Disclaimer: Boboiboy (c) Monsta

Warning: OOC, Typo, Age gap, AU, all human, lime, dll

.

.

.

Boboiboy sering memperhatikan anak berseragam SMA yang khas dengan kemeja putih dan celana kotak-kotak panjangnya. Kacamata dengan bingkai ungu yang di sisinya tersemat jelas huruf 'F' menjadi ciri khasnya ketika berdiri di menghadap pintu kereta.

Boboiboy selalu memperhatikan dari jauh. Duduk sambil meneliti punggung pemuda berambung ungu layaknya landak itu. Perawakannya yang kecil, mungkin masih SMP, dengan wajah stoiknya membuat Boboiboy gemas. Dia ingin berkenalan tapi tidak mau dikira pedo, memang pedo sih untuk anak satu ini.

Setelah lama-lama ngikutin dia kemana-mana kayak penguntit, akhirnya Boboiboy coba buat basa-basi sama anak itu di kereta

Walau awalnya dicuekin dan disinisin tapi Boboiboy tetep maso buat ngajak ngobrol karena menurutnya wajah anak itu pas misuh-misuh manis.

"Kamu sekolah di mana? Kok sering banget naik kereta? Kaya anak mandiri saja." ejek dan tanya Boboiboy tersenyum lembut.

"Kenapa tanya-tanya sih, memang kau siapaku nanyanya introgasi segala? pergi sana, hus!" usir anak itu mengambil jarak dari Boboiboy.

Boboiboy shock dijudesin kayak itu. Tapi dia stay kalem.

"Nggak cuman nanya doang, daripada bengong kan?"

Lawan bicaranya cuman natap sinis.

"Oh iya, nama kamu siapa?"

"Kenapa aku mesti kasih nama aku ke orang asing? Bisa jadi kamu orang jahat kan?"

Boboiboy diem-diem ngelus dada sabar.

"Aku tahu kok, kamu itu kaya orang-orang di berita suka nyulik orang. Kerjaannya nyusahin, bikin orang takut. Pokoknya jangan ajak ngomong aku lagi. Kau menyeramkan," seru anak itu. Dia lalu keluar gerbong begitu sampai di tempat pemberhentian biasanya meninggalkan Boboiboy yang hanya terdiam mematung tersenyum kikuk.

'Aku? Nyulik orang?'

Boboiboy mulai khawatir sama wajahnya. Masa iya sih tampangnya kayak tampang penjahat. Dia pede kok kalau dia itu ganteng, walau yg bilang cuman sang abah.

Jadi Boboiboy bertanya pada Yaya dengan tidak pekanya, "Yaya, apa wajahku terlihat seperti orang jahat?" tanyanya.

"Uhm, tidak kok." jawab Yaya seraya meminum jus alpukatnya, "mata besarmu itu malah memberi kesan imut."

"Kok imut?"

"Emang salah kalau cowok dibilang imut?"

Yaya ngebales sewot. Kayaknya lagi pms. Jadi Boboiboy cuman bisa ngangguk iyain. Nggak mau cari masalah.

Jadi Boboiboy mengesimpulkan, hanya anak itu yang menganggap dirinya orang jahat. Padahal wajah ganteng (menurut Boboiboy) dan imut (menurut orang-orang). Atau anak itu yang tidak begitu suka didekati orang-orang.

Boboiboy menghela napas, dia ingin lebih dekat dengan anak berambut ungu landak itu.

Tapi hari ini Boboiboy tidak melihat anak berambut ungu itu. Apakah mengambil gerbong lain? Dia benar-benar berniat menjauhi Boboiboy sepertinya.

Padahal Boboiboy ingin berkenalan lebih dekat lagi. Sekalian pdekate juga sih.

Menghela napas pasrah. Boboiboy mungkin harus mencoba naik kereta di jadwal-jadwal lainnya. Walaupun kesannya rada maksa tapi Boboiboy masih penasaran berat sama anak SMA itu.

