SetsunaZ1 2.0 Present

-_-_-

Disclaimer :

Naruto ©Masashi Kishimoto

HighSchool DxD ©Ichie Ishibumi

-_-_-

Chapter 4 : House of Duke

Umur, Setiap makhluk yang hidup dan juga bertumbuhkembang memiliki umur tak terkecuali untuk manusia. Berada di bagian tenggara benua Altheraterdapat sebuah kerajaan, kerajaan yang di bagi tiga di bawah kepemimpinan tiga orangDukeyang merupakan keturunan sang raja.

Namun di antara tiga anak yang mendapatkan wilayah masing-masing, Ada seorang anak yang dianggap 'Tidak berguna' dalam mengurus wilayahnya. Pajak yang besar namun fasilitas publik yang tidak memadai, Keamanan yang kurang, belum lagi kurangnya penjaga di bagian perbatasan benua iblis membuat para Demon beast semakin gencar menyerang desa-desa kecil di dekat perbatasan. Hingga akhirnya, Exodus besar-besaran terjadi sampai membuat sekitar80%rakyatnya pindah ke negara dan kerajaan lain. Hingga pada akhirnya,Dukeitu memutuskan mengakhiri hidupnya dengan meminum racun.

'Namaku adalah Uzumaki Naruto. Di kehidupan sebelumnya aku adalah seorang Letnan yang meninggal dalam latihan terjun bebas dan sekarang aku adalah Namikaze Naruto, seorang pemuda dengan wajah seperti babi dan juga tubuh yang penuh dengan lemak. Ini adalah ceritaku untuk melanjutkan warisan Namikaze-san sebagai seorang pemimpin yang tidak berguna.'

'Banyak sekali masalah yang harus aku emban untuk memajukan wilayah ini. Bandit yang ada disini pasti bergerak di sekitar pegunungan dan juga hutan karena kurangnya personil tentara untuk melakukan patroli ataupun membuat pos keamanan. Lalu, Perbatasan yang di serang oleh para monster dari wilayah iblis pasti karena tidak adanya benteng yang menjadi basis pertahanan para prajurit dan juga tentang bangsawan korup, itu pasti karena 'Namikaze Naruto' ini tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengolahan wilayah.'

'Tekanan ini dan juga atmosfer ini, aku menyukainya. Semakin aku di tantang, aku semakin menyukainya. Maka dari itu mari kita selesaikan masalah ini karena aku adalah Uzumaki Naruto, Seorang Letnan dari Dunia yang berbeda! Akan ku tunjukkan kehebatan anak dari Colonel Uzumaki Kushina!'

"Ahhh... Akhirnya selesai." Ucapku. Aku saat ini sedang berada di dalam kamar, Tepatnya berada di depan sebuah meja yang ku gunakan untuk melanjutkan catatan harian dari Namikaze-san. Beberapa hari yang lalu, aku menemukan catatan ini dan hasilnya jiwaku sebagai orang pinggiran bergejolak. Hidup bagaikan sampah? Konyol! Jika membandingkan dengan kehidupanku yang dulu, Penderitaan yang dialami Namikaze-san tidak ada apa-apanya.

Aku adalah seorang Yatim piatu yang di tinggal mati kedua orangtuaku karena perang. Aku selalu mengais sampah hanya untuk menyambung hidup, Tidur beralaskan pasir di temani hamparan bintang di gurun tak bernama dengan angin malam yang membelaiku dalam mimpi. Tentunya berbeda dengan pemilik tubuh ini, kan? Maksudku, Dia memiliki pelayan, Memimpin sebuah wilayah yang tentunya memiliki pemasukan, Memakan apapun yang ia inginkan sampai tubuhnya seperti babi. Aku tidak bisa memikirkan apapun itu. Namun, Aku mengerti dan juga paham akan penderitaan yang 'Dia' alami karena seperti kata temanku...

Kau tidak akan mengerti penderitaan seseorang sebelum kau merasakan penderitaan dalam hidupmu juga.

Mengingatnya saja membuatku serasa bernostalgia tapi sudahlah, Sekarang dirinya sudah tenang di alam sana.

Tok... Tok... Tok...

"Naruto-sama, Apakah anda ada di dalam?"

Aku menolehkan wajahku dan menatap pintu masuk saat mendengar suara ketukan. Aku tau jika ini adalah jadwalku untuk sarapan pagi namun bukannya ini terlalu cepat?. Tanpa pikir panjang aku segera mengambil sebuah jubah yang menutupi seluruh tubuhku, Jubah ini adalah jubah kebesaran yang menunjukkan kalau aku adalah seorang Duke. Berjalan mendekati pintu dan kemudian membukanya hingga membuat orang tersebut terkejut.

"Ayo kita mulai hari yang cerah ini dengan pekerjaan yang menumpuk, Arthuria."

"Tapi, bukankah harusnya anda sarapan terlebih dahulu?"

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan temanku ini. Sebagai penambah, Aku sebagai tentara aku sudah terbiasa untuk tidak makan di medan perang. Terlebih lagi orang bodoh mana yang bisa makan dengan tenang jika ratusan peluru berterbangan mengincar kepala mu?.

Aku terus berjalan menghiraukan Arthuria yang menatapku dengan heran hingga membuat diriku tersenyum karena melihat ekspresi polosnya. Yah, Tidak ada yang spesial dalam hubungan kami namun dapat ku akui kalau wajahnya sangat cantik bagaikan patung yang dipahat oleh para dewa.

-_-_-

Di sebuah ruangan terlihat dua orang berbeda gender sedang sibuk dengan tumpukan kertas. Kedua manusia itu saling membantu namun melihatnya seakan membuat semua orang iri, Siapa yang tidak iri saat melihat seseorang dengan perawakan tubuh layaknya seekor babi bersanding dengan seorang wanita cantik bak bidadari?

"Naruto-sama, Ada sebuah kertas laporan dari Baron Gordain di selatan."

