Characters are not mine, but storyline is mine

Bahasa non baku, terselip harsh words

- AqueousXback -


Joonmyeon tidak menyangka bahwa dirinya akan menginjak kakinya di tempat seperti ini.

Tidak muluk.

Ini hanyalah sebuah kafe, dengan interior simpel yang didominasi dengan warna hangat. Hanya saja—

Joonmyeon menyatukan alis, mengerutkan dahi sembari mencocokkan nama lokasi yang tertera di aplikasi peta elektronik di ponselnya dengan papan yang bertuliskan nama kafe di hadapannya.

—kenapa tempat ini sangat terasa anime sekali?

"Haa.. Apa benar itu orang pengen ketemuan disini?" ucap Joonmyeon pelan sambil melihat bolak-balik nama tempat yang tertera di ponselnya dan papan yang bertuliskan nama kafe tersebut.

Joonmyeon menghela nafasnya pelan, kemudian meletakkan jempol dan jari telunjuknya —mulai memijat sedikit— dahinya yang entah kenapa terasa pusing.

'Gila, gue bukan wibu. Ini orang ngide banget mau ketemuan disini.' Komentar Joonmyeon dalam hati.

"Woi, bro!"

Joonmyeon menoleh. Tampaklah sosok jangkung yang berjalan menghampirinya dari arah samping kanan—sebut saja dia Choi Minho. "Diem amat sih lu." sahutnya ketika ia sudah berada di dekat lelaki bernama Kim Joonmyeon.

"Ayo cepet masuk. Panas bet dah di luar." ucap Minho tanpa basa-basi langsung memasuki kafe yang —menurut Joonmyeon— sangatlah anime itu.

"W—Woi!" ucap Joonmyeon cepat. Ia pun menggerutu sambil berucap, "Aelah si kocak." kemudian mulai melangkahkan kaki memasuki kafe.

Suara bel langsung menyahuti indera pendengaran Joonmyeon ketika melewati pintu kayu berwarna coklat itu. Seketika waitress menyambutnya dengan ramah. Joonmyeon menanggapinya dengan menundukkan sedikit badannya, kemudian berjalan menghampiri Minho yang sedang santai duduk di area sudut.

"Gila lu." Ucap Joonmyeon sambil mendudukkan diri di hadapan Minho. "Lu kalo nyari tempat nongki yang agak waras napa. Lagian, kalo mau nge-wibu jangan ngajak-ngajak dong."

"Suka-suka gua." balas Minho. "Anggap aja sebagai pengalaman hidup pertama kali ngerasain ke kafe cosplayer anime." Lanjutnya sambil terkekeh.

"Irasshaimase.*"

Perdebatan tanpa akhir yang dilakukan oleh Joonmyeon dan Minho pun terhenti. Mereka mulai mengalihkan pandang pada waitress yang memberikan buku menu pada mereka—lengkap dengan senyum manis berlesung pipi yang indah. Minho dengan sigap mengalihkan pandang pada menu hidangan yang tersedia pada kafe ini, sedangkan Joonmyeon malah sibuk memandangi sang waitress yang entah kenapa sangat menarik perhatiannya.

'Manis.' Komentar Joonmyeon dalam hati.

'Tapi… sebenarnya dia ini cwk atau cwk?'

Benar, Joonmyeon bingung. Ia bingung pada waitress yang berada di hadapannya ini. Pasalnya sang waitress mengenakan kostum perempuan. Ia yakin, sang waitress yang sedang cosplay karakter perempuan itu merupakan laki-laki jika dilihat dari postur badan yang tinggi, serta bahu yang lebar. Tapi ia sedikit ragu, karena sang waitress ini mengenakan choker necklace berwarna hitam di lehernya. Hal itu menyebabkan ia tidak bisa mendeskripsikan apakah terdapat adam's apple atau tidak disana.

'Bodo amat. Dia cakep, senyumnya manis. Pakaiannya cocok sama dia, gak cringe amat kek yang lain. Perfecto.' batin Joonmyeon.

"Woi! Kalo naksir tuh bilang, jangan ngeliatin doang." Ucap Minho yang menghancurkan kegiatan Joonmyeon memandangi 'keindahan' sang waitress.

