Disclaimer : Gege Akutami
A Fanfiction by Noisseggra
Pair : Gojo X Sukuna
Genre : Drama, Romance
Warning : YAOI, BL, SHOUNEN AI, RATED M, AU (Alternate Universe), maybe typo (s), probably OOC,
You have been warned !
Entah kesambet setan mana tiba-tiba nemu ide ini dan pengen langsung ditulis XD
Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V
.
.
Heartbreak Night
.
.
"Jadi…begitulah," ucap seorang remaja bersurai pinkish dengan mata berbinar. Ia merangkul pundak seorang cowok bersurai hitam berantakan yang muka nya lempeng meski di pipi nya ada semburat merah. "Kami…memutuskan untuk pacaran."
Glegaarr…!
Aura pink bunga-bunga dan bling-bling yang terpancar dari mereka berdua, berbanding terbalik dengan aura horror dan gelap dari dua pria lain di hadapan mereka. Seorang pria bersurai perak yang kini menumpahkan bir dari mulutya tanpa sadar, dan seorang pria bersurai pinkish sama dengan remaja tadi yang bahkan malah meminum bir ke pipi nya, membuatya menyiram sofa tempat ia duduk.
.
~OoooOoooO~
.
"Aaaaaahhhhhh aku tidak terima ini!" ucap pria bersurai perak menenggak habis segelas besar bir di tangannya. Ia membanting gelas itu ke meja. "Padahal aku sudah mendekatinya dan berniat mengatakan cinta! Tapi Yuuji malah memutuskan pacaran dengan Megumi?! Yang benar sajaaaa!"
"HUUHH?! Jangan coba-coba mendekati adikku, Gojo Satoru bangsat. Kau terlalu tua untuknya!" omel pria bersurai pinkish dengan tubuh penuh tattoo termasuk di wajahnya.
"HUUHH, bukannya kau sendiri juga mengincar anakku Megumi yang manis, Sukuna sialan! Kau bahkan lebih tua dariku, aku tidak akan pernah mengijinkanmu mendekati Megumi!"
"Kehh, apapun itu tapi pada akhirnya malah mereka berdua memutuskan untuk pacaran. Kita ini sama menyedihkannya."
Dan mereka pun pundung bersama. Bartender yang melayani mereka hanya menatap sweatdrop mendengarkan ocehan keduanya mengenai kehidupan cinta mereka. "Sepertinya kalian mengalami hari yang berat," ucap bartender itu mencoba menghormati tamu nya dengan memulai percakapan.
"Guhhaaa…Master, cowok yang kusukai malah memutuskan untuk pacaran dengan anakku. Aku patah hati," Gojo mulai menangis bombay.
Si bartender hanya bisa sweatdrop, tidak tahu harus merespon apa. Fakta bahwa Gojo menyebut orang yang disukai nya adalah cowok, dan pacaran dengan anaknya, yang berarti cowok itu masih di bawah umur, membuat si bartender diam seribu bahasa. Pedophile, dan gay. Informasi itu terlalu muluk untuk ia cerna. Haruskah ia melapor pada polisi?
"Diam brengsek, yang kesal bukan kau saja," omel Sukuna. "Padahal aku juga sudah merencanakan liburan bareng Megumi. Tapi sekarang sia-sia semua rencanaku."
"Sudah kubilang aku nggak akan merestui anakku Megumi denganmu!"
"Huuuhh, aku juga tidak merestui adikku Yuuji untuk kau sukai."
Si bartender benar-benar tak habis pikir. Kedua tamu nya itu sama saja rupanya. Apa tidak apa-apa kalau dibiarkan? "Umm…Okyaku-sama, mohon maaf kami akan segera tutup," karena tak kuat lagi akhirnya si bartender menggunakan alasan itu. Padahal masih lima belas menit sebelum jam tutup bar.
"Khh…apa boleh buat," Gojo pun membayar minumannya.
"Oi Gojo, bayarkan punyaku sekalian," ucap Sukuna.
