@vivibi iya nih semoga nyampe yaa~ kita doakan bersama wkwk chapter 10 dah keluar ni gomen menunggu lama. Selamat membaca.
Setiap manusia pasti butuh cinta. Cinta kepada orangtua maupun pasangannya. Siapa sih manusia di dunia ini yang tidak butuh cinta? Hanya orang gila kan? Tetapi, wanita yang satu ini tidak gila. Ia hanya gila pada pekerjaannya dan menomor sekiankan masalah cinta. Baginya cinta hanya sebuah rasa yang tidak berpengaruh dalam hidupnya, yang hanya merugikan dirinya. Ia adalah Tenten tanpa marga dan dia tidak butuh CINTA.
.
.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: NaruTen
Author: Nona Romes
Genre : Romance dan Sedikit Humor
Warning: Typo, OOC, Crack Pairing, Alur Maju Mundur, Newbie
Chapter 10
Hari yang cerah. Di Selasa pagi yang indah. Naruto masih terlelap di kasur empuknya sampai bel berbunyi beberapa kali. Menandakan orang yang memencet tidak sabaran.
Ting…Tong…
Ting…Tong…
Ting…Tong…
Naruto menggeliat, matanya masih terpejam erat.
Ting…Tong…
Ting…Tong…
Ah siapa sih pagi-pagi begini batin Naruto, mengganggu proses hibernasinya saja. Walau begitu ia tetap berusaha bangun dan memulihkan jiwa-jiwanya.
Ting…Tong…
"Iya.Iya sebentar!!" Teriak Naruto kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu masuk. Tanpa melihat layar interkom, ia langsung saja membuka pintu tersebut.
"Ah. Kau Teme! Sudah kuduga." Kata Naruto tanpa mempersilahkan Sasuke masuk. Ia melihat Sasuke dengan mata setengah terpejam sudah siap dengan setelan rapinya, Naruto kemudian melengos kembali ke dalam diikuti Sasuke di belakangnya. Sudah tidak mengherankan lagi bagi Naruto jika Sasuke datang sepagi ini. Pasti ingin ikut nebeng pikirnya. Sasuke duduk di ruang makan, jas yang ia tenteng diletakkannya di sandaran kursi. Naruto yang sedari tadi lunglai menuju kulkas dan langsung mengambil air mineral untuk dirinya sendiri. Menuangkan ke gelas dan meneguknya.
"Kau pasti ingin nebeng aku kan?" Tanya Naruto tanpa basa-basi pertanda sepenuhnya sudah sadar. Sasuke yang sedari tadi sedang asik memakan kacang mete dari toples snack Naruto balik bertanya.
"Kok kau tau dobe?" tanyanya tenang.
"Itu kan kebiasaan mu teme datang jam segini dan berpakaian rapi seperti ini, pasti ingin nebeng aku karena kau malas bawa mobil ke kantor dan ingin hemat bensin kan?" Cecar Naruto.
"Kau tau saja dobe kalau aku sedang berhemat!" Jawab Sasuke santuy. Naruto kemudian menuju kamar mandi sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang sudah biasa ia lihat tersebut.
"Dasarr! Seharusnya kau nebeng Hinata saja." Kata Naruto kemudian menutup pintu kamar mandi.
.
.
.
Naruto dan Sasuke berada di dalam mobil. Mereka berdua menyempatkan untuk singgah membeli roti di dekat rumah Naruto karena tidak sempat sarapan. Kali ini Sasuke yang mengemudi, sesekali menyantap roti yang dibeli tadi. Naruto? Tentu saja rotinya sudah habis yang tersisa hanya kopi yang ia sesap sekali.
"Oya dobe. Kemarin malam Sakura menelpon ku loh menanyaimu. Dia Tanya kau sedang dimana, jadi aku bilang kau di cafe. Terus dia minta alamat cafemu. Memangnya kau belum pernah mengajaknya ke sana ya?" Tanya Sasuke dengan hati-hati.
"Belum. Tumben sekali dia menanyai aku? Terlebih bertanya pada kau teme" Kata Naruto bingung. Kemudian melanjutkan.
