.
New Adventure And The Red Beetle Warrior
.
.
"Hahaha! Cantik Banget! Kita 'pake' yang pirang aja dulu!"
"Tidak! Hentikan!" Jerit gadis itu. Seorang gadis belia berambut pirang nan manis. Dia berusaha melepaskan diri dari bandit yang memegangi pergelangan tangannya. "Audrey! Tolong aku!"
Gadis itu bersama seorang pelayan dan 6 orang penjaga hendak kembali ke kediaman mereka di ibukota. Namun tak disangka sekumpulan bandit sudah mengintai mereka dari kejauhan . hasilnya bandit-bandit itu dengan mudah menghabisi para penjaga. Tuan putri pun turun tangan, tapi tak disangka para bandit menggunakan rune kuno yang mereka curi untuk melemahkan si tuan putri. Kini para bandit itu menjadikan sang tuan putri dan pelayannya sebagai mainan mereka.
"Jangan melawan, manis. Nanti kamu pasti keenakan kok." Salah satu dari para bandit itu, pimpinan mereka, mendekap tubuh si tuan putri dari belakang. Dengan tangan kasarnya dia robek gaun mewah gadis itu sehingga kini tubuh indahnya terpampang tanpa busana dihadapan anak buahnya. Gadis itu pun melawan dan mencoba berontak. Air matanya tak henti-hentinya mengalir deras. "Tolong...jangan..." Pintanya dengan wajah memelas.
"Evelyn-sama!" Jerit sang pelayang yang kondisinya tak jauh beda. Wanita berambut hitam panjang dengan mata biru itu meronta-ronta membebaskan dirinya dari pria yang menduduki badannya. Tubuhnya sudah ditelanjangi oleh bandit-bandit lain. Mereka mengerubungi dirinya dan bersiap menghancurkan harga dirinya sebagai seorang wanita.
Pimpinan bandit tadi merebahkan tubuh sang putri di rerumputan. Anak-anak buahnya memegangi kedua tangan dan kaki gadis itu semendara dia memegangi kaki si tuan putri. Gadis itu pun panik. Dia menjerit sejadi-jadinya, berharap agar diselamatkan.
JDAARRR
Gemuruh guntur tiba-tiba terdengar. Hal ini membuat semua orang yang ada disana kaget. Tak terkecuali Para bandit yang hendak memperkosa gadis itu. "A-Apa itu tadi?" Tanya salah satu dari mereka.
Tiba-tiba saja simbol mata berwarna oranye muncul di tengah-tengah mereka semua. Asap hitam pekat menyelimuti simbol mata itu. Dari dalam asap hitam pekat itu keluarlah sesosok ksatria hitam legam dengan garis-garis oranye menyala pada dada, tangan dan kakinya. Helm hitam bertanduk dengan visor bersinar menyerupai wajah berwarna oranye dan sepasang mata hitam besar. Tubuh bagian atasnya juga ditutupi oleh semacam jaket berwarna dominan hitam dan sedikit selingan warna oranye.
[Batchiriminaa~]
[Kaigan!] [Ore!]
[Let's go! Kakugo!]
[Go Go Go! Ghost! Go! Go! Go! Go!]
"Pemerkosaan cewek-cewek cantik di awal cerita ya...Klise sekali..." gumam sosok itu dengan suara parau. "Ya sudahlah. Yang kayak gini selalu jadi awal yang baik buat kisah kepahlawanan bukan?"
"A-A-Apa itu!?" Para bandit tadi langsung buncah menyaksikan kehadiran makhluk itu. Mereka menarik pedang mereka dan mengarahkannya pada sosok hitam-oranye bersinar yang baru saja muncul. "S-Siapa kau!?"
"Aku...Kamen Rider Ghost..." Jawabnya dengan suara parau yang bergema. Terkesan sangat menyeramkan. Tubuhnya bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan dengan sendirinya. Kakinya melayang tak menapak di tanah. "...Dan kalian akan jadi-"
"WAA! SETAANN!" Para bandit itu tunggang-langgang melarikan diri, meninggalkan pimpinan mereka yang kemudian ikut mengejar. "Tunggu aku woii! TOLONG! ADA SETAAN!"
"Setan pala lu! Lu tuh setan! Ngaca dong kampang! Sini Lu! Woi!" Anak itu tersulut emosi. "Dih. Berani-beraninya kalian ngatain kekuatan pinjaman lord Takheru Dongo begini setan. Dasar antek-antek dickhead."
Ghost berniat mengejar mereka. Tapi kemudian dia teringat dengan dua cewek yang tadi hendak dia selamatkan. Dia mencari kedua perempuan itu.