"Dih, ogah."
"Ayolah, kubayar lain kali. Atau kau boleh menyuruhku apapun sebagai gantinya."
"Huuuh, yang benar saja. lagipula kau gila, pergi minum ke bar nggak bawa duit?"
"Ada sih. Tapi mau kugunakan untuk beliin Yuuji sepeda baru. Katanya dia mau pergi memancing sama teman-temannya musim panas nanti."
Mendengar itu Gojo langsung diam. Sepertinya meski menyebalkan begitu, Sukuna sangat perhatian pada adiknya. Akhirnya ia pun membayar minuman Sukuna. Keduanya lalu meninggalkan bar.
"Kuganti nanti kalau projekku selesai," ucap Sukuna berjalan berdampingan dengan Gojo.
"Nggak usah deh. Untuk Yuuji juga uangmu itu," balas Gojou.
"Pokokya akan kubayar. Seperti katamu salahku juga ke bar nggak bawa duit. Tapi aku…" pandangan Sukuna terlihat sendu. "…kurasa benar-benar terpukul Megumi pacaran dengan Yuuji. Makanya aku harus minum malam ini, atau aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan."
"…" Gojo diam saja. Kurang lebih ia juga merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak, orang yang selama ini ia sukai tiba-tiba saja pacaran dengan orang lain. Padahal hubungannya dengan Yuuji sangat baik, ia juga yakin Yuuji menyukainya. Tapi sepertinya Yuuji menganggap rasa suka itu berbeda. Gojo melirik Sukuna yang tengah menguap dengan ekor matanya. Apa…Sukuna merasakan hal yang sama ya, soal Megumi.
"Hoi, malam ini, Megumi menginap di rumahmu kan?" ucap Gojo lirih.
Sukuna tak menjawab. Sepertinya pemikiran mereka sama. Bagaimana tidak, Yuuji dan Megumi baru saja jadian, lalu kini mereka menginap bersama. Tentu saja mereka jadi kepikiran macam-macam.
"Kau boleh menginap di tempatku," lanjut Gojo.
"Huh?"
"Sudah kubilang kau boleh menginap di tempatku!" meski tak suka, tapi Gojo mengerti perasaan Sukuna. Kalau ia jadi Sukuna, harus pulang ke rumah di mana orang yang kau sukai sedang bermesraan dengan orang lain, pasti akan sangat menyakitkan.
"…" lama mereka hanya berjalan dalam diam. "…arigatou…" ucap Sukuna pelan pada akhirnya. Nyaris tak terdengar telinga, tapi Gojo tak meminta mengulangi itu.
.
"Tadaima," ucap Gojo begitu memasuki rumah, meski ia tahu tak ada Megumi yang akan menjawab. Sukuna mengikuti di belakang. "Kau mau tidur di sofa atau pakai futon?" Tanya Gojo tanpa menoleh sambil melepas jaket.
"Ranjang kamarmu kecil? Aku nggak bisa tidur nyenyak kalau tidak di ranjang," protes Sukuna.
"Huuhh, manja amat. Ranjangku besar, tapi ogah banget tidur seranjang denganmu!"
Sukuna menyeringai. "Ah, atau aku tidur di kamar Megumi saja. Dia sedang tidak ada kan."
Grab!
Gojo langsung mencengkeram kepala Sukuna dengan kuat. "Ittai ittatatata, hai hai wakatta, gomennasai Gojo Satoru-sama," ucap Sukuna. "Futon, aku pilih futon saja."
Gojo membawa Sukuna ke kamar. "Futon nya di sana, ambil sendiri. Aku mau mandi dulu," Gojo hanya menunjuk sebuah lemari, lalu mengambil handuk dan memasuki kamar mandi.
"Tch!" Sukuna berdecih, tapi ia menurut saja. Ia mengambil futon dan menggelarnya di lantai dekat ranjang Gojou. Ia langsung merebahkan diri di sana.
