Title: All for you

Pairing: Sasuke x Hinata

Author: Himesaa27

Rate M!

Karakter sepenuhnya milik Masashi Kishimoto


Aku tahu yang kau cari sedang berada dimana. Datanglah ke Akatsuki klub sekarang. Kau akan menyesal jika tidak percaya padaku.

Read, 11:07 PM

Naruto memandangi layar ponselnya dengan wajah galau. Pria berusia 25 tahun itu tak henti-hentinya menatap pesan terakhir yang dia kirim malam kemarin.

"Paling tidak dia harus mengucapkan terimakasih padaku, bukan?" gerutunya

Menyerah. Naruto beranjak dari kasur kesayangannya. Sudah berapa jam dia tak bangun darisana. Salahkan sepupu merahnya yang menyeret dia ke klub hingga berakhir Naruto yang kerepotan mengurusnya.

Naruto meneguk satu botol air dingin dalam beberapa tegukan hingga habis. Pikirannya perlu dijernihkan. Terlalu banyak minum alkohol membuat kepalanya sakit dan itu cukup merepotkan untuknya. Apalagi dia memiliki kelas untuk diajari satu jam lagi.

Andai saja jika ekspetasinya bisa dia capai. Karena sebelum Naruto meneguk seluruhnya, suara pintu dibuka kasar hingga rasanya Naruto harus berpikir ulang mengenai rencananya memiliki apartemen pribadi.

BRAK!

"NARUTOO!!"

Suara tinggi itu menggelegar diseluruh ruangan. Naruto ragu jika itu suara yang dihasilkan dari manusia yang sejenis darinya.

"Uhuk.. uhuk.. Sialan. Apa tidak ada satupun orang yang mengajarimu apa itu etika?"

"DIAM KAU KEPALA DUREN! JANGAN MENCERAMAHIKU SEOLAH AKU ADALAH MURIDMU!! LAGIPULA INI KARENA TEMAN MU ITU!!!"

Mendengar kata 'kawan' yang dilontarkan sepupunya membuat Naruto membungkam gerutuannya.

"Sasuke?" Tanya Naruto dengan sebelah alis diangkat

"TENTU SAJA, BODOH! MEMANGNYA KAU PUNYA TEMAN LAGI SELAIN DIA?!!"

Lagi. Naruto menutup kedua telinganya dengan rapat. Hidup dengan tumbuh mengenal makhluk bernama perempuan seharusnya Naruto sudah terbiasa. Terlebih ibunya juga memiliki sifat yang tak jauh dari keponakannya. Uzumaki Karin.

Naruto hanya diam memperhatikan Karin yang tengah mondar-mandir di apartemen miliknya. Naruto tidak tinggal di mansion utama. Hingga tak aneh lagi jika Karin selalu datang ke tempat tinggalnya. Entah itu untuk tidur atau melampiaskan amarahnya. Seperti saat ini.

"Ughh.. sial.. sial.. menyebalkan. Jika saja tidak ada jalang itu disana. Rencanaku pasti berhasil." gerutu Karin

"Jalang?" respon Naruto yang mulai tertarik dengan gerutuan Karin.

Naruto yang tengah bersender di pantry dapurnya dengan segelas soda menggantikan air dingin tadi menatap sepupunya yang tengah memalingkan wajahnya darinya.

"Haah.. benar. Aku tidak tahu siapa dia bahkan aku tidak tahu sejak kapan mereka saling mengenal. Dan kau tahu apa yang paling menyebalkan diantara semua itu ?!"

Pertanyaan Karin yang terkesan hiperbola ditelinganya cukup membuat Naruto terjeda dari sodanya. Namun sepertinya hal itu membuat Naruto menyesal karena setelah mendengarkannya dia langsung menyemburkan sodanya -minuman yang terbuang sia-sia begitu dia meminumnya untuk kedua kali-.

"Apa itu?"