Naruto yang sedang duduk membaca laporan-laporan dihadapannya teralihkan saat Arthuria menyodorkan secarik kertas yang berisi beberapa catatan. Melihat kertas yang diberikan Arthuria membuat dirinya tertarik karena kertas tersebut berisi laporan penggunaan dana yang diberikan pada Baron tersebut. Dengan sesama Naruto membaca kertas itu, Matanya terus membaca kata demi kata dan memahami maksud dari laporan tersebut namun tak lama kemudian pemuda itu mengeraskan rahangnya.

'Laporan konyol macam apa ini?' Sungguh hebat karena secarik kertas dapat membuat Naruto membuat seorang ' Uzumaki Naruto' mengeluarkan keringat di keningnya. Bukan karena panas namun karena dirinya dibuat pusing dengan laporan tersebut. Setelah membaca laporan itu, Sekarang dirinya yakin kalau terdapat beberapa bangsawan yang melakukan penggelapan dana di dalam wilayahnya.

'Pantas saja wilayah ini kurang memadai dalam segala hal, Entah itu untuk infrastruktur ataupun beberapa faktor penting lainnya. Jika aku berkeinginan untuk membuat wilayah ini maju maka aku harus membasmi 'Hama' yang berkeliaran di wilayah ini.' Pikirnya dan saat itu juga ia mengambil secarik kertas dan mulai menulis langkah-langkah yang harus ia ambil dalam menghadapi permasalahan kali ini karena masalah ini termasuk kedalam prioritas tertinggi untuk saat ini.

'Pertama, Menghapus beberapa bangsawan dengan melakukan eksekusi publik di wilayah ini. Dan akibatnya para rakyat akan tercengang dengan tindakan yang aku lakukan.' Tentu saja apa yang Naruto pikirkan ada benarnya. Saat seseorang kehilangan kepercayaan pada suatu pihak, Maka pihak tersebut harus menunjukkan kalau dirinya dapat di percaya.

'Lalu, Dengan mempermainkan Opini publik yang sedang kebingungan aku akan membuat suatu drama hingga akhirnya orang-orang mempercayaiku lagi.' Yap, Mempermainkan opini publik adalah hal yang biasa Naruto lihat di bumi. Untuk menenangkan suatu kelompok yang ada di suatu daerah, Opini publik dapat menjadi jawaban. 'Hufft... Babi sialan! Namikaze Naruto! Kau pergi begitu saja dan membuatku mengurus semua masalah yang kau perbuat, Bedebah!'

Sesudah menulis apa yang akan ia rencanakan, Naruto kembali berfokus dengan pekerjaannya. Arthuria siap membantu sebagai asistennya dan juga beberapa Maid tanpa di perintahkan membawa beberapa camilan dan juga teh untuk tuan muda mereka, Namun dapat Naruto lihat ekspresi wajah para Maid itu sedikit kabur, Seperti ada yang mereka sembunyikan. Namun, saat ini semua orang di kediaman itu sedang berbahagia saat melihat perubahan yang terjadi pada Tuan mereka. Semenjak kematian Putri dari Marquess Uzumaki, Uzumaki Kushina, Mereka tidak pernah melihat sifat Naruto yang dulu. Selalu bersemangat, Aktif, Cerdas, Pantang menyerah, dan selalu tersenyum bahkan saat ada masalah sekalipun.

Matahari sudah berada tepat di atas kepala menandakan sudah saatnya makan siang. Mendengar Naruto yang tetap melanjutkan pekerjaannya di ruangan ' Duke Namikaze', Seorang gadis bertubuh mungil membawakan makan siang ke ruangan tersebut. Gadis berambut biru dengan pakaian Maid memasuki ruangan tersebut.

Sebuah Roti, Daging dari peternakan, dan juga salad dari aneka ragam sayuran menjadi menu makan siang dari Duke muda itu.

'Bagaimana caraku makan? Aku tidak terbiasa dengan semua tata cara makan ala bangsawan, Sialan!' Naruto berteriak keras dalam hatinya hingga membuat kepalanya sedikit menunduk. Saat melihat itu, Arthuria dan juga Maid tersebut hanya dapat menatap Naruto dengan ekspresi ketakutan yang tercetak di wajah mereka. Namun...

Prank...

" Sialan! Makanan macam apa ini!"

'Ugh... Sialan!' Seketika Naruto memegang kepalanya karena rasa sakit yang ia terima secara tiba-tiba.'Ini... Ingatan dari Namikaze Naruto, kan? Dosa yang kau perbuat, Sekarang akulah yang menanggungnya, Bajingan!'Pikirnya.

Beberapa hari kebelakang, Pecahan demi pecahan ingatan dari 'Namikaze Naruto' mulai terbuka secara perlahan dan bersatu dengan ingatannya dari dunia lain. Dan karena hal tersebutlah, ' Mantan Letnan' ini murka.

Sret...

Naruto bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan kearah Maid yang menatap dirinya dengan penuh ketakutan. Terlebih sangat menyiksa saat melihat Maid itu menutup matanya kala ia mengangkat salah satu tangannya ke udara. Maid tersebut takut jika apa yang dihidangkan tidak sesuai dengan kemauan Naruto. Namun, Bukan sebuah tamparan yang bersarang di pipinya ataupun perlakuan kasar yang diterima melainkan sebuah dekapan hangat dari pemuda gempal itu.

"Maafkan aku, Touwa. Aku sudah salah selama ini dan selalu menyakitimu." Mendengar itu membuat Maid dengan nama Erio Touwa terkejut. Dirinya tidak menyangka akan menerima perlakuan seperti ini dari Tuan-nya.

"Aku, Namikaze Naruto, Dengan tulus meminta maaf kepada mu dan maukah kau memberikanku kesempatan kedua?" Bahu gadis itu bergetar saat mendengar perkataan tersebut dan dapat Naruto rasakan kalau perutnya saat ini basah karena air mata.

"Hikss..Ji... Jika, Anda dapat berubah menjadi lebih baik dan bersumpah untuk tidak pernah melakukan apa yang telah anda lakukan sebelumnya, Maka saya akan memaafkan Tuan. Lalu, Mungkin ini terdengar lancang namun kumohon buatlah wilayah ini maju tanpa adanya rakyat yang tertindas."

