Chapter 2:
Naruto akan sangat risih jika bertemu dengan wanita centil yang selalu mencari perhatian pada yang lain, pemuda itu sebisa mungkin akan menghindarinya, terlebih sosok seperti itu ingin dia tampar.
Termasuk guru bernama Shion. Wanita berambut pirang pucat yang mengajar fisika di sekolah. Berbeda dengannya yang memang tenang dan pendiam, Shion adalah tipe guru yang akan mencari perhatian pada muridnya. Banyak dari mereka yang memanggilnya 'Shion-chan' karena cantik dan sikapnya yang mirip dengan anak kecil.
Tapi Naruto tidak, dia tak Sudi untuk memanggil Shion, walaupun hanya sebatas namanya saja. Dia akan memanggilnya 'sensei' sesuai dengan pekerjaannya di sekolah.
Namun, akhir-akhir ini Shion selalu membuntuti dirinya yang pulang agak malam karena membuatkan soal ujian serta membimbing beberapa murid yang dia ajar setelah sekolah bubar.
Shion masih curiga dengan sikapnya pada Ichika, dia seolah berpikir jika Ichika dan dirinya punya sebuah hubungan spesial, walaupun Ichika sekarang tinggal bersamanya. Naruto berusaha sebisa mungkin untuk tak membocorkan Ichika yang tinggal bersamanya, dia terus menghindari wanita itu.
Terkadang perkataan yang agak kasar keluar dari mulutnya. Dia tak peduli guru itu adalah idola sekolah atau apapun mereka menyebutnya.
Tapi Naruto menganggapnya sebagai hama semata, untuk saat ini, Naruto akan terus menghindari sosok Shion yang sudah dua Minggu membuntuti dirinya seperti seorang stalker ulung.
"Aku akan melaporkanmu pada polisi dengan tuduhan penguntitan pada seseorang." Saat ini, Naruto sedang berjalan pulang ke apartemen miliknya. Dia benar-benar muak setelah dua Minggu ini terus di ikuti Shion. "Kau nganggur atau gimana? Tak punya pekerjaan lain setelah menjadi guru di sekolah, atau bagaimana?"
"Aku tak bermaksud menguntitmu, aku hanya tak ingin Nakano-san tinggal dengan pria brengsek sepertimu."
Naruto memutar kedua bola matanya malas, dia tak ingin meladeni wanita ini. "Kau tahu, aku benar-benar tak ingin meladeni dirimu." Dia pun mengambil ponsel pintarnya, kemudian menelpon seorang polisi. "Halo, Shika? Ya, aku hanya ingin melaporkan seseorang yang sedang menguntitku sampai di rumah, tentu saja bukan. Kau tahu kan jika aku tak punya kekasih sampai sekarang, tidak, mana Sudi aku." Shion mengerutkan dahinya, dia menatap Naruto nyalang. "Tentu, oh, aku tinggal dengan sepupuku kok."
"..."
"Tentu, usut sampai tuntas, kalau perlu, penjarakan sekalian."
"..."
Naruto mematikan ponsel miliknya, dia kemudian memasukkan ponsel itu. Shion langsung memutar tubuhnya dan pergi begitu saja meninggalkan Naruto yang memasang wajah kesal, dia menatap kepergian Shion dengan perasaan khawatir. Dia khawatir jikalau di masa yang akan datang, Shion akan kembali mengganggunya atau memberitahukan rahasianya tentang Ichika yang tinggal bersama dirinya.
"Untung saja aku tak menghubungi Shikamaru beneran."
Naruto pun memasukkan kembali ponsel pintarnya ke dalam saku celana, dia berjalan kembali menuju apartemen miliknya. Dia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika dia terus membiarkan Ichika tinggal bersamanya, tapi dia akan menanggung semua resiko yang ada jika ketahuan oleh pihak sekolah.
Dia hanya kasihan pada gadis itu, Ichika adalah gadis baik yang tak sengaja lahir di keluarga yang rusak, kehidupan gadis itu hancur jika Naruto lihat.
Untuk sekarang, mental dari gadis itu mulai membaik seiring berjalannya waktu. Naruto kembali mengambil ponselnya, dia mengirimkan sebuah email pada Ichika untuk memasakkan makan malam.