Tak berapa lama Gojo keluar dari kamar mandi, dan ia langsung murka melihat Sukuna yang sudah molor. Tanpa ampun dia menginjak perut Sukuna hingga pria itu terbangun sambil terbatuk.
"Ghaakk! Teme, apa maumu sialan!" omel Sukuna.
"Mandi dulu, kau bau keringat dan alcohol. Aku benci itu."
"Huuuh, apa urusannya. Aku sudah ngantuk, kalau mandi nanti tidak ngantuk lagi!"
"Aku tidak peduli," Gojo melemparkan handuk dengan kasar ke wajah Sukuna. "Cepat mandi!"
"Tch! Brengsek," umpat Sukuna tapi menurut juga. Ia pun berjalan menuju kamar mandi. Begitu ia keluar dari kamar mandi, sudah ada pakaian ganti di atas futonnya, sementara Gojo tengah bersandar di kepala ranjang sambil membaca majalah.
"Kau sudah berhenti jadi model tapi masih baca majalah fashion," ucap Sukuna sembari mengambil pakaian yang Gojo siapkan.
"Yeah, sesekali saja kalau sedang jenuh."
"Memangnya kenapa, berhenti jadi model. Malah memilih jadi dosen. Bukannya gaji model lebih besar ya," Sukuna memakai pakaiannya.
"Jadi model hanya kerja sambilanku waktu itu, aku butuh uang untuk kuliahku kan. Hasil kerja sambilan dari mengajar les private nggak seberapa banyak sih."
"Kh, tapi karena itu kau jadi bertemu Yuuji kan," seringai Sukuna.
Gojo tersenyum. "Yeah, tidak buruk juga mengajar les private," Gojo menutup majalahnya. "Meski gara-gara itu dia jadi bertemu Megumi sih. Dan karena aku mengajarinya sampai pandai, ia bahkan berhasil masuk ke SMU favorite yang sama yang diincar Megumi. Jadilah mereka bertambah dekat"
Kreek!
Entah kenapa Sukuna jadi kesal sendiri.
"Sudahlah, ayo tidur," Gojo merebahkan badannya dan menarik selimut.
Sukuna menghampiri saklar lampu, berniat mematikannya.
"Hei, jangan dimatikan. Aku nggak bisa tidur kalau lampunya mati," cegah Gojo.
"Huuuhh?! Aku nggak bisa tidur kalau lampu nya nyala!" omel Sukuna.
"Ya sudah, tidur di sofa sana. Kau bisa matikan lampu ruang tengah."
"Geh!" akhirnya Sukuna pun mengalah. Ia berbaring dan mencoba tidur, tapi tidak bisa. Tadi ia sempat tertidur karena lelah dan baru saja minum, tapi sekarang dia sudah mandi dan segar. Ditambah lampu menyala. Ia benar-benar tidak bisa tidur. "Ahh, sial!" umpatnya kesal. Ia menatap Gojo yang sudah terlelap. "Tch! Enak sekali kau," rutuknya.
Sukuna pun akhirnya memainkan ponsel, ia melihat-lihat toko online. Memilih sepeda yang ingin ia belikan untuk Yuuji. Meski ia patah hati karena Megumi yang ia sukai malah pacaran dengan adiknya, Sukuna sama sekali tak ada rasa benci kepada adiknya itu. Ia terlalu menyayanginya. Yuuji adalah satu-satunya anggota keluarganya yang tersisa, meski bukan murni adik kandung. Ayahnya menikah dengan ibu Yuuji saat Sukuna berusia 14 tahun, setelah pernikahan itu mereka punya anak yaitu Yuuji. Tapi karena ayah mereka sama, wajah Yuuji cukup mirip dengan dirinya. Mereka sangat dekat, Yuuji benar-benar manja kepadanya dan Sukuna menyukai itu. Memasuki SMP Yuuji bahkan mengecat dan memotong rambutnya mengikuti gaya rambut Sukuna. Benar-benar manis.