Sementara pemuda berambut ungu itu mengambil gerbong paling depan sendiri dengan jadwal yang sama. Untuk kali ini dia duduk sambil berkutat dengan gawai pintarnya.

'Benar katamu, setelah aku ambil gerbong lain aku tidak pernah bertemu dengan orang pedo itu.' itu isi chat yang Fang kirimkan ke temannya, Sai.

'Kan benar apa kataku. Cara ini lebih ampuh.'

Tapi sayang bagi Fang, mungkin dia bisa lolos di kereta, keberuntungannya hilang saat turun. Terbukti saat pulang sekolah dan singgah sebentar di toko buku untuk melihat buku-buku baru rilis dia bertemu lagi dengan orang menyebalkan tersebut.

"Kita bertemu lagi." sapa Boboiboy tersenyum ramah pada Fang. Sosoknya yang memang besar, berotot dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima membuat leher Fang pegal mendongak.

"Kak, aku tahu satu jurus ampuh, mau tahu gak?" tawar Fang mengacungkan telunjuknya memberi saran.

"Apa?"

"Jurus lari seribu langkah!" Dan Fang pun langsung kabur dari depan Boboiboy.

Boboiboy yang ditinggal melongo. Baru sadar dia tetep nggak tau apapun soal anak itu, sebelum selesai ngomong selalu udah kabur duluan.

Akhirnya Boboiboy memutuskan untuk mendiskusikan masalahnya pada ketiga sahabatnya

"Dibenci mungkin." ucap Ying.

"Kau kurus." ejek Gopal.

"Gak tampan." tambah Yaya.

"AKU RUTIN NGEGYM DAN KE SALON YA? TOLONG KASIH SARAN YANG BENAR-BENAR MEMBANTU GITU LO!"

"Yah gimana lagi dong, kami kan nggak pernah ngepedekatein anak kecil." Cetus Ying

"Gue malah nggak pernah pedekate." Sahut Gopal ngenes.

Boboiboy mulai menyesali keputusannya buat curhat ke para sahabatnya.

"Kalau emang dia ngehindarin kamu pas basa-basi mungkin kamu harus to the point aja nanti kalau ketemu lagi," saran Yaya

Boboiboy diam berpikir, "Jadi harusnya aku bilangnya, 'Aku suka sama kamu, mau gak jadi pacarku?' langsung?" tanya Boboiboy bermimik serius.

Ketiga temannya langsung berhenti makan dan berkomentar kompak, "Pedo."

"NANI?!"

"Nyadar dong itu anak SMA, masih kecil pula badannya!" Jerit Ying histeris

"Dan emang kamu yakin dia bakalan nerima kamu gitu aja? Kamu aja nggak tau nama dia siapa lho." Tambah Yaya lagi.

Pundak Boboiboy ditepuk, "Bro, tobat bro. Cewek masih banyak. Lu kenapa malah cari batang? Ingat bro azab tuhan. Lu gak mau kan berakhir kaya sinteron indasior yang gaje banget itu?"

"Bro," tangan Gopal ditepuk, Boboiboy memasang ekspresi serius, "kita hidup di dunia fantasy para fujo, hukum kaya gitu gak ada bro."

"Oh ya, bro. gua lupa."

"Bro..."

Yaya dan Ying hanya bisa mengernyitkan alisnya jijik.

"Ish, nggak ngaca!" Seru Ying sebal.

Yaya memutar bola mata bosan. "Pokoknya kamu cari cara kenalan yg bikin dia nyaman aja deh."

"Gimana caranya? Baru disapa aja dia udah main kabur." keluh Boboiboy.

"Iya, gimana caranya?" tanya Gopal membantu.

Ying dan Yaya berpikir lalu saling pandang dan sedetik kemudian menjetikkan jari. Mendapat ide.

...

"Halo lagi." Sapa Boboiboy pada anak yang asyik membaca novel di gerbong kereta.