Sementara, dirinya akan berbelanja untuk keperluan esok serta kedepannya.
-o0o-
Hari-hari mengajar Naruto di sekolah mulai membuatnya agak bosan, terlebih dia mengajar beberapa kelas yang menurutnya satu dari kelas itu membuatnya risih dengan tingkah beberapa murid perempuannya.
Kelas yang membuatnya risih itu kebetulan ada Ichika, namun gadis itu berbeda dengan yang lain, beruntung bagi Naruto.
"Baik, untuk saat ini kalian kerjakan tugas yang sudah kuberikan, dan akan sensei koreksi setelah satu jam." Naruto mengangkat tangannya, dia melihat arloji yang jarum jamnya menunjuk ke angka satu. "Jam dua kumpulkan, oke?"
""Ha'i!""
"Kerjakan sekarang!"
Naruto pun membiarkan muridnya mengerjakan soal yang telah dia berikan tadi, dia menatap murid-murid di kelas itu, banyak dari mereka yang tak bisa mengerjakan jika dilihat oleh Naruto.
Ichika sendiri saat dilihat olehnya pun agak kesulitan untuk mengerjakannya.
"Kerjakan dengan teliti dan cek kembali jawaban kalian, ini mudah sekali loh. Pelajaran biologi adalah pelajaran yang mudah."
Pria itu berjalan pelan menyusuri kelas, dia melihat satu persatu pekerjaan dari muridnya, beberapa dari mereka ada yang menunduk malu karena di awasi oleh guru yang masih jomblo, sementara beberapa yang lain ada yang serius mengerjakan tugas itu.
Kakinya berhenti pada meja Ichika, pria itu menatap Ichika yang tengah serius dengan tugasnya, Naruto tahu jika tadi malam Ichika hampir bergadang semalaman karena belajar, namun dirinya langsung menyuruh Ichika untuk tidur, dia tak mau muridnya itu kelelahan saat mengerjakan tugasnya.
"Jika ada kesulitan, tanya saja pada sensei."
Beberapa dari murid perempuannya langsung mengangkat tangannya dan bertanya pada Naruto tentang pelajaran. Walaupun begitu, Naruto tahu jika mereka hanya ingin dirinya berada di samping mereka saja. Kebiasaan buruk muridnya itu membuat Naruto agak risih.
Setelah dia memberi penjelasan pada muridnya, Naruto berjalan ke depan kelas. "Jika sudah selesai, kalian bisa kumpulkan di meja!" Beberapa siswa mulai mengumpulkan buku tugas mereka, Naruto menatap beberapa orang yang belum menyelesaikan tugas mereka.
Dia juga menatap Ichika yang sepertinya belum selesai, Naruto memakluminya. Dia pun menunggu muridnya yang lain untuk menyelesaikan tugasnya.
Kedua mata birunya itu melihat Ichika yang baru saja mengumpulkan tugasnya, dia tersenyum tipis melihat Ichika yang sudah menyelesaikan tugas yang dia berikan.
"Aku sudah menyelesaikan tugas, sensei."
"Bagus Ich--Nakano." Naruto mengangguk kecil menatap gadis itu, pria tersebut memberikan isyarat pada Ichika untuk langsung duduk, karena dirinya tak sengaja memanggil Ichika dengan nama kecilnya. Naruto pun melihat arloji miliknya. "Jam pelajaranku sudah selesai, bagi yang belum menyelesaikan tugas, harap dikumpulkan sekarang!"
Mereka mau tak mau mengumpulkan buku tugas mereka.
-o0o-
Hening menyelimuti keduanya, mereka masih berada di kelas hanya untuk mendengarkan sebuah curahan hati dari seorang Ichika. Naruto dengan sabar menunggu Ichika untuk mengatakan sesuatu padanya.
Naruto tahu jika Ichika terkadang malu untuk mengatakan sesuatu, namun dia tetap menunggu. Memang tak seperti kemarin yang dengan lancarnya mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri. Beberapa kali Naruto juga harus menghadapi murid yang sifatnya hampir menyamai sifat Ichika, mereka akan terbuka pada awalnya, dan akan malu jika mereka terus mengatakan sesuatu.
"Jadi bagaimana?"
"Agak mendingan."
