Brengsek. Brengsek. Semua orang brengsek.

Miku—seperti tukang kabur kebanyakan—menjejakkan kakinya di atap sekolah. Ia berhasil melewati guru piket cukup dengan bicara ingin pergi ke UKS karena sakit. Beruntungnya guru sial itu membiarkan Miku. Ah, tapi hampir semua guru sama saja. Entah karena mereka mengenal Miku atau apa, yang jelas gadis itu bisa melakukan apa pun di sekolah ini dengan bebas.

Ada yang penasaran mengapa itu terjadi? Hah. Karena Hatsune Miku merupakan seorang anak konglomerat yang cerdas. Nilai-nilainya bagus—terlalu bagus. Hanya saja, ada satu hal yang kemudian membuat sang gadis merasa tersenggol; seorang siswi pindahan brengsek bernama Kagamine Rin. Hanya dengan satu gebrakan saja, cewek sial itu berhasil merebut semua yang ia miliki. Mulai dari teman, perhatian guru, sampai prestasi. Rin berhasil sampai di sana hanya dalam waktu yang singkat.

Siapa itu Kagamine Rin? Benar. Ia adalah orang yang tadi pagi diganggu Miku. Miku memang sering mengganggu dan menjahili Rin. Jangan tanya mengapa. Ya jelas karena itu menyenangkan. Bukankah kita akan puas jika melihat orang yang mengganggu kita terlihat menyedihkan? Salah sendiri membuat kita merasa terpojok.

Sial sekali. Hidup Miku berantakan hanya karena Kagamine Rin berhasil merebut posisinya sebagai juara umum sekolah tahun lalu. Padahal hidup Miku selalu bahagia, setidaknya sampai satu semester ia mengenal si cebol itu. Ia pikir masih ia yang paling cerdas. Ia kira masih ia yang paling pintar. Ia bertahan dengan merasa paling bisa meraih segalanya. Namun ternyata… salah. Miku salah.

Miku masih ingat bagaimana si brengsek itu tersenyum lebar, memberinya ucapan selamat karena 'berhasil' meraih peringkat kedua juara umum. Ia tak tahu bahwa pada hari yang sama, baik secara mental maupun fisik, ia akan benar-benar merasa tersiksa bagai berada di neraka.

Selama lima hari Miku tidak boleh makan. Haha. Kaa-san memang brengsek. Otou-san juga sama saja. Ia berhenti bersikap baik pada Miku. Padahal hanya ayah tiri. Memang sial. Miku ingat bagaimana hari itu ia menangis dan memohon agar Kaa-san tidak murka kepadanya; bagaimana ia berjanji akan kembali menjadi yang teratas untuk dapat membanggakannya.

Jujur saja, Miku benar-benar kaget saat sebuah tamparan keras mencium pipinya setiba di rumah hari itu. Ia juga kaget ketika Kaa-san melemparkan berbagai hujatan mematikan jiwa dan raga. Miku tak terbiasa. Selama ini, Kaa-san memang jarang berada di rumah. Kalau pun ada, wanita itu hanya akan menyapanya dengan hangat. Namun tiba-tiba ia berubah. Ya. Hanya karena prestasi Miku yang sedikit menurun.

Miku kesal. Marah. Sayang sekali ia tak punya apa-apa untuk melampiaskan. Satu-satunya yang bisa ia pikirkan adalah siapa yang menyebabkan hal ini terjadi; Kagamine Rin. Brengsek. Detik itu juga, Miku membencinya.

Haha. Tahu apa yang lucu? Rupanya Miku tidak sendiri. Banyak yang membenci gadis menyebalkan itu. Miku pun merekrut mereka menjadi komplotannya. Yah, ia tak bisa menyebut mereka sebagai teman sih. Entah apakah mereka membicarakan Miku di belakang atau tidak, tapi saat mereka bersama-sama, Miku merasa bisa melakukan apa saja dan takkan ada yang berani macam-macam. Dan semua terbukti saat mereka mulai menghapus keceriaan dari wajah Kagamine Rin.

"Haaah…"

Miku merentangkan kedua tangannya sambil berbaring terlentang di atas lantai. Tiada yang lebih menenangkan dibanding birunya langit siang. Tak ada yang terpikirkan. Hanya menunggu semilir angin datang, menerbangkan sisa-sisa daun dari pohon. Ah sial, Miku mengantuk.


