.

The Man And His Motherland


.

.

"Perkenalkan namaku Dimitri. Seperti yang kau lihat, aku terkirim ke dunia ini dengan kekuatan untuk berubah menjadi Kuuga." Kata pria yang menyebut dirinya Dimitri itu. "Dari namaku kau pasti sudah tahu aku berasal dari mana kan?"

"Dari eropa ya? Ku kira Tokusatsu tak terlalu laku disana." Ujar Arzio. "Ah, di dunia ini namaku Arzio. Aku memiliki kekuatan Kamen Rider Ghost, Zero-One dan Zi-O. Walaupun yang bisa ku pakai sekarang Cuma Ghost sih."

"Wah!? 3 Kekuatan sekaligus? Keren!" Dimitri berdecak kagum. "Kalau aku sih cuman Kuuga. Tapi itu sudah lebih dari cukup bagiku. Aku punya semua BC lengkap!"

"Eh? Jadi fitur game juga berlaku padamu di dunia ini?"

"Yap! Aku bisa melihat layar skill dan mengganti kombinasi skill ataupun BC sesuka hatiku. Dari Mighty Form, sampai Ultimate."

"Apa kau membukanya dengan Hero Stone?

"Hero Stone? Nggak tuh. Semuanya udah aktif saat aku terkirim ke dunia ini."

"Begitu ya...jadi hanya aku yang terikat dengan sistem Hero Stone. Mungkin karena aku memiliki akses ke tiga Rider dan skill pemberian pak tua, tak seperti yang lainnya yang hanya satu Rider." Gumam anak itu. "Anu...apa kau dipanggil oleh Dewa ke dunia ini?"

"Dewa? Tidak. Aku tahu-tahu tersadar di sebuah kerajaan bernama Eltisia. Aku yakin betul mereka lah yang membawaku ke dunia ini." Jawab Dimitri.

"Eh? Lalu dimana mereka? Kau tidak bersama mereka?"

"Tidak. Aku mengamuk saat sadar apa yang telah terjadi padaku. Emosiku merubahku menjadi Ultimate Kuuga mata hitam dan aku memporak-porandakan seisi kerajaan. Seenaknya saja mereka menyeretku ke dunia yang menyedihkan ini."

Makanan mereka datang. Keduanya pun menahan cerita mereka dan menyantap hidangan yang tersedia.

Setelah mengeroyok Wyvern, Dimitri bergabung dengan Arzio mengantar Evelyn sampai ke rumahnya. Mereka menerima bayaran yang besar. Arzio memberikan semuanya pada Dimitri karena saat itu Dimitri benar-benar tak punya uang sedikitpun. Toh, uang pemberian Iosa masih segunung. Kini mereka makan enak di sebuah restoran mewah yang ada di kota itu.

"Ah...kalau saja mereka jual vodka. Anggur ini rasanya nggak enak." Keluh Dimitri setelah meneguk minuman yang dihidangkan.

"Ku kira itu karena lidah kita belum terbiasa dengan makanan di dunia ini." Kata Arzio. "Kita berasal bukan dari dunia ini, ingat?"

"Kau benar. Aku lupa akan hal itu."

Mereka menyudahi makannya. Arzio membayar makanan keduanya, meskipun Dimitri sempat menolak dengan paksa. Mereka pun keluar dari restoran dengan perut kenyang dan hati yang lapang.

"Jadi...setelah ini kau mau apa, Arzio?" Tanya Dimitri.

"Evelyn memintaku untuk pergi menemuinya. Jadi aku akan pergi ke kediaman mereka. Mungkin dia punya tugas penting untukku." Jawab anak itu. "Bagaimana denganmu Dimitri-san? Kau mau ikut?"

Dimitri menggeleng. "Aku mau melihat-lihat di kota ini. Aku ingin lebih mengenal dunia ini."

"Oh, kalau begitu aku sarankan kau untuk pergi ke Guild Petualang. Kau pasti akan menemukan banyak hal menarik disana."