Orang tua mereka meninggal karena kecelakaan saat Yuuji kelas 5 SD, sejak saat itu Sukuna merawat Yuuji sendirian. Ibu Yuuji bukan janda, jadi ia tak punya mantan suami. Sementara ibu kandung Sukuna menghilang entah kemana, Sukuna sudah tak pernah melihatnya lagi sejak umur 3 tahun. Ia bahkan sudah lupa seperti apa wajah ibu nya, ayahnya juga tak menyimpan satupun foto mantan istrinya itu, jadi Sukuna juga tak peduli lagi.
Untunglah saat Sukuna harus merawat Yuuji sendirian, ia sudah berhasill menamatkan pendidikannya di universitas, jadi ia sudah bisa menopang kehidupan mereka. Ia adalah seorang arsitek, bayarannya besar, tapi untuk berjaga-jaga saat ia tak ada projek, ia harus tetap hemat demi membiayai kehidupannya bersama Yuuji. Jadi ia harus menjaga pengeluarannya tidak membeludak, seperti malam ini di mana ia terpaksa meminta Gojo membayar untuk minumannya. Yeah, meski ia pasti ganti sih.
Sukuna menopang dagu nya menatap Gojo. Ia bertemu pria itu saat menyewa guru les untuk Yuuji, dengan kepribadian Gojo yang rewel itu, mereka bisa menjadi akrab cukup cepat. Gojo bilang ia punya anak seumuran Yuuji, dan memutuskan untuk sesekali membawa Megumi untuk belajar bersama. Dari situlah Sukuna mulai akrab dengan Megumi dan mulai menyukainya. Yang ia tidak tahu adalah kalau ternyata Yuuji juga menyukai Megumi, dan sialnya sekarang mereka berdua malah pacaran.
"Aaahh, brengsek, aku malah kepikiran yang macam-macam," Sukuna berbaring terlentang menatap langit-langit kamar.
"Hng…kau nggak tidur?" sepertinya Gojo jadi terbangun karena itu.
"Ah, suman. Aku membangunkanmu," Sukuna jadi tak enak juga.
"Kau betulan nggak bisa tidur dengan lampu menyala?"
"…" Sukuna hanya diam sebagai jawaban. Gojou duduk, menatap ke arah Sukuna dengan tatapan aneh. "Apa? Ada yang ingin kau katakan?"
"Kau…boleh mematikan lampu," ucap Gojo pada akhirnya.
"Hoi hoi, kau bilang nggak bisa tidur dengan lampu padam. Lihat saja kau ketakutan begitu."
"Tapi kau nggak bisa tidur kalau lampunya nyala!" omel Gojo. "Mungkin aku bisa tidur dengan lampu padam kalau…aku merasakan keberadaan orang lain di dekatku," Gojo memainkan jarinya kikuk. "Jadi…"
Sukuna menyeringai. "Jadi maksudmu aku boleh tidur seranjang denganmu?"
"Y-yeah…mungkin," Gojo mengusap tengkuknya. Ia masih tampak ragu apa itu akan berhasil.
"Ma, ii ka. Coba saja dulu. Aku juga tidak ingin melek sampai pagi," Sukuna pun bangun menghampiri saklar lampu dan mematikannya.
Gasp!
Ia bisa mendengar nafas Gojo tercekat begitu lampu padam. Sepertinya pria itu benar-benar tak suka pada kegelapan. Sukuna menyalakan flash HP nya untuk menyorot ke arah Gojo. "Aku di sini. Ada orang di sini," ulang Sukuna karena Gojo tadi bilang ia harus merasakan keberadaan orang lain bersamanya. Sukuna berjalan menuju ranjang Gojo lalu berbaring di sampingnya. "Lain kali beli lampu tidur, dengan begitu tidak akan terlalu gelap. Dan aku juga sepertinya bakal bisa tidur kalau lampunya redup."
"Urusai na, lagipula kau nggak akan menginap di sini lagi kan," Gojo juga membaringkan badan, menarik selimutnya sampai ke dada.
