I'm sorry, but I love you

Naruto Namikaze x Hinata Hyuga

T+

Naruto Masashi Kishimoto

Diam, sepi dan sunyi itulah yang tengah Hinata rasakan. Perempuan bersurai indigo dengan wangi khas lavender itu sengaja memilih meja paling jauh dari jangkauan di Konoha Library—perpustakaan umum terbesar—yang terletak di pusat kota Konoha.

Iris nya menelisik baris demi baris kata yang tersusun rapih dalam kamus kedokteran edisi 28 karya Dorland, namun pikirannya melayang, memikirkan banyak hal yang sampai sekarang terus menerus bercokol dalam kepalanya.

Pertanyaan tentang siapa sebenarnya sosok Naruto Namikaze itu terus mengganggu konsentrasinya, ini adalah hal yang tak pernah terjadi dalam diri Hinata. Bahkan saat ia sedang terlilit hutang dan harus banting tulang tanpa waktu istirahat yang cukup, ia masih bisa menghafal materi dari jurnal-jurnal kedokteran yang ia baca. Namun kali ini berbeda, keberadaan Naruto entah kenapa perlahan-lahan menumbuhkan rasa penasaran pada diri Hinata.

Sudah hampir satu bulan ia tinggal di Apartemen Naruto, dan lelaki itu sama sekali tak pernah menampakkan dirinya. Tidak ada komunikasi, bahkan Hinata masih ingat pesan terakhir yang lelaki itu kirimkan adalah saat ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Konoha Club, dan setelah hari itu Hinata tak pernah mendapati keberadaan lelaki itu lagi.

Takut-takut ada kesalahan Hinata kembali mengingat pertemuan nya dengan Naruto di hari itu, dan semuanya benar-benar baik-baik saja, bahkan dihari itu Naruto masih sempat mengantarkan sampai kedalam lobbi, menunggui nya sampai pintu lift terbuka. Dan sebelum pintu lift tertutup Hinata masih sangat jelas melihat senyuman hangat lelaki itu.

Hinata menggelengkan kepalanya, mencoba menghalau pikiran-pikiran aneh yang terus menerus mengganggunya, mungkin saja majikan nya itu sedang sibuk dengan kehidupannya dan Hinata kembali menguatkan dirinya, ia tak berhak membuang energinya hanya untuk terus menerus memikirkan Naruto.

Naruto Namikaze : Have lunch with me !

Getaran ponsel di saku membuat Hinata mengernyitkan dahinya. Sebuah pesan dari seorang yang baru saja ia coba enyahkan bayangan nya.

Hinata Hyuga : Give me the location

Hinata melihat layar ponsel yang memperlihatkan percakapan antara dirinya dan Naruto, lalu tiba-tiba ada perasaan aneh yang menyelimutinya, perasaan yang pernah ia rasakan namun sudah lama ia lupakan. Bahagia.

Naruto Namikaze : Konoha Hospital. Tunggu aku di kafetaria.

Hinata Hyuga : Baiklah !

Naruto membaca pesan yang Hinata berikan, ada perasaan hangat yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Jika saja sedang tidak berada dalam rapat dengan dewan komisaris mungkin ia sudah menyunggingkan senyum bahagianya.

Setelah menahan diri selama tiga puluh hari akhirnya Naruto akan bertemu dengan Hinata—perempuan miskin—yang berhasil mengacak-acak ego seorang putra mahkota seperi dirinya.

Mati-matian ia menahan diri untuk tidak berlari ke apartemen hanya untuk meminta sebuah pelukan dari Hinata. Naruto menahan dorongan dalam dirinya, memastikan bahwa ia masih normal, memastikan bahwa kriteria perempuan nya masih tidak berubah, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang ia butuhkan dari Hinata hanyalah tubuh perempuan itu. Ia memastikan ego nya baik-baik saja dengan sangat tersiksa.

Hinata itu mainan barunya, namun ia terlalu enggan untuk memainkan perempuan seperti Hinata. Perempuan itu rapuh dan Naruto merasa ia harus melindunginya, hal yang sangat aneh yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam perasaan nya. Ego nya kalah dengan hatinya, dan Naruto sama sekali tidak menyukai gagasan itu.

Dari awal Naruto sudah sadar jika ada yang berbeda dengan Hinata, dari awalpun ia sudah bisa mengklaim bahwa Hinata adalah lawan yang tepat untuknya. Ia suka perempuan yang tangguh, ia suka perempuan yang memiliki prinsip dan sekarang, ia juga menyukai perempuan yang keras kepala seperti Hinata.

"Ibu sudah membuat makanan." Ucap Minato begitu Naruto menghampiri dirinya. "Pulanglah untuk makan siang."

"Aku sudah ada janji dengan Sakura." Bual Naruto, ia tidak mungkin jujur pada Minato perihal Hinata.

"Kalau begitu biar ibu mengantarkan makanan ke Rumah Sakit kita makan bersama baa-san mu." Naruto mendecih dalam hati, ayah nya benar-benar tak bisa diajak bekerja sama.