"Memang jam berapa dia menghubungimu?" tanyanya.
"Sekitar jam 6 sore. Aku juga bingung kenapa dia tidak langsung menghubungimu ya? Malah bertanya padaku" Sasuke turut penasaran.
"Pas sekali dengan waktu Tenten datang. Hmm mungkin dia tidak mempunyai nomorku. Sudah lama sekali kami tidak berhubungan sedekat itu jadi wajar saja dia menghubungimu" Jawab Naruto santai.
"Kau santai sekali dobe" kata Sasuke heran.
"Memang aku harus bereaksi bagaimana teme?" Naruto balik bertanya.
"Sepertinya Sakura menyukaimu" tandas Sasuke spontan.
"Haha kau ini seperti Ibu ku saja. Kami itu hanya sahabat dari kecil, tidak mungkin dia menyukaiku. Aku sudah menganggap dia saudara, tidak ada perasaan lebih teme" jelas Naruto pada Sasuke.
"Kau sepertinya hanya fokus pada Tenten saja ya. Sampai-sampai tidak melihat perasaan wanita lain" kata Sasuke.
"Sudahku bilang. Aku dan Sakura hanya teman kecil saja. Tidak ada perasaaan yang seperti kau katakan tadi" elak Naruto.
"Kau saja yang tidak peka. Aku tahu saat ini hatimu hanya untuk Tenten, tapi setidaknya perhatikan juga orang di sekelilingmu. Maksudku, jika kau ingin hubunganmu berjalan lancar dengan Tenten, selesaikan dulu masalahmu dengan Sakura" cecar Sasuke sedikit emosi.
"Aku tidak mempunyai masalah apapun dengannya Sasuke" jawab Naruto berusaha tenang.
"Hmm kau sungguh tidak peka ya?" tanya Sasuke menyerah.
"Sudahlah teme. Kenapa kita jadi membicarakan Sakura? Mending bicarakan Tenten saja" kata Naruto berusaha menghentikan percakapan tentang Sakura. Sasuka hanya terdiam sesaat kemudian melanjutkan.
"Baiklah. Aku hanya berharap kau tidak menyakiti sahabat pacarku dobe. Ingat itu!" Naruto hanya diam saja mendengar perkataan dari Sasuke, dia heran tumben sekali anak ini pagi pagi menceramahinya. Karena ia bahkan tidak akan tega menyakiti perasaan Tenten terlebih dengan kehadiran Sakura, ia sama sekali tidak pernah memikirkan apakah Sakura mempunyai perasaan yang lebih padanya seperti yang dikatakan Sasuke tadi. Ia hanyut dalam pikirannya sendiri yang tiba tiba merasa tidak enak hati, entahkah pada Sasuke yang tiba-tiba menceramahinya, Sakura yang mencarinya atau pada Tenten yang tidak tahu apa-apa.
.
.
.
Saat ini Naruto berada di dalam mobil menyenderkan kursi kemudi guna merenggangkan ototnya yang kaku sembari menunggu seseorang, siapa lagi kalau bukan Tenten yang masih bekerja selarut ini. Naruto menunggu di tempat parkir gedung tempat Tenten bekerja, mereka berdua sudah berjanji bertemu di sana. Tentu saja hanya mereka berdua karena Sasuke sudah duluan dijemput oleh kekasihnya, Hinata.
Tok.Tok
Ketuk seseorang dari luar jendela mobil Naruto. Naruto mengerjapkan matanya, ia sudah tahu bahwa itu adalah Tenten kemudian membuka pintu mobil. Tenten mundur beberapa langkah, Naruto menghampiri Tenten kemudian memeluknya. Tenten kaget karena ini pertama kalinya Naruto memeluk dirinya. Seperti seseorang yang butuh di hibur dalam kesedihan. Tenten ragu tapi tetap membalas pelukan Naruto, Naruto semakin erat memeluk Tenten.
"He.Hey.. kau kenapa sih?" Tanya Tenten.
"aku tidak bisa nafas nih" kata Tenten lagi.
"Aku merindukanmu" ucap Naruto masih memeluk Tenten. Tenten speechles.