"Ah, kau benar juga," Sukuna mematikan flash HP, lagi, ia mendengar nafas Gojo tercekat. Sukuna mengulurkan tangannya untuk menepuk pelan kepala Gojo. "Tenang saja, aku di sini," ucapnya. Ah, dia lupa, kenapa juga ia harus menepuk kepala Gojo, sepertinya kebiasaan kepada Yuuji. Chee, bisa-bisa Gojo ngamuk diperlakukan begitu.
Tapi Sukuna tercegang saat Gojo tak mengomelinya, sepertinya ia tak keberatan. Mungkin Gojo memang benar-benar takut pada kegelapan. Setelah mata nya bisa menyesuaikan dengan gelapnya kamar, sedikit jelas Sukuna bisa melihat Gojo yang meringkuk dengan tangan mencengkeram selimut dengan sangat erat.
Menghela nafas lelah, Sukuna menggeser tubuhnya ke arah Gojou lalu melingkarkan tangannya ke tubuh Gojo.
"Woi! Apa yang kau lakukan!"
"Tch! Urusai. Tidur sana."
Gojo tak membalas lagi, tapi matanya masih terbuka. Bahkan tak memejamkannya untuk mencoba tidur.
"Hei, kalau boleh tahu apa hubunganmu dengan Megumi," Sukuna berusaha mengobrol karena Gojo tampak kesulitan tidur. Juga untuk memberitahu kalau yang memeluknya saat ini adalah manusia.
"Huh, sudah jelas kan. Aku ayah nya."
"Tch! Usotsuki. Kalian nggak ada mirip-miripnya. Lagipula kau 28 tahun dan Megumi 16 tahun. Mana mungkin kau sudah jadi ayah saat usia 12 tahun. Kau bahkan mungkin baru mimpi basah usia segitu."
"Ghhh, diamlah. Cukup kan, anggap saja Megumi itu anakku. Itu lebih mudah."
"Yeah yeah, dan dia juga tidak pernah memanggilmu ayah. Sensei-san."
"Tch!" Gojo kalah. Tapi ia juga tak bicara apa-apa lagi, seolah tak ada niatan menjawab pertanyaan Sukuna. "Ne," panggil Gojo setelah cukup lama diam.
"Hng?"
"…" ia tak langsung menjawab, seolah ragu untuk mengatakan. "…boleh aku memelukmu?" Tanya Gojo pada akhinya. "Aku sama sekali tidak bisa tenang."
"…yeah," balas Sukuna. Ia sedikit merasa bersalah karena Gojo jadi kesulitan tidur.
Gyuuu…
Gojo pun memeluk Sukuna seperti bantal guling. "Atatakai," gumamnya lirih. Setelah itu suasana hening. Nafas Gojo teratur, sepertinya ia berhasil tidur juga.
"Heh, ternyata kau bisa manis juga," seringai Sukuna tapi langsung menutup mulutnya dengan tangah. "Jauh lebih manis Megumi tapi," ralat nya. Ia menatap Gojo yang sudah lelap, ia berpikir akan baik-baik saja kalau sekarang melepas pelukan. Ia tidak begitu nyaman dipeluk begitu oleh cowok yang tingginya lebih dari Yuuji—ia terbiasa dengan tinggi tubuh Yuuji.
Sukuna mendorong pelan tubuh Gojo, berusaha tak membangunkannya.
"Hngg…!" Gojo meracau tak jelas, ia malah mempererat pelukan, satu kaki nya terangkat mengunci tubuh Sukuna. Persis orang memeluk bantal guling.
"Oi, omae. Kau ini bangun atau tidur sih?"
Tak ada respon. Sukuna mencoba melepaskan diri sekali lagi, tapi saat sudah nyaris lepas, yang ada Gojo malah memeluknya kembali, kali ini bahkan kakinya nyelip di atara kaki Sukuna, membuat kaki mereka saling bersilangan, dan otomatis kelamin mereka menggesek paha satu sama lain.