"Guild petualang? Seperti di game-game RPG ya...menarik."

"Sudah ya. Kalau kau sudah selesai, ku tunggu kau di rumahnya Evelyn." Pamit Arzio.

"Ya! Selamat bersenang-senang." Balas Dimitri. "Ku doakan kalian jadian!"

.

Dimitri akhirnya sendiri seperti sebelumnya. Bedanya kali ini dia sudah punya teman dan banyak uang. 300 koin perak pemberian Evelyn, lalu 20 koin emas pemberian Arzio. Rasanya semua perjuangannya sejauh itu terbalaskan. Apalagi bertemu dengan Arzio yang berasal dari dunia yang sama dengannya.

"Guild petualang! Aku harus ke guild petualang!"

Mengikuti saran Arzio, Dimitri pun pergi ke tempat yang di sebut Guild Petualang ini. Tempat itu ditulis dengan bahasa asing, namun ajaibnya dia bisa memahami artinya. Sepertinya dia sudah diberi pemahaman bahasa dunia ini saat terkirim ke dunia ini. Sama seperti Arzio.

"Permisi. Apa benar ini Guild Petualang Lentra? Aku ingin mendaftar." Ujar Dimitri di meja resepsionis.

"Ah, benar! Tunggu sebentar."

Saat itu Guild yang juga bergerak sebagai bar sedang dipenuhi oleh banyak orang. Mereka tak lain adalah para petualang. Hal itu terlihat dari tampang sangar, armor-armor dan senjata yang ada di tubuh mereka. Para petualang itu nampaknya sedikit keheranan melihat penampilan Dimitri yang mengenakan jas hitam dan celana jeans berwarna biru gelap. Sebuah pemandangan yang sangat langka di dunia ini tentunya.

Pendaftaran dimulai dengan mengisi formulir dan mengukur kekuatan pada sebuah bola khusus yang ada disana. Karena Dimitri tak memiliki sihir dan hanya bisa mengandalkan fisiknya, dia pun mendapat Rank F.

"Hmm? Wyvern Slayer ya..." Gumam resepsionis itu saat melihat status title milik Dimitri. "Sepertinya kau bukan pria sembarangan ya..."

"Ah, tidak kok. Kau terlalu memuji." Balas Dimitri.

Selesai mendaftar, dia diarahkan ke papan misi. Ada banyak papan misi disana. Semuanya dibagi menjadi 6 kelas untuk Rank A sampai Rank F. Petualang di haruskan untuk memilih Quest yang sesuai dengan Rank mereka masing-masing.

"Mangalahkan serigala iblis yang menyerang kota? Tidak menyenangkan. Membasmi babi hutan? Melelahkan. Ah, ini!" Dimitri langsung saja mencabut salah satu kertas Quest yang ada disana. "Membantu mengambil tanaman obat di hutan. Ini cocok untukku." Ujarnya. Dia pun pergi ke meja resepsionis untuk meminta questnya di proses.

"Mengambil tanaman obat? Kau yakin ini quest yang mau kau ambil paman?" Tanya salah seorang petualang yang berdiri di sampingnya.

"Ya begitulah. Aku tak tertarik lagi untuk membahayakan nyawaku hanya demi uang yang tak seberapa. Aku sudah capek. Aku hanya mau hidup yang tenang dan jauh dari bahaya. Urusan pembasmian monster bisa ku serahkan pada kalian bukan?"

"Ooh. Dari cara bicaramu, sepertinya kau ini veteran perang ya? Kau datang dari mana paman?"

"Sebuah tempat yang disebut Mother Russia."

Permintaan Quest Dimitri selesai di proses dan dia pun segera pergi dari sana. Lokasi misi adalah sebuah desa kecil yang berada cukup jauh dari ibukota kerajaan Lantre. Normalnya akan butuh waktu 3 hari untuk sampai disana. Tapi tidak baginya.