Puk...

"Tentu jika dengan itu kalian semua dapat memaafkan diriku. Aku bersumpah untuk membantu rakyat dan juga wilayah ini. Percayalah padaku Touwa karena aku, Namikaze Naruto, Tidak akan pernah menarik kata-kata ku!" Mendengar itu semua, Touwa hanya bisa menangis dalam dekapan Naruto dan juga sedikit menikmati belaian pada kepalanya.

Inilah orang yang ia cintai sejak pertama kali dirinya di ambil dari jalanan. 10 tahun yang lalu, Saat Ibunda dan juga Lord di wilayah ini, Uzumaki Kushina wafat, Dirinya ingin sekali berada di samping Naruto saat dirinya merasakan sakit. Dan karena hal tersebutlah, Dirinya memiliki sebuah penyesalan. Jika saja saat itu dirinya ada di samping Tuan-nya, Jika saja saat itu dirinya menjadi seseorang yang menjadi support untuk Tuan-nya, dan jika saja semua itu tidak pernah terjadi. Mungkin Tuan yang ia layani tidak akan menjadi pemimpin yang memiliki cap ' Tidak berguna'.

Karena hal tersebutlah beberapa tindakan tidak berguna dilakukan atas nama 'Duke Namikaze' terjadi. Pesta pora, Memperlakukan pelayan layaknya budak, Kekerasan, dan bahkan hampir memperkosa teman yang sudah bersamanya sejak kecil. Namun, Touwa dan semua penghuni Mansion itu selalu berharap jika suatu saat Tuan yang mereka layani akan berubah.

"Dan Arthuria, Aku minta maaf jika saat itu aku hampir memperkosa dirimu. Aku tidak bisa berfikir dengan jernih saat itu dan aku juga tidak sadar jika seseorang yang melahirkanku juga seorang wanita sama sepertimu. Jadi, Maukah kau memaafkan diriku?" Arthuria terkejut atas tindakan Naruto. Bukan karena permintaan maafnya melainkan pemuda itu menundukkan kepalanya setelah melepaskan Touwa dari dekapannya. Tidak terlalu tegap untuk terlihat tidak sopan, Juga tidak terlalu rendah untuk menunjukkan kalau dirinya lebih rendah dari Arthuria. Namun untuk Arthuria sendiri, Dirinya tahu kalau itu adalah sebuah penghormatan dan juga permintaan maaf dari seseorang dengan jiwa ksatria. Karena hal tersebutlah, Arthuria berlari kearah Naruto dan mengangkat bahu Tuan-nya agar kembali tegap.

"Aku selalu memaafkan tindakanmu, Naruto-sama. Aku selalu mengerti tentangmu, Aku mengerti penderitaanmu, dan aku juga mengerti rasa sakitmu. Maafkan aku, Mungkin ini terdengar lancang namun sebagai syarat untuk memaafkan mu, Kami semua, Orang-orang yang berkerja di kediaman ini, Meminta anda untuk memajukan wilayah ini. Jangan ada lagi tangis air mata seorang bayi, Jangan ada lagi anak-anak yang mencuri, dan jangan ada lagi orangtua yang meninggal karena kelaparan." Mendengar itu Naruto tersenyum karena perkataan sahabatnya ini. Dirinya tidak akan pernah menjadi Letnan jika tidak berani mengambil semua resiko di depan matanya.

"Asal kau tau, Arthuria! Semakin kau menantang diriku maka aku semakin senang karena tantangan tersebut. Berikan aku waktu selama 40 hari dan aku akan menjadikan seluruh wilayah ini menjadi stabil. Seluruh! Bukan hanya wilayah Namikaze saja namun seluruh wilayah bangsawan yang berada di bawah naungan ku." Ucapnya dengan lantang namun semua itu hancur saat suara yang sangat besar terdengar dari perut Naruto yang berisi gumpalan lemak. "Tapi sebelum itu, Aku akan memakan makan siangku dulu."

Kemudian Naruto berjalan ke arah meja kerjanya. Disana terdapat nampan berisi berbagai macam makanan di atasnya. Naruto mengambil sebuah roti lalu membelahnya menjadi dua dan menaruh daging dan di atas potongan roti itu, Kemudian menaruh sisi roti yang lain tepat di atasnya.

"Siap dimakan." Ujarnya kala menggigit roti lapis itu dan memakannya. Tak jauh dari Naruto yang menikmati makanannya terdapat Arthuria dan juga Touwa yang menatap Naruto dengan wajah heran. Heran karena mereka tidak tau apa yang sedang di makan oleh tuan mereka.

"Naruto-sama, Maafkan aku tapi apa yang sedang Naruto-sama makan?" Seorang gadis berambut biru bertanya pada Naruto, Gadis itu adalah Touwa dan karenanya Arthuria juga antusias menunggu jawaban Naruto.

'Jika aku menjawab ini adalah Sandwich maka akan menimbulkankan masalah, kan?'Pikir Naruto.

"Entahlah, Aku juga membuatnya tanpa sadar. Namun jika harus menamai makanan ini, Maka akan ku namai 'Roti Lapis' karena isinya berlapis-lapis. Menurutku makanan ini cocok untuk orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka sampai tidak memiliki waktu untuk menikmati makanan karena pembuatannya yang mudah dan juga tidak memakan waktu yang lama. Dan menurutku sepertinya makanan ini cocok untuk menu makan di pagi hari karena cocok untuk orang-orang yang harus pergi bekerja." Penjelasan Naruto seakan-akan tidak memasuki telinga kedua gadis itu. Mereka hanya fokus pada roti lapis yang ada di tangan Naruto karena mereka sendiri ingin mencoba makanan tersebut dan itu juga tidak lepas dari pengamatan tokoh utama di serial ini.