"Hngg…!" Sukuna langsung merinding dengan wajah memerah. "Hoi, kalau tidak kau lepas bisa gawat loh!" kesal Sukuna, tapi Gojo tak bergeming. Ia justru malah bergerak tak nyaman dalam tidur, sehingga membuat gesekan di selangkangan Sukuna kian terasa. "Teme—…! Ngh…" tanpa sadar ia melenguh pelan. "Kau sengaja ya!" omel Sukuna.
"Yuu…ji…" lirih Gojo, ia bangun, merangkak di atas tubuh Sukuna.
"Woi! Aku bukan Yuu—…mnn…" Sukuna terbelalak saat Gojo menciumnya.
"Yuuji, Yuuji," racau Gojo, ia mengalihkan bibir nya ke telinga Sukuna, menjilat cuping telinga Sukuna, lalu mengalihkan lidahnya ke leher Sukuna.
"Te—…me—…ahh," Sukuna mendongak saat Gojo menggiggit lehernya. Tangan Gojo memeluk tubuh Sukuna, lalu detik berikutnya, ia kembali terlelap di atas tubuh itu.
"…" Sukuna bengong. Apa yang barusan terjadi. Gojo ngelindur kah? Sukuna melirik Gojo yang sudah terlelap. "Teme! Seenaknya tidur setelah kau membuat tubuhku begini! Tanggungjawab brengsek!" Sukuna menggulingkan tubuh Gojo ke ranjang. Ia duduk, ditatapnya selangkangan Gojo yang tak ereksi. Sepertinya Gojo benar-benar hanya ngelindur.
"Dasar sial. Kau mimpi melakukan hal kotor pada adikku yang manis, jangan harap aku akan memaafkanmu," kesal Sukuna. Ia menatap ke arah selangkangannya yang sudah ereksi penuh. "Aaahh kuso! Sebelum itu aku harus urus ini dulu," Sukuna menurunkan celana lalu mulai memijit kejantanannya yang terasa panas. "Nhh…ahh," ia mendesah. Ditatapnya wajah Gojo yang masih terlelap. "Aku masturbasi sambil melihat wajahmu, yang benar saja. Mana kau nggak ada mirip-miripnya dengan Megumi. Aku masih mending mirip Yuuji jadi kau bisa menciumku tadi seperti kau mencium Yuuji," kesal Sukuna.
Sukuna menatap tangan Gojou dan menyeringai. "Kau harus tanggungjawab, sialan," Sukuna meraih tangan Gojo, lalu menuntun ke arah kejantanannya. Ia lalu menggerakkan tangan itu untuk mengocok kejantanan miliknya. "Sshhh, aahh…tidak buruk juga," ucap Sukuna dan melanjutkan kegiatan itu.
"Ng…?" Gojo membuka matanya perlahan, menyesuaikan sejenak dengan pencahayaan kamar yang gelap. Ia merasakan tangannya digerakkan menyentuh benda panas, ia pun menatap ke bawah dan mendapati Sukuna tengah menggunakan tangannya untuk masturbasi.
"Teme! Apa yang sedang kau lakukan!" kesal Gojo dan langsung duduk, ia menarik tangannya secara paksa.
"Tanggung jawab bodoh, kau yang membuatku jadi begini."
"Huuuhh!"
"Seenaknya bangun lalu menjilati tubuh orang, dan saat aku sudah ereksi kau malah tidur lagi," Sukuna menunjuk bekas gigitan di lehernya sebagai bukti. "Puaskan aku!" Sukuna kembali meraih tangan Gojo, memaksanya untuk mengocok benda itu.
"Khh, sialan. Kenapa malah jadi begini," Gojo pasrah. Ia pun mendekat ke arah Sukuna, dinaikkannya kaki Sukuna ke atas paha nya supaya ia bisa lebih gampang menyentuh penis Sukuna.
"Hahahah, kau yang memulainya," tawa Sukuna. Ia melingkarkan tangannya ke leher Gojo untuk berpegangan. "Lakukan lebih cepat sialan, aku ingin orgasme."