Mental Ichika sendiri memang agak rusak dan untuk saat ini dia sedang melakukan recovery diri. Naruto menyuruhnya untuk mencari teman di kelas, walaupun sedikit. Ichika sendiri mengiyakan, dia memang mempunyai beberapa teman yang katakanlah care dengan gadis itu, beberapa di antara temannya mengetahui jika Ichika mempunyai masalah keluarga.
"Mentalmu memang harus di recovery terlebih dahulu." Naruto menyandarkan punggungnya pada kursi yang dia duduki saat ini, dia kemudian meminum kopi kalengan yang dia beli dari kantin sekolah. "Tapi aku salut saat kau mulai masuk ke lingkarang pertemanan, namun kau harus berhati-hati juga dalam memilih teman."
"Berhati-hati? Bukannya mereka baik."
"Ya, mereka akan baik di depan orang, tapi akan menusuk dibelakangmu jika ada kesempatan," ujar Naruto. Dia kembali meminum kopinya. "Kau bisa mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif dari mereka." Ichika mengangguk kecil mendengar perkataan Naruto barusan, dia pun mulai merapihkan semua buku serta alat tulisnya. "Mau pulang bersama?"
"Tidak, nanti akan menimbulkan masalah jika kita pulang bersama."
Naruto tersenyum kecil. "Baiklah, hati-hati di jalan."
Ichika mengangguk, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Dia pergi meninggalkan kelas itu dengan Naruto yang saat ini tengah duduk menyendiri sembari menikmati kopi hitamnya.
Dia terus duduk di temani semilir angin yang masuk melalui jendela yang terbuka, Naruto tersenyum kecil melihat pemandangan sore hari yang menurutnya indah. Dia berpikir jika Ichika akan berbaikan dengan kedua orang tuanya, bagaimanapun caranya. Namun, itu akan sangat susah karena hubungan kedua orang tua Ichika sudah rusak.
Naruto terus memutar otaknya, apakah dia akan membuat Ichika tinggal di apartemennya terus?
"Orang tua brengsek."
Naruto mengumpat, dia sendiri kesal dengan kelakuan orang tua Ichika, terlebih mereka tak memikirkan anak semata wayang mereka. Pria itu kemudian merapihkan beberapa barang yang dia bawa dari ruang guru, dia mengambil kopi kalengan miliknya yang sudah habis. Dia beranjak dari tempat duduknya untuk pulang ke apartemennya.
Baru saja dia akan keluar dari kelas, Naruto dicegat oleh wanita yang sangat memusuhi dirinya. Naruto menghela napas pasrah saat Shion berdiri di depannya. "Jadi tuan putri, ada apa gerangan anda menghadang saya di depan pintu kelas? Apakah hamba berbuat salah kepada anda? Atau jika saya punya salah, mohon untuk di maafkan."
Shion memasang wajah tak suka, dia menatap Naruto tajam. "Aku tak tahu apa yang sensei rencanakan, tapi kenapa kau selalu ada di kelas bersama Nakano-san?"
"Kenapa ya? Apa itu terlihat sangat mencurigakan bagimu?" Perkataan Naruto barusan membuat Shion geram. "Sebagai guru, kita harus memberikan nasehat atau saran pada mereka. Apa kau tak melihat jika kau juga memberikan saran serta nasehat pada murid lain setelah jam pulang? Tidak kan? Berarti ada yang salah dengan kedua matamu."
Shion terdiam sejenak setelah menerima penjelasan dari Naruto barusan. Naruto yang melihat Shion yang berpikir pun mulai berjalan melewati wanita itu.
"Aku belum selesai denganmu!"
Naruto hanya melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Shion yang sedang menggeram marah. Dia sudah tak punya urusan dengan nenek sihir itu, Naruto akui jika Shion sangat mengganggu dirinya setelah dia dan Ichika melakukan pembicaraan biasa di kelas.
Beberapa rumor di sekolah mulai berkembang tentang dirinya serta Ichika, dan Naruto tahu jika nenek sihir itu yang sudah mengatakannya. Dia tahu jika Shion sudah mulai memainkan permainannya untuk membuat kepala sekolah memecat dirinya.
Tapi dia seolah tak peduli, dan meminta para muridnya yang lain untuk berada di kelas jika ada yang mau di curahkan padanya.
