Summary...

Hinata adalah gadis sederhana yang suka ketulusan. Kedamaian adalah jalan tempuhnya. Lalu menjadikan cinta sejati sebagai impiannya.

Tapi untuk hidupnya sekarang, Hinata tak menuntut cinta karena sadar pernikahannya sebuah keterpaksaan. Dia juga tak menuntut soal uang.

Bukan berarti dia diam saja jika diperlakukan seperti buangan. Jadi pandanglah dia sebagai istri sah, walaupun posisinya sebagai istri kedua itu tak diinginkan.


Disclaimer : Masashi kishimoto

Baby breath by R-daisy

M for safe

Warning : AU, OOC, Crackpair, Gaje, Typos etc.

DLDR!


Waktu berjalan begitu cepat bagaikan air tenang yang mengalir di sungai. Pagi adalah masa terbaik setelah sepertiga malam. Di sanalah sebagian besar anak-anak manusia mulai menjemput yang mereka sebut kebahagiaan.

Berbeda dengan pagi biasanya, Hinata dan Sasuke menikmati sarapan pagi pertama mereka. Ya, ini sarapan pertama mereka dalam satu meja yang damai. Karena senantiasa dilain hari setiap berangkat kerja, Sasuke jarang sekali sarapan. Pria itu pasti terbangun lebih dulu dari Hinata yang membuatnya sarapan sendiri atau tidak punya banyak waktu untuk sarapan.

"Mmm enaknya~" desah nikmat Hinata yang memegang pipinya. Padahal ini sarapan sederhana yang biasa ia makan, namun entah kenapa hari ini ia merasa bahagia.

Ketebalan daging ayamnya, kesegaran dari kisah sup serta nasi putih yang begitu manis terasa begitu pas. Di tambah suasana yang begitu hening tanpa harus berkutat pada pikiran yang rumit. Apakah ini yang disebut dengan kenikmatan hidup yang hakiki?

Mungkin ini juga disebabkan oleh semalam. Ia tidur dengan nyenyak setelah berendam lama di onsen. Yah, walaupun masih terusik oleh pernyataan Sasuke semalam tetapi hal itu tidak mengganggu waktu tidurnya. Ia dan Sasuke bahkan hampir tertidur saat berendam.

Sementara itu, Sasuke yang melihat Hinata menikmati makanan saja sudah membuatnya kenyang. Tanpa sadar, ujung bibirnya melengkung tipis ke atas. Dalam hidupnya, tak sekalipun ia melihat orang begitu bahagia saat makan. Dan cara makan Hinata terlihat begitu lucu yang terus membuatnya memandanginya tanpa bosan. Dia seperti tengah melihat anak balita yang makan sendiri makanannya.

Sebenarnya Sasuke sedikit khawatir. Ia berpikir bahwa Hinata akan terusik oleh perkataannya semalam. Tetapi melihat Hinata terlihat segar pagi membuatnya lega.

"Sasuke-kun, tidak makan?" Hinata yang pura-pura tak sadar Sasuke selalu menatapnya saat makan pun menegurnya,

Sasuke tersenyum tipis. Tangannya kemudian bergerak menyodorkan potongan chicken katsu ke dalam mulut Hinata, "Makanlah yang banyak."

Lalu pria itu membuka mulutnya seolah menuntun Hinata untuk menirunya, "Ayo buka mulutmu dan katakan aa~"

Dan Hinata pun menurut pasrah seperti sang bayi yang menerima sesuap makanan dari ibunya.

"Aaa~"

"Enak?" Sasuke bertanya yang tentu jawabannya telah diketahui olehnya.

"Enak..."

Hinata tersenyum malu-malu. Ini hal yang sungguh mengejutkannya lantaran pagi-pagi Sasuke malah seakan tengah memanjakannya.

Sasuke lantas menyeringai. Pipi sebelah Hinata mengembung karena makanan itu serta reaksi malu-malunya sungguh membuat Sasuke tak menahan rasa gemasnya.

"Anak pintar." puji Sasuke yang mengacak rambut Hinata yang biru pekat itu.

"Biar adil Sasuke-kun juga harus makan."

Hinata pun memilah makanan yang akan ia suapi. Tomat ceri nan merah menggoda itu adalah pilihannya. Seperti hal yang dilakukan pria itu, dengan sumpit miliknya, ia menyuapi tomat ceri ke dalam mulut Sasuke.

"Bagaimana? enak, kan?"