"Sangat sangat merindukanmu Nona Cepol" Kekeh Naruto.
"A..aku tau bodoh! Sudah ayo masuk mobil nanti ada yang lihat kita berpelukan" Ucap Tenten salting. Naruto melepaskan pelukannya, menggandeng tangan Tenten, dan membukakan pintu. Tenten lagi-lagi terpesona oleh keromantisan Naruto. Ia senyum dalam hati. Naruto kembali ke kursi kemudi dan merekapun melaju entah kemana.
"Kau mau makan dulu?" tanya Naruto.
"Tidak. Aku sudah makan tadi mereka membawa roti yang cukup membuat ku kenyang. Hehee~" jawab Tenten kemudian melihat Naruto heran. Wajahnya murung tanpa senyuman yang biasanya selalu menghiasi wajah tampannya tersebut. Tenten kemudian bertanya.
"Kau ada masalah ya?" Naruto menggeleng.
"Tidak kok" jawabnya sambil tersenyum sangat tipis sekali. Tenten merasakan hal yang berbeda, ia tahu Naruto bukanlah orang yang murung seperti ini jika dia baik-baik saja. Hanya sekali melihat, ia tahu Naruto menyimpan sesuatu.
"Oya di depan belokan sebelah kanan arah sungai waktu itu kan? Ayo ke sana" Ajak Tenten pada Naruto.
"Apa? Semalam ini? Kau serius?" tanya Naruto heran. Tenten hanya tersenyum
"Sangat seriuss. Tapi berhenti di mini market dulu ya aku ingin kopi hangat" pinta Tenten manja. Naruto perlahan mulai tertawa.
"Haha baiklah oujo-sama aku akan menuruti permintaanmu"
.
.
.
Mereka berdua sampai di pinggir sungai. Kebetulan itu adalah taman yang terhubung langsung ke sungai. Ada beberapa pasangan rupanya yang sekedar bersantai melepas rindu atau menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka. Mereka berdua duduk di kursi dekat sungai sambil Naruto menenteng kantong kresek berisi kopi dan camilan.
"Aaah segarnyaaa~" seru Tenten sambil meregangkan badannya. Naruto tersenyum melihat tingkah Tenten.
"Ini kopimu" Naruto mengeluarkan kopi dan menyerahkannya pada Tenten. Tenten menyambut dan meminum kopi tersebut begitu pula dengan Naruto. Mereka berdua terdiam sembari melihat keindahan malam terlebih dengan lampu mobil yang lalu lalang di seberang sungai menambah keestetikan pemandangan malam ini. Tenten membuka percakapan.
"Apa ada yang ingin kau ceritakan padaku?" Tanya Tenten to the point. Naruto menghela nafas sambil bertatapan langsung dengan Tenten. Naruto tidak tahan untuk tidak menceritakan keluh kesahnya pada orang yang sudah menerima dan membalas perasaannya tersebut. Ia kembali menghela nafas panjang kemudian mulai menceritakan tentang Sasuke yang mencurigai Sakura ada rasa pada Naruto, Naruto yang menolak pernyataan Sasuke, sampai hubungannya dengan Sakura yang merenggang padahal sudah menjadi sahabat sedari kecil semua ia ceritakan. Tenten hanya mendengarkan dengan seksama.
"Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Karena bagiku Sakura hanyalah Sakura, ia tidak mungkin menyukaiku, begitu juga sebaliknya aku tidak menyukai dia" terang Naruto.
"Hmm.. begitu. aku sarankan kau bertanya langsung tentang perasaannya padamu. Bagaimana?" Tanya Tenten iseng.
"Masalahnya aku sama sekali tidak penasaran tentang perasaannya padaku cepoll" tandas Naruto.
"Jika kau tidak penasaran, kenapa kau gundah gulana dari tadi?" tanya Tenten.
"Aku cuma kepikiran kata-kata Sasuke. Dia takut aku menyakiti perasaanmu. Aku benar-benar tidak mengerti maksudnya" Kata Naruto frustasi.
"Baka!!!" bentak Tenten sambil menjitak kepala Naruto.
"awww sakit nona cepol" rintih Naruto sambil mengusap kepalanya.