"Touwa, Kemarilah..." Ucapnya dengan suara yang sangat halus dan tangannya menurunkan roti lapis itu di meja. "Aku akan mengajarkanmu untuk membuat menu ini. Perhatikan baik-baik karena aku hanya akan memberitahumu sekali saja. Dan kalau kau sudah paham, Mulai besok berikan roti lapis ini sebagai menu sarapan bagi semua orang di mansion ini. Ahh... Aku hampir melupakannya, Ajari chef di barak prajurit untuk membuatnya." Dan kemudian, Naruto mengajarkan Touwa untuk membuat Roti lapis. Sebuah kreasi makanan yang dibuat oleh Naruto. Melihat kedua gadis dihadapannya membuat Naruto tersenyum saat melihat senyuman di wajah mereka berdua sangat menikmati makanan tersebut. Dan dirinya sendiri baru tahu jika Arthuria memiliki nafsu makan yang sangat besar.

-_-_-

Setelah makan siang, Naruto kembali mengerjakan tugasnya sebagai pemimpin wilayah dan tentu saja Arthuria setia disampingnya sebagai asisten yang membantu Naruto merapikan semua berkas. Sesekali Naruto meminum teh yang ada di meja kerjanya sekedar merelakskan pikiran.

"Hmmm... Arthuria, Bagaimana dengan proyek yang ku perintahkan kau untuk mengerjakannya kemarin?" Mendengar pertanyaan Naruto, Arthuria meletakkan kertas-kertas di meja dan mulai berbicara.

"Pekerjaan yang anda berikan sudah saya laksanakan. Sesuai perintah anda, Saya sudah memberikan perintah pada 50 warga sipil untuk mengumpulkan getah dari pohon Swarda." Pohon Swarda, Mungkin saja jika di bumi pohon itu sejenis dengan pohon penghasil getah karet. Pengetahuan yang ia terima tentang dunia ini sedikit demi sedikit mulai memasuki pikirannya dan berawal dari pemanfaatan pohon swarda.

"Semua orang mengikuti instruksi yang anda berikan untuk melukai pohon tersebut. Dengan tawaran berupa 5 koin emas selama 1 bulan bekerja tidak membutuhkan waktu lama untuk merekrut warga sekitar wilayah kita, Dan total pohon yang sudah mulai di sadap mencapai seribu pohon. Tapi Naruto-sama, Maafkan saya jika ini lanang, Aku masih tidak paham apa yang akan anda lakukan dengan getah dari pohon Swarda."

"Tunggu saja dan lihat, paham?" Mendengar itu membuat Arthuria menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia paham dengan maksud Tuan-nya itu. "Gunakan rumah yang ditinggalkan penduduk kita untuk menyimpan getah-getah itu. Pindahkan orang-orang dari area penyimpanan getah itu karena setelah beberapa hari akan tercium bau yang sangat menyengat karena getah tersebut."

Tak terasa hari menjelang petang, Pekerjaan yang Naruto lakukan dari awal matahari terbit sudah ia selesaikan. Dirinya saat ini berada di sebuah lapangan, Bukan lapangan tempat para tentara berlatih namun ini adalah lapangan di sekitar pekarangan Namikaze Mansion. Keringat membanjiri tubuhnya dan nafasnya pun tersengal-sengal karena efek samping dari memiliki tubuh yang tidak sehat.

'Sialan, Tak kusangka jika memiliki tubuh seperti ini akan membuatku tersiksa.' Pikirnya saat itu dan tak jauh dari lapangan itu, Seorang gadis dengan warna rambut sama seperti Naruto berdiri mengawasinya dengan wajah yang seakan-akan dirinya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ujaran kebencian, Perkataan kotor, dan juga beberapa kata yang Arthuria tidak paham keluar dari mulut Naruto. Yah, Gadis itu sedang melihat jati diri dari 'Letnan Uzumaki Naruto'.

Setelah hampir satu jam berlari, Tubuh Duke muda itu tumbang. Keringat membanjiri semua pakaian yang ia kenakan. Memandangi langit yang memerah membuat dirinya merasakan perasaan yang aneh, Seakan-akan kehidupan yang saat ini ia rasakan hanyalah mimpi semata. Naruto terus menikmati pemandangan tersebut sampai seseorang datang membawakan dirinya handuk dan juga air.

"Terima kasih, Touwa." Ujar Naruto saat mengambil air dan juga handuk yang dibawakan Touwa.

"Touwa untuk menu makan malam, Bisakah kau menghilangkan sayur-sayuran yang memiliki rasa pahit?" Tanya Naruto dan Touwa menganggukkan kepalanya tertanda kalau ia dapat melakukan tugas itu. "Ahh... Sayuran itu jangan kau masak. Cukup cuci bersih dan bawakan sayur-sayuran itu ke ruangan ini." Setelahnya Touwa pergi dengan terburu-buru membawa nampan menuju bagian dapur mansion dan tentunya membuat Naruto sweatdrop.

"Naruto-sama..." Seketika Naruto tersadar karena mendengar suara dari seseorang memasuki indra pendengarannya."... Saya ingin memberi tahu perihal surat undangan untuk bangsawan pengikut anda. Baron Sieg, Viscountess Catina, Earl Alucard, Ketiga Count utama, Marquess Uchiha dan juga Marquess Uzumaki akan datang ke dalam rapat. Dan sayangnya masih ada 5 Baron, 4 Viscount, 3 Earl yang menolak bertemu dengan anda." Tepat seperti yang ia perkirakan kalau ada saja bangsawan yang menghiraukan panggilan dari dirinya. Tidak ada yang salah jika mengingat kalau Naruto adalah seseorang yang tidak kompeten namun kali ini akan berbeda.

"Sudah ku duga akan seperti ini jadinya. Arthuria, Kirimkan surat undangan tersebut untuk kedua kalinya kepada para bangsawan bajingan itu. Kali ini katakan kepada mereka kalau aku, Namikaze Naruto, Dengan segala wewenang yang ku miliki sebagai pangeran dan juga Duke kerajaan ini, Akan menyeret mereka semua untuk menemuiku." Ucap Naruto dan sebagai tanggapan Arthuria menganggukkan kepalanya.