Sasuke mengangguk —mengiyakan. Mengunyahnya dengan senang hati. Hinata telah memilih makanan kesukaannya. Tomat yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh.

"Nah, ini juga harus dimakan."

Sekali lagi Hinata sengaja menyuapi Sasuke dengan chicken katsu miliknya. Dia tersenyum lebar saat tahu Sasuke hanya menurutinya seperti kerbau yang di cocok hidungnya.

"Duh, pintarnya my Sasuke-kun..." goda Hinata yang mengelus dagu Sasuke.

Yang kemudian membuat Sasuke tersedak —terkejut- karena perkataannya. Lalu ia tersadar kalau para pelayan datang membawa dessert untuk mereka. Sasuke sejenak melirik Hinata yang kembali menyuapi sesuap nasi ke dalam mulut

Jadi, sikap manis ini hanya akting belaka.

"Permisi Sasuke-sama... Hinata-sama..."

Mereka pun mempersilahkan para pelayan itu menyingkirkan mangkuk serta piring yang telah kosong. Tiba-tiba pria Uchiha itu menjadi sedikit canggung. Dan Hinata langsung mengalihkan diri.

"By the way, Sasuke-kun..."

"Hn."

Sasuke sontak melirik Hinata. Ia membeku sementara manik bulan Hinata sibuk menari-nari pada sajian makanan di depannya. Bibir Hinata yang mengisap ujung sumpit itu lantas menjadi perhatian utamanya.

Itu adalah sumpit yang baru saja tadi menyentuh masuk mulut Sasuke.

Tindakan Hinata yang terbilang diluar kesadaran membuat Sasuke meneguk canggung ludahnya. Godaan ini terlalu menggiurkan.

Kini mata mereka bertemu dan para pelayan telah pergi.

"Kita jadi kan ke Arashiyama?"

Tak lama Sasuke menundukkan pandangan. Ia memilih memakan pudingnya seraya menekan lutut kakinya. Menekan apa yang harus ia kendalikan. Hawa nafsu semata yang mungkin bisa jebol kapan saja.

Namun kala Hinata memanggil namanya dengan lembut, Sasuke tak segan-segan melemparkan tatapan membara miliknya, yang tentu langsung di sadari oleh lawannya. Ia kemudian menjawab dengan baritone khas miliknya, dan sampai membuat Hinata merinding.

"Tentu Hinata... Tentu."

Dan Hinata pun mulai bertanya apa salahnya?


Jalanan Arashiyama telah ramai di kunjungi pengunjung ketika mereka telah menginjakkan kakinya di sana. Dengan memakai setelan warna biru yang matching satu sama lain, mereka mulai menjelajahi kawasan wisata yang terkenal di Kyoto itu.

Stan yang menjual makanan pun jadi incaran pertama kala kaki Hinata memasuki garis kawasan itu. Dan dango adalah pilihan utama wanita itu dalam mencicipi kuliner lokal itu.

"Cobalah ini Sasuke-kun..." Ujar Hinata menyodorkan satu tusuk dango itu ke depan mulutnya.

Sasuke yang semula memakai masker membukanya dan menerima satu tusuk dango yang di suapi ke mulutnya. Ia pun tersedak karena rasa manis yang tidak bisa di antisipasi olehnya.

"Ini terlalu manis," ujarnya yang setelah meminum air.

Hinata yang penasaran pun mencoba, "Tapi ini pas menurutku,"

Sasuke menggeleng penuh beban seraya menyilangkan tangannya, ia kembali memakai maskernya.

"Baiklah kita coba kuliner yang lain." ujar Hinata yang makin bersemangat soal makanan.

Mereka pun kembali mencoba banyak stan kuliner yang terkenal di tempat itu. Mulai dari es krim tahu yang tak mudah jatuh jika di balikkan, makan kroket goreng sampai dengan makan siang di restoran yoshiya.

Dan sepanjang jalan mencoba berbagai makanan itu, Sasuke diam-diam hanya tersenyum melihat nafsu makan Hinata yang begitu tinggi. Sebanyak apapun makanan yang masuk ke mulutnya, itu seakan langsung hilang begitu mengalir ke dalam perutnya. Wanita itu bisa makan dalam porsi besar.

Waktu berjalan begitu lembut. Mereka pun tersadar waktu yang mereka habiskan terasa begitu menyenangkan. Walaupun hanya jalan-jalan dan makan, tak menutup kemungkinan bahwa mereka menikmati kebersamaan itu.