"DIA MEMILIKI UKURAN PAYUDARA YANG LEBIH BESAR DARIKU!!"

"Pffffttttttt!!!"

.

Kilas balik, 1 jam yang lalu.

Sebuah mobil berhenti sembarangan. Tepat di pintu masuk perusahaan. Tak lama pintu mobil terbuka, kakinya yang terbalut heels merah turun lebih dulu. Seorang wanita berambut merah keluar dari mobil. Netranya yang selaras dengan warna rambutnya mengamati seluruh tempat tanpa terlewati sedikitpun.

Kaki jenjangnya yang dibalut stocking hitam melangkah dengan anggun. Heels nya bergema setiap dia melangkah, membuat seluruh perhatian semua orang tertuju padanya. Bukan karena dia orang terhormat atau apa, pasalnya penampilannya yang tak habisa dipikir dia kenakan disini. Beberapa pegawai melihatnya dengan sorot mata bertanya-tanya, namun selebihnya hanya geleng-geleng kepala seolah mereka tahu akan seperti apa akhirnya.

Ting.

Lift telah sampai dilantai 27. Wanita itu memeriksa penampilannya di cermin yang dia bawa sebelum melangkahkan kakinya pada satu-satunya meja yang ada disana.

"Uzumaki-san! Kenapa anda ada disi—!"

"Stop! Bukan Uzumaki tapi Uchiha. Nyonya Uchiha." Ulangnya dengan penuh tekanan

"Mulai sekarang berhentilah memanggilku seperti itu dan biasakan dirimu memanggilku Nyonya. Karena sebentar lagi aku akan menjadi nyonya dari Uchiha Sasuke."

"Tu-tunggu, Uzumaki-san! Anda tidak boleh masuk!"

Sementara itu, Sasuke yang berada didalam merasa terusik dengan suara bising dari luar. Orang bodoh mana yang mau mengganggunya tengah bolong begini.

Brak!

Pintu kerja Sasuke terbuka paksa tanpa izin dari pemilik. Sang sekretaris membungkuk 90 memohon maaf ata kelalaiannya, sementara pelaku yang membuka paksa pintu tanpa bersalah bertingkah tidak tahu diri.

"SASUKE-KUN~!" teriaknya dengan nada manja

"Maafkan saya, Uchiha-sama. Saya telah melarang Uzumaki-san untuk—"

"NYONYA UCHIHA!" Teriaknya lagi tepat di telinga sekretaris.

Jengkel. Sasuke memberi kode agar sekretarisnya pergi.

"Kau bisa pergi, Hugo."

Setelah tersisa hanya mereka diruangan itu. Dirinya menghampiri Sasuke dengan langkah yang dibuat-buat untuk menarik perhatian Sasuke dan memanggil namanya dengan manja. Namun apa boleh buat. Jangankan menoleh, melirik pun tidak. Sasuke tetap bergeming fokus pada layar laptopnya. Karena kesal. Dengan lancang dia menutup layar laptop Sasuke tepat dihadapan wajahnya.

"Apa maumu karin?!"

Wanita yang bernama Karin itu tersenyum penuh kemenangan.

"Mouu.. berhentilah bekerja sasuke-kun. Bagaimana jika kita makan siang? Aku tahu hotel untuk kita bersenang-senang."

Mendengar kata hotel membuat Sasuke mengingat Hinata yang dia tinggalkan pagi ini. Kini dia bertanya-tanya apa Hinata sudah bangun dan baik-baik saja mengingat semalam dia memperlakukan Hinata dengan kasar padahal dia tahu itu adalah pengalaman pertamanya.

"Sasuke-kun! Berhentilah mengacuhkanku. Kau bahkan meninggalkanku di bar semalam!" gerutu Karin

Semalam? Sasuke memejamkan matanya meningat kejadian semalam. Cahaya redup lilin. Wine. Aroma dan kelopak mawar bertebaran. Lingerie merah. Dan jangan lupakan desahan erotis Hinata menyebut namanya serta persetubuhan mereka yang panas. Diluar dugaan Sasuke tak bisa mengontrol dirinya begitu menyentuh Hinata. Ternyata jauh lebih menyenangkan dari yang dia kira.