"Lalu Naruto-sama, The Old Man From The Mountainmenolak permintaan anda dan meminta anda menemuinya secara pribadi." Mendengar itu Naruto menganggukkan kepalanya karena ia tau dengan siapa dirinya berurusan. Bukan orang biasa atau bangsawan namun orang yang melindungi kerajaan dari balik bayangan, Jadi dirinya tidak bisa asal melangkah untuk mendapatkan kepercayaannya.

Kemudian setelah perkara yang dibawa Arthuria terselesaikan, Naruto bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati jajaran senjata untuk berlatih. Tangan pemuda itu terangkat dan menggapai sebuah tombak, Walaupun di kehidupan sebelumnya Naruto tidak memiliki waktu untuk berlatih menggunakan tombak namun bukan berarti ia tidak bisa menggunakannya, belum lagi dengan ingatan 'Namikaze Naruto' yang sudah selesai ia terima beberapa hari yang lalu.

Swush... Jleb... Jleb... Tuk...

Dengan terampil ia mengayunkan tombaknya lalu sedikit memutarnya dan menusuk ke arah depan beberapa kali hingga berakhir dengan memukulkan ekor tombak pada tanah.

"Arthuria, bisa kau temani aku latihan?" Tanya Naruto sedangkan Arthuria hanya tersenyum lalu mulai membuka roknya dan menunjukkan celana panjang berwarna hitam. Gadis itu berjalan sejenak kearah pajangan senjata lalu mengambil sebuah pedang dari tempatnya.

"Arthuria, Swordmanmenyetujui permintaan anda untuk latih tanding bersama." Mendengarnya Naruto hanya tersenyum melihat sikap ksatria yang Arthuria tunjukkan di hadapannya. Saat Arthuria yang bersiap dengan awalan Sword Style miliknya, Naruto juga mulai bersiap. Kaki kanan yang sedikit maju guna menopang beban tubuhnya dan menghunuskan mata tombak ke arah depan.

Swush...

Suasana di sekitar mereka berdua tiba-tiba menjadi hening bahkan suara angin pun terdengar saat menyapu dedaunan di pohon. Suasana tersebut tetap bertahan hingga keduanya melesat maju. Arthuria yang menggunakan pedang sedikit tertekan karena jarak serang pedang sangat pendek jika dibandingkan dengan tombak, Namun jangan panggil dirinya seorang swordman kalau hal sekecil ini saja ia tidak bisa melawannya.

Trank... Trank... Trank...

Benturan, Tebasan, Tusukan keduanya lakukan guna membuat masing-masing lawan mundur. Walaupun ini hanyalah sebuah latihan terlihat Arthuria dan Naruto tengah tersenyum saling menikmati pertarungan mereka.

"Diriku tak menyangka jika dalam satu minggu ini anda memiliki peningkatan yang begitu tajam. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika anda sangat hebat dalam bermain tombak, Tuan."

"Tidak juga! Kumohon jangan memujiku, Art-chan. Karena aku tau kalau kau mengeluarkan semua kemampuanmu, Maka aku tidak akan memiliki kesempatan untuk setara. Maka dari itu aku harus lebih kuat!" Ucap tegas Naruto. Dirinya memang lemah karena tidak adanya master ataupun pelatih yang melatih dia untuk menguasai senjata-senjata yang ada. Namun dirinya yakin jika suatu saat, Dengan takdir yang diberikan kepadanya, Dirinya akan bertemu dengan seorang master yang akan mengajarkannya.

"Baiklah mari kita kita tutup latih tanding kita karena hari makin larut." Dan dengan begitu pertandingan antara Naruto dan juga Arthuria berakhir dengan seimbang antara keduanya. Setidaknya untuk saat ini.

-_-_-

Hari telah berganti, Sekarang Naruto sudah disibukan dengan dokumen-dokumen yang menumpuk tanpa seorangpun yang membantu. Arthuria sedang mengawasi pemindahan getah pohon swarda dan untuk Touwa sedang mengurus kebun bunga di belakang mansion. Dan untuk hari ini, Dirinya sudah memutuskan untuk merekap dan juga mencari kecacatan pada laporan dari bangsawan diwilayahnya.

Sebelum melakukan penangkapan dan juga eksekusi, Dirinya harus melakukan penyidikan dan menemukan bukti tindakan korupsi. Pertemuan yang direncanakan sebelumnya hanyalah pancingan yang dirinya letakkan dengan sengaja dan dengan beberapa manipulasi dan juga umpan yang tepat, Maka kepercayaan rakyat dan juga opini publik kepadanya akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Membunuh dua burung dengan sebuah batu. Namun...

"Cacat! Laporan konyol macam apa ini, hah! Dengan dana sebanyak5000keping emas seharusnya lebih dari cukup untuk membuat jalur perdagangan. Upah pekerja dan harga bahan baku seharusnya dapat dengan mudah ditutupi dengan uang sebanyak itu. Namun bajingan ini meminta tambahan dana?" Pemuda itu terdiam dan memilih memijat keningnya dan senyum masam tercetak dengan jelas di wajahnya. Ini baru kasus pertama yang ia dapati dari laporan tersebut dan masih ada puluhan laporan yang harus ia lihat.

"Astaga, Banyak sekali yang harus ku kerjakan hari ini." Ujarnya dan kemudian dirinya melanjutkan membaca semua laporan tersebut dari pagi sampai sore. Terkadang tanpa diminta, Touwa membawakan teh ataupun camilan manis untuk menemani dirinya dan hasilnya ialah kantung mata yang berada di bawah matanya karena ia merekap semua laporan tersebut hingga hari menjelang malam.

Dan inilah harinya, Hari dimana dirinya akan merubah pandangan tentang Namikaze Naruto. Pagi tadi para bangsawan yang ia undang sudah datang tanpa terkecuali, Entah karena takut dengan ancaman yang Naruto berikan atau apa. Saat ini didalam ruangan pertemuan, Terdapat bangsawan yang menjadi pengikutnya semenjak masa ibunda Uzumaki Kushina memimpin menggantikan dirinya.

