Return

Rate T

One Piece milik Eiichiro Oda. Author tidak mengambil keuntungan apapun.

WARNING! Fem!Sabo, seperti kebiasaan (dan kesukaanku). OOC. Alur yang tidak jelas. Typo. Luffy is very clingy to Sabo because he likes to be pampered by his older sister. BAMF Sabo.

Happy Reading!

.

.

.

Gemerisik daun di antara pohon-pohon membawa kenangan lama. Indah, sekaligus menyakitkan. Angin lembut memainkan helai rambut pirang, menyanyikan lagu yang menjadi satu dengan dedauan.

Sabo mendongak, menatap cahaya matahari yang menembus dedaunan. Dia menghirup napas dalam-dalam dan tersenyum, "Sudah lama sekali ya?" gumamnya pada pemuda yang menempel di punggungnya.

"Ya, rasanya seperti di rumah. Bikin kangen!" Luffy mengeratkan pelukannya di leher Sabo, ikut tersenyum dan menutup mata. "Tapi kita kehilangan satu orang..." Bisiknya.

"... aku yakin," kali ini Sabo tersenyum kecil, "Ace selalu hidup di hati kita. Dan dia juga akan senang melihat ini."

"Un, semangatnya juga kini selalu bersamamu, Sabo."

Sabo tertawa, "ya, dan aku akan menjaga tekatnya seumur hidupku. Jadi dia tidak akan pernah mati."

"Shishishi! Aku percaya padamu, ya!" Luffy tersenyum lebar, kepalanya mendusel pada perpotongan leher Sabo yang tertutup rambut pirang panjang. "Jangan tinggalkan aku sendirian, Sabo."

"Aku tidak akan melakukannya, Luffy."

Mereka tanpa sengaja bertemu di pulau Reditus. Sabo baru saja menyelesaikan solo mission dari pulau Bulan dan hanya mampir sejenak di pulau ini untuk menjelajah dan beristirahat sebentar. Sedangkan Luffy hanya ingin mengisi persediaan kapal mereka yang menipis. Pulau ini disebut-sebut sebagai pulau berhantu karena banyak orang-orang yang menghilang tiba-tiba. Penduduknya pun hanya sepertiga pulau. Sedangkan sisanya diisi oleh hutan dan gunung berbatu. Kabarnya, beberapa orang yang kembali dengan selamat ditemukan di sekitar gunung dalam keadaan pingsan dan hanya mengatakan satu hal setelah tersadar, 'telah melakukan perubahan besar'.

Sabo sudah memberitahu nakama Luffy tentang pulau ini, dan mereka berkata akan mengisi ulang persediaan dan akan segera pergi sebelum ada kejadian aneh yang menimpa mereka. Tapi Luffy sebagai kapten langsung menolak mentah-mentah karena dia ingin menjelajah hutan bersama Sabo.

Gadis itu tidak bisa menolak kekeraskepalaan Luffy. Nakamanya juga sudah tahu bahwa sekali Luffy memutuskan, tidak ada yang bisa mengubah keinginannya itu. Jadi disinilah mereka sekarang, di tengah-tengah hutan, dengan Luffy di gendongan Sabo, menikmati kebebasan alam bersama-sama.

Luffy baru akan bermanja lagi pada Sabo saat melihat sebuah celah gelap yang ditutupi sulur-sulur. "Eh? Apa itu? Sabo! Ayo kita masuk kesana!" ajaknya sambil menunjuk celah itu.

"Baiklah-baiklah, ayo kita masuk dan jelajahi. Mungkin ada sesuatu di dalamnya!" Sabo tertawa, lalu melangkah mendekat dan menyibak sulur yang menghalangi dengan satu tangan. Setelahnya, gadis itu menggunakan kemampuan buah iblisnya untuk menerangi isi celah itu.

Dinding di sekeliling mereka terbuat dari batu berwarna hitam. Ada banyak sulur-sulur berwarna hijau gelap yang merambati batu-batu itu. Tempat itu lebih cocok disebut gua dibandingkan celah. Jalan di sekeliling mereka cukup sempit, tidak seperti gua kebanyakan, jalan masuknya hanya cukup untuk dua orang berjalan berdampingan.

