Disc. Tokoh beserta semua yang ada di dalam cerita ini adalah kepunyaan JK Rowling. Semua kecuali cerita ini, karena cerita ini murni kepunyaan saya. Sekian, terima cinta Regulus Black :)
.
.
Chapter 01 — PROLOG
Enjoy!
Terdengar langkah kaki yang sedikit menggema di tangga saat seorang gadis berambut merah melintasinya dengan tergesa-gesa. Langkahnya terhenti saat tangan lentiknya sudah mencapai pintu dapur—tempat dimana kedua wanita yang berahabat erat selama belasan tahun tengah memasak bersama.
"Umm—Mum! Can I use your and Daddy's bathroom? Ada beberapa kecoak sedang cocktail di tempatku!"
Wanita bersurai hitam yang tengah memotong sayur-sayuran tertawa kecil menanggapi seruan sang gadis. "Seriously Rosie?" ia menoleh singkat pada gadis yang ia panggil Rosie. "Kecoak ber-cocktail ria di tempatmu? Where's your wand, huh? Apa kau benar-benar penyihir?" kekehnya pelan.
Sang gadis yang dipanggil 'Rosie' itu pun terkekeh malu.
Seorang wanita bersurai kecoklatan yang tengah memanggang ayam menoleh pada Rosie—Rose nama aslinya—, anak gadisnya. Wajahnya yang masih tetap awet muda itu tersenyum kecil. "Sure honey! Pastikan kau tidak membuang-buang pasta gigi seperti adikmu dan nyalakan keran airnya saat kau mandi, okay?"
Gadis bersurai merah yang diikat asal itu mengangguk berterimakasih, dan segera melangkahkan kakinya menuju kamar khusus Ayah dan Ibunya, yang berada tepat di samping tangga.
"Coloportus," gumam gadis yang telah menginjak usia 15 tahun itu, seraya melambaikan tongkatnya ke arah pintu kamar dan meletakkan pakaian gantinya di tempat tidur. Gadis yang kerap disapa Rosie itu segera berjalan masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintu, dan mulai menata peralatan-peralatan mandinya.
"I can't write one song, that's not about you…" Rosie bersenandung pelan sembari mengambil sabun cuci mukanya dan mulai mengoleskannya ke wajah cantiknya.
Iris sapphire turunan ayahnya itu sesekali berkedip menahan pedih saat tengah berjuang untuk menyikat giginya, tanpa merusak hiasan putih yang sudah susah-susah ia pasang di wajahnya.
Gadis Weasley yang selalu mendapat juara umum di angkatannya itu terus bersenandung pelan hingga rutinitas-sebelum-mandinya selesai. Sesekali bibir kemerahannya itu mengeluarkan gaduhan kecil saat merasa sabunnya masuk ke matanya saat tengah membasuh wajahnya.
Usai membasuh wajahnya, Rose segera meraih handuk kecil yang berada di sampingnya—tentunya, masih sambil bersenandung ria, sehingga suaranya pun sedikit teredam di handuk, dan...
"—Everything means nothing if I can't have youu—!"
Manik birunya mulai membesar, kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia mengerjap-erjapkan matanya, mencoba menetralkan rasa kagetnya saat melihat ada sekumpulan kecoak di dinding, tengah merayap-rayap berjalan menuju ke arahnya.
Tersadar dari transnya, Rose dengan refleks segera menutup mulutnya—yang mulai memberontak untuk memekik—dan segera berlari keluar kamar mandi.
Dengan handuk yang masih tergantung di lehernya, Rose dengan brutal mencari-cari tongkatnya di tumpukan barang-barangnya yang ia taruh asal di ranjang.
Manik sapphire-nya berkeliling mencari-cari dimana ia menyimpan tongkatnya usai mendapat izin mandi di kamar Ibu dan Ayahnya tadi, "Merlin, tongkatku dimana, tongkatku—" gumamnya kebingungan.
"Meow~"
Rose berjengit kaget mendengar suara keongan kucing. Gadis itu menoleh kesana-kemari mencoba mencari darimana asalnya suara kucing itu. Manik sapphire-nya berhenti mencari dan terpaku mendapati seekor kucing berwarna jingga dengan ekor botolnya tengah memain-mainkan sebuah tongkat kecil dengan cakarnya—mencoba memasukkannya ke dalam lubang kecil yang berada di dekat karpet berbulu milik Ibunya.