Anak itu mendongak dan menyipitkan mata tak suka dan setelah itu kembali pada novelnya. Ia baru mendongak kembali ketika ada selembar kertas yang menutupi halaman yang sedang ia baca.

"Bisa tolongin aku jawab teka-teki ini gak?" Tanya Boboiboy tersenyum.

Fang melirik kertas itu dan menatap pertanyaan-pertanyaan yang ditulis. Sebelah alisnya terangkat melihat soal pertama. 'siapa nama kamu?"

"Ini teka-teki apa kok gini?" Tanyanya mendelik curiga.

Boboiboy mengangkat bahu tak acuh. "Habis kmau selalu kabur kalau aku ngomong, padahal ada banyak hal yang mau aku tahu dari kamu. Jadi mungkin dengan cara ini kamu mau ngasih aku kesempatan buat ngenal kamu?" Jelasnya setengah berharap.

Fang menatapnya lama sebelum kembali pada kertas itu. Pemuda itu menahan senyum, gemas. Dan akhirnya dia mengambil pensil dari dalam tasnya. Boboiboy yang menyadari itu tersenyum senang.

"Nih." Fang mengembalikan kertas berisi teka teki yang sudah dijawab Fang. Boboiboy menerima dan membacanya.

'Siapa nama kamu?'

'Sampai aku mati pun gak akan aku jawab.'

'Di mana kamu sekolah?'

'Kenapa tanya-tanya? Stalker menyeramkan.'

'Rumahmu di mana?'

'Serem ih, kamu mau rampok ya?'

'Makanan favoritmu apa?'

'Mau kamu belikan kalau aku jawab?'

Dan isi jawabannya lainnya hanya berupa sindiran dan jawaban judes. Boboiboy tersenyum menggigit bibirnya bawahnya dan menangis darah. Metode ini benar-benar tidak membantu.

Fang diam-diam tersenyum puas melihat raut frustasi Boboiboy. Dia yakin sebentar lagi cowok itu bakalan nyerah dengan segala kejutekan dari Fang

"Kau ini kenapa sangat membenciku?" tanya Boboiboy akhirnya menghela napas lelah.

"Aku gak mau kenalan sama kamu. Pergi sana." usir Fang.

"Jahatnya."

"Makasih."

"Serius deh, aku bukan orang jahat beneran kalau itu yang kamu khawatirin."

"Terus kenapa kamu mau maksa kenalan sama aku?"

"Kenapa enggak? Menurut aku kamu menarik."

Fang menutup novelnya dan berdiri, "Maaf ya, aku gak mau." ucapnya singkat lalu pergi.

"Yah, tunggu!"

Boboiboy ngejar dan nahan tangan Fang. Fang melotot.

"Lepasin! Nanti aku telat!"

"Plis, aku beneran tulus mau ngenal kamu tanpa ada niat lain kok."

"Nggak usah deh. Aku masih kecil. Anak SMA itu sibuk mikirin mau kuliah apa besoknya." Jawab Fang datar

Boboiboy menahan napasnya. Dia terpaksa melepas tangan Fang, "Ya udah deh." keluhnya pasrah membiarkan Fang pergi begitu saja.

Tapi dalam jamuan makan malam dengan perusahaan ternama di kota Kuala Lumpur hari itu, Boboiboy bertemu dengan Fang yang ternyata bersama Kaizo.

"Kita bertemu lagi." ucap Boboiboy tersenyum lemah lembut.

Fang langsung horror dan bersembunyi di punggung Kaizo.

"Kamu ngapain?" Tanya Kaizo pada adiknya. Fang tidak menjawab, masih setia memelototi Boboiboy dari balik punggung abangnya

Boboiboy mengulurkan tangannya pada Kaizo, "Selamat malam, Kaizo." sapanya tegas dan berwibawa seperti layaknya seorang pekerja pada umumya.

"Oh, malam." jawab Kaizo singkat, membalas jabatan tangan Boboiboy.

"Dia adikmu?" tanya Boboiboy.

