Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
Kimetsu No Yaiba: Koyoharu Gotoge
.
.
.
Pairing: (belum diketahui atau mungkin tidak ada pairing sama sekali)
Genre: friendship, scifi, horror, humor, fantasy, adventure
Rating: M
Setting: Alternate Universe (AU)
.
.
.
Is There Any Hope?
By Hikayasa Hikari
.
.
.
Chapter 1. Tidak! Nezuko!
.
.
.
Raungan keras dari beberapa sosok mengerikan, menggema di keheningan malam. Kondisi mereka berantakan, bersimbah darah. Mata yang melotot. Muka yang putih pucat. Mengejar dua mangsa yang ada di depan, dengan beringas.
"Cepat!" seru seorang laki-laki remaja berambut merah gelap, berteriak sambil menggandeng tangan adik perempuannya.
"Ta ... tapi, Oni-san ... aku tidak tahan lagi," balas gadis remaja berambut hitam panjang yang berlari di belakang kakaknya.
"Tahan dulu, Nezuko!"
Kamado Tanjiro melihat ke belakang. Matanya terbeliak saat melihat satu sosok kecil yang melompat ke arahnya -- tepatnya mau menerkam Kamado Nezuko. Kecepatan makhluk mengerikan itu tidak dapat diperhitungkan, mengakibatkan jeritan Nezuko melengking di area perumahan itu.
Makhluk mengerikan berjenis kelamin perempuan, berhasil menggigit pergelangan tangan kiri Nezuko. Tanjiro yang panik, langsung menendang kepala makhluk itu seperti menendang bola. Badan makhluk itu terputus dari kepalanya, tetapi kepalanya tetap menempel di tangan Nezuko.
Tiba-tiba, kepala yang masih menggigit tangan Nezuko, ditusuk dari samping oleh sesuatu yang berkilat. Sesuatu itu berbilah panjang dan ramping. Kemudian kepala itu berhenti bergerak, dan terlepas dari tangan Nezuko.
"Nezuko," kata Tanjiro memeluk Nezuko yang sudah terkulai lemas. Dia jatuh berlutut, menyaksikan seseorang berlari dengan pedang menyerupai katana di tangan kanan. Pedang itu terayun cepat untuk menikam otak dan jantung makhluk-makhluk ganas itu.
Satu persatu makhluk yang merupakan manusia yang terinfeksi, jatuh dan terkapar. Kepala mereka hancur dengan dada kiri yang bolong. Darah merah kental berceceran di mana-mana.
"Siapa dia?" tanya Tanjiro setelah sadar dari keterpakuannya.
Seorang laki-laki berambut pirang mengenakan jaket jingga yang melapisi pakaian kasualnya, datang menghampiri Tanjiro dan Nezuko. Tudung jaket menutupi kepalanya. Badannya sudah dipenuhi bercak-bercak darah.
"Apa kalian baik-baik saja?" tanya laki-laki berambut pirang, menurunkan tudung jaketnya sehingga wajahnya terlihat oleh Tanjiro.
"Hah? Kau, Naruto," jawab Tanjiro melebarkan mata, "aku baik-baik saja, tetapi Nezuko..."
Perhatian Tanjiro tertuju pada tangan kiri Nezuko yang terluka. Uzumaki Naruto juga melihat ke arah yang sama. Lantas Naruto mengeratkan gagang pedangnya. Menukikkan alis.
"Adikmu sudah terinfeksi, Tanjiro. Aku harus segera membunuhnya sebelum menjadi zombie," kata Naruto bersikap tenang yang membuat Tanjiro terperangah.
"Jangan bunuh adikku!" sanggah Tanjiro semakin memeluk kuat Nezuko.
"Tapi, ini demi kebaikanmu."
Naruto tidak mempedulikan larangan Tanjiro. Pedang yang digenggamnya, terayun vertikal ke bawah untuk menikam kepala Nezuko. Mendadak, Nezuko sigap menangkap bilah pedang Naruto. Mengejutkan Naruto dan Tanjiro.
"Jangan bunuh aku!" kelakar Nezuko. Suaranya keras. Matanya melotot. Tapi, mata kirinya yang berubah menjadi putih-keabuan -- mata yang menandakan terinfeksi virus zombie.
"Nezuko," sahut Tanjiro tercengang. Nezuko terlepas darinya.
Nezuko berdiri menghadap Naruto. Tangannya masih menggenggam bilah pedang Naruto. Alisnya menukik.
"Kau masih bisa berbicara walaupun sudah terinfeksi, Nezuko," ucap Naruto turut menukikkan alis.
"Jangan bunuh aku!" balas Nezuko meninju keras perut Naruto.
Naruto meringis kesakitan pada perutnya. Dia jatuh berlutut. Pedangnya tersungkur di depannya. Sementara Tanjiro terpaku. Bingung dengan apa yang terjadi.
Nezuko diam bergeming. Menatap kosong Naruto. Wajahnya datar. Naruto yang semula menunduk, balik memandangnya. Dia tahu apa yang terjadi pada Nezuko.