"Aku tidak peduli bagaimana hubungan kalian berdua dulunya. Aku juga tidak penasaran. Intinya jika kau ada masalah sama dia tolong selesaikan ya! Aku tidak mau ikut dalam praha kalian berdua ingat itu!!" kata Tenten menegaskan.
"Lagian mau bagaimana pun perasaannya padamu, aku tetap percaya bahwa kau hanya menyukaiku" Kata Tenten malu tanpa melihat sedikitpun ke arah Naruto. Naruto Blushing dan tentu saja bahagia tiada tara.
"Siapp! Aku akan mendengarkan kata-katamu Nona Cepol! Aku bersumpah hanya mencintaimu dan Cuma kamu yang membuat ku bahagia" gombal Naruto. Tenten salah tingkah.
"A..Apa-apaan sih kau ini? Ayo pulang. Kau sudah mulai baikan kan? Baguslah ayoooo" Tenten berdiri menuju mobil meninggalkan Naruto.
"Apa?? Aku belum menjawab. Heii tunggu.. tidak mau kiss dulu nih?" Naruto mengejar Tenten.
"Apaaa? Kau jangan macam-macam ya walau status kita berdua pacaran jangan harap apa-apa dariku bakaaaaa!!!" Jawab Tenten sedikit berteriak kemudian memukul mukul bahu Naruto.
"Ssttt baiklah baiklah tolong jangan berteriak ini sudah sangat malam" Kata Naruto berusaha menenangkan. Akhirnya mereka berdua pulang dengan Tenten mengomeli Naruto sepanjang jalan.
.
.
.
Beberapa hari kemudian..
Naruto POV
Akhirnya besok hari yang sangat membahagiakan, aku sedang mempersiapkan peralatan yang mau ku bawa untuk kemah bersama Tenten. Sedari tadi Tenten belum menghubungiku. Aku juga tidak mendengar suaranya di sebelah rumah. Mungkin masih lembur pikirku. Sambil menunggunya aku mulai saja persiapannya. dudududududu~ aku menyenandungkan lagu yang entah lagu apa.
"Akhirnya bisa kemah dengan Tenten juga, aku sungguh tidak sabar hihii~" batinku
Drrtt..
Drrtt..
#Pesan Masuk#
'aku baru saja pulang'
'sepertinya besok tidak bisa ikut kemah'
'aku harus mempersiapkan berkas untuk perjalanan 2 minggu'
'gomen. Lain kali aku akan ikut'
Melihat pesan dari Tenten aku kecewa. Padahal aku sudah sangat senang tadi dan saat ini aku benar-benar merasa sedih. Aku kemudian mulai mengetik dan membalas pesannya.
'baiklah. Aku akan menunggumu'
'ganbate'
Drrt..
Drrt..
#Pesan Masuk#
'kau tidak marah? syukurlah' balas Tenten.
"Bagaimana aku bisa marah karena itu tuntutan pekerjaanmu, pekerjaan kita semua mana bisa aku marah" batinku. Aku menghela nafas sambil berbaring di tengah barang-barang kemah yang sudah ku persiapkan. Mengabaikan sms dari Tenten tanpa membalasnya. Ingin rasanya aku berlari keluar mengetuk pintu rumahnya di sebelah, tapi aku tahu Tenten pasti tidak senang jika aku datang selarut ini dan aku dengan egois meminta penjelasan. Aku tidak sekekanakan itu.
Ting..
Tong..
Siapa sih malam-malam begini? Sasuka kebiasaan tidak pernah memberitahuku dulu jika kemari. Aku buru-buru menuju depan, karena aku tahu ini Sasuke, aku langsung saja membuka pintu.
"Gomennn!!!" aku terkejut melihat Tenten di depan rumahku tanpa berganti pakaian dulu, serta kedua tangannya ia katupkan memohon pengampunanku. Kawaaaii~ pikirku. Aku kemudian meraih tangannya dan membawanya ke dalam. Ia sangat terkejut melihat ruang tamuku yang berantakan dengan barang-barang kemah.
"Wow kau ternyata seniat ini?" Tenten tercengang. Lalu buru buru ia berlutut di depanku sekali lagi meminta untuk diampuni.