Kaizo berbalik sejenak pada Fang yang masih bersembunyi, "Ya, namanya Fang."

Boboiboy tersenyum penuh kemenangan pada Fang. Sepertinya dia bisa dapat cara lain buat tahu soal Fang walaupun anak itu bersikeras buat cuek.

"Dia masih sekolah?"

Kaizo mengangguk. "Iya, masih kelas satu SMA di SMA negeri 1."

Fang melotot pada Abangnya yang dengan mudah membocorkan informasi mengenai adiknya dan sayangnya sang Abang sama sekali tidak sadar pelototan sang adik.

"Ohhh, jauh ka dari tempat tinggal kalian?" tanya Boboiboy lagi.

"Lumayan, kami tinggal di Lilies Residence. Jadi dia kalau berangkat naik kereta. Dapat empat stasiun sih."

"Ohhh..."

"Ngapain nanya-nanya?!" Sela Fang sengit.

Kaizo mendelik pada adiknya. "Fang, tidak sopan!" Tegurnya dan Fang mengerucutkan bibir kesal. Dia sebal melihat Boboiboy yang menyeringai jahil

"Tapi dia nyebelin kak. Dilihat sekilas aja udah nyebelin." protes Fang.

"Kau gak dapat jatah makanan kalau protes terus."

Fang cemberut.

"Maaf ya dengan kelakuan adikku," Kaizo menoleh pada Boboiboy yang menggeleng dan tersenyum geli.

"Ooh gak papa, dia manis kok walau judes," sahut Boboiboy dengan sudut bibir makin terangkat. Apalagi melihat Fang yang meningkatkan intensitas tatapannya

"Benar, dalam kondisi apapun Fang tetaplah manis. Dia adikku paling manis." ujar Kaizo tegas.

Muka Fang memerah dan tepok jidat. Boboiboy sweatdrop.

'Keknnya si Kaizo brocon deh.'

Dan cengkraman jabatan tangan Kaizo mengguat seiring berjalannya sekon, "Dan kau jangan rebut dia dariku."

"Ehh..."

'Astaga, ngedeketin adeknya aja susah minta ampun, nah ini Abangnya overprotektif lagi.' batin Boboiboy miris

Fang menjulurkan lidahnya pada Boboiboy mengejek, dia punya proteksi yang sangat kuat sekarang.

Kalau proteksinya tidak ada, Fang tanpa keamanan sih, alias bisa kapan saja diserang.

Boboiboy memberikan pandangan yang kira-kira punya arti 'jangan seneng dulu, kita masih ketemu pas Abang kamu gak ada tuh.'

Fang mengembungkan pipi. Menangkap jelas maksudnya

Dan berlalulah obrolan mereka tentang pekerjaan yang Fang tidak pahami.

...

Fang menoleh begitu ada seseorang yang menyapa. Ia mengernyitkan alis pada Boboiboy yang seenaknya duduk di sampingnya.

"Kau ini ngapain sih? Kalau terus menganggu ku nanti kuaduin ke abangku."

Boboiboy terkekeh. "Heh, salahku apa? Ini kan kereta yang biasa ku pakai buat pergi kerja dan karena aku kenal kamu ya sudah aku sapa." Kilah Boboiboy

"Siapa kau? Aku gak kenal kau." geram Fang.

"Kenalan yuk." dan Boboiboy dengan pedenya mengulurkan tangannya minta jabatan tangan. Fang menatapnya jijik.

"Ogah!"

"Eh kok gitu, aku ini mintanya baik-baik lho." Ucap Boboiboy pura-pura polos.

"Jangan perlakuin aku kayak anak kecil! Aku bukan anak TK tau!"

Boboiboy menahan senyum. "Ah masa, tapi badan kamu kecil begini. Kamu yakin kamu udah seharusnya SMA?" Ucapnya mengejek.

"Gak usah sombong mentang mentang kau tinggi, kau itu standar di Jepang sama Cina." geram Fang.