Dimitri bersiap-siap untuk memulai misi. Dia tak butuh senjata. Tapi untuk jaga-jaga dia bawa sebuah pedang kalau-kalau dia harus menggunakan Titan Form miliknya. Tak lupa juga dia siapkan beberapa potion yang dijual oleh Guild.

Saat dia hendak keluar, dia melihat pemandangan yang cukup menarik perhatiannya. Seorang gadis manis dan 3 orang pria berbadan kekar yang mengerubunginya.

"Ayolah mending kau ikut saja dengan kami!" Paksa salah satu dari 3 petualang itu sambil menarik lengan gadis itu. "Cewek cantik sepertimu pasti cocok dengan party kami!"

"Lepaskan!" Gadis berambut merah muda itu mencoba melepaskan diri. "Sudah ku bilang aku tak mau satu party dengan pak tua kasar seperti kalian!"

"Apa!? Berani kau bocah!"

"Hei hentikan. Tidakkah kalian lihat dia tak menginginkan kalian? Berhentilah memaksanya. Apa-apaan kalian ini, berkelahi dengan anak-anak? Jadilah pecundang di tempat lain!" Kata Dimitri pada ketiga pria itu. "Sekarang jadilah seorang pria dan tinggalkan dia.

"Apa masalahmu paman!? Jangan ganggu urusan kami!" Bentak salah satu dari mereka bertiga. "Kau iri hah? Mau sok munafik!?"

"Jangan sok jadi pahlawan kau. Pria yang bisanya cuma ngumpulin tanaman seperti kau itu ngga ada bedanya sama banci. Kau itu Cuma sampa-"

BRAKK

Tangan kiri Dimitri berubah menjadi tangan Kuuga Mighty Form. Dengan tangannya itu dia cekik rahang mulut lelaki tadi. Benar. Sejak usianya masih 13 tahun, dia sudah terjun ke medan perang. 5 Tahun lamanya dia terlibat dalam perang Yugoslavia membuatnya menjadi pribadi yang kasar dan kejam. Untuk itulah dia pun melarikan diri dari tanah airnya ke swedia selama 3 tahun sebelum kembali ke tanah airnya. Saat itulah untuk pertama kalinya dia mengenal tokusatsu dan menjadikannya sebagai hiburan demi mengusir trauma masa lalunya. Terlebih Kuuga yang menjadi acara favoritnya. Dia bahkan mengoleksi hampir semua seri figure Kamen Rider Kuuga yang beredar di pasaran. Semua kesenangan itu sudah menenggelamkan sifat haus darah yang dulu tumbuh di medan pertempuran. Namun jika diminta, dia tak akan segan-segan menariknya kembali ke permukaan. Dan sekarang adalah saatnya.

"Aku juga bisa menghancurkan wajah menyedihkanmu itu jika itu yang kau minta..." Kata Dimitri dengan senyum mengerikan di wajahnya. Sekuat tenaga dia hantamkan kepala pria tadi ke lantai. Darah bercipratan. Lantai hancur. Dua temannya tadi langsung menjerit histeris. Sementara Dimitri dengan santainya keluar dari tempat itu setelah memberi salam pada gadis manis yang dia selamatkan barusan.

"Kira-kira Arzio sedang apa ya?" Gumamnya sambil ngemil mana potion. Entah untuk apa dia beli potion itu.

"Wah, rasanya boleh juga."

.

.

Kediaman Keluarga Evelyn Astoria
Arzio datang sesuai janjinya. Seperti yang dia duga, Evelyn bersama Audrey dan kedua orang tuanya sudah menunggu kehadiran dirinya. Anak itu pun merasa tidak enak. Tapi dia juga tak mau pusing. Toh bukan dia yang ada keperluan dengan mereka, tapi mereka yang butuh dia.