"Gomen. Aku seenaknya bilang tidak bisa padahal kau sudah mempersiapkan semuanya gomen!!" ampun Tenten. Aku hanya speechles tidak tahu bahwa Tenten punya sikap seperti ini. Yang menurutku tidak perlu sekaligus kawai melihat tingkahnya. Aku terkikik.
"Haha tidak perlu seperti ini. Aku juga dulu kadang sepertimu tiba-tiba disuruh dinas dan sebagainya. Kau tidak perlu khawatir nona cepol masih banyak waktu berkemah denganmu. Berdirilah dan duduk di sana aku akan membuatkan makanan." Aku meraih tangan Tenten menuntunnya ke sofa untuk duduk, kemudian membuatkan sup yang aku buat tadi sore sambil berbincang kecil. Aku tahu ia sangat lelah saat ini, tapi masih menyempatkan meminta maaf secara langsung padaku, aku sungguh senang. Kekecewaanku karena besok tidak jadi kemah bersamanya sirna digantikan kebahagian malam ini. Aku selesai menyendok nasi, sup dan beberapa lauk sudah tersedia. Aku membawanya ke hadapan Tenten yang ternyata sedari tadi sudah berbaring dan tidur di sofa. Aku menaruh baki berisi makanan tersebut di meja kemudian menghampirinya seperti saat pertama ia ku bawa ke sini. Aku menyibakkan rambutnya yang jatuh menutupi mata. Kawai~ aku masih tidak menyangka orang dihadapan ku saat ini adalah Tenten, kekasihku. Aku tersenyum melihat wajah cantiknya, alisnya yang alami, hidungnya yang mancung, dagunya, bentuk wajahnya yang pas, dan bibirnya yang seksi. Mataku tak dapat lepas dari bibirnya. Entah apa yang merasuki ku, aku mulai berani menyentuh bibirnya, sangat lembut dan tanpa sadar bibir ini sudah mendarat di bibir Tenten.
Cup.
Sangat manis..
Cup.
Aku tidak bisa berhenti..
Cup.
Ciuman pertamaku bersama Tenten..
Cup.
Kecupan terakhir..
Baru saja aku akan berhenti mengecup bibir Tenten, matanya perlahan terbuka dan menatapku intens. Mata coklatnya sangat indah, ia mulai meraih kerah bajuku, dan berbalik mencium. Aku terbelalak. Tanpa teriakan, pukulan, atau tendangan yang biasa ia layangkan padaku, ia menciumku, melumat bibir ku atas dan bawah seperti orang pro, aku menikmatinya. Aku juga membalas ciumannya tak kalah agresif, dia terkejut, aku sama terkejutnya mengetahui aku bisa belajar berciuman secepat ini. Aku merengkuh kepalanya agar jarak kami semakin dekat, ia hanya pasrah kuciumi, kini giliranku yang agresif, aku lumat bibir ranumnya atas dan bawah bergantian. Tidak bisa berhenti, kami berdua hanyut dalam gairahnya nafsu. Aku tidak sadar sejak kapan aku sudah berada di atasnya, tanganku otomatis bergerak menuju dadanya, belum sampai, Tenten meraih tanganku dan menghentikan acara ciuman kami berdua. Kami berdua saling tatap menatap, tidak lupa nafas yang ngos-ngosan juga dengan posisi aku berada di atasnya. Tenten mendorong ku keras sampai aku terjatuh berguling ke bawah samping meja. Untung saja sofa ini pendek pikirku jadi saat jatuh tidak terlalu sakit. Tapi tetap saja aku reflex mengaduh kesakitan. Tenten kemudian secepat kilat duduk.
"Gomen! Aku harus pergi!" Tenten buru-buru berlari keluar, hampir saja ia terjatuh karena tersandung barang-barang yang berserakan. Aku ingin menghentikannya tapi punggungku rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa berteriak memanggil namanya.
"Ten!!" Tapi yang dipanggil sudah hilang dari pandangan.
"Aaaarggh! Apa sihh yang aku pikirkan? Pasti nona cepol berfikir aku mesum! Aaarggh!!" Aku hanya bisa berteriak frustasi.