"Tapi kau di bawah rata-rata di sana."

Jantung Fang langsung tertusuk tombak kenyataan pahit. Dia tidak melawan.

Dan akibat ucapan Boboiboy itu. Fang ngambek selama perjalanan di kereta. Bungkam dan tidak mau merespon pada ejekan Boboiboy lagi.

Boboiboy menyesal. Dia menginjak ranjau paling berbahaya.

"Tapi kau imut kok. Pasti femes di kalangan perempuan."

"Oh itu sudah pasti dong, aku itu paling terkenal di sekolah." seru Fang mendadak bangga menyahut ucapan Boboiboy.

Boboiboy meringis melihat kepedean tingkat tinggi di muka Fang.

Setengah batinnya berpikir kalau Fang itu beken dikalangan cewek pasti karena tampangnya yang nguke banget

Tapi gak bisa protes juga sih. Fang juga tenar untuk dirinya, dalam artian lain sih.

"Kalau gitu kamu punya pacar?" Tanya Boboiboy hati-hati. Berusaha terdengar santai

"Gak." jawab Fang spontan dan itu singkat.

Boboiboy mati-matian menahan senyum. "Hm... Katanya populer." Ujarnya setengah menggoda.

Fang melotot. "Memangnya kamu pikir punya pacar itu enak? Dan lagi, nggak semua cewek di sekolah yang suka aku juga aku suka."

"Hmmm..." Boboiboy hanya tersenyum, dia gemas dengan anak landak satu ini.

Fang tersadar, kenapa dirinya harus mengobrol dengan orang jahat ini. Fang membuang mukanya dan memilih mengabaikan kembali. Dia jadi sok sombong dan mengambil jarak.

"Kamu pernah pacaran?" Tanya Boboiboy lagi.

Fang menggeleng ragu, pipi bersemu merah.

Boboiboy menggigit bibir menahan tawa. Duh anak ini polos banget sih untuk ukuran yang suka berkata-kata pedas.

"Kok tadi bilangnya pacaran itu gak enak?"

"I-Itu... kata teman-temanku..." jawabnya lirih. Sangat imut, andai ini bukan di kereta, alias di ranjang, udah Boboiboy perkosa sampai pagi.

"Ohh, jadi kau belum pernah beneran ya."

Fang hanya menunduk, telinganya yang memerah ingin Boboiboy gigit.

"Kalau begitu mau coba buktiin sendiri?"

Fang diam sedetik sebelum menatap Boboiboy dengan pandangan yang paling datar yang ia bisa berikan.

"Kamu pikir aku sebego itu apa kena jebak?"

Boboiboy tertawa ringan. "Aku tahu kok, cuman ngecoba keberuntungan aja."

Fang menggumamkan sesuatu yg terdengar seperti, 'memangnya hadiah chiki-chiki'.

Fang berdiri, dia tanpa pamit keluar gerbong dan turun. Meninggalkan Boboiboy yang hanya tersenyum tanpa makna.

"Besok-besok kucoba lagi deh." Gumam Boboiboy pada dirinya sendiri.

Tapi terkutuklah keberuntungan Boboiboy, Fang tepat berada di depannya membelakanginya sementara gerbong sangat penuh sesak.

Terpujilah dewa dewi fujo yang menganugerahkan momen bangsat ini.

Tangan Boboiboy dengan berani mendaratkan diri di bokong fang. Pemuda yang lebih kecil itu awalnya tidak menyadari karena penuh sesak.

Baru setelah ada remasan di pantatnya ia menoleh. Dan mendapati Boboiboy yang membalasnya dengan senyum miring.

Delikan mata Fang seakan mengancam Boboiboy kalau dia macam-macam, akan dia laporkan ke abangnya. Tapi posisi Boboiboy lebih kuat di sini. Dia sedikit menunduk dan berbisik, "Kalau kau ketahuan, kau yang malu. Aku bisa lepas tangan."