"Kau ajaklah Sakura juga, kita makan bersama." Lanjut Minato semakin membuar Naruto kesal.

"Bisakah Tou-san menikamti makan siang hanya berdua dengan Kaa-san saja ?" Naruto berdiri disebelah Minato saat pintu lift tertutup.

"Baiklah." Minato memasukkan tangan nya kedalam saku celana, lelaki setengah baya itu masih terlihat sangat tampan.

Ting !

Pintu lift terbuka di lobbi perusahaan, Minato melangkahkan kakinya terlebih dahulu diikuti oleh Naruto. Beberapa orang yang melihat kehadiran Minato langsung menundukkan badan nya, Minato Namikaze lelaki itu memang orang yang pantas untuk dihormati, kharisma dan kewibawaan nya sangat menyatu dengan atmosphire dimana lelaki itu berada.

"Katakan pada Khusina, Naruto masih memiliki jadwal rapat dengan mitra perusahaan." Ucap Minato

"Baik." Balas Kakasih—Tangan kanan Minato—singkat.

Naruto masih berdiri di sebelah Minato sampai sebuah mobil berwarna hitam datang, Kakasih membukakan pintu, sebelum lelaki itu beranjak, ia menatap Naruto.

"Kau harus mengenalkan nya kepada Ayah dan Ibu." Ucap Minato menghadiahi senyuman kepada Naruto, membuat Naruto salah tingkah.

Minato tertawa melihat raut wajah anak semata wayang nya itu, baginya Naruto terlihat sangat menggemaskan. Dan ini adalah kali pertama Minato melihat hal itu dari Naruto.

Koneksi sebagai kaum super tycon yang tersemat dalam Namanya, membuat Minato dengan mudah mendapatkan apapun dengan mudah termasuk informasi mengenai anak nya sendiri Naruto Namikaze. Ia tahu semua hal yang Naruto lakukan, namun ia memilih membiarkan anak kesayangan nya itu melakukan apapun yang ia inginkan, ia tidak ingin membuat anaknya tertekan, meskipun pada akhirnya ia dan Kushina harus menyiapkan muka untuk bertemu dengan kolega yang anak perempuannya di abaikan oleh Naruto.

Namun kali ini berbeda, Siapapun perempuan itu Minato yakin bahwa ia adalah perempuan yang sangat hebat, perempuan yang bisa mengimbangi anak nya.

Naruto mengenali Hinata yang memunggunginya hanya dari warna rambut perempuan itu, ia ingin buru-buru menghampiri Hinata, namun ia harus menemui nenek nya terlebih dahulu.

"Kau sudah sampai ?" Sakura langsung memberikan pelukan begitu melihat kehadiran Naruto

"Aku akan menemui baa-chan lebih dulu." Jawab Naruto membalas pelukan Sakura.

Seperti biasa kedekatan Sakura dan Naruto selalu menjadi objek yang menarik untuk menimbulkan bisik-bisik di Konoha Hospital, persahabatan mereka berdua sering disalah artikan oleh orang-orang yang melihat interaksi keduanya. Dan salah satunya adalah Hinata.

Hinata tidak menyadari kehadiran Naruto sampai suara bisik-bisik disebelah nya membuat ia menolehkan kepala, melihat keindahan yang luar bisa, lelaki yang ia kenal sebagai Naruto tengah memeluk seorang perempuan bersuari pink. Ia bahkan bisa melihat wajah Naruto yang penuh senyuman sebelum mereka melepaskan pelukan dan jalan beriringan. Dimata Hinata, mereka beruda terlihat sangat sempurna.

"Ku dengar mereka sudah lama bersama." Ucap seorang perempuan yang ia yakini sebagai salah satu dokter di rumah sakit ini.

"Sakura itu kesayangan Tsunade-sama, bahkan kedua orang tua Naruto sangata menyikai nya."

"Mereka berdua itu hanya berteman, Sakura itu kekasih dari Uchiha." Balas seorang lelaki yang baru saja bergabung.

Semua mata memandang lelaki itu, seolah-olah meminta kejelasan dari ucapan lelaki yang tengah meminum sebotol jus itu. "Mereka bertiga, Sasuke, Sakura dan Naruto itu bersahabat sejak mereka masih sekolah."

"Cinta segitiga ?" Tanya perempuan berkuncir kuda tadi.

"Seperti itulah, tapi persahabatan mereka tidak terpengaruh." Lelaki itu memajukan badannya. "Naruto itu cinta pertama Sakura, dan Sakura adalah cinta pertama Sasuke."

Hinata menajamkan telinganya, ia tau bahwa apa yang ia lakukan bukanlah hal yang baik—menguping—namun apa yang mereka bicarakan tentang Naruto benar-benar membangunkan rasa penasaran nya.

"Apa Naruto menolak Sakura karena Sasuke ?"

"Tidak." Lelaki itu merendahkan suaranya. "Naruto menolak Sakura karena perempuan itu miskin."