"Ng? Jalan buntu. Sepertinya tidak ada apa-apa disini." Luffy menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada jalan lain selain jalan yang tadi mereka lalui.

Sabo mengulurkan tangan, menerangi sekeliling mereka dengan api di telapak tangan. Di depannya lebih terlihat seperti telah terkena tanah longsor bertahun-tahun yang lalu. Sulur-sulur sudah tumbuh menutupi tumpukan batu dan tanah bekas longsoran.

"Luffy, lihat!" tangan di angkat, menerangi lubang yang cukup besar di atas mereka. "Ayo kita coba naik."

Luffy turun dari gendongan piggyback Sabo, kemudian mereka naik dengan berpegangan pada sulur-sulur tanaman itu. Di atas lebih luas daripada yang di bawah. Dindingnya juga memiliki banyak gambar-gambar tua. Beberapa sudah retak dan beberapa yang lainnya sudah tidak dapat dibaca.

Mereka berdua berjalan bersisian. Di kanan dan kiri mereka hanya ada gambar-gambar yang tidak bisa mereka mengerti.

"Sepertinya kita hampir berada di tengah-tengah gunung."

"Sabo! Lihat, gambar harta karun!" Luffy mendadak menarik lengan Sabo dan menunjuk ke arah dinding di depan mereka. Ada jalan bercabang di kanan dan kiri gambar itu.

Gambar di depan mereka terlihat seperti coretan tumpukan harta. Di tengah-tengah harta itu ada sebuah meja dengan kotak terbuka di atasnya. Gambar itu sudah pudar hingga mereka tidak bisa mengetahui apa isi kotak itu. Lalu di bawah gambar itu, ada cipratan warna merah gelap layaknya darah yang membentuk tanda panah ke arah bawah.

"Apa maksudnya gambar ini..?"

"Uwaah! Sabo! Ada lubang besar di sini!" suara Luffy menyebabkan gema pendek. Itu cukup untuk membuktikan bahwa di bawah mereka terdapat ruangan lain. "Ayo turun dan jelajahi!"

Belum sempat Sabo menjawab, Luffy sudah lebih dulu turun tanpa memedulikan kegelapan di bawah sana.

"Uwooohhh!"

"Luffy!" Dengan khawatir, Sabo ikut melompat. Dia juga mengaktifkan haki dan memerhitungkan seberapa dalam mereka akan terjatuh. Tunggu, kemana Luffy? Kenapa dia tidak bisa mendeteksi apapun di bawah sana?

"Sabo! Pegang tanganku!" Sebuah tangan tiba-tiba terulur di depannya dan menarik lengan Sabo. Sedetik kemudian tubuh gadis itu tertarik ke atas dan menabrak tubuh karet Luffy. "Shishishi! Sabo tidak apa-apa kan?"

Sabo mendesah, lalu menepuk kepala Luffy. "Aku baik. Jangan tiba-tiba melompat seperti itu! Kita tidak tahu seberapa dalam lubang ini!"

"Shishishi! Aku tadi melihat ada pijakan kecil di sisi lubang. Lalu ada celah gelap di dekatnya!"

Setelah Luffy mengatakannya, barulah Sabo menyadari bahwa mereka menemukan lorong lainnya. Bedanya, kali ini di kanan dan kiri mereka terdapat obor yang dibuat dari batu bara. Batu-batu itu sudah berdebu dan terlihat tidak lagi bisa digunakan. Jadi Sabo menggunakan kekuatan buah iblisnya untuk menyalakan obor-obor itu.

Sekeliling mereka langsung terang dan mereka dapat melihat bahwa di depan mereka terdapat tangga melingkar menuju kebawah. Tangga itu terbuat dari batu berwarna hitam dan masih kokoh walaupun beberapa sudah retak.

"Ayo turun, melihat ruangan di bawah sangat luas, mungkin kita bisa menemukan sesuatu."