6 Baron, 5 Viscount, 4 Earl, 3 Count, dan 2 Marquess yang saat ini duduk menghadap kearah meja bundar dengan Naruto sebagai tuan rumah. Mereka semua menatap Naruto dengan ekspresi yang berbeda-beda. Segan, Bangga, Takut, Khawatir dan di antara 20 orang bangsawan yang Naruto undang, Hanya ada seseorang yang menunjukkan ketidaksopanan. Seorang bangsawan dari strata Viscount datang dalam keadaan mabuk namun Naruto menghiraukan pria tersebut.

"Baiklah karena semua sudah berkumpul maka..."

Brakk...

"APA-APAAN INI, HAH? Naruto-sama, Ayo kita minum-minum dan jangan bertindak BODOH SEPERTI INI!"

Naruto yang dengan lantangnya membuka pertemuan tiba-tiba mengeraskan wajahnya saat seorang Viscount menggebrak meja diikuti dengan teriakan ala orang mabuk. Beberapa orang memandang pria itu dengan wajah penuh amarah namun berbeda dengan Naruto.

"Hmm... Apa itu Alkohol?" Tanya Naruto dengan satu tangan tepat di dagunya. Dari ekspresi Naruto terlihat bahwa dirinya seakan tertarik dengan ajakan orang itu. Dan tanpa diketahui siapapun, Arthuria yang berdiri dibelakang Naruto, Mengepalkan tangannya sampai kuku-kukunya memutih.

"Tentu saja, Ada banyak sekali alkohol untuk anda nikmati dan juga aku akan memanggil wanita dari pelacuran dan tentunya dengan tubuh yang siap anda nikmati."

'Orang ini! Setiap kali ada pertemuan dia selalu menggoda Naruto-sama dan membuat Naruto-sama menjadi malas!'

"Viscount Yama, Apa kau sudah gila?" Wajah Naruto terlihat sedikit mengelap. Orang dihadapannya adalah salah satu dari sekian banyak parasit diantara pengikutnya dan karena hal tersebutlah dirinya sendiri sangat marah karena hal tersebut.

"HAH? APA ANDA SUDAH GIL..."

Swush... Prank...

Sebelum orang itu menyelesaikan ucapannya, Sesuatu meluncur dan menghancurkan botol kaca yang ia pegang membuat anggur di dalamnya mengotori lantai.

"Untuk yang selanjutnya, Aku pastikan akan melubangi kepala mu..." Ucap Naruto, Kemudian pemuda itu berdiri dari duduknya dan membuka sebuah buku. "... Viscount Yama, Ada beberapa hal yang harus kau ketahui tentang diriku. Pertama, Aku adalah pemimpin tertinggi di wilayah ini dan kalian semua adalah pengikutku. Kedua, Diriku adalah seorang pangeran dari kerajaan ini. Ketiga, Kau adalah salah satu alasan kenapa wilayah ini tidak berjalan semestinya." Kata-kata yang di keluarkan pemuda itu cukup untuk membuat semua orang di ruangan itu terdiam. Semua orang tahu walaupun Naruto adalah orang yang tidak kompeten dalam hal mengurus wilayah namun dalam hal sihir Naruto adalah orang yang lumayan hebat. Namikaze Naruto, Seorang pemuda berumur 17 tahun yang menjadi Magician Gold Tier karena usahanya sendiri.

Krieet...

Pintu ruangan itu terbuka dan derap langkah lempengan besi memasuki ruangan itu, Pasukan infantri yang sengaja Naruto siapkan untuk menangkap orang-orang yang sudah ia anggap sebagai Hama di wilayahnya.

"Viscount Yama, Baron Yaqrieq, Earl Lumine, Earl Borguird, Viscount serfri, dan7orang yang ada di dalam daftar ini. Mereka adalah orang-orang yang bertanggungjawab atas terhambatnya perkembangan wilayah ini. Tangkap mereka semua dan lakukan eksekusi publik besok. Bawa mereka ke penjara, dan tangkap semua anggota keluarganya kecuali anak-anak di bawah umur3tahun dan seorang bayi." Mendengar titah Naruto, Semua tentara itu menangkap para bangsawan yang ada dalam daftar hitam. Sebelumnya Naruto sudah menyerahkan nama-nama target pada kepala penjaga yang merupakan sahabat Naruto sejak kecil dan karenanya mereka dapat bertindak cepat.

"Semua sudah di tangap, Naruto-sama!" Suara itu adalah suara yang keluar dari mulut seorang pemuda yang seumuran dengan Naruto. Rambut hitamnya sedikit acak-acakan namun tetap menampilkan wajah tampannya dan sebuah pedang tergantung di pinggang pemuda itu.

"Terima kasih atas kerja kerasmu, Ikki. Singkirkan semua hama itu dari hadapanku..." Melihat Ikki mulai pergi bersama dengan pasukannya, Naruto mulai duduk di kurisnya. "Baiklah, mari kita lanjutkan pertemuan ini tapi sebelumnya..."

Duk...

Semua orang di ruangan itu terdiam melihat tingkah laku tuan mereka. Tuan mereka, Namikaze Naruto, sedang menundukkan kepalanya dan sedikit membentur meja "... Aku, Namikaze Naruto, Ingin meminta maaf kepada kalian semua karena apa yang sudah ku lakukan selama ini. Aku tahu bahwa diriku tidaklah pantas untuk memimpin kalian semua tapi kumohon, Sekali lagi, Kumohon ulurkan tangan kalian dan tuntunlah diriku demi wilayah ini. Jika aku salah tolong jangan segan untuk mengatakan kalau aku salahdan tunjukkan apa kesalahanku. Jika aku benar, Kumohon jangan memujiku karena itu semua ku lakukan untuk rakyat yang ku cintai."

Semua orang terdiam karena terkejut mendengar penuturan dari pemuda berusia 17 tahun yang sekarang sudah menjadi dewasa. Kemudian suara tepuk tangan menggema di seluruh ruangan tersebut, Beberapa orang tertawa melihat wajah Naruto yang seakan-akan bertanya tentang apa yang terjadi dan beberapa hanya tersenyum melihat tuan mereka.