Arzio dibawa masuk ke ruang utama. Interior rumah itu sangat indah dan megah seperti yang diharapkan dari seorang bangsawan kaya raya. Jiwa miskin Arzio pun bergejolak. Sepertinya dia baru saja mendapat tujuan baru dalam hidupnya. Yaitu untuk memiliki rumah yang megah. Benar. Hidup enak adalah salah satu tujuannya di dunia ini.

Mereka semua duduk melingkar di atas sofa yang tersedia. Di hadapan mereka masing-masing terhidang secangkir teh dan makanan ringan. Khusus untuk Arzio, dia berhadapan langsung dengan kepala keluarga Astoria. Mallus Astoria. Seorang pria gagah perkasa meski usianya sudah menginjak 50 tahun.

Pria itu memulai pembicaraan. "Nak Arzio. Perkenalkan aku kepala keluarga Astoria. Kau bisa memanggilku Mallus. Sebelumnya maaf jika aku meragukanmu, tapi apa benar kau yang sudah menyelamatkan nyawa putriku dari serangan para bandit dan Wyvern?"

"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi." Kata Arzio. "Sangat wajar jika kalian curiga setelah melihat penampilanku. Tapi mari langsung saja aku tunjukkan." Anak itu berdiri. Asap hitam pekat mengepul menutupi tubuhnya, dan dalam sekejap diapun berubah menjadi Kamen Rider Ghost.

Semua orang yang ada disanapun kaget, kecuali Evelyn tentunya. Para penjaga langsung bersiap, tapi Mallus menyuruh mereka diam. Meski begitu, dia tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. "Apa itu sihir perubahan? Aku tidak bisa merasakan energi sihir dari dirimu."

"Bukan. Aku tidak bisa mengendalikan sihir sedikitpun." Jawab Arzio yang saat ini berada dalam wujud Kamen Rider Ghost. "Kekuatanku ini adalah berkah dari sosok yang kalian sebut Dewa Iosa."

"K-Kekuatan dari dewa Iosa!?"

"Begitulah. Pak tua itu membawaku kesini dan memberiku kekuatan yang mengerikan."

Mallus tertegun. "Memanggil Dewa Iosa dengan sebutan Pak tua...kau memang benar-benar bukan anak sembarangan ya..."

Arzio membatalkan transformasi dan kembali berubah menjadi manusia seperti sebelumnya. Dia duduk lalu menyeruput teh miliknya. "Jadi, ada perlu apa anda sampai memanggilku kemari?"

"Begini..." Mallus kembali memulai pembicaraan. "Pertama-tama aku ingin berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan putriku. Mendengar cerita dari putriku akan kekuatanmu yang luar biasa, aku berniat untuk mempekerjakan mu. Aku yakin kau sanggup untuk tugas ini. Dan aku berjanji akan memberimu bayaran yang besar!"

Arzio memiringkan kepalanya. "Mempekerjakan?"

"Aku memiliki seorang kerabat dekat di kerajaan seberang. Kabar mengatakan dia mengkudeta sang raja lalu dieksekusi mati. Tapi beberapa hari yang lalu aku mendapat surat dari putri kalau temanku itu masih hidup dan dia memintaku untuk menyelamatkannya. Walaupun aku ingin...tapi aku tidak bisa berbuat sembarangan. Bisa-bisa hal itu memicu perang antara dua kerajaan."

"Dengan kata lain anda ingin aku turun tangan dan menyelidiki kebenarannya?"

"Terserah padamu apa yang akan kau lakukan. Aku yakin kalau dia itu masih hidup dan di tahan di suatu tempat tersembunyi." Mallus menggeram kesal. "Karena itulah aku ingin kau menyelamatkan nyawanya dan membawanya kemari. Tapi pekerjaan ini sangatlah berbahaya dan mungkin kau harus mengotori tanganmu sendiri karenanya."

"Tak perlu kau khawatirkan itu, tuan Mallus." Jawab Arzio. "Tanganku sudah kotor sejak aku datang ke dunia ini. Sedikit noda bukanlah masalah."

"Ooh, kalau begitu ini akan jadi noda yang besar."