"Mas, temen saya naksir tuh."

"Eh, goblok." Sela Joonmyeon cepat. Untung saja dia cepat tanggap. Jikalau tidak, lain cerita nanti.

"Naksir kan lu? Ngaku deh."

"Kagak, kocak." Bantah Joonmyeon sedikit tegas.

"Yaudah, cepat buru. Kasian si masnya nungguin. Bener kan, mas?" Tanya Minho ke sang waitress yang ditanggapi kekehan pelan.

'Gila, gemes banget. Eh—mas?' batin Joonmyeon.

'Lah, si kocak Minho tadi manggil dia MAS?!' batin Joonmyeon lagi.

Tidak ada tanggapan dari Joonmyeon, Minho langsung mengatakan ke sang waitress kalau pesanan mereka sama. Sang waitress mengangguk kemudian pergi dari pandangan mereka.

"Kalo naksir tuh gas lah. Mintain nomor whatsapp-nya."

Joonmyeon —yang sepertinya sudah kembali waras— langsung menoleh ke arah Minho. "Dih, kocak. Gua gak belok."

"Belak, belok, belak, belok. Sok denial lu. Padahal naksir berat sampe dipelototin mulu orangnya." Ucap Minho. "Untung mas-masnya sabar ya. Kalo gua jadi masnya, udah gua tampol lu."

Perdebatan pun tak terelakkan dari dua adam ini. Keduanya pun langsung berhenti, ketika sang waitress yang sama datang sembari membawa nampan dengan dua gelas berisikan minuman —yang diduga adalah es kopi— kemudian meletakkannya di hadapan mereka satu persatu dengan hati-hati. Setelahnya, sang waitress ingin pamit mengundurkan diri tapi tiba-tiba dicegat oleh Minho.

"Mas, temen saya nanyain nama sama nomor whatsapp nih." Ucap Minho tanpa dosa yang langsung dibalas dengan mata yang melotot dari Joonmyeon.

Sang waitress tersenyum menanggapi. Tangannya bergerak menuliskan sesuatu di atas catatan kecil miliknya, kemudian merobek dan meletakkannya di atas meja.

Zhang Yixing

082x xxxx xxxx

"Widih." Reaksi Minho sembari membaca isi tulisan pada kertas yang terletak di atas meja. Ia pun tersenyum ke sang waitress sambil mengucapkan, "Makasih ya mas." Ia pun menoleh ke Joonmyeon. "Tuh, udah dikasih lampu hijau sama masnya. Gas lah, kapan lagi."

"Goblok." Ucap Joonmyeon dengan nada yang sangat 'indah'.

Sang waitress terkekeh pelan menanggapi kedua adam yang tidak waras itu, kemudian pergi meninggalkan mereka.

Joonmyeon menatap punggung sang waitress yang perlahan menghilang dari arah pandangnya. Ia mengambil kertas berisikan nama dan nomor whatsapp sang waitress sembari mengeluarkan ponsel miliknya. Tak lupa, ia mulai menyalin nomor itu kemudian menyimpannya.

'Katanya gak naksir. Tapi kok disimpan nomornya.' Batin Minho menggelengkan kepala sembari menyeruput es kopi yang ia pesan.

Sedangkan di seberang sana.

'Namanya aja manis banget, buset.'


Keesokan harinya, Joonmyeon kembali datang ke kafe itu secara tidak diduga. Kali ini ia datang sendirian dengan outfit of the day ala wibu sesungguhnya—hoodie hitam, celana jeans berwarna abu, sepatu merek Adidas berwarna putih-hitam, dilengkapi dengan kacamata silinder berlensa photochromic merangkap anti-radiasi, jangan lupakan surai hitam yang sedikit gondrong itu terbelah di bagian tengah. Ia pun mulai masuk ke kafe itu. Seperti biasa, terdengar suara bel dan sahutan waitress yang menyambutnya. Ia melangkahkan kaki menuju tempat yang kemarin ia duduki bersama Minho.

Ya, sekaligus berharap semoga sang waitress dengan senyuman manis berlesung pipi itu datang lagi melayaninya.

"Irasshaimase."

