Mungkin dari kalian ada yang protes kenapa saya selalu bikin fic baru. Jujur saja, saya udah bosan membaca dan membuat cerita dengan MC cowok. Sensasinya ya gitu-gitu aja, jadi untuk mengubah suasana saya mulai membuat fic dengan MC cewek. Selama saya masih mengetik pengerjaan fic-fic yang lainnya masih berjalan meski updatenya akan sangat lama.


Byakugan no Hime

Naruto by Masashi Kishimoto

One Piece by Eiichiro Oda

Warning: Jalan cerita canon dengan beberapa perubahan, kekuatan Hinata sedikit demi sedikit akan meningkat.

Summary: "Aku mencintaimu." Kalimat itulah yang terakhir kali diucapkan oleh Hinata sebelum dia memutuskan menyerang Pain. Tindakan bodoh memang tapi inilah satu-satunya hal yang bisa dia perjuangkan demi laki-laki yang ia cintai. Meski pada akhirnya dia mati, tapi Hinata diberi kesempatan kedua.


Chapter 1

Aku mencintaimu. Hinata tak pernah menyesali setiap keputusan yang ia ambil. Gadis itu adalah tipe orang yang akan mengorbankan dirinya demi orang yang disayanginya. Salah satu contohnya adalah saat ia mengalah pada Hanabi dalam duel yang membuat ia kehilangan hak waris.

Hal yang sama pun ia lakukan saat ini. Mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan laki-laki yang dicintainya selama ini. Menghadapi musuh yang jelas-jelas bukanlah tandingannya sama saja bunuh diri. Ia tahu itu dan ia tetap maju. Meski pada akhirnya Hinata kehilangan nyawa.

Pengakuan itu membuat Hinata mati dengan tidak membawa penyesalan. Dia telah mengungkapkan perasaannya yang selama ini dipendam dan baginya sudah cukup. Hinata mati dengan senyuman.

Awalnya ia berpikir akan segera menemui ibu dan pamannya yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia. Namun, sepertinya dugaan Hinata melenceng. Ia dengan jelas mengingat setelah jantungnya ditusuk oleh Pain semuanya menjadi gelap dan dingin. Ia tak mampu lagi merasakan panca indera. Ingin bernapas tapi dadanya sesak. Tidak mampu mendengar. Menggerakkan ujung jarinya pun sudah tak mampu. Namun, kegelapan dan rasa dingin itu mulai terganti menjadi hangat. Panca indera yang awalnya tak bisa ia rasakan mulai pulih kembali.

Hinata bisa merasakan setiap ujung jarinya. Hidungnya bekerja dengan normal, pun begitu dengan telinga yang sepertinya mendengar suara gelombang air. Ia perlahan membuka mata. Hal pertama yang Hinata lihat adalah langit cerah dengan beberapa gumpalan awan menghiasi. Kulitnya merasakan angin yang menerpa. Tidak terlalu kencang tapi cukup untuk membuatnya merasakan sejuk.

Gadis berambut biru kehitaman itu mengerjapkan mata berkali-kali. "Apakah aku selamat?" batinnya bertanya pada diri sendiri. Ia baru sadar bahwa rasanya tubuhnya bergoyang secara teratur. Perasaan ini mirip sekali seperti menaiki kapal laut.

Ketika ia masih bingung dengan apa yang terjadi tapi-tipa dua kepala pria memasuki pandangannya. Satunya pria memakai topi jerami, yang lain sepertinya anak kecil dengan kacamata bulat yang dipakainya.

"A-aku …." Suara Hinata lemah.

Remaja yang memakai topi jerami pun menyeringai lebar, memperlihatkan gigi putihnya. Melihat seringaian itu entah kenapa Hinata ingat dengan Naruto.

"Lihat kan, sudah kubilang dia tidak apa-apa." Remaja itu berucap kepada anak kecil yang berada di sampingnya. Hinata tidak bisa mendengar perbincangan mereka selanjutnya karena kondisinya yang masih lemah.