"Tuan, Seorang pemimpin akan selalu berdiri di depan namun seorang pemimpin tidak layak jika tidak dapat dipercaya. Kami juga memiliki mimpi untuk wilayah ini karena hal itulah, Aku, Viscountess Catina, Akan mengulurkan tanganku untuk kedua kalinya." Ujar seorang wanita muda berambut putih lengkap dengan dress berwarna putih dibalut dengan jubah bangsawan berwarna hitam, Tampak anggun dan juga elegan pada saat yang bersamaan.

"Tentu saja, Naruto-sama. Aku Earl Alucard, Aku akan memberikan jiwa dan raga ku untuk anda." Kali ini seorang pria berambut putih sedang tersenyum kepada Naruto. Pria itu pada awalnya adalah seorang Demon Hunter yang bekerja menumpas Demonkin yang berkeliaran mengganggu kedamaian di pinggiran wilayah ini. Namun semua berubah karena jasa-jasanya hingga ia menjadi seorang Earl di wilayah Naruto. Seorang Hybrid yang dikatakan abadi, Seorang Half-Vampire yang sangat mencintai manusia dan memilih untuk hidup berdampingan, Alucard.

"Apa yang dikatakan Alucard-dono benar, Tuan. Kami semua akan selalu mendukung anda dan mengulurkan tangan untuk anda. Walaupun anda masih muda tapi sudah menjadi tugas kami semua sebagai golongan tua untuk menuntun anda. Kami menunggu titah anda." Ucap seorang pria berambut hitam lengkap dengan wajah datar yang sudah sangat iconic untuk rekannya. Seorang Marquess yang memiliki hubungan erat dengan keluarga Senju dan juga Uzumaki. Sebuah keluarga bangsawan yang diberkati oleh Agni, Sang dewi api untuk hidup berdampingan dengan api itu sendiri. Salah satu dari 3 keluarga yang disegani di Kerajaan ini, Uchiha, Sedang tersenyum kepadanya.

' Jangan terburu-buru. Perbaiki satu per satu masalah yang ada dan jangan bertindak gegabah.' Pikirnya di tengah kebahagiaan para Loyalis yang mengikuti Naruto ada seseorang yang sangat teramat bahagia. Seorang gadis berambut pirang sedang menangis dalam diam dengan air mata yang membasahi pipinya.

'Kushina Baa-sama, Apakah anda lihat itu? 4 tahun setelah kematian anda, Naruto berduka dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sekarang ia bangkit dari masa kritisnya, Ia membuat revolusi dan menjadi sosok baru, Apakah anda lihat itu Kushina Baa-sama? Aku harap anda bangga pada anak anda dan aku sebagai Pengawalnya, Sahabatnya, dan juga Keluarganya akan selalu mendukungnya apapun yang terjadi.'

-_-_-

Keesokan harinya, Semua rakyat tak peduli darimanapun berkumpul di alun-alun kota wilayah Namikaze. Pada pagi hari mereka semua terkejut saat melihat 12 bangsawan dari berbagai strata diseret bersama dengan keluarga mereka. Rantai di kaki dan tangan mereka menjadi bukti kalau mereka semua adalah tahanan. Namun kenapa? Apa yang sedang terjadi?

Rasa penasaran membuat semua orang berjalan berdampingan mengikuti para ksatria. Disinilah mereka semua, Di sebuah alun-alun dengan sebuah panggung yang terbuat dari kayu dan di panggung tersebut berdirilah seseorang yang amat mereka benci. Duke bodoh yang tidak dapat mengurus wilayahnya dengan baik ditemani seorang algojo yang tersenyum saat melihat para bangsawan naik ke atas panggung.

"Rakyatku! Para bangsawan ini adalah binatang yang menjadi penyebab terhambatnya kemajuan wilayah ini. Pemungutan pajak yang teramat besar, Penindasan terhadap rakyat, Penyalahgunaan kekuasaan, dan juga bisnis ilegal yang ditutupi dengan baik."

"Baron, Viscount, Earl... Para bangsawan yang ada di hadapan kalian adalah orang-orang yang selama ini bertanggungjawab atas penderitaan kalian. Catat itu dalam ingatan kalian! Dan dengan segala wewenang yang ku miliki, Aku memberikan hukuman mati kepada mereka karena membuat rakyatku menderita. Algojo, Ku serahkan mereka kepada mu." Algojo itu menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah salah satu dari para bangsawan itu.

"Jangan... Kumohon... Arggh!" Teriakan yang terdengar disana adalah parade kematian yang menghibur bagi para rakyat. Akhirnya, tuan mereka bergerak dan juga para bangsawan sudah di hukum di depan mata mereka membuat mereka mulai menaruh hormat kembali pada tuan mereka.

"Baiklah, aku minta perhatian kalian kemari." Mendengar ucapan Naruto, Semua orang mengalihkan pandangannya dan menghiraukan eksekusi umum di hadapan semua rakyat. Namun semua orang disana terkejut, Tak terkecuali algojo dan para bangsawan yang masih hidup karena melihat Naruto bersujud kearah rakyatnya.

Keheningan melanda semua tempat karena sikap Naruto. Selain menjabat sebagai Duke, Naruto juga adalah seorang Pangeran dari kerajaan yang mereka tinggali saat ini jadi semua orang terkejut melihat sikap Naruto yang sedang bersujud di hadapan mereka semua.

"Kumohon maafkan aku!" Semua orang terdiam mendengarnya, Mereka bingung kenapa seorang pangeran menundukkan kepalanya dihadapan rakyat yang kastanya jauh dari dirinya. Lain halnya dengan Naruto, pemuda itu sedang tersenyum dan senang karena mendapatkan simpati dari semua orang.

"Aku tahu kalau diriku memang tidak pantas untuk menjaga dan memberikan kesejahteraan untuk kalian semua, Rakyatku. Aku hanyalah sampah, Seorang pemimpin yang hanya diam saat melihat rakyatnya menderita selama ini."

