Naruto sebenarnya adalah seorang pemuda yang pintar dan bisa dibilang bisa melakukan apapun dengan bakatnya, di sekolah menengah pun dia terkadang dipuji oleh beberapa guru yang kagum akan bakat alami yang diturunkan dari Ayahnya.
Tapi ada sikap yang membuatnya dijauhi oleh beberapa temannya, serta murid perempuan disekolahnya itu. Sikap cueknya yang terkadang membuat orang jengkel, Naruto sendiri hampir tak pernah memperhatikan sekitar, dia hanya fokus terhadap pelajaran serta nilainya. Dia bertekad untuk masuk di universitas yang bergengsi setelah lulus.
"Lalu setelah lulus Kuliah, aku harus bekerja sebagai pegawai kantoran?" gumamnya saat melihat kertas nilai ujian kelulusannya. Dia tak berpikir sampai sejauh ini, berpikir dimana dia akan bekerja apa setelah lulus kuliah.
Apakah dia akan ikut ujian masuk kuliah atau membatalkan ujiannya?
Ayahnya berkata jika dia harus mengikuti kata hatinya, Ayahnya juga tak ambil pusing bagaimana jadinya putra semata wayangnya itu. Naruto diberikan kebebasan untuk memilih jalannya sendiri, pria pirang yang mirip dengan Naruto itu membebaskan Naruto untuk memilih.
Naruto menghela napas panjang, saat berjalan di jalanan yang sudah gelap. Namun, langkah kakinya terhenti saat ada seorang wanit melewati dirinya, aroma anggur menusuk hidung Naruto membuatnya menoleh ke arah wanita itu. Di kegelapan malam, dia melihat sosok wanita yang menggunakan pakaian khas pegawa kantoran.
Ini pertama kalinya bagi Naruto jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Anu!"
Wanita dewasa itu menoleh kebelakang, sepasang emerald indah membuat Naruto terpana, lalu senyuman tipisnya seolah membuat Naruto meleleh melihatnya. "Hm? Ada apa?"
Naruto diam, dia menggigit bibir bawahnya saat ini, dia memikirkan perkataan apa yang akan keluar dari mulutnya. Tak ada pilihan kata di otaknya, seolah otak miliknya berhenti bekerja sesaat.
Wanita itu masih setia untuk menunggu apa yang akan dikatakan Naruto, senyumannya masih melekat di wajah cantik itu.
"Menikahlah denganku!"
"Ha'i?!"
...
Naruto by Masashi Kishimoto.
Love Live School Idol Project by Kimino Sakurako, Sunrise.
...
Enjoy it!
Bagaimana perasaanmu saat mengutarakan sebuah perkataan yang tak bisa kau bayangkan? Seperti, kau mengucapkan itu pada seseorang, memintanya untuk menikah denganmu. Terlebih, orang itu belum mengenalmu sama sekali.
Ini adalah hal konyol yang dilakukan oleh Naruto, kehidupannya saat ini berubah tiga ratus enam puluh derajat. Dia tak mengambil ujian masuk kuliah, malah bekerja di sebuah kedai ramen. Beberapa bulan ini dia habiskan dengan bekerja pada sebuah kedai ramen.
Setelah kejadian konyol itu, dia belum menerima jawaban dari wanita kantoran itu, bahkan namanya saja belum tahu. Tak ada clue siapa nama dari wanita yang membuatnya jatuh cinta itu.
Dia pun menghela napas lelah setelah bekerja beberapa bulan ini. "Wanita itu sulit dimengerti," gumam Naruto.
"Hai."
Langkah kaki Naruto terhenti, dia menatap sosok wanita berambut ungu yang berdiri di depannya, wanita itu memakai jaket untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya salju. Syal berwarna hijau tua terlilit di lehernya, senyuman dari wanita itu masih sama seperti saat dia pertama kali bertemu.
"Hai..." balas Naruto. Kedua netra biru itu melihat sebuah tas koper yang dibawa oleh wanita itu, apakah dia akan pindah? Atau?
"Jadi tawaranmu saat itu masih berlaku?"
Tawaran? Taw...ah dia ingat, dia meminta wanita di depannya itu untuk menikah dengannya. "Menikah denganku?"
Wanita itu masih tersenyum. "Ya, kau memintaku untuk menikah denganmu, kan?" Naruto mengangguk kecil. "Kau tahu maksudku membawa koper ini, kan?" Naruto mengerutkan dahinya untuk berpikir, kedua netranya melebar sempurna. "Aku mau menikah denganmu."
"A-apa?! Ka-kau serius?! Kita baru saja bertemu!"
"Apakah kita harus mengenal dulu? Diluar sana banyak yang langsung menikah saat mereka pertama kali bertemu loh."
"Tapi mereka juga harus mengenal pasangan mereka sedalam mungkin."
Wanita itu menunduk sedih. "Jadi kau tak mau menikah denganku? Kau berubah pikiran?"
"Tidak, aku akan menikahimu."
Mulut sialan! Mulut dan hatinya tak sinkron sama sekali. Naruto memijit kecil pangkal hidungnya saat itu, dia kembali menghirup napas dan mengeluarkannya. Wanita itu pun berjalan mendekati Naruto, lalu memeluk lengan pemuda itu. Dia merasakan belahan dada yang lembut serta kenyal mengapit lengannya. "Kita ke tempat tinggalmu!"