Saat indera perasanya semakin membaik ia dapat merasakan jika rambutnya basah kuyup. Kulitnya agak lembab seperti habis mandi dan kain yang menutupi tubuhnya. Ia saat ini dalam keadaan berbaring.

"Tapi Luffy-san, kondisi wanita itu terlihat tidak baik-baik saja. Tubuhnya seperti sangat lemah. Kita harus segera membawanya ke dokter saat sampai di pulau terdekat!" Hinata bisa mendengar anak kecil itu berbicara.

Tubuhnya mulai bisa dikendalikan secara penuh. Tenaganya perlahan terisi meski jauh dari kata pulih. Meski demikian ia bisa melakukan gerakan kecil. Dengan tenaga seadanya dan kesadaran yang belum pulih seutuhnya Hinata bangkit, kain yang selama ini ia kenakan merosot. Menatap mereka sambil meraba-raba pipinya, memeriksa jika ini kemungkinan hanyalah mimpi.

Hinata bingung dengan reaksi yang diberikan anak kecil berambut pink itu. Ia langsung menutupi mata dengan kedua tangannya sesaat setelah melihatnya. Berbeda dengan remaja topi jerami yang normal-normal saja. Malahan terus nyegir sambil berkata bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Beberapa detik kemudian Hinata merasakan sentuhan angin di area yang bagi perempuan itu adalah area private. Hinata menatap ke bawah dan seketika wajahnya memerah padam.

Dia … bertelanjang dada. Tidak hanya itu, seletah kesadarannya benar-benar pulih ia menyadari jika saat ini dirinya telanjang. Hanya kain itulah yang ia kenakan untuk menutupi tubuhnya.

"Kyaaa!" Hinata secara otomatis berteriak dan membungkus tubuhnya lagi dengan kain yang tadi. Ia benar-benar malu. Ia perempuan seorang diri dengan dua laki-laki yang tidak dikenalnya, duduk di perahu kecil yang berada di tengah lautan. Tunggu … tengah lautan?! Hinata benar-benar tidak mengerti dengan keadaannya sekarang.

Ia malu. Benar-benar malu. Mukanya sudah panas dan merah. Ingin sekali ia pingsan dan melupakan semuanya tapi ia tidak punya tenaga. Hinata hanya bisa meringkuk di pojokan perahu sambil menutup setiap centi tubuhnya.


"Ja-jadi begitu," gumam Hinata setelah diberi penjelasan oleh anak kecil bernama Coby. Sementara remaja topi jerami yang bernama Monkey D. Luffy sedang memakan apel dan tidak peduli dengan interaksi mereka.

Coby menjelaskan bahwa saat ia bersama Luffy sedang berlayar menuju pulau terdekat, mereka menemukan Hinata tak sadarkan diri mengambang di lautan luas dengan keadaan telanjang. Mereka mengangkut Hinata yang pingsan dan membaringkannya di perahu. Mereka juga menjelaskan bahwa Luffy adalah seorang bajak laut yang sedang mencari anggota sementara Coby adalah orang yang Luffy selamatkan dan ingin membalas budi dengan mengantarkannya ke pulau. Begitulah cerita singkatnya.

Hinata tidak mengerti. Kenapa ia bisa sampai terombang-ambing di lautan. Ia dengan jelas mengingat terakhir kali ia sadar bahwa dirinya sedang bertarung dengan Pain. Meskipun jika Hinata selamat maka rumah sakit atau setidaknya rumah biasa yang pertama Hinata lihat. Tapi ini lautan? Sementara Konoha jauh dari lautan. Mustahil dirinya bisa terdampar di lautan tanpa sebab.

Lalu Hinata juga tidak merasakan pancaran Chakra dari Coby dan Luffy. Apakah mereka warga biasa? Semacam nelayan? Sepertinya tidak mungkin mengingat perahu ini hanya membawa satu tong berisi apel saja. Tidak ada peralatan untuk menangkap ikan.