Joonmyeon menaruh pandang pada sang waitress yang bernama Zhang Yixing. Berbeda seperti hari kemarin, Yixing mengenakan kostum karakter laki-laki. Hal itu sukses menyebabkan Joonmyeon menahan nafas sejenak kemudian berteriak dalam hati.

'Ganteng woi. Eh, masih gantengan gue. Tapi, manis banget asli. Apa jangan-jangan sekarang gue beneran belok ya?' Batin Joonmyeon.

"Jadi… mau pesan apa hari ini?"

Joonmyeon kaget —entah kenapa hari ini ia mudah jantungan— dengan sosok yang berdiri di hadapannya ini mulai menduduki kursi kosong di seberangnya.

'COY, SUARANYA COY. MERDU BANGET.' Batin Joonmyeon yang seketika menjadi fanboy.

"Sumimasen.*" Ucap Yixing sambil menjentikkan dua jarinya di depan wajah Joonmyeon. "Anybody's there?"

"E—Eh iya. Sorry." Sahut Joonmyeon gelagapan. Sepertinya, ia sudah kembali jatuh ke daratan setelah berfantasi ria. Lelaki bermata bulat kuaci itu mulai menaruh perhatian pada tulisan yang berisikan nama makanan dan minuman beserta harga.

Setelah menunggu lama.

"Kok…" Ucap Joonmyeon yang menggantung nada bicaranya.

"Lo gak ada di menu?"

Sontak Joonmyeon dan Yixing pun kaget bersamaan.

'Mampus salah ngomong.' Batin Joonmyeon.

Yixing terkekeh kikuk sambil mengelus lehernya canggung. "Ada-ada aja. Masa lo mau pesen gue?" Tanpa ia sadari pipinya yang ditaburi make-up itu mulai merona merah.

Joonmyeon langsung menyela, "Eh, sorry sorry, gue ngelantur. Gue pesen ini aja."

Yixing mencatat pesanan yang diucapkan Joonmyeon, kemudian beranjak dari duduknya. "Hai,* ditunggu ya."

Joonmyeon menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Berselang waktu kemudian, netra coklatnya menangkap sosok Yixing yang berjalan mendekatinya. Ia menatap Yixing yang menurunkan pesanannya ke atas meja kemudian kembali menduduki kursi kosong di seberangnya.

"Temen lo gak diajak?" Tanya Yixing.

Joonmyeon yang mulai menghabiskan pesanannya menjawab, "Iya. Gue sengaja pengen sendirian disini."

Yixing membulatkan bibirnya membentuk 'O' sebagai tanggapan. Ia mulai mengajak Joonmyeon bicara. Banyak topik yang sudah ia bicarakan dengan Joonmyeon. Dari hal yang ringan mengenai cuaca, sampai membicarakan konspirasi dunia (disini Joonmyeon yang paling semangat tentang konspirasi).

'Adem banget anjir ngomong sama dia. Fix ini gue bener-bener udah belok.' Batin Joonmyeon di sela-sela obrolannya bersama Yixing.

"Eh, btw Xing." Ucap Joonmyeon. "Lo ada waktu gak besok?"

Yixing menaikkan alisnya, kemudian menampakkan raut berpikir di wajahnya yang manis. "Hm… Gue shift sampe siang aja sih besok. Emangnya kenapa?"

"Gue pengen ajak lo jalan."

Yixing kaget mendengar ajakan Joonmyeon langsung to the point. Ia berdehem pelan, "Mau jam berapa? Ketemu dimana?"

"Sore sekitar jam tiga, biar gak terkena macet banget. Gak perlu ketemuan, gue jemput lo aja. Tenang, nanti gue bakal whatsapp lo kok. Terus lo tinggal shareloc aja alamat rumah lo. Gimana?"

Yixing kaget. Lebih kaget dari sebelumnya. Benar kata temennya Joonmyeon yang bernama Minho —yang sebelumnya habis di-ghibah Joonmyeon— itu bilang, Joonmyeon lelaki yang tidak waras. Baru saja kenal, sudah langsung ngajak jalan mana dijemput ke rumah lagi.

"Boleh." Ucap Yixing setelah sekian menit diam.