Sasuke dan Hinata tak pernah sedekat ini sebelumnya. Mereka sejak dulu selalu bertentangan. Namun sekarang berbeda, alur hidup mereka kini menjadi satu frekuensi.

Setiap sakit yang mereka terima, lalu kebahagiaan yang mereka dapatkan dari tangan, pengorbanan yang dikeluarkan serta senyuman yang mereka ciptakan hanya demi meraih hidup tenang. Menikmati segala hal yang mereka miliki tanpa harus ada rantai yang memenjarakan.

"Sasuke-kun, ayo kita ambil foto-foto sebentar."

"Hn."

Pertama mereka mengambil foto sendiri-sendiri dengan jembatan Togetsu sebagai latar belakangnya. Lalu saat mereka mengambil foto mereka berdua, siapa sangka Sasuke mengalungi leher Hinata.

"Sasuke-kun i-ini terlalu de-dekat,"

Hinata mencoba menghalangi pipi Sasuke menempel pada pipinya dengan tangannya. Sasuke telah membuatnya gugup hingga berdebar-debar.

"Ini yang dilakukan couples umumnya, Hinata. Jadi aktinglah dengan benar!"

Lagi-lagi tukang perintah Sasuke kumat. Ia menyingkirkan tangan Hinata dan membuka maskernya. Sementara itu, Hinata yang pasrah hanya berdiri kaku di depan kamera.

"Tersenyumlah..."

Wanita yang telah menjadi nyonya Uchiha mencoba tersenyum. Namun karena gugup, bentuk senyum itu terlihat aneh layak halnya berkaca pada air yang beriak.

Sasuke menyeringai. Pria itu menyadari sesuatu.

"Jantungmu berdetak sangat kencang Hinata. Rilekslah..."

"Apa kau harus mengatakan isi pikiranmu, Sasuke-kun!?" Hinata mencoba bergelut, suara lirihnya seakan ingin berteriak kencang. Tetapi apa daya dirinya, ia tak mau menarik banyak perhatian.

Yang ada justru terjadi adalah kedekatan wajah mereka semakin bertambah. Hinata bisa merasakan napas Sasuke hadir di depan bibirnya. Kini rona di pipinya menjalar sampai ke telinganya. Ia pun kembali fokus pada kameranya.

"Satu... Dua..."

Dan ketika hitungan itu menuju yang ketiga Hinata mendapat sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

Ceklik.

Sasuke mencium tepat di telinganya yang memanas. Hinata sontak memekik kaget. Ia langsung memegang telinganya begitu berhasil lepas dari pelukan Sasuke.

"Sa-sasuke-kun!" itu curang!

Padahal sejak perjanjian awal, mereka sepakat memberi sinyal dulu sebelum melakukan sentuhan fisik di depan umum.

'Got you!'

Pria itu melihat hasil jepretan tanpa menurunkan sedikitpun seringainya lalu memamerkan dengan bangga pada Hinata. Akhirnya ia bisa balas dendam atas akting menggoda Hinata pagi ini.

"Astaga, Hinata... Lihatlah wajahmu benar-benar menjadi tomat." aku suka.

Hinata memicingkan matanya lalu membuang muka. Merasa malu.

'Ini salah siapa coba!?' Bisa-bisanya ia merona seperti gadis yang habis ciuman pertamanya dicuri.

Tapi, bukan Hinata namanya kalau ia dengan mudah terbawa suasana permainan Sasuke. Ia tidak mau ambil pusing dengan sikap usil Sasuke hari ini. Sungguh percuma, ini menguras emosi sekaligus membuat perutnya lapar lagi.

"Aku lapar." ujar acuh Hinata.

"Kau masih mau makan?"

Sasuke yang tergelak tak percaya memegang perutnya yang telah penuh.

"Aku mau makan es krim tahu lagi. Ayo kita balik!"

"Apa seenaknya itu? Es krim tahu."

Bukannya menjawab, Hinata justru menjauh dari jembatan. Sasuke mendesah lalu akhirnya mengikuti istrinya.

Sebelum Hinata kabur lebih jauh ke stan makanan lagi, teriakan nan manja berhasil menyita perhatiannya. Sosok berjenis perempuan itu berlari menghampiri seraya memanggil Sasuke dengan begitu akrab. Dari jarak itu mereka bisa menebak siapakah gerangan yang memanggil Sasuke.

Dan sosok itu adalah Shion. Ia pun spontan meraih Sasuke dengan memeluknya.

'Ya, Tuhan ini apa lagi?'

TBC.