Bergelut dengan pemikirannya membuat secara tidak sengaja perutnya berbunyi. Cukup kencang untuk bisa didengar oleh Coby dan Luffy yang berada di ujung perahu. Muka Hinata kembali memerah. Instingnya bekerja dengan baik merasakan ada sesuatu menuju dirinya. Ia refleks menangkap dan melihat bahwa itu adalah apel merah.

Hinata menatap Luffy yang tersenyum. "Makanlah."

"T-terima kasih," ucap Hinata gugup sambil mulai memakan apel yang rasanya manis itu.

Sudah dua jam berlalu. Tidak ada percakapan intensif di antara mereka bertiga. Luffy yang bersiul-siul sambil melihat pergerakan awan. Coby menjaga layar perahu agar tetap mendapatkan angin. Sementara Hinata yang masih diam sambil meringkuk. Chakra Hinata yang lemah perlahan mulai terisi. Dengan kapasitas Chakranya saat ini ia bisa memakai jurus-jurus sederhana dan mengaktifkan Byakugan.

"Cuacanya sangat cerah ya," ucap Luffy sambil merentangkan tangannya.

"Benar. Jika begini kita akan sampai di pulau selanjutnya tidak lama lagi," timpal Coby.

Hinata yang mendengar perkataan Coby secara refleks mengaktifkan Byakugannya karena ingin memeriksa keadaan sekitar. Sementara Luffy dan Coby yang melihat perubahan mata Hinata dan urat-urat muncul di sekitarnya terkejut sekaligus kagum.

Luffy terlihat paling bersemangat. Dengan cepat ia sudah berada di samping Hinata. Menatapnya dengan seksama yang membuat pipi Hinata merah karena malu.

"Apa kau juga memakan Akuma no Mi?" tanya Luffy.

"Akuma no- apa?" Hinata tak tahu apa itu buah iblis. Ia menjawab bahwa ia tidak pernah memakan buah iblis semasa hidupnya. Ia hanya pernah memakan buah mainstream seperti apel dan jeruk. Hinata juga mendapat informasi dari Coby apa itu Akuma no Mi dan efek sampingnya. Kemudian Luffy memberitahu bahwa dirinya adalah pengguna buah iblis sambil menarik pipinya hingga melar.

Sekali lagi, Hinata dibuat terkejut.

Banyak informasi asing masuk di kepalanya. Akumo no Mi, bajak laut, marinir. Ia memang jarang keluar desa tapi menurut Coby itu adalah informasi umum. Hampir semua orang pasti tahu meski mereka tinggal di daerah terpencil.

"Apa Hinata-san tidak tahu itu sama sekali?" tanya Coby heran.

Hinata menggeleng pelan. Apa pun yang dijelaskan Coby adalah sesuatu yang pertama ia dengar. Ia ingin bertanya pada Coby tentang beberapa hal seperti "Kau tahu ninja? Kau tahu Konoha?" tapi terlalu malu.

Hinata dibuat terkejut saat wajah Luffy tiba-tiba berada di dekatnya. Pipi Hinata kembali memerah, ia masih belum terbiasa dengan situasi ini. Jika Naruto yang berada di posisi Luffy tentu saja dirinya sudah pingsan sejak tadi.

Luffy berkata dengan mata berbinar. "Ne ne lakukan lagi seperti tadi. Aku ingin melihat matamu!"

Meski Hinata agak risih tapi ia tetap mengangguk. Dia memejamkan matanya, berkonsentrasi mengalirkan chakra menuju saraf mata. Tonjolan urat mulai keluar di sekitar matanya. Luffy mengeluarkan ekspresi tertarik, melihat lebih teliti setiap urat yang ada di sekitar mata Hinata kemudian mencoba pada dirinya sendiri. Hal yang Hinata lihat hanyalah wajah konyol remaja topi jerami itu dengan mata melotot berharap urat-urat itu muncul.