"Hai Hai, Sukuna-sama," balas Gojo jengah. Ia mempercepat gerakan tangannya.
"Nn…ahh, ahh…" Sukuna mendesah pelan, nafasnya memburu. Matanya terpejam menahan kenikmatan.
Gulp…!
Entah kenapa Gojo meneguk ludah berat melihat pemandangan itu. Ia menatap ke arah selangkangannya sendiri dan terkejut saat menyadari kalau ia juga ereksi.
"Iku—…mnnh…aahhh…aahhhh…" Sukuna mendesah saat berhasil orgasme. Nafasnya tersengal. Ia menumpukan berat badannya di tubuh Gojo.
Gasp…!
Ia tersentak saat kemudian ia merasakan jemari Gojo meremas bokongnya dengan tangah yang basah oleh sperma. "Woi! Kau tidak berencana untuk melakukannya sampai selesai kan!" protes Sukuna.
"Ngh…tapi aku sudah tidak tahan," Gojo memasukkan dua jarinya sekaligus ke lubang Sukuna.
"Hyaahh…!" tanpa sadar Sukuna menjerit.
"Kau yang mengundangku. Aku tidak bisa menahan diri lagi," Gojo mendorong tubuh Sukuna hingga berbaring ke ranjang.
"WOI—…tu-tunggu. Aku akan melakukan blowjob padamu atau apapun itu, tapi tidak dengan—…nnhh…aaahh…" tapi terlambat, Gojo sudah memasukinya dengan satu hentakan keras.
"Shhhh…ahh, rileks sedikit. Aku baru masuk setengah," ucap Gojo. Ia menekan paha Sukuna ke atas dengan cengkeraman kuat.
"Persetan! Cepat keluarkan, aku tidak ma—…nn aahhh…" lagi-lagi ucapan Sukuna terpotong karena Gojo langsung menerobos masuk lebih dalam.
"Fuuhh, akhirnya masuk semua," ucap Gojo. Ia mulau bergerak maju mundur.
"Nggakk—…nnhh…ahh, serius aku akan membunuhmu kalau kau tidak berhenti," Sukuna masih berusaha berontak. "Ahh, ini sakit sekali brengsek!"
"Kalau kau terus berontak akan tambah sakit, bodoh. Jadi rileks saja."
"Huh! Apa maksudmu! Kubilang berhenti!"
"Maksudku adalah," Gojo mengangkat naik kaki Sukuna lalu menjilatnya. "Aku nggak akan berhenti mau kau rileks atau tidak. Jadi daripada kau kesakitan, sebaiknya rileks saja supaya kau juga menikmati nya."
"Dasar brengsek! Sial—…ahhh…ahhh…" Sukuna memaki kasar, tapi percuma saja, Gojo tak berhenti. Ia menurunkan tubuhnya untuk mencium bibir Sukuna, tangannya ia gunakan untuk menelusup masuk ke balik baju, memilin nipple Sukuna. "B-reng—…sek—…ahh, awas kau—…lihat saja nanti—…ahhh, ahhh."
"Hai hai, nanti ya nanti. Sekarang yang penting kau nikmati ini. Aku tidak akan melepasmu sampai aku puas," Gojo memutar tubuh Sukuna supaya menungging, dengan posisi itu ia lebih mudah memasukinya.
"Ku—…so…" gerutu Sukuna. Ia mencengkeram seprei dengan kuat, tubuhnya tersentak keras akibat gerakan Gojo yang brutal. "AAHH—…" ia tersentak saat Gojo menghantam sweetspotnya.
Gojo menyeringai puas. "Di sini ya," ucapnya lalu tanpa ampun menghantam titik itu berkali-kali.
"Ahhh…ahhhh…ngh…aahhh…!" Sukuna mendesah keras, sepertinya ia tak peduli lagi pada amarahnya. Ia merasakan nikmat saat Gojo menghantam sweetspotnya itu. Tangan Sukuna bergerak untuk menyentuh penis nya sendiri, ia ingin klimaks.
