Disclaimer: Naruto hanya milik Hinata, setelah milik Om Masashi tentunya.
Pairing: Ino x Sai
Happy reading, minna!
.
.
.
Bel sekolah berdering selama beberapa saat membuat para muridnya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing menjadi rapi dan tenang. Ino yang tadinya sibuk membicarakan tentang para ikemen selebgram dengan beberapa teman perempuannya pun kini membungkam mulutnya. Bukan apa-apa, pasalnya jam pertama adalah perwalian dan diisi oleh wali kelasnya yang terkenal amat kejam, galak, dan cerewet itu.
Anko-sensei, namanya. Guru mapel Biologi yang suka melakukan berbagai macam eksperimen aneh bersama dengan mitra kerjanya yang juga merupakan profesornya, Orochimaru-sama tidak akan sungkan untuk menjadikan murid-murid yang melawannya sebagai mangsa ular-ular peliharaannya. Selain itu, ia dikenal sangat barbar dengan tampilannya yang memang sudah sangar. Yah, siapa juga yang akan mengajar sambil membawa ular dan membawa senjata ke sekolah? Walaupun memang senjata bernama kunai diperbolehkan dibawa oleh seorang guru untuk berjaga-jaga dari serangan musuh, tetap saja jaman telah berganti. Ini bukan eranya para shinobi, kawan!
"Brak!" terdengar suara pintu yang dibuka dengan kasar. Andai saja pintu bisa berbicara, sudah pasti ia akan mengeluh kesakitan. Seluruh penghuni kelas tak ada lagi yang kaget karena memang begitulah wali kelas mereka. Iruka-sensei yang melihatnya pun segera menegur rekan kerjanya.
"Ne, Anko-san. Lebih baik kau membukanya pelan-pelan saja, itu sudah pintu ke sepuluh yang rusak pada bulan ini. Lagi pula, pintunya kan tidak dikunci, lalu-" belum sempat Iruka-sensei menyelesaikan perkataannya namun sudah dipotong oleh Anko-sensei.
"Urusai!!!(Berisik!!!)" bentak Anko-sensei membuat Iruka-sensei meneguk ludahnya dengan keras. Ia pun buru-buru pamit sebelum Anko-sensei membunuhnya.
Ia masuk ke dalam kelas diikuti oleh seorang remaja laki-laki yang berkulit putih pucat seperti mayat, orang-orang pasti mengira dirinya sakit dan akan memintanya pergi ke rumah sakit untuk check up. Wajahnya yang asing membuat para penghuni kelas memperhatikannya, tentu saja ia juga berparas tampan bak tokoh utama di dalam novel romansa. Tubuhnya jangkung dan atletis membuat hampir seluruh siswi mimisan. Naruto yang melihat Hinata sedikit merona pun berteriak, "Ne, Hinata-chan! Kau bahkan merona kepadanya?!"
Wajar saja Naruto berkata seperti itu, karena sedari dulu sejak mereka masih anak-anak, Hinata hanya menyukainya dan selalu merona setiap kali mereka bertemu dan akan seperti itu selamanya, pikir Naruto. Namun, kedatangan sosok mayat hidup itu menghancurkan pemikirannya.
Seorang gadis bersurai blonde sepunggung pun tak kuasa untuk tak menatap wajah tampan pemuda itu. Matanya bahkan tak mengerjap barang sedetik pun!
"Pelet! Ini pasti pelet! Sudah pasti aku dipelet pake semar mesem," inner Ino berteriak.
"Naruto!" teriak Anko-sensei sambil melempar penghapus papan tulis ke arah Naruto. Benda persegi panjang itu melayang dan mendarat dengan mulus di wajah pria bersurai kuning itu.
"Arghh, ittaaiiii-ttebayo!!!(sakiiiit!!!)" teriak Naruto kesakitan.
"N-naruto-kun, daijobu? (apa kamu baik-baik saja?)" tanya Hinata khawatir.
Anko-sensei pun kembali bersuara, "kita kedatangan teman baru di kelas ini. Baiklah Sai, silahkan perkenalkan dirimu!"