Fang membelalakkan matanya, orang mesum dan pedo ini benar-benar kelewatan.

"Hmm..." Fang mati-matian menahan desahannya saat tangan Boboiboy malah maju ke bagian depan.

"Kau menikmatinya ya?" Bisik Boboiboy. Napasnya menyapu tengkuk Fang.

"Ng-nggak!" Balas Fang berteriak tertahan.

"Padahal wajahmu merah begini lho."

Tangan Boboiboy mengusap tonjolan di selengkangan Fang sensual. Menarik garis vertikal dari dasar sampai ujung dengan puncak telunjuknya. Membuat Fang tersentak dan menggelinjang geli. Dibekap mulutnya sendiri dan membuang mukanya dari Boboiboy.

"Umurmu berapa? Enam belas apa lima belas?" Tanya Boboiboy berbisik, memberikan sengatan dan rasa geli di telinga kanan Fang.

"Li-lima belas." Jawab Fang bergetar, menahan perasaan geli di sekujur tubuhnya.

'Lebih kecil dari yang kuduga,' batin Boboiboy. Diliriknya sekilas ke sekelilingnya. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.

Jadi Boboiboy dengan pede mengecup tengkuk leher Fang sampai ke belakang telinganya. Sayang ia tidak bisa menggigit di sana, akan kerepotan juga kalau leher Fang ditutupi kiss mark di mana-mana.

Tangan Boboiboy satunya mengusap bibir Fang yang terasa kenyal. Jempolnya menekannya sesekali dan meminta akses untuk masuk. Fang menahan tangan itu dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Kau manis." Bisik Boboiboy memuji jujur. Selengkangan Fang diremas kecil dan sesekali bergerak memijat.

"Dan kau gila!" Balas Fang mengerang.

Boboiboy terkekeh. "Yap, gila karena mu~" sahutnya dengan nada dimainkan.

Fang kepingin sekali memukul kepala Boboiboy atau setidaknya menginjak kakinya kalau bukan karena kereta yang begitu sesak. Bisa-bisanya di saat seperti ini menggombal, padahal tangannya sudah membuka resleting celana sekolah Fang dengan santainya.

"Lihat," Boboiboy membuka benik celana Fang dan menurunkan sedikit celana dalamnya, mengeluarkan junior Fang yang menggemaskan itu, "aku bantu kau memenuhi hasratmu."

"G-gak butu-khh!" Fang secepatnya menggigit bibir bawahnya ketika Boboiboy sudah memainkan miliknya.

"Eh masa?" Sahut Boboiboy pura-pura heran. "Padahal kau sudah setegang ini, pasti yang kepikiran saat ini cuman bagaimana caranya buat mendapat nikmat." Bisik Boboiboy dengan nada dimaniskan.

"Ah, kau tidak bilang pun akan kubantu kok" ujar Boboiboy riang.

Tangannya yang lain mendorong tubuh Fang agar lebih menempel padanya. Merasakan bokong Fang untuk menggesek miliknya yang setengah tegang sembari menahan erangan di kerongkongan.

Melihat Fang yang memerah dan hampir kelepasan mendesah membuat Boboiboy berharap mereka ada di ranjang. Lebih leluasa untuk mengeksplorasi titik sensitif Fang. Tanpa dibatasi helaian pakaian. Dengan wajah Fang yang menyiratkan kenikmatan dan bisa mendengar pemuda yang lebih muda itu mendesah sekeras mungkin.

Ah tapi itu bisa disimpan untuk lain waktu. Untuk saat ini ia akan fokus pada urusan kecil ini dahulu.

Tangan besar Boboiboy mengocok junior milik Fang. Memberikan rasa nikmat yang bagaikan setruman listrik statis yang menjalar ke seluruh tubuh. Kaki Fang yang melemas bagaikan jeli dan dia yang mendongak menahan sensasinya terlihat sangat imut.

Manik ungu itu diselimuti air mata kenikmatan yang memabukkan.