Luffy mengangguk riang, kemudian berjalan di sebelah Sabo.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di tangga paling bawah. Di depan mereka sekarang hanya terdapat sebuah pintu kayu. Pintu itu sudah terlihat rapuh dan akan ambruk kapan saja.

Saat Luffy menyentuh gagangnya, mendadak ada suara tangisan yang terdengar. Samar, tapi Luffy yakin dia mendengarnya dari balik pintu. "Sabo dengar itu tidak? Sepertinya ada yang menangis."

Sabo mengangkat alis, "aku tidak mendengar apapun. Dari mana asalnya?"

"Dari balik pintu ini." Jawab Luffy. Kemudian dia melepaskan genggamannya dan pindah ke belakang Sabo, menggelantung seperti monyet. "Sabo saja yang buka! Jangan-jangan ada hantu di baliknya!"

Keringat sebesar biji jagung terbentuk. Adiknya ini ada-ada saja!

"Ayo buka pintunya, Sabo~" Kali ini Luffy sudah memanjat naik ke punggung Sabo. Lengan karetnya menggulung-gulung di bahu Sabo, memegangnya erat.

"Ha'i-ha'i, akan kubuka sekarang." Sabo mendesah ringan. Tangannya terangkat dan menyentuh gagang pintu yang tadi dipegang Luffy. Dia baru akan membukanya saat mendengar suara jeritan yang samar-samar.

"Sabo?"

Gadis itu meneguk ludah, lalu memersiapkan diri dan mendorong pintu tua itu.

Diluar dugaan, pintu itu terbuka dengan ringan.

"Uwooh! Terbuka! Terbuka!"

Didalamnya terang. Obor di dinding menyala otomatis dan bertumpuk-tumpuk emas dan perhiasan menutupi lantai. Dan di puncak semua tumpukan itu, ada sebuah meja kayu dengan sebuah kotak emas di atasnya.

"Nami pasti akan seeenanggg sekali saat melihat ini!" Luffy berbinar. Dia juga tidak pernah melihat tumpukan harta sebanyak ini.

Sabo melangkah masuk, berjalan hati-hati dan meraih kotak emas di atas meja. "Di atas tadi, ada gambar yang sama persis seperti isi ruangan ini. Kotak ini pasti berisi sesuatu."

"Benarkah?! Aku tidak memerhatikannya tadi! Ayo kita buka!"

Kotak itu dengan ajaib terasa ringan. Padahal dari teksturnya, kotak itu pasti terbuat dari emas. Ada kunci yang tergantung di lubangnya. Sabo memutar-mutarnya hingga bunyi 'klik' terdengar.

"Terbuka!"

"Apa isinya? Apa isinya?"

Pelan-pelan Sabo membukanya dan menemukan sebuah jam saku berwarna perak di dalamnya. Pada tumpuan jarumnya ada berlian kecil, sedangkan rantainya terbuat dari emas. Kaca yang melindungi jarum jam itu jernih dan berkilauan saat terkena cahaya obor.

Luffy mengambilnya dan memutar tombolnya, "Hm? Apa jam ini kehabisan baterai?" tanyanya sambil mengutak atik jarum jamnya.

"Kita tidak tahu sudah berapa lama benda ini tersimpan disini. Jadi—"

Belum selesai Sabo berbicara, jam itu mendadak bersinar. Cahayanya menyilaukan hingga Sabo dan Luffy harus memejamkan mata.

Sedetik kemudian, mereka merasakan tubuh mereka tertarik oleh gravitasi.

Sabo langsung membuka mata, menemukan mereka sedang terjatuh dari langit. "Luffy!"

Luffy tidak melepaskan pelukannya pada bahu Sabo sejak sebelumnya. Jadi dia memegangnya erat-erat dan berteriak. "GYAAAAAHH! KITA JATUHHHH!"

Mereka berdua dengan cepat hampir sampai di tanah—err, apakah itu es? Apapun itu, mereka berdua harus bertindak atau mereka akan patah tulang! "Luffy! Menggembunglah menjadi balon!"

"Oh! Benar! Gomu gomu no fusen!" Luffy langsung menggembung seperti balon dan menahan tubuh Sabo hingga mereka berdua memantul beberapa kali.