"Namaku Sai, umurku 17 tahun, hobiku melukis dan membaca, mohon bantuannya untuk ke depannya, semua." Ucap siswa bernama Sai tersebut seraya menyunggingkan senyum palsunya. Menurut buku pertemanan yang ia baca, kesan pertama dalam bertemu seseorang sangatlah penting. Oleh karena itu, kita harus memberikan kesan yang baik dan ramah dan sebuah senyuman akan memberikan kesan ramah dan menyenangkan sehingga ia pun tersenyum.
"Kyaaa!!! Tampannya!" pekik gadis-gadis. Jika di anime atau komik, mata mereka akan berubah bentuk menjadi hati. Sakura menatap pemuda tersebut selama beberapa saat. Yang ada di benaknya sekarang adalah murid baru tersebut mirip dengan seseorang yang telah lama mengisi relung hatinya. Dia adalah Sasuke-kun, pemuda uchiha yang memiliki mata berwarna hitam segelap malam dan tajam seperti pedang. Namun perbedaan antara keduanya terletak pada model rambut, warna kulit, dan gayanya. Tentu saja masih ada perbedaan-perbedaan yang lain, tapi dalam kasus ini adalah tampilan luar mereka berdua. Artinya, yang mudah diketahui oleh orang lain.
Ino menoel lengan Sakura, "Oi, Jidat. Apakah kau berpikir bahwa dia mirip dengan seseorang?" bisik Ino.
Sakura mengangguk, "menurutku dari segi penampilan iya mereka terlihat mirip, namun juga berbeda." Ino setuju dengan perkataan sahabatnya.
"Baiklah, kalau begitu kau duduk di samping Naruto," ucap Anko-sensei seraya menunjuk kursi kosong di samping Naruto.
"Brak!!!" Naruto menggebrak mejanya dengan sangat keras, membuatnya menjadi pusat perhatian. Shikamaru yang duduk persis di sebelahnya pun terkejut dan terbangun dari tidurnya.
"Mendokusai(merepotkan)," ucap pemuda berambut seperti nanas tersebut dengan malas.
"Baka, Naruto!! Apa yang kau lakukan?!" bentak Sakura. Ia sempat terkejut karena suara gebrakan Naruto yang tiba-tiba.
"ANKO-SENSEI. SASUKE KAN SEDANG BERADA DI LUAR KOTA UNTUK SEMENTARA WAKTU. AKU YAKIN SEBENTAR LAGI DIA AKAN KEMBALI. JADI, AKU TIDAK MAU SI PUCAT ITU DUDUK DI SAMPINGKU!!" ucap Naruto berapi-api sambil menunjuk Sai.
Anko menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan kasar. Diraihnya benda kecil berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu jati kualitas terbaik meskipun itu hanyalah sebuah penghapus papan tulis dan melemparkannya pada Naruto. Benda tersebut berhasil mendarat tepat sasaran di kepala Naruto sehingga membuatnya meringis kesakitan sambil mengelus-elus kepalanya.
"Ittaiiiiiiii!!!!"
"N-naruto-kun, daijobu?" tanya Hinata, kekasih pemuda bersurai kuning itu- khawatir.
"Ah, sepertinya tidak, Hinata-chan," balas Naruto sambil meringis kesakitan.
"Apa kau tidak tahu bahwa Uchiha Sasuke telah keluar dari sekolah ini? Sudah diam saja! Biar Sai yang duduk di kursi kosong itu. Kalau kau keberatan, cepat kerjakan seratus soal biologi. Jika ada jawaban yang salah, akan kujadikan kau menu makan siang Manda," ucap Anko-sensei.
fyi, Manda merupakan nama salah satu ular peliharan Orochimaru.
Naruto pun bergidik ngeri. Mau tak mau ia harus menyetujuinya. Pemuda bernama Sai itu melangkahkan kakinya menuju arah Naruto. Lebih tepatnya kursi kosong di sebelahnya.
"Baiklah, tersisa waktu sepuluh menit. Kalian bisa berkenalan dengannya dan mempersiapkan untuk pelajaran pertama. Sensei mau pergi."