Joonmyeon memamerkan senyum tampannya. Ia mulai mengambil ponsel dari saku celananya, kemudian menggerakkan ibu jarinya di atas layar benda elektronik itu. "Mending gue say hi dulu ke whatsapp lo sekarang. Jangan lupa save nomor gue ya."

Yixing terkekeh pelan. "Iya. Nanti gue save pas selesai kerja ya. Hp lagi di tas dalam loker."

"Okay, sayang." Ucap Joonmyeon tiba-tiba. Alhasil Yixing dibuat kaget karenanya.

'Mampus salah ngomong lagi kan.'

Pada dasarnya, Kim Joonmyeon sangatlah berbahaya ketika di mode 'salah-tingkah'.


'Xing, gue udah sampai di depan rumah lo.'

'Iyaaa, sebentar'

Senyuman merekah di wajah tampan Kim Joonmyeon. Lelaki dengan outfit of the day mengenakan kaos oblong berwarna putih dilengkapi dengan jaket kulit berwarna hitam, celana jeans berwarna abu, rambut sedikit gondrongnya yang sudah ditata sedemikian rupa, dan sepatu dengan warna senada. Penampilannya tampak sangat keren disandingkan dengan motor matic merek Yamaha NMAX berwarna abu-hitam. Kalau kata orang, 'Vibe anak motor sejati meski motornya NMAX.'

"Hi. Sudah nunggu lama?"

Joonmyeon mengalihkan pandang dari ponsel ke sosok yang berada di samping kirinya ini. Lelaki manis itu tampak sangat manis dengan baju berlengan panjang warna hijau lumut dipadukan celana berwarna hitam, serta sepatu warna hitam-putih. Jangan lupakan surai kecoklatan yang lelaki manis itu biarkan dengan poni menutup dahinya.

"Enggak kok." Balas Joonmyeon cepat, setelah asik memandangi Yixing yang terlihat sangat manis baginya. "Udah ambil helm-nya kan?"

"Iya, sudah."

"Ayo naik."

Setelah Joonmyeon memastikan bahwa Yixing sudah menaiki motornya dengan sempurna, ia mulai menjalankan kendaraan roda dua itu ke tempat kencannya. Ngomong-ngomong, ia sengaja membawa motornya pelan lalu menekan rem mendadak supaya Yixing tiba-tiba mendekat ke badannya dan memeluk pinggangnya.

Dasar modus.


"Terima kasih." Ucap Yixing sembari mengambil minuman isotonic kaleng yang diberikan Joonmyeon. Ia membuka penutup kaleng, kemudian meneguknya perlahan.

Sama dengan Joonmyeon yang sedang menikmati minumnya kemudian mengatur nafasnya —sedikit kelelahan— sehabis tanding basket berdua dengan Yixing sebanyak lebih dari sepuluh match. Ia pun menatap Yixing yang sedang menatap matahari yang mulai menyembunyikan dirinya sambil memangku jaket kulit hitam miliknya.

"Yixing."

Joonmyeon diam sejenak. Ia tahu kalau Yixing mulai menaruh perhatiannya kepadanya. Ia juga tahu kalau Yixing mulai menatapnya.

"Gue gak tau lo straight apa bukan. Gue…" Ucap Joonmyeon yang menggantungkan kalimatnya.

"Gue suka sama lo."

Joonmyeon mengarahkan pandangnya pada Yixing, seketika Yixing langsung menyembunyikan wajah manisnya dari Joonmyeon. Joonmyeon pun tersenyum simpul.

"Kalo lo straight, mungkin lo penasaran gimana rasanya jadi belok." Ucap Joonmyeon. "Kalo lo penasaran rasanya jadi belok, mau gak lo—"

"—jadi pacar gue?"

Joonmyeon sangat yakin dengan matanya. Meskipun Yixing menyembunyikan wajah manisnya dari pandangannya, ia bisa melihat dengan jelas kalau telinganya memerah padam.

'Gemes.' Komentar Joonmyeon.

Yixing menghela nafasnya pelan. Ia mengarahkan pandangannya ke jaket kulit hitam milik Joonmyeon yang berada di atas pahanya. Ia menetralkan debaran di jantungnya dan rasa panas di pipinya, kemudian berdehem pelan.

"Joonmyeon…" Panggil Yixing pelan.