Kaito memperkenalkan diri di depan kelas yang akan menemaninya dua tahun ke depan.

"Ikemen."

"Sepertinya ia pintar."

"Orang-orang keren itu selalu kelihatan cool ya."

Kaito tersenyum singkat mendengar komentar mereka yang berkomentar. Entah mereka melakukannya dengan sengaja atau tidak, yang jelas suara-suara itu terdengar bersahutan. Sensei yang sedang mengajar saja sampai ikut tersenyum.

"Kau boleh duduk di bangku belakang sana, Kaito," Meiko-sensei menunjuk sebuah bangku kosong di sebelah bangku yang dekat dengan jendela. Alis Kaito agak berkedut karena bangku di dekat jendela itu juga kosong.

"Boleh aku duduk di dekat jendela?" tanya Kaito. Meiko-sensei tersenyum.

"Bangku itu sudah diisi," ucapnya, "Tapi karena sedang kosong, untuk sementara kau boleh duduk di situ kalau mau."

Kaito mengangguk, kemudian berjalan ke bangku di dekat jendela. Ia sempat melirik Kagamine Rin yang duduk di urutan paling depan. Oya. Kaito berhasil masuk ke kelas itu. Ia meminta ijin kepada guru agar bisa masuk ke kelas yang sama dengan Rin. Nampaknya ia berhasil.

Meski begitu Rin nampak tak acuh, sebagaimana dirinya. Lagipula Kaito juga tak terlalu peduli. Hanya saja, kejadian tadi pagi masih ia ingat dengan jelas. Mau tak mau, Kaito merasa bahwa sesuatu akan terus mengganggunya jika ia tak masuk kelas yang sama. Baguslah kalau Kagamine Rin masih mau bertahan. Paling tidak, tak ada lagi yang mati di hadapannya.


BRUAK!

Kaito tersungkur saat meja tempat ia tidur di jam istirahat ditendang dengan keras. Kepalanya sampai terbentur ke meja orang.

"Ow…" ia mengusap-usap bagian yang terpentok dengan wajah tanpa ekspresi. Saat melihat telapak tangan, sedikit bercak merah terlihat. Ah, sepertinya ia terluka.

Meski banyak orang mulai berisik, tak satu pun dari mereka yang berani bertindak. Tentu saja. Yang menendang 'kan Hatsune Miku. Gadis itu berdiri di sana dengan wajah angkuhnya yang tak tertolong. Mungkin merasa menang karena berhasil membuat Kaito jatuh.

"Kau melukaiku," Kaito mengutarakan fakta. Miku terkekeh, kemudian memasang wajah prihatin.

"Maaf, kakiku tersandung. Lantainya licin," ucapnya, kemudian mengarahkan dagu pada kursi yang sedang diduduki Kaito, "Ngomong-ngomong, itu kursiku."

Kaito menghela napas. Ia kira siapa yang jadi tetangga. Rupanya lap pel. Tch. Ia pun berdiri sambil memegangi kepala, mempersilahkan Miku duduk di bangku yang ia klaim sebagai miliknya.

"Kau yakin tak mau tanggung jawab?" tanya Kaito setelah Miku duduk di kursinya dengan tenang. Yang ditanya tidak menggubris. Ia hanya diam sambil memasang headset di telinga. Kaito pun mengedikkan bahu, kemudian—

BRUAK!

Miku menjerit saat tiba-tiba ia terjungkir bersamaan dengan kursinya. Brengsek! Rok yang ia kenakan bahkan sempat tersingkap sampai ke atas.

"KURANG AJAR!" maki Miku setengah menjerit.

"Maaf, kakiku tersandung. Lantainya licin," ujar Kaito santai, kemudian mengarahkan dagu pada bangku di sebelahnya, "Ngomong-ngomong, itu kursiku."

Miku menganga dan Kaito melengos, melenggang ke luar kelas. Hah. Ia tidak percaya ini. Semua orang menonton mereka. Ulang. Semua menonton dan Miku kalah.

"Kuso…"

Miku mengedarkan pandangan pada seisi kelas. Di sana. Ia menemukan Rin yang juga sedang memandangnya dengan ekpresi sulit dibaca. Terserahlah brengsek. Miku mengartikan itu sebagai tatapan mengejek. Mereka semua sama saja. Sampah. Kurang ajar.

Mereka lupa kalau ia adalah Hatsune Miku.


Next: Aren't You the Same?