Dia bukan guru konseling, tetapi dia akan berusaha untuk memberikan pendapatnya serta memberikan moral pada muridnya.
"Sensei, aku mendengar jika kau berhubungan dengan salah satu muridmu?"
"Mulut siapa itu?" Naruto menoleh, dia saat ini berada di ruang guru, dan di sana dia menemukan sosok Kakashi yang sedang duduk di sebelahnya. "Oh Hatake-sensei? Tumben kau tertarik dengan gosip bodoh itu?"
Kakashi membenahi letak maskernya. "Aku mendengar gosip itu dari murid serta beberapa guru disini." Dia kembali fokus pada kertas-kertas yang telah dikumpulkan oleh muridnya sendiri. "Tapi jika dilihat lagi dari wajahmu, kau sama sekali tak tertarik dengan murid perempuan disini."
Naruto meletakkan buku yang dia bawa tadi, lalu duduk santai di kursinya sendiri. "Hatake-sensei, kau tak pernah melihatku jalan dengan perempuan kan?"
"Tidak."
"Jadi jangan mudah percaya dengan hal seperti itu. Kalaupun aku pernah berjalan bersama wanita, maka aku akan menikahinya langsung."
Kakashi tertawa, dia mendengar sebuah perkataan yang bisa dibilang keluar dari orang yang serius dalam berhubungan, tapi dia tak menyadari jika di dalam perkataan Naruto terdapat sebuah kebohongan yang sangat di rahasiakan oleh pemuda pirang itu.
Kedua pria lajang itu pun diam tak mengatakan apapun, suasana berubah hening setelah Kakashi menghentikan tawanya, tak ada satupun yang kembali membuka pembicaraan.
Pintu ruang guru terbuka, seorang pria dengan rambut yang dikuncir serta luka melintang di bagian tengah hidungnya pun masuk, dia menatap heran dua orang guru yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Guru itu bernama Iruka Umino, dia pun tersenyum kecil setelah melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang guru. "Jadi, kalian sibuk dengan kegiatan kalian sendiri?"
Kakashi yang mengetahui itu pun menghentikan kegiatannya, dia merenggangkan tubuhnya. "Ya seperti yang Umino-sensei lihat."
"Kami baru saja selesai ngobrol, dan aku tak mau mengganggu Hatake-sensei."
Iruka menatap Naruto. "Mungkin aku akan diam dan tak mengganggu yang lain sepertimu, sensei."
Naruto tertawa kecil. "Ya kau benar Umino-sensei." Naruto pun mengubah posisi duduknya. "Ngomong-ngomong, Kusanagi-sensei itu orangnya sangat negatif."
Kedua pria yang ada di ruangan tersebut menatap Naruto, keduanya pun saling pandang satu sama lain seolah menjawab pertanyaan yang Naruto ajukan.
"Sepertinya aku setuju denganmu." Kakashi menjawab pernyataan Naruto "jika dilihat lagi, Kusanagi-sensei memang sangat sensitif serta sifat negatifnya yang sangat dominan."
"Hatake-sensei benar, aku terkadang melihat Kusanagi-sensei sedang diam seolah merencanakan sesuatu, serta beberapa kali mendengar gumamannya. Kusanagi-sensei sendiri tak terlalu akrab dengan yang lain, bisa kita hitung siapa yang dekat dengan dia, terlebih wanita itu sangat tertutup," jelas Iruka.
"Dia beberapa kali mencurigaiku."
"Tidak heran."
"Aku tak kaget dengan hal itu, Uzumaki-sensei."
Naruto menghela napas pasrah, mereka seolah tahu tabiat buruk dari seorang Shion. "Mungkin tak ada yang perlu dibicarakan lagi, kita lanjutkan gosip ini besok, itu jika kalian tak sibuk."
Iruka tertawa mendengar perkataan Naruto barusan. "Ya, baiklah aku akan mengusahakannya."
Kakashi membenarkan letak masker miliknya. "Semoga saja pekerjaanku selesai esok hari, aku pusing dengan jawaban muridku."
Gosip tersebut di akhiri dengan Naruto yang pamit pulang, dia tak mau Ichika menunggu di apartemennya.
Dan hari berakhir dengan rahasia yang masih tersimpan rapat.
...
..
.
Tbc