Sai memberikan sebuah senyuman kepada Naruto yang langsung diabaikan olehnya dengan cara memalingkan muka.
"Anu, tidak usah dipikirkan. Naruto itu memang orangnya bodoh seperti itu. Ngomong-ngomong, perkenalkan namaku Sakura," ucap Sakura seraya tersenyum kikuk. Ia merasa tak enak dengan Sai karena ulah memalukan Naruto. Bagaimanapun juga, Naruto dan Sakura sering bersama-sama sejak kecil. Tentu saja karena ada Sasuke di samping Naruto, makanya ia selalu nempel bak tanaman anggrek yang menempel pada inangnya.
Sai memandanginya selama beberapa saat. 'Saat berteman kita harus berkata apa adanya dan memujinya setulus hati. Lalu, kita harus memberikan julukan supaya terkesan akrab. Hm... Gadis ini memiliki dahi yang lebar dan rambut yang seperti permen kapas.'
"Salam kenal, Dahi Lebar. Rambutmu kusut seperti permen kapas, mohon bantuannya," ucap Sai seraya tersenyum.
"..." bisa dibayangkan kan, ekspresi Sakura dan kawan-kawan?
Ino mati-matian menahan tawanya. Naruto yang tadinya membuang muka pun terkejut dan menoleh ke arah Sai. Shikamaru melanjutkan tidurnya, "hah... Mereka ini merepotkan sekali."
"Kau dengar, Sakura? Orang pun langsung tahu bahwa dahimu lebar. Wkwkwkkw," ucap Ino seraya menutup mulutnya supaya tidak tertawa lepas.
"Gawat, Sakura-chan terlihat sangat marah," batin Naruto saat melihat aura di sekitar Sakura berubah.
"SHANAROOOO!!" teriak Sakura seraya menghantam wajah Sai dengan amat keras hingga tubuhnya menabrak Naruto dan Kiba. Mereka bertiga jatuh tersungkur.
"Sa-sakura-chan, ittai," ucap Naruto. Sial kali dirinya sudah babak belur di pagi hari. Triple kill lagi!
"Oi, Sakura! Kenapa aku juga kena imbasnya sih?!" ucap Kiba kesal.
"Apa ada yang salah dengan perkataanku?" ucap Sai heran.
"TENTU SAJA ADA, BODOH! DASAR MAYAT HIDUP TAK BERPERASAAN! PEKA DONG JADI COWOK!" bentak Naruto emosi. Sudah tiga kali dirinya dihajar gara-gara ulah si murid baru, batinnya.
Setelah itu mereka bangkit dan duduk di tempat masing-masing. Sai menyadari ia sedang ditatap intens dari arah samping kiri. 'Tidak mungkin Sakura-san kan?' Ia pun menoleh dan mendapati sosok gadis bersurai pirang tengah menatapnya dengan intens. Ino yang 'terciduk' pun salting dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, lalu tersenyum kikuk.
Raut wajah Sai berubah menjadi serius. Ia sedang berpikir. 'Sedaritadi dia terus-terusan menggaruk-garuk kepalanya. Hm... Mungkinkah rambutnya berketombe? Lalu, julukan apa yang tepat untuk aku beri? Tapi, sepertinya memberikan julukan secara tulus tidak akan berhasil seperti yang kuberikan kepada Sakura-san. Aku heran kenapa dia marah.'
"Hai, Nona Cantik." Sapa Sai seraya tersenyum. Orang-orang yang mendengarnya melongo, yah meskipun Ino memang cantik sih. Sakura merasa tak terima.
"Apa?! Sialan! Kenapa kamu memujinya, oi mayat hidup!" ucap Sakura kesal. Sementara itu, Ino tampak salah tingkah. Wajahnya sudah semerah tomat sekarang dan dia pun menjadi gugup. Refleks tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Sai mengamatinya, lalu sorot matanya tampak lebih serius.
'Sudah kuduga, dia memang berketombe. Mungkin dia akan berterima kasih jika aku menyarankan merek shampoo yang bagus untuk menghilangkan ketombe.'
