Disclaimer.

Naruto: Masashi Kishimoto

High School DxD: Ichei Ishibumi

.

.

.

Pairing: Naruto x (Random Female)

Genre: Adventure, Action, Drama, Fantasy, Mystery, Supernatural

Rating: M

Alternate: High School DxD

.

.

.

Bloodlust

By Mulia Eska

.

.

.

Bab 1

.

.

.

"Ketua, informan kami menyelediki adanya pembunuhan yang terjadi di taman belakang sekolah yang membunuh Hyoudou Issei dari kelas dua-satu. Diketahui bahwa korban memiliki anugerah yang menjadi incaran berbagai fraksi, namun dalam hal ini, tiga golongan yang digadang-gadang sebagai kelompok aktif dengan kegiatan malam ikut andil dalam perburuan ini," ucap Tsubaki seraya membeberkan beberapa dokumen ke meja besar dan berhadapan langsung dengan orang yang duduk di depannya.

Orang yang disebutkan Tsubaki tadi membaca satu persatu lembar kertas itu dengan cepat. Puntung rokok masih nyaman bertengger di bibir merahnya, menandakan wajah seriusnya dalam menyerap informasi yang baru saja diterima.

"Duduklah, Nona Shinra," ucap orang itu dengan nada sendu. Tsubaki yang diperintah pun langsung menurutinya ada sedikit rona merah di pipinya.

"Baik, laporanmu sudah aku terima. Kau bisa pulang hari ini, Nona Shinra," ujarnya.

Tsubaki langsung berdiri, menundukkan tubuhnya sebentar kemudian beranjak dari tempat ia berdiri. Namun, sebelum membuka pintu, Tsubaki menoleh sambil mengulas senyum tipis. "Kau memang hebat, Ketua Naruto."

Naruto mengabaikan pujian yang dilontarkan wakilnya kepadanya. Naruto mematikan rokoknya, menarik laci kecil pada meja kerjanya dan mengeluarkan pistol Dessert Eagle berwarna perak, tidak lupa melihat magazine, memastikan kalau pelurunya terisi penuh. Naruto juga mengambil selongsong tambahan yang langsung dipasangkan pada laras pistolnya.

Naruto berdiri, memasukkan pistol yang sudah dikokang itu ke holster dada. Naruto mengambil dan mengenakan jas sekolahnya untuk menutupi senjata yang ia bawa.

Langit sudah menandakan akan gelap, Naruto berdiri tepat menghadap ke luar melalui jendela belakang.

"Di tengah musim dingin yang suram," ujar Naruto dengan suara sendu, seraya menutup kedua matanya perlahan.

...

Naruto tiba di tempat kejadian perkara, malam semakin mencekam membuat suasana menjadi lebih hening dan sepi. Naruto melihat ke segala arah, langit, bahkan menyentuh tanah dan mengendus sedikit aroma dari debu yang ia ambil. Naruto mengarahkan atensinya ke air mancur di tengah taman, ada bagian runcing pada pucuk ujungnya. Naruto menggeser tempat berdirinya satu langkah ke kiri.

Tanpa peringatan apapun, muncul barier berwarna ungu penuh energi negatif setengah lingkaran yang menutupi area taman. Bulu-bulu hitam bertebaran entah dari mana asalnya dan memunculkan seorang wanita setengah bugil dengan sepasang sayap hitam tengah melayang di atas taman.

"Tak kusangka aroma busuk ini berasal dari seorang manusia. Tapi, ada yang aneh, aromamu berubah-ubah, sekarang aku mencium wewangian yang sangat lembut," ujar wanita itu sambil tersenyum, nadanya sangat merendahkan.

"Kau. Kau sudah kehilangan hakmu atas surga. Apa yang kau dapatkan dari pertukaran itu, Wahai Manusia?" lanjutnya.

Naruto memberikan isyarat untuk menunggu sebentar, sementara dirinya mengeluarkan satu puntung rokok yang diambil dari bungkusnya di saku jas dan menyalakannya dengan korek Zippo berwarna perak.

"Kau tahu soal pertukaran, eh? Melihat kau adalah seorang malaikat jatuh, mengetahui hal-hal yang dilakukan iblis itu sangatlah hina. Bagaimana kau bisa terusir dari surga? Apa kau melakukan pertukaran juga?" seru Naruto dengan suara sendunya yang justru memicu emosi wanita bersayap itu.

"Padahal aku sedikit tertarik denganmu, Manusia, tapi sekarang tidak. Sayang sekali kau harus mati di sini," ucapnya sambil membuat tombak cahaya yang siap dilempar.

Naruto membuang puntung rokoknya ke arah wanita itu yang memang tidak sampai. Tindakannya membuat sang malaikat jatuh tambah emosi.

"Kau bahkan tidak menyebutkan namamu, bagaimana kau bisa membunuhku tanpa tahu siapa aku," seru Naruto membuka tautan kancing jas sekolahnya.

"Oh, maafkan aku. Perkenalkan, malaikat hina yang akan mencabut nyawamu ini bernama Raynalle. Dan siapa namamu?" ujar Raynalle semakin siap melempar tombak cahayanya.

Naruto menyilangkan tangan kanannya ke dada kiri seraya menundukkan tubuhnya, sikap seorang pelayan, "Namaku Naruto. Uzumaki Naruto."