"Ow... apa itu tadi..." Sabo yang tersungkur karena pantulan Luffy berusaha berdiri dan memegang kepalanya yang pusing. "Luffy!" Panggilnya saat sadar Luffy tidak ada di sekitarnya. Dan kenapa ada banyak angkatan laut di sini?! Apakah mereka berteleportasi ke markas Marine?

"Sabo! Kau tidak apa-apa?!" Luffy memanggil dari sampingnya. Sedetik kemudian, tubuhnya di tabrak.

"Ke-kenapa ada dua Mugiwara?!" Seseorang berteriak.

Teriakan itu menyadarkan mereka berdua. Sabo langsung balas memeluk Luffy dengan protektif dan mengedarkan pandangan. Sepertinya mereka berada di tengah-tengah perang antara bajak laut dan angkatan laut.

"ACEEEE! AKU AKAN MENYELAMATKANMU WALAUPUN AKU HARUS MATI!"

Deg.

Mereka berdua langsung menoleh ke asal suara. Tidak jauh dari mereka, sosok Luffy dua tahun yang lalu sedang berlari dan menyerang para angkatan laut. Saat Sabo menoleh ke arah lainnya, dia bertatapan langsung dengan Ace di atas sana.

"A-ace...?"

"Yang manapun itu, SERANG MEREKA! DIA SANGAT BERBAHAYA!"

Sebuah serangan datang dari samping. Sabo masih memeluk Luffy dengan protektif sambil menahan serangan itu dengan pipa besinya. Saat itu juga, sebuah kesimpulan terbentuk di otaknya.

Mereka kembali ke masa lalu!

"Luffy! Saat ini... Ace masih hidup! Ayo kita selamatkan dia!" Sabo menendang angkatan laut yang ingin menyerangnya dan menarik tangan Luffy untuk berlari. Menuju Ace. Menuju saudara yang pernah gagal mereka selamatkan.

Luffy mengikuti tarikan Sabo dengan terhuyung. Air matanya mulai berjatuhan, terutama saat melihat bahwa Ace di atas sana, masih terborgol, sedang melihat ke arah mereka dengan ekspresi tidak percaya. "A-ace..."

"Fokus, Luffy! Aku akan membuka jalan untuk kau di masa lalu! Lindungi dia beberapa saat kedepan!"

Tidak perlu waktu lama bagi mereka berdua untuk sampai pada Luffy dua tahun yang lalu. Anak itu terlihat sekali sudah kelelahan. Tubuhnya sudah terluka sana-sini.

"Luffy! Aku akan membuka jalan! Kau harus terus maju menuju Ace, oke?!"

[Note; aku akan menggunakan nama Mugiwara untuk Luffy dua tahun yang lalu dan nama Luffy untuk Luffy di masa depan (yang datang bersama Sabo)]

Mugiwara terlihat bingung karena melihat kopian dirinya ada di depannya bersama seorang gadis berambut pirang. "Kau siapa?"

"Lupakan itu! Kalian siap? Aku akan membuka jalan!"

"Sedang apa kalian?! Jangan biarkan kedua rookie itu mengacaukan peperangan ini!" Suara Sengoku terdengar dari pengeras suara. "Dia adalah bocah yang berbahaya. Dia tumbuh dewasa bersama Ace sebagai adik angkatnya! Dan dia adalah anak kandung dari Dragon sang Revolusioner!"

Bersamaan dengan itu, salah satu angkatan laut mengangkat tongkat besinya dan menyerang mereka bertiga.

Luffy menghindar dengan mudah, sedangkan Sabo menarik Mugiwara bersamanya.

"Revolusioner?!"

"Dragon, penjahat yang melegenda itu?!"

"Dia berbahaya! Kita tidak boleh membiarkannya hidup! Bunuh dia dengan cara apapun!"

"Tapi kenapa ada dua Mugiwara?! Dan siapa wanita itu?!"

Luffy melompat, mengaktifkan gear second dan haki, kemudian memukul angkatan laut yang menghalangi mereka keras-keras. "Ace! Kali ini aku pasti akan menyelamatkanmu!"