"Rambut nona sangat indah," ucap Sai. Ino semakin tersipu malu dipuji oleh cowok tampan seperti Sai. "Alangkah baiknya memakai shampoo merek Pant* untuk menghilangkan ketombe." Ino memudarkan senyumannya. "E-eh?"
Sekarang giliran Sakura yang menahan tawanya. "Hei, Ino buta-chan (Ino babi hutan), sepertinya sekarang namamu Ino ketombe-chan wkkwkwkwkwk."
"SIALAN! APA MAKSUDMU, ANAK BARU?!! RAMBUTKU INI TIDAK BERKETOMBE!!" bentak Ino. Dirinya marah dihina secara tidak langsung oleh pemuda berkulit pucat tersebut. Tanpa basa-basi ia melemparkan botol minumnya ke arah Sai. Alhasil, isinya tumpah dan membasahi seragam pemuda tersebut.
"Oi,oi!" ucap Naruto panik karena minuman tersebut hampir mengenai dirinya.
"Hah... Apa ada yang salah dengan perkataanku?" ucap Sai tak mengerti. Padahal, ia sudah memberikan saran terbaik kepada gadis bersurai pirang tersebut.
"Tentu saja ada, bodoh!" bentak Naruto. Murid baru di sebelahnya memang payah dan tak peka, begitulah pikir Naruto. Ia sangat amat jengkel terhadap Sai karena ia selalu terkena getah apa yang telah diperbuat Sai. Kalau kata Shikamaru, "mendokusai."
"Oi, oi, itu jargonku," ucap Shikamaru.
"Kriet..." suara pintu yang dibuka menampilkan sosok pria bersurai abu-abu dengan masker yang selalu dipakainya. Tentu saja di tangan kanannya terdapat buku mesum karya Jiraiya sang Ero Sannin. "Kelas ini ramai sekali. Sepertinya ada kejadian menarik," ucapnya lalu segera masuk ke kelas.
Kakashi melihat sosok Sai, pemuda yang baru pertama kali ditemuinya. "Kamu pasti murid pindahan itu, kan?" tanya Kakashi-sensei. Sai menjawab, "ya."
Kakashi mengernyitkan dahinya heran. "Ng? Kenapa seragammu basah? Habis berenang?"
Wajah Ino mulai panik, 'duh, sial. Kok aku jadi panik gini, ya?'
"Ano, hanya ada kesalahpahaman," jawab Sai. Kakashi mengamati keadaan sekitar dan mendapati wajah Ino yang tampak pucat. Ia pun mulai mengerti garis besarnya.
"Baiklah, Ino, tolong antarkan Sai ke UKS. Kalau tidak salah di sana ada seragam yang tak terpakai," ucap Kakashi.
"Ng..." Ino tampak enggan. Bagaimanapun juga, ia sangat kesal dengan Sai. Tapi, dia juga yang membuat seragamnya basah.
"Ugh, baiklah. Daripada dia sakit, ntar aku yang repot," ucap Ino sambil bangkit dari kubur, eh tempat duduk.
"Oi, mayat hidup! Maksudku, Sai. Cepat berdiri!" ucap Ino ketus.
"Mohon bantuannya, Nona Cantik," ucap Sai seraya tersenyum. Ino meliriknya.
'Sial! Dia manis banget! Ah... Gak kuat!' batinnya menjerit. 'Oi, sadar, Ino! Dia telah mempermalukanmu!'
"Huh!"
Mereka berdua pamit kepada Kakashi-sensei untuk menuju ke ~~pelaminan~~, eh UKS dan Kakashi-sensei membuka pembelajaran seperti biasa.
.
.
.
Heyyo, minna-san!!!
Seneng banget akhirnya bisa update cerita di sini setelah bertahun-tahun cuma jadi reader dan itupun jarang komen. Jadi, aku tu baru tau caranya buat cerita di sini wkwkwk. Semoga ceritanya bisa lanjut, ya! Semoga gak kena PHP dari acuuuuu xD karena aku tu emang terkenal suka nge-PHP-in para readersku ('ε') Yah, kalau sudah selesai membaca, mohon meninggalkan reviewnya ya, minna! Bye-bye!!!