"Tidak Naruto-sama, Maafkan kami karena sudah salah paham selama ini!" Teriak seorang rakyat di bawah tribun. Walaupun tidak sopan untuk menyela saat seseorang sedang berbicara, Apalagi untuk seorang pangeran, Namun kali ini Naruto sudah mempersiapkan semuanya dan memberitahu divisi ksatria.

"Ya, Anda sudah bekerja dengan keras untuk menemukan kebusukan para bangsawan ini." Mendengar pembelaan itu, Membuat senyum yang Naruto senyumbunyikan dibalik 'Sujud'-nya bertambah lebar karena mendapatkan simpati dari rakyat dan namanya sendiri sudah dibersihkan.

"Lalu..." Ucapnya dan kemudian Naruto bangkit dari posisinya hingga berdiri dengan tegap menghadap semua orang. "... Aku ucapkan selamat kepada kalian! Berbanggalah karena sudah melewati ujian kesetiaan dariku! Sebenarnya selama empat tahun ini, aku selalu memantau semua yang terjadi di wilayah ini. Aku memilah orang-orang yang setia kepadaku dan orang-orang yang tidak setia kepadaku. Karena itulah selama ini aku membuat kalian menderita! Namun Aku berjanji bahwa aku akan membayar atas apa yang sudah kalian lewati untuk mendapatkan kepercayaan dariku." Tangisan kebahagiaan seketika pecah saat itu juga. Aroma amis darah mereka hiraukan dan sorak sorai kebahagiaan terdengar dengan keras. Kepercayaan seorang pangeran adalah sesuatu yang mahal dan akhirnya mereka mengetahui alasan dari semua penderitaan mereka selama ini.

"Aku berjanji dihadapan para dewa, Bahwa aku tidak akan pernah istirahat dan tidak akan pernah meninggal jika rakyatku belum bahagia!" Ucap Naruto dengan lantang dan karenanya petir menyambar sebagai jawaban atas janji yang diucapkannya tadi.

Pada akhirnya, Kehidupan yang penuh suka cita dipinggir kerajaan Airia yang berbatasan langsung dengan benua iblis mengalami perubahan. Sorak sorai dan juga suka cita tercetak di wajah orang-orang dan untuk memeriahkan hal tersebut, Naruto mengadakan pesta rakyat selama semalam. Pesta yang membuat semua bangsawan melepas status mereka untuk hidup dengan bercengkrama bersama dengan rakyatnya sebagai sesama manusia.

-_-_-

To Be Continue

-_-_-

Hmm... Sebelumnya saya meminta maaf karena terlalu lama untuk melakukan Publish. Namun untuk sementara saya akan melakukan publish dengan 4 chapter terlebih dahulu.

Tidak ada yang spesial hanya pembenaran beberapa Typo dan juga beberapa tambahan untuk memperjelas situasi di dalam Fic ini.

Saya tidak tau kalian suka versi Remastered ini atau Versi yang sebelumnya, Jadi mohon beri masukan kalian di kolom Review

SetsunaZ1, Out

-_-_-

-_-_-

-_-_-

Epilogue

Gelap sekali bukankah sebelumnya aku sedang berpesta bersama dengan orang-orang di alun-alun?

"Selamat datang kau yang menempati tubuh ku."

Suara? Siapa? Hey, Kau siapa? Kau bukan hantu, kan? Ayolah, Aku takut hantu jika kau adalah manusia, Aku berani melawanmu.

"Aku ada di belakangmu."

Ahh... Sial. Ternyata itu kau Namikaze sialan!

"Yah, Maafkan aku Uzumaki-san tapi terima kasih karena sudah membuat semua orang memaafkan diriku. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang. Tapi sebelum aku pergi, Aku akan memberitahu siapa diriku. Kau siap?"

Mau tak mau aku harus siap, kan? Jadi apa yang mau kau katakan? Informasi yang berharga, kah?

"Baiklah, Sebelumnya aku memberitahumu bahwa di dunia ini ada sesuatu bernama Magic dan kau sudah mengetahuinya karena kau sudah pernah menggunakannya. Aku adalah Magician Gold Tier Six Stars dan karena aku fokus pada ilmu sihir, Aku tidak terlalu peduli pada persenjataan jadi akan tampak aneh jika aku bisa bermain pedang atau tombak."

"Lalu, Demon Beast. Entitas yang merupakan monster-monster berbahaya yang dibagi menjadi 10 Tier dari Human sampai Heavenly dan di dalam tubuhmu ada salah satu dari Heavenly Tier Demon Beast tersebut, King of King, Regulus. Regulus tersegel didalam tubuhku."

"Dan satu lagi, Aku sangat mencintai rakyatku. Saat aku menenggak racun yang ku minum, Aku memikirkan kesejahteraan rakyat yang ku tinggalkan namun aku tidak kuat dengan ujian yang ku hadapi. Jadi, Kumohon lindungilah rakyatku."

"Dan terakhir, Aku dan Arthuria pernah terlibat urusan asmara saat berusia 14 tahun. Jadi jangan merasa terganggu dengan perhatiannya kepadamu, Uzumaki-san."

Aku tau pada saatnya aku akan bertemu dengan pemilik tubuh babi yang saat ini ku tempat dan segala rahasia yang akan diberitahukan kepadaku. Namun apa-apaan ini, Arthuria dan dirimu pernah saling mencintai?

Ahh.. Sudahlah, Sekarang untuk tetap hidup aku menggunakan tubuhmu dan sebagai ucapan terima kasih aku akan membersihkan nama mu. Karena mau bagaimanapun, Aku sekarang yang menanggung semua dosa mu. Namun bolehkah aku memukul mu? Sekali saja!

Buagh...

"Sialan! Tak ku sangka jika kau akan memukulku. Sudahlah, Terima kasih atas bantuanmu. Aku permisi."

Hah? Hanya itu? Hufft... Terserahlah, Do'a kan aku dan sampaikan salam ku untuk Dewa itu.