Sabo menyeringai, lalu melompat menghindari para angkatan laut yang mengepung mereka. "Luffy, setelah ini jangan khawatirkan apapun dan teruslah menuju Ace! Aku akan melindungimu!" Ujarnya pada Mugiwara yang digendongnya.

"Ka-kau..."

"Tidak ada waktu! Ayo lakukan!" Sabo menurunkan Mugiwara, kemudian mengepalkan tangan dan menggunakan kemampuan buah iblisnya.

"W-wanita itu bisa mengendalikan api?!"

"HIKENNN!"

Semua orang di sana melotot saat melihat tinju api yang menjadi ciri khas Ace kini digunakan oleh seorang wanita.

"Pergilah, Luffy! Selamatkan Ace!"

Tapi Mugiwara diam dengan ekspresi tidak percaya, membuat Sabo mendorongnya maju. "Ka-kau... kau..."

"WANITA ITU MENGGUNAKAN TINJU API! BAGAIMANA BISA INI TERJADI?!"

"Kenapa bisa ada dua pemakan buah mera-mera...?"

"Pergi, Luffy!" Sabo menahan serangan angkatan laut yang lain dan membersihkan jalan Mugiwara dengan dinding api. Luffy di sisi lain sudah memukul mundur semua angkatan laut yang mencoba menyerangnya.

"Mugiwara yang satu ini jauh lebih kuat!"

"Serang yang lebih lemah! Kita harus membunuhnya!"

Tapi sebanyak apapun mereka mengalihkan serangan menuju Mugiwara, Sabo melindunginya dan tidak membiarkan jalannya terhalang. Mereka dengan cepat menyesuaikan koordinasi satu sama lainnya hingga Ace bebas. Di titik ini, Mugiwara menangis dan tersenyum bersamaan di tengah-tengah ledakan yang dilancarkan angkatan laut.

"Ace! Hueee!"

"Sejak dulu kau selalu begitu, Luffy! Kau tak pernah mendengarkan ucapanku dan terus bertindak sembrono!"

Pihak Shirohige bersorak, Sabo tersenyum lebar dan Luffy melompat untuk memeluk Ace.

"ACE! KAU BEBAS! AYO KITA CEPAT PERGI DARI SINI!"

Sabo tahu apa yang akan terjadi, begitupun Luffy.

"Jangan lengah! Tembak mereka ketika mereka sampai di bawah!"

"Kalian berpikir bahwa aku akan membiarkan kalian? Enkai; Hibashira!" Sabo berputar dan menciptakan pilar api, menghancurkan mereka semua, lalu membentuk dinding api seperti sebelumnya. "Ace! Luffy! Cepat pergi dari sini!"

Ace menatapnya tajam, tapi tidak mengatakan apapun.

Luffy cepat-cepat menarik tangan Ace dan mengajaknya pergi dari sana sesegera mungkin. Sabo sendiri langsung menggendong Mugiwara dan berlari mengikuti Ace dan Luffy.

"Wanita itu! Siapa dia?! Kenapa dia bisa menggunakan Hibashira?!"

Di titik ini, Ivankov berteriak dengan ekspresi kaget. "Sabo! Apa yang kau lakukan di sini?! Sejak kapan kau memakan buah setan?!"

Ace dan Mugiwara langsung menoleh ke arahnya. Ketidakpercayaan terlihat jelas di wajah mereka. Luffy tertawa dan terus menarik lengan Ace untuk berlari mengikutinya.

"Sabo?!"

"O-oi, dia baru saja mengatakan 'Sabo'?"

"'Sabo'—Kepala Staff Pasukan Revolusi?!"

"Apa yang revolusioner lakukan di sini?!"

"Dan kenapa Kepala Staff Pasukan Revolusi bisa menggunakan teknik Ace-san?!"

Mugiwara yang dari tadi masih ada di gendongan Sabo, kini mulai melingkarkan kaki dan tangannya ke tubuh gadis itu sebelum menangis meraung. "Sabo! Hueee! Kau masih hidup! Kemana saja kau selama ini?!"