"Iya?" Jawab Joonmyeon bingung.

"Pertama, gue bukan straight." Yixing menghela nafasnya gugup. "Kedua, gue mau jadi pacar lo." Yixing pun menoleh ke arah Joonmyeon kemudian tersenyum memamerkan senyuman manisnya lengkap dengan lesung pipinya yang menggemaskan. "Ketiga, thanks karena sudah suka sama gue."

Wajah Joonmyeon langsung memerah. Ia sekaligus terkena serangan jantung mendadak. Ia pun berdehem, lalu tertawa canggung sambil mengelus bagian belakang lehernya. Setelah menetralkan pikiran dan sikapnya akibat salah tingkah, ia pun mendekatkan posisinya pada Yixing. Posisinya sudah sangat dekat hingga tidak ada celah di antara mereka. Ia mulai mendekatkan wajahnya ke Yixing, memejamkan mata, lalu menempelkan bibirnya pada bibir ranum milik Yixing.

Tentu saja, Yixing kaget karena perlakuan Joonmyeon tiba-tiba. Degupan jantungnya meningkat berkali-kali lipat dari sebelumnya. Ia mulai memejamkan matanya perlahan, membiarkan bibir Joonmyeon berada di bibirnya. Ia terlonjak kaget ketika bibir Joonmyeon bergerak melumat dan menghisap bibir bawahnya pelan. Ia diam-diam dengan jantung berdegup kencang, menikmati perlakuan bibir Joonmyeon di bibirnya.

Bagi Joonmyeon, bibir Yixing sangat lembut dan manis di bibirnya. Setelah puas mencicipi bibir Yixing, ia memundurkan kepalanya —melepas tautan bibirnya— kemudian membuka perlahan netra coklat bulat kuacinya, menatap wajah Yixing yang memerah.

"Bisa-bisanya lo cium gue di tempat rame kayak gini." Ucap Yixing pelan.

"Lo mau pindah ke tempat yang lebih sepi?" Tanya Joonmyeon tanpa dosa yang langsung mendapat delikan tajam dari mata Yixing.

"Ck." Tanggap Yixing. Ia menundukkan kepalanya, "Gara-gara lo, kita jadi diliatin banyak orang." ucapnya pelan.

"Biarin." Balas Joonmyeon singkat dan tegas. "Biar orang-orang tau kalo lo itu milik gue sekarang."

Yixing semakin memerah dibuatnya. Ia langsung berdiri, "Gue mau pulang." ucapnya kemudian langsung meninggalkan Joonmyeon.

"Heh, Xing. Tunggu!"


"Thanks for today, Joon." Ucap Yixing tersenyum sambil memegang helm miliknya.

Joonmyeon tersenyum tampan menanggapi. "Besok kerja jam berapa?"

"Gue shift siang besok. Dari jam satu." Jawab Yixing.

"Pas banget. Gue antar ya. Gak nerima penolakan btw."

Yixing tertawa pelan. "Iya, iya." Balasnya. "Gue masuk dulu ya. Lo kapan-kapan mampir ya ke rumah."

"Iya, sayang."

Joonmyeon tersenyum simpul ketika melihat wajah manis Yixing yang memerah. "Sumpah, kamu itu manis banget."

"K—Kamu… you said?" Ucap Yixing gelagapan. Ia memejamkan mata, kemudian berbalik meninggalkan Joonmyeon yang masih setia di tempatnya. "Kamu buruan pulang sana." Ucapnya.

"Alright, darling."

Joonmyeon tertawa pelan ketika mendengar dentuman pagar yang keras. Yixing yang salah tingkah terlihat sangat menggemaskan baginya. Ditambah lagi dengan senyuman Yixing yang cantik, lucu, dan manis. Sungguh paket yang komplit.

Ternyata—

—karakter utama dalam fiksi-penggemar kali ini, sudah menjadi belok sungguhan pemirsa.

Joonmyeon mulai menghidupkan motornya kemudian mengendarai kendaraan itu menuju rumahnya. Jangan lupakan cengiran lebar yang menghiasi wajah tampannya.

- tamat -


Irasshaimase: Selamat datang

Sumimasen: Maaf / Permisi

Hai: Baik / Ya