.
.
.
Setelah kejadian tersebut, aku berusaha menghubungi Tenten tapi tidak bisa. Aku sudah tahu ia sudah berangkat esok paginya setelah kejadian. Aku mengiriminya spam sms meminta maaf atas perbuatanku waktu itu. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Pasti ia sangat marah atas perbuatanku. Buktinya saja dia tidak mau membalas pesan atau mengangkat teleponku. Aku sangat frustasi, yang bisa kulakukan hanya curhat ke Sasuke. Sasuke hanya tertawa terbahak bahak, padahal sahabatnya ini sedang frustasi dan menderita tapi sempat-sempatnya dia mengolok ku seperti itu, membuat aku tambah frustasi saja. Ditambah aku tahu dari Hinata bahwa Tenten pergi selama 2 minggu untuk pekerjaannya. Di satu sisi aku sangat merindukannya, di satu sisi lagi aku merasa frustasi memikirkan kejadian waktu itu. Tenten. Aku harap perasaannya tidak berubah padaku. Mengetahui aku orang yang sangat mesum pastilah membuatnya jijik. Tiba-tiba handphone ku bergetar dua kali pertanda ada sms masuk. Cepat-cepat aku mengeluarkan handphone dari dalam kantung celana berharap itu sms dari Tenten, tapi ternyata itu adalah sms dari nomor baru yang ternyata milik Sakura.
'Naruto, ini aku Sakura. Apa kau sibuk malam ini?' Tanyanya.
'Tidak juga. Mungkin aku hanya bersantai di cafe' balasku.
'Boleh tidak nanti malam aku mengunjungimu di cafe?' Tanyanya lagi.
'Datang saja' balas ku lagi singkat.
'Baiklah aku akan datang jam 7 Naruto, sampai bertemu di sana' balasnya lagi dengan emot tersenyum diujung kalimatnya. Aku tidak membalas, kemudian hanya melamun di depan komputerku dan memikirkan kejadian bersama Tenten waktu itu. Buru buru aku menggelengkan kepala frustasi.
"Aaarghh baiklah pertama-tama aku harus semangattt bekerjaa!!" aku kemudian berusaha menyemangati diri sendiri dan melanjutkan aktivitas pekerjaanku kembali.
.
.
.
Malam ini rasanya dingin sekali, aku buru buru masuk tepat jam 7 ke dalam cafeku. Menaruh dua kotak gelas yang baru saja kubeli di penyimpanan alat. Salah satu temanku menghampiri, yaitu deidara.
"Hey bos. Ada yang menunggumu di atas. Cantik sekali bos apa dia pacarmu?" tanyanya. Aku menggeleng tanpa sepatah katapun menepuk pundaknya dan berlalu menuju Sakura yang ternyata sudah menunggu. Aku menyapanya. Sekedar say hay. Dia balas menyapa. Ku lihat dia sudah memesan Americano dan menyesapnya sesekali.
"Di sini sangat tenang Naruto, aku suka suasananya" imbuhnya tersenyum. Kemudian melanjutkan.
"Mengingatkan ku akan kenangan-kenangan kita dulu, saat kita masih kecil dan remaja. Aku ingin kembali ke saat-saat itu. Saat bahagia kita" aku tertegun. Tidak tahu harus berkata apa. Rasanya aneh tiba-tiba Sakura membicarakan kami berdua? Saat bahagia kami pula. Aku saja sudah tidak ingat. Lalu dia melanjutkan.
"Saat dimana kau hanya melihatku, menjagaku, selalu bersamaku. Hanya ada kita berdua, aku dan kamu. Hehe~ bahkan waktu dulu saat aku diganggu kau dengan berani membelaku dan melindungiku. Aku sangat tenang dan nyaman bersamamu" Dia menoleh padaku, matanya dapat ku lihat berkaca-kaca Aku tertegun melihat Sakura seperti ini. Begitu bingung dengan pernyataannya, sampai dia menyatakan sesuatu yang tidak pernah ku sangka.
"Aku menyukaimu, Naruto"
To be Continue..