"Ceritanya panjang! Yang penting, kita harus segera pergi dari sini dan jangan pernah berpikir untuk mati, Ace! Aku benar-benar akan memukul kepala bodohmu itu jika kau melakukannya lagi! Aku tidak ingin memakan buah milikmu lagi!"

Dari kalimat itu, mereka semua sadar apa yang akan terjadi selanjutnya jika Sabo dan Luffy tidak muncul sekarang.

"Anak Roger! Aku akan mendapatkan kepalamu!"

Dinding api Sabo dirusak dan Sakazuki sudah siap dengan tinju magmanya. Luffy dan Sabo secara otomatis menggunakan haki dan memukul wajah itu bersama-sama.

"Jangan. Sentuh. SAUDARAKU!" teriak mereka bersamaan.

Ace melongo. Begitupun Mugiwara. Anak itu masih menangis segukkan, tapi sudah tidak sampai meraung-raung seperti sebelumnya. Sabo kembali menggendongnya karena dia masih menangis dan sudah kelelahan.

"Kau—kau benar-benar Sabo? Dan... Luffy?"

"Shishishi! Kami dari masa depan! Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kami mendadak saja jatuh di sini! Kami akan menyelamatkanmu, Ace!"

"Dan di masa ini aku masih hilang ingatan. Temukan aku dan buat aku ingat kembali! Jangan sampai aku mendengar kabar kematianmu lagi! Itu menyakitkan, kau tahu?!"

Ace ingin membalas, tapi kata-katanya tertahan di ujung lidah. Kata-kata Sabo barusan sudah menjelaskan kenapa dia bisa memiliki kekuatan Ace dan apa yang akan terjadi tidak lama lagi.

"Sekarang, ayo kita pergi! Kau tidak boleh ada di sini!" Sabo dan Luffy menggengam tangan Ace, kemudian menariknya untuk kembali berlari. Mereka sudah mendekati kapal Shirohige dan berada di dekat bajak laut lainnya.

"Trafalgar pasti akan datang sebentar lagi. Pergilah bersamanya, Ace, Luffy. Kalian harus pergi dari sini secepat mungkin!"

"Aku tidak akan membiarkannya!" Sakazuki muncul dengan hidung berdarah—sepertinya patah karena pukulan Sabo dan Luffy sebelumnya. "Kalian harus mati, bajak laut sialan!"

Mereka bertiga menatap tajam Sakazuki (bertiga, karena Mugiwara masih menangis dan dia kelelahan hingga tidak mampu melakukan apapun selain berpegangan erat-erat pada Sabo, kakak perempuan yang dia kira sudah mati sebelumnya.)

Jinbei, Ivankov dan Inazuma berdiri di depan mereka, melindungi mereka dari serangan Sakazuki.

"Ace, mau mencoba menggabungkan kekuatan?" tanya Sabo, menyeringai. Luffy sendiri sudah maju lebih dulu dan mengaktifkan gear third miliknya. "Kita gunakan Hiken bersamaan dan membuat dinding api."

Gadis itu kemudian menyesuaikan posisi tubuhnya, bersiap dengan tinju apinya dan tetap membiarkan Mugiwara menempel di tubuh depannya seperti monyet.

"Ayo lakukan!" Ace tersenyum lebar, ikut menyesuaikan posisi dan berdiri bersebelahan dengan Sabo. "Oi kalian! Minggir jika tidak ingin terbakar!"

Kepalan mereka sama-sama terbakar. Kemudian, setelah Jinbei, Ivankov, Inazuma dan orang-orang yang tidak ingin terbakar menyingkir, mereka berdua menyerang bersamaan.

"HIKEN!"

Penggabungan kekuatan mereka menjadikan serangan itu lebih kuat hingga Sakazuki terdorong mundur, lalu setelahnya Luffy memberikan pukulan telak dengan tangan gajah yang dilapisi haki.

"Jangan ganggu saudaraku!"

Tepat setelah Sakazuki dikalahkan, sebuah kapal selam berwarna kuning muncul ke permukaan. Sabo yang melihatnya langsung menarik Ace untuk ikut bersamanya.