Mereka pingsan karena ketakutan.
[5 Hero Stone Acquired]
.
.
.
.
"Membunuh raja...Membantu istana...Menyelamatkan sang putri dari serangan bandit...Baru tiga achievement yang saat ini ku dapat. Masing-masing memberiku 5 buah hero stone. Boleh juga." Gumamnya sambil melihat layar pencapaian yang muncul di depan wajahnya. Layar itu kemudian tertutup. "Heh, padahal aku bisa dapat hero Stone lagi dari membunuh para bandit tadi. Mau gimana lagi."
"Kalian sudah siap?" Tanya Arzio pada Evelyn dan Audrey yang baru saja membereskan barang-barang mereka usai diserang para bandit barusan. Kereta kuda mereka hancur. Para penjaga pun sudah terbunuh. Arzio yang kasihan pada mereka berniat untuk mengantar mereka ke tujuan mereka. Siapa tahu dia bisa dapat Hero Stone lagi.
Sebenarnya Evelyn cukup kuat. Dari layar 'stats' milik Arzio terlihat gadis itu sudah menginjak level 35 sebagai seorang Blade Master dengan banyak title. Evelyn juga memiliki cakupan mana yang besar dan juga skill nan beragam. Dia hanya sedang sial saja bertemu dengan para bandit yang memiliki rune kuno.
"Tuan Arzio. Sebagai putri tunggal dari keluarga Astoria, aku ucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkan kami." Kata si tuan putri yang di panggil Evelyn itu sambil membungkukkan badan di dahapan Arzio. "Aku juga berterima kasih karena kau juga bersedia untuk mengantar kami sampai ke kediaman kami. Aku berjanji akan memberimu bayaran yang sesuai untuk kebaikanmu."
"Yah tak usah terlalu dipikirkan. Lagi pula saat ini aku sedang nganggur." Jawab anak itu basa-basi.
"Evelyn-sama, Arzio-sama. Kita sudah siap!" Seru Audrey sembari menenteng dua buah koper besar. Dia menghampiri mereka berdua.
"Itu koper yang besar." Kata Arzio saat melihat bawaan Audrey. "Aku yakin betul kau tak akan sanggup membawanya lebih dari 10 menit. Tanganmu akan patah."
"Meski anda bilang begitu, saat ini kita tidak punya pilihan lain." Balas pelayan itu.
"Ya sudah." Arzio mengambil kedua koper itu lalu memasukkannya ke dalam skill inventory miliknya. Lagi-lagi Evelyn dan Audrey kaget dibuatnya.
"K-Kemana koper tadi?" Tanya Audrey.
"Aku menyimpannya menggunakan skill ku. Dengan begini kau tidak perlu menyusahkan dirimu sendiri." Jawab Arzio. Dia mengeluarkan koper tadi, lalu memasukkannya kembali ke inventory sebagai bukti. "Lihat? Pokoknya barang kalian aman!"
"K-Kami...tidak tahu harus bagaimana untuk berterima kasih..."
"Masukkan saja ke catatan tagihanku nanti. Haha."
Mereka pun memulai perjalanan. Evelyn bersama pelayannya Audrey tinggal di ibukota kerajaan Lantre yang nampaknya masih cukup jauh dari sini. Awalnya mereka masih agak takut pada Arzio melihat kemunculannya sebagai Ghost. Tapi sepertinya anak itu berhasil mengendalikan situasi.
"Anu...tuan Arzio." Audrey bertanya lagi. "Kalau boleh tahu tadi itu apa ya? Itu lho, wujud hitam yang seram itu."
"Jadi memang beneran seram ya? Pantas saja emak-emak di jepang dulu pada protes waktu seri ghost tayang." Arzio tertawa kecil. "Itu tadi kekuatanku."
"Apa itu sihir perubahan?" Timpal Evelyn.
"Sihir perubahan?"
"Iya. Misalnya kayak jadi Werewolf, Vampire Lord dan segala macamnya."
"Oh...bukan. Itu tadi bukan sihir. Anggap saja itu berkah dari pak tu- Ehem. Maksudku berkah dari dewa Iosa padaku."
Mereka berdua kaget. "Eh!? Dewa Iosa?"
"Ya benar. Aku bertemu dengannya dan dia memberiku banyak kekuatan. Pak tua yang baik."
[5 Hero Stone Acquired]
"Ng? Apa aku baru saja dapat Hero Stone karena memuji pak tua itu?" Gumam Arzio. "Oh benar. Dia itu dewa. Jadi memuji dewa termasuk sebuah achievement ya...Dasar narsis."