Rose mengangkat bahunya tidak peduli. Kembali pada kecemasannya pada kecoak, dan mencari tongkatnya di sekotar ranjang. Ia menggerutu sebal saat sama sekali tidak menemukannya di sekitar ranjang. Nyaris putus asa, Rose pun membungkuk, mencoba mencari tongkatnya kalau-kalau saja terjatuh di bawah tempat tidur.
Gadis itu menghela nafas sedih saat tidak menemukan tongkatnya, dan malah kembali mendapati seekor kucing jingga berekor botol yang sudah tua yang masih mencoba untuk memasukkan tongkat yang bentuknya seperti persis seperti milik Rose ke dalam lubang.
Tiba-tiba saja ia berhenti. Hah? Tongkat yang persis seperti milikku?
Rose terbelalak ngeri saat menegakkan dirinya dan menujukan pandangannya kembali pada Crookshanks—kucing milik ibunya yang entah mengapa masih bisa hidup sampai sekarang—yang masih berusaha untuk memasukkan tongkatnya ke dalam lubang kecil itu.
"Oh no—no! No! Crookshanks! Stop it!" Rose berseru panik. Gadis itu segera berlari pada Crookshanks dan mengangkat—read;melempar— kucing itu ke ranjang orangtuanya.
Rose segera meraih tongkatnya yang nyaris saja jatuh masuk ke dalam lubang. Ia menghela nafas lega. "Merlin, that was close," gumamnya bersyukur.
Pandangannya yang semula tertuju pada langit-langit kamar orangtuanya segera beralih pada tangannya yang mendadak, entah mengapa terasa gatal—seperti ada yang merayap. Dan benar saja.
Rose kembali membelalakkan iris biru langitnya saat melihat beberapa kecoak merayap di atas tangannya menuju lengan atasnya. Ia mencoba menetralkan nafasnya, menatap kecoak-kecoak yang entah mengapa semakin merayap di dekat bahunya, dan—
"AAAARGHHHHHH!"
"MEOWWW!"
Rose tak mengindahkan erangan kaget Crookshanks dan tetap memutar-muatarkan lengannya, mencoba melepaskan diri kecoak tanpa harus memegangnya, "GET AWAY FROM ME YOU BLOODY DAMN COCKROACHES!"
DUK!
GASP!
—tongkatnya pun terlepas, masuk ke dalam lubang.
"OH NOOOO!"
Kecoak terlepas, dan Rose kembali terbirit-birit menghampiri lubang kecil, tempat dimana tongkatnya jatuh masuk. Ia berjongkok dan kembali menggerang kesal. Manik sapphire-nya berkilat marah ke arah Crookshanks—yang berjalan pergi tanpa rasa bersalah—dan kecoak-kecoak yang sudah merayap terbirit-birit masuk ke kamar mandi.
"Akan kubalas kalian," desisnya penuh kebencian.
Ia kembali menolehkan kepala merahnya, memandang putus asa lubang kecil yang berada di depan sandal kelinci rumahannya. "How lucky I am today," gumamnya datar.
Sedetik kemudian, Rose pun menghentak-hentakkan kakinya kesal dengan wajahnya yang memelas. "Ini semua tidak akan terjadi kalau saja kecoak itu tidak datang ke kamar mandi dan Crookshanks yang seharusnya tidak mencoba memasuk-masukkan tongkatku kesanaaa," rengeknya masih menghentak-hentakkan kakinya tepat di lantai kayu kamar orangtuanya di Grimmauld.
BRAK!
Refleks, Rose mundur teratur. Manik birunya lagi-lagi membelalak kaget saat melihat lantai kayu yang semula dipijaknya kini hancur sebagian, dan memperlihatkan tangga bawah tanah.
Rose mengangkat sebelah alisnya. Tangga bawah tanah?
"Rosie?! Sayang! Are you okay?!" Rose berjengit kaget saat mendengar suara ibunya yang terdengar khawatir dari balik pintu.
"Yeah mum! Relax! Aku baru saja terjatuh saat bergulat dengan kecoak!" jawabnya cepat. Ia bisa mendengar dengusan Ibunya dan gelak tawa Bibinya yang membahana dari arah dapur.
"Okay! You better hurry up! Sepupumu dan keluarga Malfoy sedang dalam perjalanan menuju kesini, oke?!" pekik Ibunya lagi dari luar.
Rose hanya menyahut seadanya, dan mendengar langkah kaki ibunya yang menjauh.