"Sayang sekali, pertemuan kita sangat singka--"

Bang!

Raynalle tidak ingat kejadian selanjutnya karena berlalu sangat cepat. Yang ia ingat saat ini adalah tubuhnya tertusuk tembus ujung lancip patung air mancur taman.

Jerit kesakitan menggema keras, Naruto bergeming, sama sekali tidak berpindah dari tempatnya berdiri sambil mengacungkan pistolnya ke depan.

Naruto memasukkan kembali senjata itu ke dalam holster dadanya, ia menyalakan lagi rokoknya seraya mendekat ke arah patung air mancur itu.

"Apa yang telah kau lakukan, Manusia?! Kenapa tubuhku mulai terurai menjadi debu?!" seru Raynalle marah dan kesakitan.

Naruto hanya menjawabnya dengan menunjuk ke dahinya sendiri menggunakan ibu jarinya. Raynalle langsung meraba dahinya dan mendapati lubang tanpa darah.

"Peluru yang kutembakan itu sudah kusiram dengan air suci dekat geraja sini. Kau bahkan dengan bodohnya melayang di tempat yang sudah kutentukan. Apakah dengan menjadi malaikat terbuang membuat kewaspadaanmu menurun?" ujar Naruto membuang rokoknya ke dalam wadah air mancur dan meniupkan asapnya ke wajah Raynalle yang mulai hancur.

Barier yang sempat menutupi area taman mulai menghilang. Naruto mulai melangkah jauh dari tempat rekreasi itu, tanpa tahu kalau di belakangnya ada empat gadis dengan seragam sekolah yang sama dengannya tengah mengawasi.

"Aku tidak tahu kalau Ketua Naruto sangat hebat, bisa membunuh malaikat jatuh seorang diri, terlebih dia adalah manusia biasa," seru Akeno dengan nada menggodanya.

"Ya, aku sangat setuju, Akeno. Dia membuatku sulit tidur karena memikirkannya. Tidak heran kalau dia bisa mengalahkanmu dalam perebutan kursi osis, Sona," ujar Rias.

Sona hanya bisa menyilangkan tangan seraya membuang muka, namun ada sedikit rona merah di pipi pualamnya.

"Ketua Naruto sangat hebat," seru Tsubaki bersuara kecil yang membuat Rias, Sona dan Akeno mengangguk.

...

Naruto sampai di tempat mesin ATM setempat, namun sebelum ia bertransaksi, Naruto mengirimkan pesan yang berisi 'selesai' ke nomor yang dirahasiakan. Naruto memasukkan kartu kreditnya, menekan nomor PINnya dan memilih info saldo rekening. Nampak jumlahnya bertambah dengan digit angka sepuluh juta dolar Amerika. Naruto kembali menekan tombol untuk mengambil uang sebesar satu juta dari mesin ATM dan pergi dari sana.

Naruto berjalan menjauh, melihat ada pengemis tua kurus yang tengah tidur di kolong jembatan, Naruto mengambil selembar uangnya dan diberikan ke dalam kaleng si pengemis dan sebungkus roti.

...

Naruto tiba di bar, duduk termenung, merokok dan ditemani segelas wiski.

"Kau tahu, mencari uang sepuluh juta dalam keadaan sulit seperti ini sangat susah, Naruto, terlebih kau meminta dolar," ujar seseorang yang baru saja datang dan duduk di sampingnya.

"Tadinya, aku meminta mata uang eropa kepadamu, Azazel, aku berniat akan ke Italia untuk bertemu temanku," seru Naruto setelah menghisap rokoknya.

"Kau akan pergi?" ucap Azazel seraya mengacungkan jari dua ke pelayan.

"Berkunjung. Akhir-akhir ini aku sulit tidur dikarenakan tugasku dan pekerjaan darimu. Dan juga penglihatanku mulai tidak stabil," kata Naruto sambil mematikan rokoknya.

"Jika demikian, kau akan membutuhkan visa," ujar Azazel menyerahkan buku tipis ke Naruto, "kapan kau akan berangkat?"

"Akhir semester ini," ucap Naruto mengambil visa yang disodorkan kepadanya.

"Berapa lama kau akan di sana?" seru Azazel seraya meminum minuman yang dipesannya.

"Sepanjang pekan."

"Satu minggu penuh. Keadaan akan sangat berbeda saat kau pergi, Naruto."

"Aku hanya akan berlibur dan mencari obat. Lagipula, kau tidak akan tahan dengan masalah yang selalu ditimbulkan oleh anak buahmu. Kau akan membutuhkanku."

"Selalu, Naruto, bukan 'akan', tapi selalu membutuhkanmu."

"Ya, senang berbisnis denganmu, Pak Tua," ujar Naruto meninggalkan beberapa lembar uang seraya pergi dari tempat itu.

"Pria yang menarik. Kadang aku merindukan suara sendunya itu," seru Azazel menghabiskan minumannya dan pergi.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Akhirnya bisa balik lagi ke dunia asal setelah berlalu-lalang di dunia Wattpad (akun azayofficial_)

Gimana pendapat kalian cerita baru ini? Komen, di bawah, ya

Tertanda, Mulia Eska