Dalam mode Byakugan, Hinata dapat melihat sejauh 10 km didepannya. Ia dapat melihat siluet pulau. "Ano Coby-san, sepertinya pulau itu sudah dekat, di sana." Hinata menunjuk lautan luas di depannya.

Coby menyipitkan mata, pun sama yang dilakukan Luffy. Sejauh mata mereka memandang tidak terlihat siluet pulau. Hanya lautan biru.

"Aku tidak melihat apa pun," kata Luffy yang menyipitkan matanya sampai tidak terlihat.

Hinata terkekeh pelan. "Aku bisa melihat 10 km ke depan."

Luffy refleks menengok Hinata dengan wajah berbinar edisi dua. "SUGEEEE! Matamu sangat hebat Hinata! Hei bagaimana kalau kau jadi nakamaku?" ajak Luffy.

"Nakama?"

Remaja berambut hitam tersebut mengangguk. "Aku ingin merekrutmu ke dalam bajak lautku."

Hinata cukup kaget dengan tawaran Luffy. Dari buku yang ia baca bahwa bajak laut adalah kriminal. Pekerjaannya adalah menjarah barang apa pun yang bisa mereka jarah. Hinata tentu tidak mau melakukan hal itu.

"Tapi aku tidak mau menjadi penjahat," kata Hinata.

"Penjahat?" beo Luffy sambil memiringkan wajahnya. Ia kemudian bersikap serius. "Dengar Hinata, bajak laut adalah orang yang bebas berpetualang kemana pun. Dan raja bajak laut adalah orang paling bebas di lautan ini. Itu adalah impianku!"

Meski Luffy berkata seperti itu, pandangan Hinata terhadap bajak laut masih negatif sebelum Coby menjelaskan jika Luffy adalah orang baik. Hinata akhirnya mempertimbangkan lagi. Namun, ia teringat kalau dirinya masih memiliki keluarga, kampung halaman, dan orang yang dicintai.

Ia ingin pulang.

Ia ingin melihat senyum Naruto lagi.

Keinginannya begitu kuat, tetapi dia juga sadar bahwa pemahaman dunia ini terlalu berbeda. Hinata sempat memikirkan kemungkinan jika ia berada di dunia yang berbeda dengan dunia sebelumnya. Ia juga yakin bahwasannya dirinya telah mati. Apakah Hinata direingkarnasikan? Tidak mungkin. Konsep reingkarnasi sangat berbeda dengan kondisinya sekarang.

Apakah ada seseorang yang mengirim Hinata ke sini? Mengingat perawakannya masih sama seperti terakhir kali. Bingung dengan semua hal yang berkelut di kepalanya, ia memutuskan untuk bertanya beberapa hal pada Coby. Hal yang seharusnya jadi pengetahuan umum di dunianya.


Hinata menghela napas. Ia telah menanyakan beberapa hal pada Coby dan jawaban yang diberikan tidak sesuai ekspetasi. Coby tidak tahu apa pun tentang hal yang ia tanyakan. Oleh sebab itu Hinata menerima tawaran Luffy. Jika memang benar ini dunia lain maka berada di dekat Luffy adalah pilihan terbaik. Hinata juga memberi beberapa syarat bahwa ia tidak akan mau menjarah barang yang bukan miliknya. Dan Luffy dengan cepat mengiyakan.

Pulau sudah terlihat. Coby dan Luffy bersemangat. Hinata menatap sebuah bangunan raksasa dengan tulisan MARINE. Itu berarti ini adalah wilayah musuh bagi bajak laut. Entah kenapa dirinya sedikit merinding. Coby memarkirkan perahunya kemudian naik ke daratan menyusul Luffy yang sudah lebih dulu.