"Mugiwara-ya! Masuk kesini!"

Luffy menoleh, lalu melambai dengan senyum lebar. "OOH! TORAOOO!"

Trafalgar Law melihat Luffy dan Mugiwara bergantian. Kebingungan terlihat jelas di wajahnya, terutama ketika Ace dan seorang wanita yang menggendong Mugiwara seperti bayi naik ke atas kapalnya.

"Trafalgar! Kutitipkan mereka padamu!" Sabo melepaskan pelukan Mugiwara dari tubuhnya, lalu memberikannya pada Ace. "Bawa mereka pergi secepatnya dari sini!"

"Sabo! Kau mau kemana? Kau harus ikut kami!" Lengan karet Mugiwara terulur, ingin mencegah Sabo untuk pergi. Tapi gadis itu menggeleng dan menyentuh pipi mereka berdua.

"Aku harus kembali. Setelah ini, pastikan kalian mencariku dan buat aku ingat dengan kalian." Ujar Sabo. Setelahnya, dia mencium pipi Ace dan pelipis Mugiwara. Lalu sebelum mereka berdua sempat bereaksi, gadis itu sudah melompat dan kembali ke atas es. "Sampai jumpa, Ace, Luffy! Aku akan menunggu kalian!"

Jemari Sabo sudah mulai memudar. Ada cahaya yang mirip kunang-kunang seolah sudah mengerogoti tubuhnya. Tubuh Luffy juga tidak jauh berbeda.

"Jangan biarkan mereka kabur!"

"Hentikan mereka!"

Sebelum mereka benar-benar menghilang, Sabo meninju es dan menghancurkannya dengan nafas naga.

.

.

.

Sabo mengerjapkan mata. Pandangannya yang kabur perlahan-lahan menjadi lebih jelas. Di depannya, Luffy terbaring miring dengan mata tertutup.

"Apa yang terjadi...?" Gumamnya. "Kita kembali?"

"Nnh... Sabo..."

Gadis itu mengguncang Luffy agar anak itu segera bangun. Mereka ada di tempat aneh—karena seingat Sabo, sebelumnya mereka ada di sebuah ruangan yang penuh harta. Tapi sekarang hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Tanpa satupun harta. Beberapa cahaya obor bahkan sudah mati. "Luffy, bangun!"

"Mmnh... Ace... Sabo..."

"LUFFY!"

Seketika Luffy membuka mata. Anak itu mengerjap beberapa kali dan menatap Sabo dengan bingung. "Are? Sabo? Apa yang terjadi...? Ace! Dimana Ace? Dia selamat, kan?!"

Sabo menggeleng. Dia tidak tahu. "Ayo kita keluar dulu. Kita sudah terlalu lama ada di sini. Nakamamu pasti khawatir."

Luffy mengangguk. Tapi saat anak itu melangkah, kakinya mengenai sesuatu. "Hm? Sabo! Lihat ini!"

Gadis itu menunduk dan ikut melihat benda yang ditujuk Luffy.

Itu adalah jam saku yang sebelumnya mereka temukan. Kaca pelindung jam itu kini retak dan berliannya menghilang. Jarumnya patah menjadi dua dan rantainya putus.

"Ini jam yang tadi. Sudah rusak." Gumam Sabo. Dia mengambilnya dan memasukkannya kedalam kantung. "Aku akan bertanya pada temanmu itu, apakah dia bisa memperbaikinya."

Luffy mengangguk, "Franky itu ahlinya memerbaiki! Aku yakin dia pasti bisa memerbaikinya!"

Mereka lalu keluar dari sana. Naik ke bagian gambar, kemudian turun dan keluar dari celah batu. Hari sudah gelap saat mereka berhasil keluar dari hutan. Bintang-bintang bertaburan di langit gelap dan angin malam bertiup.

"Disini kalian rupanya! Kemana saja kalian?! Aku kira kalian sudah melupakanku dan sibuk menjelajah sendirian!"

Suara familiar terdengar. Ketika mereka berdua menoleh, mereka bisa melihat seorang pemuda bertopi oranye dan berkalung mutiara merah sedang menatap mereka sambil bersedekap dada.

"Apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu? Seperti melihat hantu saja!"

"A-ace? Kau masih hidup?" tanya Sabo. Gadis itu gemetar saat menyadari bahwa apa yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu benar-benar terjadi. Mereka benar-benar melewati waktu dan kembali ke masa lalu!

"Huh? Tentu saja aku masih hidup! Apa maksud kalian aku sudah mati? Kan kalian yang menyelamatkanku saat aku hampir mati dua tahun yang lalu?!"

Luffy yang menyadarinya langsung menghambur memeluk Ace sambil menangis. "Ka-kau benar masih hidup! Hueee! Ki-kita menyelamatkanmu! Aku—aku... hueeee!"

"O-oi! Sabo! Ada apa dengan anak ini?! KENAPA KAU JUGA MENANGIS?!"

Sabo ikut memeluk Ace erat-erat, menangis dan tertawa sekaligus hingga Ace memandangnya dengan aneh. "Be-benar, kami kembali ke masa lalu dan menyelamatkanmu... Ace... hiks. Ace.."

Ace menghembuskan napas, lalu balas memeluk mereka tidak kalah eratnya. "Kau ini menangis atau tertawa sih, sebenarnya? Apa yang terjadi dengan kalian?"

"Hueeee! A-ace, aku merindukanmu!"

"... kami menemukan ruangan berisi harta... lalu kami memainkan jam saku... dan tiba-tiba saja terlempar ke masa disaat kau akan di eksekusi... se-sebelumnya Luffy gagal menyelamatkanmu dan aku baru mengingat semuanya setelah kematianmu... maafkan aku, Ace... maaf karena aku terlambat..."

"Hush. Tidak apa-apa sekarang. Aku hidup, kalian menyelamatkanku tepat waktu. Kau tidak terlambat dan Luffy tidak gagal. Aku disini sekarang." Ace menciumi wajah Sabo, begitupun dengan pipi Luffy dan kening anak itu. "Ayo kembali! Kalian sudah menghilang seharian. Pasti kalian lapar! Nakama Luffy sudah menunggu dan aku lebih suka mendengar cerita kalian sambil makan."

Sabo mengusap air matanya, lalu menghela napas beberapa kali untuk menenangkan diri sebelum melepaskan pelukannya. "Baiklah. Ayo kembali,"

Luffy juga melakukan hal yang sama. Tapi kali ini, dia pindah untuk mengelayut manja di punggung Ace dan tersenyum lebar. "Shishishi, aku senang kau kembali, Ace!"

Ace mengambil tangan Sabo untuk di genggam, kemudian menyeringai. "Bukankah aku sudah berjanji padamu bahwa aku tidak akan mati?"

Sabo membalas gengaman tangan Ace, "ya. Kau sudah berjanji pada Luffy. Jadi jangan pernah melakukan hal bodoh itu lagi!"

"Hahahaha, tidak akan. Kalian ada di sini. Jadi aku tidak akan melakukan hal bodoh lagi!"

Mereka semua tersenyum lebar. Dan tanpa mereka sadari, jam yang ada di dalam kantung Sabo perlahan-lahan bersinar redup dan menghilang.

.

.

.

END.

A/n;

AKU KEMBALI DENGAN ASL YANG MANIS INII!

AKHIRNYA! AKHIRNYA! AKHIRNYA AKU BISA BIKIN LUFFY CLINGY KE SABO! YEEEY!

Sebelumnya, Ace sudah clingy ke Sabo. Sekarang, gantian adik kecil mereka dong. Bahagia banget aku lihat Sabo manjain Ace dan Luffy. Sayangku cantik dan baik hati banget sihh! Astaga, jadi pingin kunikahi/ditabok Ace dan Luffy.

Ace; JAUH-JAUH DARI SABO! DIA MILIK KAMI!

Luffy; BENAR! MENJAUHLAH DARI SABO!

Author; ... /culik Sabo/

Ace & Luffy; SABOO!

(Begitulah readers sekalian, bagaimana Author menjadi daging asap.)