu Chouso dan Sukuna, lihatlah dengan santai ia mendukung putra bungsunya.

Yuuji yang sudah mendapat lampu hijau dari sang ayah tersenyum cerah, yang Jin yakin sudah mampu meredakan amarah Chouso dan Sukuna –sesaat. "Tidak sulit, aku perlu seseorang yang cocok dengan kehidupan normal."

"Cih, kau cari mati? Kau tau keluarga kita…-"

"Sukuna, kau lupa? Kehidupan normal versi Yuuji?"

Sukuna tertawa hambar, Chouso yang memotong kalimatnya memang benar. Memang mereka tahu kehidupan normal versi Yuuji seperti apa?

"Katakan lebih spesifik, Yuuji," balas Jin masih dengan senyum menenangkannya.

"Tidak tebar benih sembarangan."

Kali ini Sukuna kembali membalas, sumber utama sakit kepalanya adalah Yuuji –semua orang setuju. "Kau mau cari mate atau petani?!"

"Kaya."

"Kita sangat kaya, Yuuji." Kali ini Chouso yang membalas.

"Tinggi, lebih tinggi dariku."

"Aku dan Chouso lebih tinggi darimu, tak usah cari mate." Timpal Sukuna lagi, ia tak setuju lagipula insting alphanya tak rela melepas adiknya. Adik satu-satunya, sumber sakit kepalanya, sumber masalah dari segala masalah.

"Kau sudah coba aplikasi dating?" Ucap Jin yang sukses memperoleh death glare dari Sukuna dan Chouso, kenapa disaat seperti ini ayah mereka malah mendukung Yuuji.

Yuuji angkat bahu, tak berminat mencoba aplikasi dating abal-abal. Lagipula ia sudah meretas banyak aplikasi, aplikasi sejenis itu kebanyakan akun fake. "Lanjut, tingginya harus 190 cm, rambutnya putih…-"

"Tunggu dulu-" Sukuna memicing.

"Matanya harus sebiru laut, alami, tak pakai softlens…-"

Sukuna memijat pelipisnya, mendengus kesal tak tau bagaimana menanggapi. Mereka hidup dengan pekerjaan kotor, tentu Sukuna tahu orang-orang atau kelompok yang berbisnis serupa. Tak perlu menyebutkan nama, Sukuna sudah tahu orang yang dimaksud adik kesayangannya.

"Golongan darahnya harus…-"

"Gojo Satoru, dia yang kau maksud kan?" Potong Sukuna, lelah menanggapi ocehan Yuuji yang mengungkapkan kriteria mate yang ia inginkan. Yang benar saja?!

"Wah kakakku memang hebat!" Puji Yuuji yang entah apa maknanya.

Jin terkekeh pelan, "baguslah, Yuuji kan memang perlu pawang."

"Atas dasar apa kau memilihnya?" Ucap Chouso masih tak terima, bukan hanya dirinya –Sukuna juga.

Mereka semua tahu Gojo Satoru, ketua kelompok Infinity –punya riwayat persaingan dengan kelompok mereka. Persaingan yang terkadang saling menjatuhkan, tapi dapat pula bekerja sama terkadang. Riwayat kelompok yang sekarang dipimpin Sukuna dan kelompok yang dipimpin Gojo tak seburuk itu, tak sampai bermusuhan. Lagipula keduanya adalah kelompok besar, bekerja dengan cara masing-masing.

"Sukuna -nii saja yang jawab, kau tau banyak untungnya kalau beraliansi dengan kelompok Infinity. Lagipula, polisi dan kelompok Kamo semakin meresahkan." Yuuji menghabiskan hidangan makan malamnya, kemudian meninggalkan ayah dan kedua saudaranya di ruang makan.

Jin menatap kepergian Yuuji dengan senyum bangga yang menghiasi wajahnya, kalau dipikir ketiga anaknya sama-sama memilih jalan yang sama –meneruskan bisnis keluarga. Jangan salah, Jin sama sekali tak memaksa ketiga anaknya. Jin bahkan mengirim Yuuji untuk tinggal bersama kakeknya agar menjalani kehidupan normal, hasilnya? Sama saja, entah bagaimana Yuuji menemukan jalan kembali mengenai bisnis keluarga. Jangan tanya Chouso atau Sukuna, mereka berdua juga tak terima Yuuji memilih jalan yang sama. Hanya saja Yuuji bermain di belakang layar, ia tak terlibat baku hantam atau saling tembak; Yuuji adalah hacker kelompok King of Curse.

Itulah sederet fakta yang tak diketahui Satoru, bukan Jin yang mengatur ide konyol simbol kerja sama. Tapi Yuuji sendiri, tak ada drama bujuk membujuk antara anak yang tak terima kawin paksa –kebalikan. Seperti yang dikatakan Jin, Yuuji perlu pawang. Sebagai Omega Dominant ia tak bergitu saja menuruti perintah Alpha, kedua saudaranya saja bisa ia perbudak kalau ia mau. Jin tak mau ambil pusing tujuan khusus Yuuji, entah apa. Kalau dibilang cinta, mungkin? Jin ayahnya, ia tahu Yuuji tak begitu peduli dengan hal semacam itu; kedoknya berbakti pada keluarga agar bisnis mereka bertahan –dibalik itu Jin tahu Yuuji menikmati dunia bisnis keluarga mereka pastinya tak ingin kehilangan sumber kesenangannya.

Kembali ke masa sekarang, saat ini Yuuji sibuk berkutat di depan komputer. Menikmati pekerjaannya yang menyenangkan, tentu saja data karyawan magang yang dikirimkan Satoru sudah ia terima. Ya, polisi sekarang memang merepotkan. Mengirim orang untuk menyelidiki perusahaan Satoru, mereka akan pulang dengan tangan kosong.

Yuuji tersenyum bangga, ia tak perlu nama –lagipula nama karyawan magang itu pasti bukan nama asli. Yuuji sudah membuat software khusus berbasis Artificial Intelligent, dengan memanfaatkan algoritma pattern recognition dan decision tree. Hanya menggunakan foto, ia sudah mendapatkan informasi mengenai orang itu lengkap dengan orang-orang yang terhubung dengannya. Semudah itu.

Ia tak sabar menyambut Satoru pulang.