"K-kau bertemu dengan dewa Iosa?" Tanya Audrey.
"Ya begitulah. Pak tua itu yang membawaku kesini. Bisa dibilang, kami cukup akrab. Dia benar-benar banyak membantu."
"Dewa Iosa adalah satu dari 3 dewa utama yang dipuja oleh kuil suci. Bahkan para pendeta tertinggi pun tak pernah bisa bertemu dengannya. Paling-paling cuma mendengar suaranya saja. Jika kau memang bertemu dengannya, ini bisa membuat geger daratan Eteradia." Jelas Evelyn.
"Kalau begitu ada baiknya kita rahasiakan saja." Balas Arzio dengan santainya. "Kita tidak mau dataran Eldia sampai kacau gara-gara aku kan."
"Yang benarnya dataran Eteradia, Tuan Arzio."
"Etardia?"
"Y-Yah...itu cukup mendekati..."
"Ngomong-ngomong anda sendiri sebenarnya mau kemana, tuan Arzio?" Tanya Evelyn lagi.
"Tidak usah formal begitu. Panggil namaku saja." Timpal anak itu. "Saat ini aku tidak punya tujuan yang pasti. Mengalahkan raja iblis adalah satu-satunya tugas yang diberikan Iosa padaku. Dia tak memberiku rincian lain."
"A-Apa itu artinya kau pahlawan yang diutus oleh dewa!?"
"Aku tidak tahu. Dan aku tidak mau tahu. Gelar pahlawan terdengar seperti hal yang merepotkan. Jika pun benar, aku akan membuang gelar pahlawan itu. Kedengarannya menjijikan. Aku bukan lelaki narsis." Jawab Arzio enteng.
"Cuma kau yang berfikiran begitu kau tahu?" Audrey dan Evelyn sweatdropped.
Di tengah perjalanan, segerombolan goblin muncul menghambat jalan. "Biar aku saja!" Seru Evelyn seraya mencabut pedangnya dan membantai habis gerombolan tuyul hijau sangean itu. Seperti yang tertera pada stats, dia bisa dengan mudah mengalahkan mereka. Level 35 memang tak main-main.
Setelah jauh berjalan. Mereka pun memilih untuk beristirahat sejenak. Iosa memberi Arzio ketahanan fisik yang kuat sehingga stamina-nya pun meningkat dan dia tak kelelahan sama sekali. Hanya saja Audrey dan Evelyn nampaknya sudah kecapekan. Wajar saja. Mereka adalah bangsawan, mereka terbiasa hidup enak. Hal seperti ini sangat tak terduga bagi mereka.
"Aku lapar..." Kata si tuan putri dengan suara perut yang bergemuruh.
"Tak perlu khawatir. Biar aku masakkan sesuatu untukmu." Kata Arzio. "Kalau tidak salah aku punya beberapa daging dari beruang yang aku kalahkan tadi pagi."
"Eh, anda bisa memasak?" Tanya Audrey.
"Ya begitulah." Jawab anak itu. "Memangnya kenapa?"
"Tidak sih...Hanya saja jarang sekali aku melihat laki-laki memasak."
"Mainmu saja yang kurang jauh." Sanggah Arzio. "Hidup sendirian dengan uang pas-pasan tidak memberiku banyak pilihan. Memasak, atau jatuh miskin lalu mati kelaparan. Hanya dua itu opsi yang ku punya. Dan aku menolak untuk mati!"
Arzio membuka inventory-nya. Dia menekan ikon 5 daging beruang yang ada di inventorynya. Dari sana muncul 3 subslot dengan masing-masing bergambar daging bakar, daging rebus dan sup daging. Dia pilih daging panggang. Dan secara ajaib daging panggang pun muncul di hadapannya. "Wah, skill inventory ini sangat berguna. Aku akan berterima kasih pada pak tua itu jika aku bertemu lagi dengannya."
"L-Langsung masak?" Ucap Audrey kaget. "Kok bisa?"
"Yah...beberapa hal memang sulit untuk dijelaskan. Sudah makanlah! Setelah itu kita lanjutkan perjalanan." Suruh anak itu. "Kalau bisa aku ingin kita sampai sebelum malam. Aku sudah capek tidur di hutan."
"Eh!? Anda tidur di hutan ini?" Tanya Audrey.
"Ya tentu saja. Memangnya dimana lagi?" Jawab Arzio. "Aku tidak bisa menemukan desa jadi aku terpaksa tidur disini."
"Di hutan yang berbahaya ini!?"