Karin mendengus kesal sebab Sasuke mengacuhkannya lagi untuk kesekian kali. Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya begitu melihat Sasuke dari jarak sedekat ini.

Gairah.

Karin menyeringai berpikir bahwa dirinya berhasil menggoda Sasuke. Dipeluknya Sasuke dari belakang. Dia sengaja datang menggoda Sasuke dengan gaun ketat terbaiknya. Sedangkan Sasuke jengkel karena momennya mengenang kejadian semalam terusik apalagi Karin tak berhenti menempelinya seperti lintah.

"Ck, enyahlah. Lepaskan aku."

"Tidak akan! Aku akan terus—"

Brak!!

Untuk kedua kalinya pintu kerja Sasuke terbuka kasar. Kali ini pelakunya tidak sama seperti yang pertama. Dibelakangnya ada sekretaris Sasuke, Hugo hanya bisa menatap tak percaya pada apa yang dilakukan seorang gadis yang selama dia kenal pemalu dan sopan santun.

"Hinata..?"

Karin menoleh bingung mendengar nama asing yang keluar dari mulut Sasuke. Sementara nama yang disebut hanya berdiri dengan raut tak terbaca.

Hinata dengan pakaian biasanya. Tanpa seragam disana. Sasuke berkerut karena dia yakin sekarang masih jam kerja yang dimana juga sama jika sekolah belum memulangkan siswa-siswi mereka.

"Sasuke." panggil Hinata lembut

Deg.

Hinata melangkahkan kakinya masuk. Dia terlihat manis dengan dress cokelat susu selututnya dipadu dengan topi baret merahnya dan sepatu kets putih. Wajahnya dipoles riasan tipis. Kedua pipinya merona alami. Rambut yang biasanya lurus terurai kini sedikit bergelombang di setiap ujungnya.

Tersenyum. Hinata menatap lurus Sasuke yang berhasil mengendalikan ekspresinya. Mengabaikan Karin yang berada di samping kanan Sasuke. Hinata mendekati Sasuke yang masih duduk di kursi kerjanya. Berdiri disamping kiri Sasuke.

Tanpa ba bi bu. Hinata menarik dasi Sasuke kearahnya dan mencium bibir Sasuke mesra. Sasuke yang awalnya merasa terkejut dengan tindakan Hinata yang diluar perkiraannya mulai menikmati ciumannya bahkan dia menekan tengkuk Hinata dan menarik Hinata agar duduk di pangkuannya. Menangkap respon Sasuke yang menyambut ciumannya, membuat Hinata mengalungkan tangannya dileher pria itu. Terkadang ciuman mereka terlepas namun tak lama kemudian bibir mereka bertemu kembali. Terus seperti itu berulang kali.

Merasa teracuhkan, Karin mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya merah menahan kesal. Tak perlu waktu lama baginya untuk menyingkir dari sana begitu mendengar erangan Hinata yang keluar saat sentuhan Sasuke menjalar ke dua bukitnya. Karin bersumpah melihat Sasuke menikmati percumbuannya dengan Hinata yang bahkan Karin sendiri tak pernah melihat Sasuke berekspresi seperti itu ketika mereka melakukannya.

Flashback end

.

"Hinata..?" ulang Naruto setelah mendengar cerita

"MENYEBALKAN. BAHKAN HANYA DENGAN MENDENGAR KAU MENYEBUTKAN NAMANYA MEMBUAT AMARAHKU MENINGKAT!" ujar Karin menjerit

Naruto merasa sedikit tersinggung mendengar perkataan sepupunya, dia bergumam pelan namun tanpa dia sadari Karin masih bisa mendengarnya.