"E-ehhhh!"
...
...
Keduanya duduk berhadapan disebuah meja makan, tepat berada di apartemen Naruto. "Aku akan memberikanmu ini untuk mengisi semua datamu, mohon jika berkenan untuk segera di isi sebagai tanda kita sudah menikah."
"U-um." Naruto membuka kertas formulir untuk menikah, di sana tertulis nama wanita itu. Dia mengerjapkan kedua matanya beberapa kali saat melihatnya. "Nozomi...Toujo?" Wanita itu mengangguk kecil dengan senyuman tipisnya. Naruto merona saat melihat senyuman itu. Dia langsung menuliskan namanya saat itu juga, disertai dengan sebuah stempel yang menandakan dirinya setuju menikahi wanita bernama Nozomi ini.
Pemuda itu memberikan kertas formulir itu pada Nozomi. "Masih delapan belas tahun kah? Berarti aku masih lebih tua darimu." Naruto baru sadar sesuatu saat dia melihat kertas itu. Wanita bernama Nozomi ini umurnya sudah di atas dua puluh tahun, berjarak empat tahun darinya. "Umurku masih dua puluh dua, dan aku malah menjadi wanita kantoran dengan gaji yang sedikit."
"Tak apa, aku punya simpanan, soalnya aku tak terlalu peduli dengan uang, jadi kusimpan saja." Nozomi mengerutkan dahinya mendengar Naruto yang mempunyai simpanan uang.
"Simpanan?"
Naruto menunjukkan sebuah buku tabungan pada Nozomi, di sana tertulis angka yang tak main-main. "Tu-tunggu, sepuluh juta Yen?! Ka-kau bagaimana bisa?!"
Naruto terlihat berpikir sejenak, dia pun menceritakan bagaimana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Dia menceritakan bahwa dirinya menunggu Nozomi hingga setengah tahun lamanya, dan bekerja paruh waktu serta bekerja disebuah kedai ramen. Jabatannya di kedai ramen itu adalah seorang manager yang mengatur hampir semua stock barang untuk kedai tersebut.
Dia bakalan datang saat sore setelah shiftnya di sebuah minimarket selesai, Sorenya dia akan ke kedai ramen yang menjadi tempatnya bekerja untuk melihat stock yang akan habis atau yang masih ada.
Nozomi tak menyangka jika orang yang menjadi suaminya itu bisa mendapatkan jabatan seperti manager di sebuah kedai ramen.
"Aku bekerja di Ichiraku Ramen sih, bossku sendiri orangnya ramah sekali."
"Pantas saja, kau bekerja di kedai ramen besar."
Naruto tersenyum menanggapinya. "Baik, kita antar ini besok."
"Sekarang pun bisa."
Naruto mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, kantor catatan sipil buka dua puluh empat jam untuk menerima berkas lainnya. Dia lupa akan fakta tersebut. "Baiklah, neesan letakkan barang itu di dekat lemari, kita akan membereskan semuanya setelah menyerahkan berkas ini."
"Neesan?"
"Ya, memangnya ada apa? Kan neesan yang lebih tua dariku?"
Nozomi tertawa kecil. "Kau lucu." Naruto kembali mengerjapkan kedua matanya. "Mari."
Keduanya pun beranjak pergi ke kantor catatan sipil terdekat untuk menyerahkan berkas tersebut. Kedua mata Naruto menatap jalanan sembari menerawang bagaimana ucapannya yang konyol bisa berujung pada dirinya menjadi suami seorang wanita kantoran. Jika dilihat, wanita ini sungguh cantik, malahan lebih cantik daripada gadis di sekolahnya dulu.
Perjalanan keduanya dihabiskan dengan obrolan antara keduanya, mereka berdua langsung akrab setelah beberapa topik yang dikeluarkan oleh keduanya.
"Oh, kau sepertinya masih muda sekali nak," ujar sang penjaga pada Naruto. Penjaga itu tersenyum saat dia mengambil kertas fomulir yang sudah terisi dengan identitas mereka. "Kalian berdua pasangan muda, aku berharap kalian bisa bersama sampai ajal memisahkan kalian."
Naruto mengangguk kecil serta membungkukkan badannya. "Terima kasih paman." Nozomi sendiri ikut membungkukkan badannya. "kami akan berusaha untuk menjaga pernikahan kami."
"Ya, semoga langgeng." Penjaga itu pun memberikan sebuah bingkisan untuk keduanya. "Aku hanya bisa memberikan tanaman bonsai ini untuk kalian, lagipula hanya ada tanaman ini saja di tempatku."
"Bonsai apa ini?"
Penjaga itu tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, dia tak menjawab pertanyaan dari Nozomi barusan, kedua emerald itu pun melihat Naruto. Suaminya itu mengangguk seolah paham akan suatu hal. "Kami bawa saja, terima kasih paman." Nozomi mengangkat kedua alisnya.
"Sama-sama nak."
"Kita pulang neesan."
"Baiklah."
Penjaga itu masih menyunggingkan senyumannya. "Hati-hati di jalan!"
...
..
.
TBC/END?
Naruto Namikaze: 18 tahun
Nozomi Toujou: 22 tahun
A/N: Ya, ini emang terinspirasi dari Tonikaku Kawaii, lagipula sudah lama juga gw mendam ide ini. Semoga terhibur.
Adios!