"Hutan ini di kenal sebagai hutan Elora. Hutan ini dikenal karena banyak monster mengerikan tinggal di dalamnya. Beruntungnya sang dewa sudah memberi perlindungan sehingga para monster hanya aktif di malam hari dan tidur di siang hari." Terang Evelyn.
"Kalian terlalu melebih-lebihkan. Tak ada yang aneh dari hutan ini selain beruang bertanduk, kelinci iblis, troll dan wyvern. Buktinya aku aman-aman saja kok."
"Tidakkah kau sadar kalau semua yang kau bilang tadi itu tidak wajar..."
"Apanya?"
"Lupakan."
Mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Arzio hanya mengharapkan sebuah perjalanan yang damai, tenang dan santai. Dia sudah capek bertarung seharian kemarin. Ketika dia sampai di kota nanti, dia akan sewa penginapan dan tidur seharian penuh. Yang sayangnya tak akan terjadi.
Baru saja mereka memulai perjalanan mereka kembali, sekelompok orang berlarian ke arah mereka. "Lari! Ada Wyvern!" Jerit mereka ketakutan. Sontak saja Evelyn dan Audrey langsung bersiaga. Tapi tidak dengan Arzio.
"Hah!? Wyvern!? MANA!?" Tanya anak itu penuh semangat. Arzio menekan ikon Ghost pada layar yang muncul di depan matanya. Kabut hitam pekat datang menutupi tubuhnya dan dalam sekejap dia pun menjelma menjadi Kamen Rider Ghost. "HERO STONE AKU DATANG!"
Kini orang-orang tadi malah berlarian ke arah mereka datang karena takut akan Ghost. Tapi Wyvern yang terbang di langit pun membuat mereka lebih memilih untuk lari ke arah Ghost meski mereka ketakutan melihat wujud sosok itu.
"Orang-orang yang aneh..."
Kadal terbang itu mengudara di langit. Evelyn mencabut pedangnya lalu berdiri di samping Ghost. Mereka bersiap hendak menyerang si Wyvern. Sayangnya monster itu lebih memilih untuk dia di langit dan tak mau turun ke tanah sehingga mereka berdua hanya bisa menunggu. Ghost tepuk jidat. Dia lupa kalau dia juga bisa melayang.
Bagian yang berwarna oranye pada tubuh ghost bersinar. Dia pun melayang dan terbang menuju si wyvern. Namun monster tak tinggal diam. Dia langsung melesat dan menyambar tubuh Ghost. Ghost terpelanting hebat dan mendarat naas di tanah.
"Ugh...Kadal sialan...Aku benci kadal..." Ghost kembali berdiri. Dari Ghost Driver dia munculkan Gan Gun Saber. Dia kembali terbang dan langsung bersiap menebaskan pedangnya untuk membelah sayap kadal terbang itu.
.
.
.
"HOORIIIYAAAA!"
.
.
.
Tiba-tiba saja tak tahu dari mana, sesosok ksatria hitam dengan armor merah dan emas datang mendaratkan tendangan bertenaga penuh ke tubuh wyvern. Akibatnya Ghost tak sengaja menyabet punggung sosok itu dengan pedangnya karena kaget. Wyvern jatuh, sosok itupun juga ikutan jatuh mencium tanah.
Ghost turun dan segera menghampiri sosok yang tak sengaja dia tebas tadi. "Maafkan aku! Aku kaget karena kau tiba-tiba datang dan tak sengaja menebas punggungmu!"
"Ahahaha. Itu bukan apa-apa!" Balas sosok itu sambil tertawa kecil seolah tak ada masalah. Kabut yang tercipta akibat jatuhnya dia tadi membuat Ghost tak mampu melihat wujudnya dengan jelas. Sosok itu pun berdiri lalu menghampiri Ghost, keluar dari kabut itu. Seorang ksatria gagah dengan armor-armoa berwarna merah dan emas melindungi tubuhnya. DI pinggangnya terpasang sebuah ikat pinggang besi dengan bagian tengahnya yang berwarna emas dan permata merah. Helm bermata merah besar dengan tanduk kumbang rusa berwarna emas menutupi kepalanya.
Ghost terbelalak tak percaya menyaksikan kehadiran sosok itu. "Kuuga...Rising Mighty?" Tanya dia.
Orang yang dia panggil Kuuga itu tak kalah kaget melihat Ghost. "K-Kan kau Kamen Rider Ghost! Kok bisa...?"
.
.
.
"Jangan bilang..."
"Kau juga..."
"...Terkirim kedunia ini dalam wujud Rider yang terakhir kali kau mainkan di City Wars!?"