Anak kecil berkacamata itu menoleh dan menatap heran Hinata yang masih meringkuk di perahu dengan muka memerah. "Ada apa, Hinata-san?" tanya Coby yang mendapat pehatian Luffy.

Dengan malu-malu Hinata menjawab, "A-ano, apa Coby-san punya uang? Jika iya tolong belikan aku pakaian. A-aku akan menggantinya."

Wajah Coby memerah karena mengingat pemandangan dua gunung kembar. Ia dengan tergesa-gesa merogoh saku celananya dan hanya mendapatkan satu lembar kertas uang dengan pecahan 1000 Beri.

"A-aku hanya punya seribu Beri," kata Coby.

"Beri?" gumam pelan Hinata. Itu bukanlah mata uang tempat ia berasal. Dia jadi semakin yakin bahwa ini adalah dunia lain. Atau setidaknya belahan dunia yang jauh dari tempatnya berasal.

Jika disamakan dengan mata uang dulunya yaitu Ryo maka seribu tidak cukup membeli pakaian. Mentok hanya bisa membeli satu set dalaman saja yang paling murah. Muka Hinata memerah, ia melirik Luffy. "Apa Luffy-kun punya uang?"

Luffy merogoh saku celananya dan hanya menemukan koin 10 Beri. "Shishishi, tidak punya," jawabnya tanpa dosa.

Hinata menghela napas. Apakah ia akan terjebak dengan perasaan memalukan ini selamanya? Ia juga mulai merasakan kedinginan.

"Ja-jangan khawatir Hinata-san, aku akan membeli pakaian dengan uang ini. Ayo Luffy-san!"

"Ehhh aku ingin ke pangkalan angkatan laut."

"Nanti saja! Yang penting adalah pakaian untuk Hinata-san dulu!"

Mereka berdua kemudian pergi dan menghilang dalam kerumunan orang meninggalkan Hinata sendiri di perahu. Gadis itu terdiam sambil menatap kosong ke depan. Dia belum memberitahukan ukuran pakaiannya.


Hinata dengan perasaan malu keluar dari gang sepi setelah memakai pakaian yang dibelikan Coby. Untuk atasan Hinata memakai tanktop putih polos, bawahannya adalah celana pendek berharna hitam dengan bahan jeans. Untuk alas kakinya dia memakai sandal biasa. Ini terlalu memalukan bagi Hinata apa lagi saat ini ia tidak memakai daleman apa pun.

Kata Coby 1000 Beri hanya sanggup membeli itu saja. Ia tidak tahu pakaian wanita bagaimana dan hanya menyerahkannya pada pemilik toko.

Hinata tidak terbiasa dengan pakaian terbuka seperti ini, baginya saat ini tidak ubahnya ia memakai dalaman, bukan pakaian. Untungnya celana pendek ini pas tapi tanktop yang ia kenakan kekecilan. Hinata menahan malu saat putingnya tercetak jelas. Mulai saat ini ia akan selalu menutupi area itu dengan tangannya. Ini sudah lebih dari cukup dari pada berkeliling kota dengan hanya sebuah kain tipis menutupi tubuh.

Kembali ke tujuan awal yaitu pergi ke pangkalan angkatan laut untuk melihat sosok bernama Roronoa Zoro yang rencananya akan Luffy rekrut. Selama perjalanan Hinata tidak bersuara. Kepalanya tertunduk ke belakang sambil menahan malu. Tangan kananannya menutupi bagian dada, sedangkan satunya sesekali menarik ujung celana ke bawah karena jika terlalu banyak bergerak celana itu akan mengertu ke atas.

Beruntung interaksi antara Luffy dan Coby membuat kerumunan warga di sekitarnya ketakutan. Itu bagus agar fokus warga tidak pada Hinata.

Tak perlu waktu lama untuk sampai di depan gerbang pangkalan angkatan laut. Gerbang ini cukup tinggi. Kita-kita tingginya dua kali lipat dari tinggi Luffy. Mereka memanjat dinding untuk melihat ke dalam kecuali Hinata yang diam di bawah. Yah, dia juga punya Byakugan kenapa harus bersusah payah mengintip.

