(Haikyuu merupakan hak cipta Furudate-sensei)
"Apa kalian siap, minna-san?" tanya Daichi kepada Hinata dkk.
Berbagai ekspresi wajah terlukis di situ. Ada yang sumringah, deg-degan, malah biasa saja.
"Tentu saja aku siap! Jadi nggak sabar ingin ketemu Ukai-sensei," teriak Hinata girang.
"Pasti bakal dijudge nih penampilanku yang baru," ujar Kinoshita lirih.
"Yah–antara gugup dan mau nangis," timpal Asahi.
"Ah, maaf. Aku terlambat!" Tanaka berlari menghampiri kerumunan anak-anak. Ia ngos-ngosan. "Bisnya terlambat sepuluh menit. Ngeselin banget!"
"Yosh! Karena semuanya sudah berkumpul, mari kita masuk!"
Temu kangen alumni SMA Karasuno diselenggarakan di ruang auditorium. Kepala sekolah, para guru, dan siswa siswi bertitel alumni saling berpelukan. Tangis haru mereka pecah. Rasa rindu yang terpendam sudah terbayar melalui pertemuan ini.
Sesi pertama ialah bincang-bincang. Sesi kedua makan siang bersama. Dan sesi terakhir bakal ada permainan serta kuis berhadiah.
"Yo, semuanya! Apa kabar?" sapa Ukai seraya tersenyum.
"Baik!" jawab para alumni serempak.
"Wah, wah, kalian sudah banyak berubah ya. Aku yakin kalian pasti udah pada sukses,"
"Aku baru sukses nikahin Kiyoko, sensei. Kalau jadi pelatih masih dalam proses," ujar Tanaka tersipu-sipu. Ia menggaruk kepalanya meskipun tidak gatal.
Daichi menempeleng kepala Tanaka yang ditutupi topi beanie. Beberapa hadirin tertawa melihat kelakuan mereka berdua. Selain pelatih, pemuda botak itu sangat cocok menjadi pelawak.
Di antara mereka, Tsukishima dan Yamaguchi berhalangan hadir. Mereka berdua sibuk menggarap tugas akhir, lalu dipresentasikan pada hari yang ditentukan. Presentasi tersebut menjadi tolok ukur penentu kelulusan.
"Asahi-san kerja apa sekarang?" tanya Enoshita penasaran.
"Jadi desainer baju." balas Asahi tersipu-sipu. "Sebulan dapat pesanan paling banyak lima puluh. Yah, meskipun masih bekerja dua bulan, aku tetap berjuang dan bertahan. Pegawai di lingkungan kerja juga ramah."
Noya datang menghampiri mereka. Ia memamerkan kaos yang dikenakannya. Dengan bangga ia berkata, "Nih contoh dari desain kaos buatan Asahi-san. Keren, toh?"
"Wah, keren desainnya! Syukurlah Asahi-san betah di kantornya." puji Enoshita. "Aku pesan untuk bulan depan bisa?"
"Bi-bisa!" Asahi mengangguk-angguk.
"Terima kasih. Omong-omong–" leher Enoshita mengarah ke Noya yang asyik scroll medsos di hp. "Minggu lalu ke Osaka ke tempat wisata mana aja?"
"Istana Osaka, Sumiyoshi-taisha, Osaka Temmangu, Menara Matahari, akuarium Osaka Kaiyukan, dan bersantai di Kinosaki Onsen,"
"Sebenarnya masih banyak sih tempat pariwisata yang belum dikunjungi di sana," imbuh si rambut spike itu. "Jangan tanya aku dapat cewek atau nggak. Sampai sekarang belum ada yang nyantol di hati. Justru karena itu alasanku menjadi seorang pelancong."
Noya meratapi nasibnya yang masih jones alias jomblo ngenes. Matanya berkaca-kaca. "Kenapa aku nggak seberuntung Tanaka?"
Sementara partner Noya semasa SMA sedang mengobrol dengan Hinata, Kageyama, Daichi, dan Suga. Mereka asyik bernostalgia. Mengingat masa-masa indah dan bahagia sewaktu masih sekolah.
Dua jam berlalu. Pengantar bento telah tiba. Takeda berterima kasih di saat mereka pamit. Para tamu undangan mengisi perut yang keroncongan terlebih dahulu.
Dan inilah saatnya–sesi permainan dan kuis berhadiah. Permainan pertama adalah joget balon. Tim dibagi menjadi dua orang. Kedua tim harus menempelkan balon di dada sambil menari mengikuti irama musik. Mereka yang berhasil menggiring balon tanpa meletus akan dianggap sebagai pemenang.
"Siap? Musik!" Ukai memberikan aba-aba. Lalu menyetel lagu EDM via ponselnya.
Hinata dan Kageyama bertengkar sambil menggiring balon kuning. Peserta lainnya berjoget malu-malu–karena permainan ini baru pertama kali diadakan pada acara reuni. Pemenang permainan ini adalah Daichi dan Suga. Riuh tepuk tangan dari penonton menggema ruang auditorium.
Permainan kedua adalah seven up. Angka tujuh beserta kelipatannya tidak boleh disebut. Sebagai gantinya peserta harus angkat tangan atau menepuk kedua tangan. Kalau kebablasan menyebutkan angka, maka peserta diberikan hukuman.
Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam.
Hinata mengangkat kedua tangannya, karena ia di urutan ketujuh. Hingga giliran Kageyama tiba, ia lupa menyebut angka empat belas.
"Ah–Kageyama bodoh!" protes Hinata kesal.
Tapi tak apa–aku ingin melihat Kageyama kena hukuman, hihihi. Batin Hinata senyam-senyum sendiri.
"Padahal udah dijelasin aturannya," Noya menepuk dahi.
Permainan kedua berakhir dengan tiga peserta yang berakhir dengan hukuman. Mereka harus menuliskan nama dengan gerakan tubuh serta Hiragana.
"Nah–saatnya kuis berhadiah!" seru Takeda. "Kali ini saya yang membawa acara."
"Pertanyaan pertama: apakah nama makanan ini? Petunjuk: bau ikan ini sangat tajam. Sangat cocok ditemani sake atau bir,"
Takeda menunjukkan gambar ikan kering dan telah difermentasi. Para hadirin terbengong-bengong. Ada yang menempelkan tangan di dagu, ada yang garuk-garuk kepala, ada pula yang mengeluh kesulitan.
"Aku tahu!" teriak Suga seraya mengangkat tangan kanannya. "Ini kusaya–makanan khas Kepulauan Izu. Seminggu lalu aku pernah melihat kepala sekolah diberikan kusaya oleh Miura-sensei. Baunya memang menyengat seperti bau busuk, tetapi rasanya enak. Pernah aku memakannya sekali.
"Suga-san keren!" puji Noya mengacungkan jempol.
"Hee… jadi penasaran," kata Asahi.
Suga berakhir dengan membawa bingkisan kecil. Hinata, Noya, dan Tanaka bersikeras meminta Mr. refreshing untuk membukanya. Namun ditolak halus.
"Nanti aja bukanya pas pulang," timpal Suga tersenyum.
"Mohon para hadirin untuk kembali tenang. Saya akan membacakan pertanyaan berikutnya,"
"Pertanyaan kedua: permainan karuta seringkali dimainkan saat tahun baru. Apa saja dua jenis karuta yang dimainkan?"
Sebagian peserta mengangkat tangan–termasuk Asahi. Namun Takeda menunjuk peserta lain. Sayang sekali.
"Uta garuta dan iroha garuta. Uta garuta terdiri dari 200 kartu. Bait atas disebut kami-no-ku, bait bawah disebut shimono-no-ku. Tanka pada masing-masing yomifuda dibacakan, kemudian pemain harus menemukan torifuda yang cocok," jawab peserta wanita.
" Iroha garuta terdapat 96 lembar kartu. Isi yomifuda merupakan peribahasa, sementara torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi peribahasa dalam yomifuda yang menjadi pasangannya,"
"Tepat sekali! Silahkan terima hadiahnya, Takigawa-san,"
Asahi menundukkan kepala, memasang raut kecewa. Daichi menepuk-nepuk bahunya.
"Jangan sedih. Mungkin sebentar lagi giliranmu," hibur pria bersurai cokelat itu.
"Pertanyaan terakhir–"
Semoga pertanyaannya tidak sulit. Ucap Asahi dalam hati.
"Beri aku makan, dan itu akan membuatku hidup. Namun, beri aku minum, dan aku akan mati. Apakah itu?"
"Ah–kenapa harus pertanyaan sulit?" keluh Asahi. "Nggak jadi jawab ajalah. Aku menyerah."
"Sial! Pertanyaan dari Takeda-san menjebak sekali!" teriak Tanaka. Namun ia tetap mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
" Sensei–apakah jawabannya seekor kucing?"
"Salah!"
"Kucing mah kasih makan dan minum, keles!" ucap Kageyama. Tanaka cengar-cengir.
"Hahaha, iya ya,"
Kiyoko mengangkat tangan. Tanaka terkejut. Jangan bilang ia tahu jawabannya? Tebak Tanaka.
"Jawabannya adalah api,"
"Ya. Kamu benar, Kiyoko! Silahkan terima hadiahnya," Kiyoko maju dan menerima bingkisan berwarna merah.
"Ayo, sayang! Buka kadonya!" ujar Tanaka tidak sabar.
Wanita itu merobek bingkisan, lalu menarik selotipnya. Ternyata sekotak coklat mint. Harganya tentu saja mahal.
"Uwooooogh–beruntung banget kamu, Kiyoko! Makannya bagi dua ya, hehehe,"
"Iya, iya," Kiyoko menyentil hidung suaminya.
Acara berakhir pukul 15.00. Para hadirin kembali ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Suga membuka bingkisan. Rasa penasaran Hinata dkk akhirnya terbayar juga.
"Kira-kira dapat apa, ya?"
Hadiah yang didapatkan Suga ialah sapu tangan–dengan motif bunga hydrangea biru. Meskipun sederhana, Suga tersenyum bahagia. Ia pun memuji jahitannya yang rapi. Serta bahannya berkualitas tinggi. Hinata dkk mengucapkan selamat kepada Suga. Kemudian berpisah di perempatan jalan.
Hal yang paling penting dalam sebuah reuni ialah kebersamaan. Meskipun jarak memisahkan, seluruh alumni SMA Karasuno dipertemukan kembali lewat acara ini.
TAMAT