Ia segera mengalihkan pandangannya menuju tangga bawah tanah, dan memincingkan matanya sejenak, menganalisis apa tangga ini berbahaya atau tidak. "Ouch, persetan! Tongkatku di dalam dan aku harus masuk mengambilnya!"
Rose pun berjalan masuk menuruni tangga masih dengan gerutuannya yang setia menemani.
"—ini benar-benar merepotkan! Aku belum mandi, and, what did my Mum say? Keluarga Malfoy? You must be kidding Mum! Mau apa Paman Draco kesini? Keluarga? Apa Grandpa-Grandma Malfoy juga akan datang? Ugh, ini benar-benar akan jadi hari yang panjang untukku! Dan lagi, kenapa tangga ini harus berjarak-jarak sih! Menyebalkan seka—uh hey it's my wand! How are you, huh?"
Rose menghentikan gerutuannya dan berjongkok memungut tongkatnya. Ia memekik senang dan segera memeluk tongkatnya erat-erat. "Akhirnya! Aku menemukanmu, baby!" ujarnya senang.
Baru saja Rose hendak berbalik menaiki tangga untuk ke atas, dan memperbaiki kekacauannya di kamar orangtuanya, manik kebiruannya lagi-lagi harus membulat karena melihat sebuah pintu kuno yang berdiri tepat dihadapannya.
Yeah, kali ini Rose tidak mengulang kalimat yang sama di pikirannya.
Mungkin memang benar apa yang dikatakan pepatah. Buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Ronald Weasley—ayahnya dan teman-temannya saja selalu berhasil menemukan sesuatu yang tidak terduga. Persis seperti dirinya dan sepupunya—Albus.
Rose berdecak dan mengangkat bahunya, "Okay, let see, apa dibalik pintu ini ada Kakek Voldy, laba-laba raksasa, atau anjing berkepala tiga, hah! Aku tidak takut! HAHAHA!" entahlah apa yang sedang dipikirkan gadis muda ini.
Rose menghentikan tawanya.
Biar saja dirinya belum mandi, kini tidak ada yang bisa menghentikan rasa penasaran seorang Rose Granger-Weasley, yang baru menemukan sesuatu yang bisa membuatnya sepenasaran ini. Melebihi rasa penasarannya terhadap 'bagaimana-melihat-penampilan-pewaris-Malfoy-sedang-topless'
Apa yang barusan ia pikirkan? Scorpius topless, huh? Rose nyengir membayangkannya.
"Hell," gadis bersurai merah itu menggumpat pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Fokus, Rosie.
Maka Rose pun segera menganyunkan tongkatnya sembari menggumam pelan "Alohomora," dan Rose pun segera memasuki ruangan bawah tanah itu.
Ruangan bernuansa putih yang berdebu segera memenuhi pandangannya. Terlihat olehnya secercah cahaya keperakan, menari-nari dan berpendar di kotak kaca. Dia menoleh mencari sumber cahaya itu dan melihat cahaya putih keperakan bersinar cemerlang dari dalam lemari hitam di belakangnya. Pintu lemari itu tidak tertutup rapat.
Rose berjalan mendekat kea rah lemari hitam itu, dan menemukan hal yang tidak biasa.
Itu adalah piring besar keperakan yang ia ketahui sebagai pensieve, dan beberapa botol kecil dalam keranjang berpita merah muda di meja sampingnya. Dahinya berkerut heran saat mendapati semua itu.
Tapi fokusnya kembali ditarik, saat tangannya menggapai sebuah buku bersampul hijau berukuran sedang yang sangat berdebu di salah satu rak lemari. Gadis itu pun mulai meniliknya dengan teliti.
And, voila! Can you guess it, hmm?
Gadis bersurai merah yang merupakan putri pertama Ronald Weasley dan Hermione Granger-Weasley itu menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Albus harus tahu tentang ini!"
.
.
to be continued
[K/N - 1st AUGUST 2021] well hello guyssss! kembali lagi bersama khe dan fanfict drafemry nya, ohohohoho! how u doing btw?
it's still prolog, but i do hope that, kalian bisa suka, terlepas dari banyak typo, ke-OOCan, dan kekurangan lainnya sieee lol!
oh iyaaa, happy birthday harry potter, si sumber inspirasi! yah gak terlalu telat lah ya... pokoknya sehat-sehat trs!
jangan lupa kalian, buat tinggalin jejak berupa komentar-saran-dkk setelah membaca ya! ngiehehhee~