Boboiboy ingin menerkamnya sekarang juga. Tapi karena kendala waktu dan dua pemberhentian lagi Fang turun, Boboiboy akan mencari kesempatan lain.

"U-udah, le-lepaskan..." erang Fang memohon pengampunan. Tangannya meremas erat lengan Boboiboy dan kakinya menghimpit. Untung hal ini tidak menarik atensi orang-orang. Bisa habis nama baik Boboiboy.

Boboiboy melepaskan dan Fang merutuki batinnya yang malah merengek kecewa. Apalagi rasanya sakit sekali karena dia tidak bisa sampai.

Fang memutar leher tajam untuk menatap Boboiboy. Baru saja dia maubuka mulut untuk mencaci maki Boboiboy tapi ia sudah lebih dulu dibungkam dengan bibir pria itu.

Lidahnya langsung saja menyerobot masuk dan mengobrak-abrik mulut Fang.

Dan dibagian paling belakang akal sehatnya ia sibuk menjerit, 'ya ampun, ciuman pertama ku diambil oleh om-om mesum yang berani ngegrepe ku di kereta?!'

Lidah yang memaksa masuk dan mengabsen setiap deretan gigi dan rongga mulut Fang, mengajaknya bergulat lidah sambil mengeluarkan lenguhan aneh. Dadanya yang diusap lembut, menandakan nafsu yang tidak terbendung di sana.

Boboiboy masih menahan diri untuk tidak kalap kali ini. Tapi setidaknya dia ingin mengenalkan Fang pada kenikmatan orang-orang dewasa.

Saat sadar bahwa mereka sudah semakin dekat dengan tujuan mereka, Boboiboy melepaskan ciumannya. Fang memandang Boboiboy dengan tatapan tak fokus.

Iris violet berkabut nafsu. Boboiboy tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi bagaimana? Kau masih beranggapan kalau pacaran itu jelek?" Bisiknya dengan nada seduktif.

Fang membuka dan menutup mulutnya gelagapan.

Boboiboy tertawa kecil dan mengecup kilat bibir Fang yang masih gelagapan.

"Pikirkan saja dulu." Ucapnya lembut.

Dia merapikan celana Fang dan bajunya. Mengusap air mata di balik bingkai ungunya dan merapikan rambut landaknya yang tidak mungkin bisa lurus ke bawah. Boboiboy membalikkan badan Fang menghap pintu peron kereta, "Kalau kau masih penasaran, aku tunggu di depan kafe Glacier dekat sekolah." Bisik Boboiboy.

Ketika pintu peron terbuka. Fang berjalan keluar sambil menundukkan kepalanya menyembunyikan semburat merahnya. Dia menoleh sekilas pada Boboiboy yang hanya tersenyum kecil lalu berlari menuju sekolahnya.

...

A/N:

Ini sebenarnya adalah hasil iseng Valky-san di WA (makanya kalau diksinya kurang enak dari yang biasa mohon maklum). Dia tiba-tiba aja ngajak main sambung cerita. Udah lumayan lama sejak kami bikin ini tapi aku sempet lupa. Sampai akhirnya aku inget lagi dan putusin buat ngepublish.

Sejujurnya cerita ini masih ada lanjutannya, masih ada sekitar 1k+ words lagi, tapi ceritanya stuck. Valky-san gak nerusin pas giliran dia :v mungkin nanti bakalan diterusin karena ceritanya rada nanggung, tapi itu juga belum jelas. Untuk publish yang ini aku potong di bagian yang menurut ku pas buat nge-endnya.

Dan bikin ini gemes! Aku susah payah bikin Boboiboy supaya berhasil deketin Fang, eh Valky-san nya malah bikin Fangnya lebih ngehindar lagi :'v

Well, sekian dulu. Thanks udah baca dan selalu dukung BoiFang ya ^^

PS: kalau mau lanjut, tagih aja ke Valky-san ya~ wkwkwk

Ciao

Ai19