Keheningan tetap menemani Naruto dan kedua remaja itu, di jalanan raya yang diapit pagar perumahan. Naruto yang menahan perasaan sakit, berdiri dengan bantuan sanggahan dua telapak tangannya yang bertumpu di permukaan aspal. Memperhatikan keseluruhan wajah Nezuko.
"Sepertinya ... adikmu menjadi manusia setengah zombie, Tanjiro," ungkap Naruto bermuka serius.
"Hah? Apa itu benar?" tanya Tanjiro melebarkan mata.
"Ya. Soalnya zombie yang menggigit adikmu tadi, bayi yang masih berumur enam bulan. Berarti virus yang ada di dalam tubuh adikmu ini, berjumlah sedikit. Sehingga adikmu masih bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya."
"Kalau kenyataannya begitu, apa boleh buat. Tapi, apa adikku bisa sembuh nantinya?"
"Aku yakin dia bisa sembuh."
"Syukurlah."
Tanjiro menghela napas lega. Kemudian merobek sedikit lengan kiri bajunya yang panjang. Melilitkan kain robekan itu di luka di tangan kiri Nezuko.
Naruto mengambil pedangnya yang ada di kakinya. "Sebaiknya kalian ikut denganku sekarang. Karena aku takut masih ada zombie-zombie yang berkeliaran di sini."
Tanjiro mengangguk seraya menggendong Nezuko di punggungnya. "Ya."
"Ayo!"
Naruto berlari kencang dan diikuti oleh Tanjiro yang bersusah membawa Nezuko. Mereka masuk ke gang kecil yang diapit dengan pagar batu setinggi empat meter. Di ujung gang itu, ada pintu besi. Naruto yang membuka pintu itu dengan cara memutar bagian tengah berbentuk stir mobil.
Naruto dan dua rekannya berhasil masuk ke sebuah lorong panjang setinggi dua meter. Lorong itu berdindingkan besi. Kegelapan menyertai mereka.
"Apa kalian kehilangan keluarga kalian?" tanya Naruto ketika menghidupkan senter bertenaga baterai.
"Ya," jawab Tanjiro menunduk, "kejadiannya begitu cepat. Ada banyak zombie yang berhasil masuk ke rumah kami. Menerkam orang tua kami. Kami berhasil selamat karena lewat pintu belakang.
"Aku juga mengalami hal yang sama dengan kalian."
Naruto meredupkan mata. Alisnya melengkung ke atas. Perasaan sedih ditahannya demi kelangsungan hidupnya.
Kesunyian menghantam tempat itu. Suara Naruto yang mengusir kelengangan itu pergi.
"Walaupun kita sudah kehilangan keluarga, kita harus tetap berusaha bertahan hidup sampai wabah ini berhenti. Kita tidak boleh berputus asa," tutur Naruto menoleh ke arah Tanjiro yang berdiri di belakangnya.
Tanjiro mengangguk beberapa kali. "Aku mengerti. Tapi, apa yang menyebabkan wabah ini terjadi?"
"Aku tidak tahu penyebab pastinya, tapi aku mendengar dari percakapan ayah dan ibu pagi tadi, ada seorang pendatang dari negara lain yang tiba di bandara. Tiba-tiba, pendatang itu meninggal, lalu beberapa detik kemudian, dia berubah menjadi zombie. Zombie yang bergerak sangat cepat dan menerkam orang-orang yang ada di bandara."
Naruto menjelaskan apa yang diketahuinya. Mulai berjalan beriringan dengan Tanjiro, menyusuri lorong itu. Suara Naruto bergema keras, tidak mengganggu Tanjiro.
"Hari ini, wilayah kita yang diserang oleh sekelompok zombie. Padahal para tentara ingin mengungsikan kita sesegera mungkin, tetapi mereka tidak pernah datang ke sini," umpat Naruto bertampang kesal, "semua orang yang ada di sini, sepertinya sudah menjadi zombie. Jadi, kita bersembunyi dulu di rumahku."
"Apa rumahmu sudah aman dari zombie?" tanya Tanjiro bermuka cemas.
"Aku sudah membunuh mereka dengan pedang milik kakekku ini. Ya, kita bersembunyi di tempat rahasiaku."
"Tempat rahasiamu?"
Tanjiro membesarkan mata. Ternganga. Naruto tersenyum, mengangguk. Mereka berhenti berjalan saat menemukan pintu besi yang sama seperti pintu utama tadi.
"Tempat rahasiaku yang dibuat oleh asistenku," ungkap Naruto saat memutar knop pintu besar menyerupai stir mobil, "kau akan mengetahuinya saat masuk ke sini, Tanjiro."
Naruto masuk duluan. Tanjiro menyusulnya. Mata Tanjiro membulat sempurna.
"Ini ... perpustakaan?" seru Tanjiro. Suaranya keras, bergema.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Cerita baru di fandom Naruto x Kimetsu No Yaiba. Cerita ini terinspirasi dari film zombie yang berjudul Walking Dead dan I Am A Hero. Lalu, bagaimana pendapatmu dengan cerita ini? Terima kasih ya karena kamu sudah membacanya.
Dari Hikayasa Hikari.
Minggu, 24 Juli 2022