Luffy menemukan yang yang ia cari. Terikat di tengah lapangan tandus. Coby berdigik ngeri melihat Roronoa Zoro. Hinata juga melihatnya menggunakan Byakugan. Kondisinya tidak baik-baik saja. Hinata juga melihat penjagaannya tak ketat.

"Ayo kita lepaskan talinya supaya dia bebas," kata Luffy dengan senyum polos.

Coby kaget. "Itu terlalu berbahaya! Kalau dia mengamung dan membunuhmu bagaimana?"

"Shishishishi, tenang saja. Aku ini kuat!"

"Dilihat dari kondisnya orang bernama Zoro itu tidak baik-baik saja," kata Hinata yang mendapatkan tatapan heran dari Luffy dan Coby.

"Kenapa Hinata-san bisa tahu?" tanya Coby.

"Aku bisa melihat tembus pandang," jawab Hinata dengan senyum tipis.

"SUUUGOOOI!" teriak Luffy.

Zoro yang selama ini diam mengalihkan perhatiannya karena mendengar sesuatu di depan. Ia melihat dua orang sedang memerhatikannya di balik tembok. "Hei, kau yang disana. Berisik sekali!" Zoro berkata dengan nada intimidasi membuat Coby ketakutan.

Coby yang ketakutan dan terus mengoceh tentang menjadikan Zoro sebagai nakamanya hanya akan membuat Luffy terbunuh tiba-tiba berhenti saat seorang gadis kecil memanjat tembok menggunakan tangga kayu. Hinata yang di bawah juga terlihat bingung atas tindakan berani gadis kecil tersebut.

Gadis kecil itu turun menggunakan tali setelah memeriksa keadaan sekitar dan berlari menuju Roronoa Zoro. Ia memberikan beberapa onigiri buatannya tetapi ditolak. Zoro bahkan menyuruhnya pergi. Namun, sepertinya ada seseorang yang dikawal oleh angkatan laut masuk dan menghampiri mereka. Orang itu terlihat menggunakan jas mewah.

Hinata tidak bisa mendengar mereka tapi ia bisa tahu bahwa mereka terlibat beberapa perbincangan sampai akhirnya orang yang baru masuk itu menginjak-injak onigiri buatan gadis kecil. Itu sudah kelewatan.

Hinata tersentak saat seorang prajurit melempar gadis kecil ke luar. Jika saja Luffy tidak sigap menangkap gadis itu entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia dan Coby menghampiri Luffy.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Hinata khawatir. Ia segera melihat kondisi gadis kecil tersebut dan menghela napas lega karena tak terluka. Sementara Luffy sudah masuk menemui Zoro.


"Aku dengar kau ini sangat hebat," ucap Luffy yang berdiri di hadapan Zoro.

"Kau masih di sini," gumam Zoro.

"Aku sedang mencari anggota, tapi melihat kondisimu apa kau benar-benar kuat?" tanya Luffy dengan nada meremehkan.

Zoro sedikit tersulut emosinya. "Pikirkan saja urusanmu sendiri!"

"Hmm." Remaja bertopi jerami itu mendekati Zoro. Ia tersenyum dan berkata, "Bagaimana kalau aku membebaskanmu tapi kau harus jadi anggotaku?"

Dengan tawaran itu, dimulailah perjalanan panjang bajak laut yang suatu saat akan dipanggil Mugiwara Kaizokudan.

Bersambung


AN: Fic ini dibuat hanya untuk kepuasan pribadi. Bagi yang enjoy membacanya maka terima kasih. Oh jika kalian tertarik juga saya sudah membuat fic dengan MC Rias Gremory yang nyasar ke dunia One Piece. Silahkan kunjungi profile saya dan jadi judulnya Akuma no Hime.

[30/07/2022]