"Chotto," Gojo menyingkirkan tangan Sukuna. "Siapa yang bilang kau boleh menyentuh dirimu sendiri."
"Brengsek! Aahh…biarkan aku klimaks," protes Sukuna.
"Nanti," Gojo merendahkan tubuhnya untuk memeluk Sukuna. Ia memilin nipple Sukuna dengan kuat, membuat tubuh Sukuna bergetar nikmat. "Atau kau boleh klimaks tanpa disentuh. Aku tidak keberatan kalau itu."
"Dasar…bodoh…mana mungkin kan."
"Hee, mungkin saja kan. Habisnya," Gojo menarik kejantanannya hingga hanya kepala yang ada di lubang Sukuna, setelah itu ia langsung memasukkan seluruh kejantanannya dalam sekali sentakan keras. "…kau terlihat sangat keenakan."
"AAAA—…AAHHHH…AHHH…" Sukuna mendesah keras. Cairan sperma langsung membuncah deras dari ujung penis nya. Melihat itu Gojo sama sekali tak berhenti, ia terus bergerak dan membuat Sukuna klimaks lama.
"Hahaha lihat kan, kau sangat menikmati ini."
"Cu-kup…ahhh," Sukuna menutup ujung kejantanannya sendiri dengan ibu jari.
"Kau bilang apa," Gojo kembali memutar tubuh Sukuna supaya terlentang. Ia berdiri di atas lutut, membuat tubuh bawah Sukuna terangkat naik. "Aku belum klimaks," ucap Gojo. Ia menghujam keras lubang Sukuna.
"Aaahh….aahhhh…" sukuna mendesah heboh.
"Ngh…" Gojo merasa sperma nya sudah nyaris keluar. Ia harus segera mengeluarkan penisnya dari lubang Sukuna. Tapi ia lalu menyeringai, keluar di dalam tidak masalah kan. Pasti menarik melihat ekspresi Sukuna besok pagi. "Ngh…mou…iku…" Gojou menekan kuat gerakannya, ia mengeluarkan sperma di dalam lubang Sukuna. Bersamaan dengan itu Sukuna kembali klimaks untuk yang kesekian kali.
"Fuuh…ahh," Gojo mendesah lega setelah klimaks, ia masih bergerak pelan meuntaskan orgasme nya. Ditatapnya tubuh Sukuna yang berlumuran cairan sperma nya sendiri. Ia menyeringai. "Kau seksi juga," komentarnya.
"Brengsek!" balas Sukuna dengan nafas tersengal. Ia tak bisa bergerak untuk beberapa lama. "Hng…!" ia meringis saat Gojou menarik keluar penisnya, bisa ia rasakan cairan panas dan lengket mengalir dari lubangnya. "Babi. Kau keluar di dalam," omel Sukuna.
Gojo tersenyum. "Tapi enak kan. Buktinya kau langsung ikutan klimaks," seringainya menang.
Sukuna tak membalas, tapi tak bisa ia pungkiri kalau tadi itu nikmat sekali. Ia menutup wajahnya denga lengan. "Aku lelah," ucapnya parau.
Gojo tersenyum lalu meraih tubuh Sukuna.
"Woy!" protes pria itu.
"Tenanglah. Kubiarkan kau lepas hanya dengan satu ronde," cengir Gojo meledek. Ia membopong tubuh Sukuna dan memosisikannya di bantal. Ia menarik naik selimut hingga ke dada Sukuna. "Oyasumi," ucap Gojo melihat mata Sukuna yang sayu karena kelelahan. Ia berbaring di samping Sukuna. Ia masih agak takut dengan suasana gelap, jadi ia pun kembali melingkarkan tangannya di tubuh Sukuna. Tapi sepertinya Sukuna sudah terlelap, karena tak ada ucapan protes dari pria itu.
.
.
.
~TBC/End~