"HEI KAU INI ADA DI PIHAK SIAPA HAH?! BISA-BISANYA AKU TIDAK TAHU SIAPA DIA, BAHKAN AKU TAK TAHU KAPAN MEREKA SALING MENGENAL!!!"

'Yah tentu kau tidak tahu, karena mereka sudah bertemu sejak lama sebelum Sasuke bertemu denganmu, Karin.' ucap Naruto dalam hatinya.

Dia tak mungkin mengatakannya langsung, bisa-bisa dia puas dicecar oleh sepupu bar-barnya sehari penuh.

"Yah itu wajar, kau bukan siapa-siapa yang harus mengetahui seluruh kehidupan teme." komentar Naruto enteng sembari menikmati tegukan soda yang mengalir dikerongkongannya.

Mendengar itu Karin memicingkan matanya. Sudah bertahun-tahun dia mengincar Sasuke. Tidak mungkin dia lepaskan begitu saja hanya karena wanita yang entah.

"SIAPA AKU?! TENTU SAJA AKU ISTRI MASA DEPANNYA!!!"

Menyerah. Naruto mengangkat kedua tangannya.

"Oke.. oke. Terserah kau saja. Aku akan pergi mengajar. Terserah kau akan apakan apartemen ku ini. Toh, ini bukan pertama kalinya kau mengacak-acak rumahku." Ujarnya pasrah

Meski demikian, hatinya merasa kacau. Di dalam hatinya, Naruto sepertinya memang harus mempertimbangkan untuk memiliki tempat tinggal sendiri tanpa harus diketahui oleh keluarganya dimana letaknya.

Karin menatap punggung Naruto dengan ekspresi kesal yang masih setia terpasang diwajahnya. Dia butuh menyalurkan kekesalannya karena itu dia datang kesini. Tapi baik Naruto maupun Sasuke tak memedulikan apa yang dia lakukan dihadapan mereka.

Netra yang sewarna dengan rambutnya menangkap benda yang tak asing diatas nakas. Penasaran, Karin mengambil benda tersebut sebelum Naruto datang dan menepis paksa genggaman tersebut.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara yang hangat dan ramah itu kini hilang diganti suara dingin yang mengintimidasi. Karin menoleh ke belakangnya mendapati Naruto yang menatapnya dengan safirnya yang dingin.

"He-Hei, kenapa kau marah begitu? Aku hanya ingin melihat foto i—"

"Aku tak suka siapapun ikut campur dalam privasiku. Bukankah kau tahu baik hal itu?"

Karin gugup menghadapi Naruto jika sudah berkepribadian seperti ini. Ini adalah salah satu lain dari pribadi Naruto yang berbeda jauh dengan karakter aslinya. Seolah dia berubah menjadi orang asing bukan sepupu yang tumbuh bersama dengannya.

"Y-ya baiklah. Kau tak perlu sampai seperti itu juga berbicara padaku kan."

Naruto tak menyahut. Dia hanya pergi dengan barang yang dikenal sebagai pigura ditangannya. Karin yang sebelum memalingkan wajah menghindari Naruto, sedikit melirik untuk mengintip foto pada pigura tersebut. Sekilas foto itu terlihat. Alangkah terkejutnya, ketika dia melihat sosok yang dia kenal disana. Namun dia hanya bisa terkejut dalam diam. Bahkan ketika Naruto sudah keluar dari ruangan, dia hanya bisa terpaku dalam pikirannya.

"Bukankah dia—?"

Karin hanya bisa membungkam mulutnya. Dia tahu siapa sosok gadis di pigura itu. Dan karena dia tahu karena itulah dia lebih baik diam.

'Dia masih belum melupakannya?'

.



Chapter saat ini penuh dengan interaksi Karin dan Naruto dulu, hihii. Karena mereka berperan penting dalam jalannya cerita.

Chapter 03: Limerence

—Finish, 21 Januari 2022—

Next:

Chapter 04: About you