Disclaimer: Semua Karakter Milik Masashi-sensei
Tittle: Same as 'Cigarette and Liquor' by Zariya-sensei
Untuk judul, memang sama dengan manga karya Zariya-sensei. Namun untuk alur cerita tidak ada kesamaan sama sekali, alur ini murni milik saya sendiri.
So, Welcome back to my new fiction.
CIGARETTE AND LIQOUR
SASUKE X HINATA FANFICTION
PRESENTED BY
H E X E
SMOKE I
"Kapan kau pulang? Dan mana calon menantuku, Sasu-chan?"
Sepertinya, kalimat yang mengandung pertanyaan seperti ini sudah berlangsung selama satu tahun terakhir. Kalimat yang sebenarnya sangat tidak ingin ia dengar dari wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
Mungkin, mama Mikoto sudah merasa gelisah karena melihat anak bungsunya masih saja melajang sampai sekarang –dan Uchiha Sasuke; pria yang kini menggaruk belakang kepala dengan satu batang rokok terhimpit dikedua belah bibirnya sudah mulai jengah karena mendengar omelan sang ibu selama panggilan berlangsung.
"Pekerjaanku menumpuk dan tidak ada waktu untuk berkencan bu."
Haruskah ia menyewa wanita untuk dikenalkan pada ibunya?
Tidak.
Itu adalah ide buruk yang pernah terpikirkan olehnya.
Jika saja mama Mikoto mengetahui wanita yang dikenalkannya adalah wanita sewaan, mungkin beliau akan langsung terkena serangan jantung. Mengingat keluarga Uchiha adalah keluarga yang selektif dalam memilih pasangan hidup. Sasuke bisa saja ditendang dari rumah jika ia nekat melakukan trik murahan macam itu.
Mama Mikoto tidak akan pernah tertipu.
"Jika kau tidak kunjung membawa calon menantuku, Ibu akan memilihkan wanita pilihan Ibu sendiri."
Bunyi bip memutus panggilan yang sudah berlangsung selama kurang lebih 25 menit itu. Sasuke mematikan rokoknya, meletakkan ponsel saat mendengar suara kunci pengaman pintu apartemen yang berbunyi cukup nyaring tak lama berselang dari berakhirnya panggilan dari mama Mikoto. Bunyi itu menandakan jika ada seseorang dari luar yang mencoba membuka pintu apartemennya namun gagal karna suara peringatan yang terdengar.
Sasuke mulai melangkahkan kakinya, berjalan dengan malas sambil mendecakkan lidahnya karena kesal.
Siapa yang mencoba membobol pintu apartemennnya?
Orang bodoh mana yang terus menekan sandi kunci meski sudah salah lebih dari tiga kali?
Kedua netra milik Sasuke menyipit saat melihat sosok wanita berambut panjang yang tampak di layar tipis yang terpajang di samping pintu. Wanita itu terlihat sedikit kacau jika dilihat dari penampilannya.
Sasuke kini menaikan satu alisnya saat wanita itu tampak kesal kemudian menendang dan memukul pintu apartemennya.
Tanpa pikir panjang, Sasuke membuka pintu dan hal pertama kali yang ia lihat adalah kedua netra yang bewarna hitam pekat; sama sepeti netra miliknya.
"Maaf nona, sepertinya anda salah alamat."
Setelah sepersekian detik merasa terkesima oleh netra yang dimiliki oleh si wanita, Sasuke kembali menuju kesadarannya.
"Aku tinggal disini."
Suara halus yang terdengar serak dan sedikit engap menyapa kedua telinga Sasuke dengan jelas. Sasuke tidak mengerti dengan perkataan si wanita yang mengaku sebagai pemilik dari hunian yang ia sudah huni hampir selama tujuh tahun.
"Ini milikku, nona. Sepertinya pintu milikmu ada di sebelah sana."
Kepala si wanita itu menoleh mengikuti jari telunjuk Sasuke.
"ah... Kau benar."
Sasuke tidak mengatakan apapun lagi saat wanita itu berbalik kemudian mengambil kedua heels berwarna hitam yang tergeletak tidak jauh darinya. Wanita itu sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Tubuh wanita itu terlihat seperti gemetar beberapa kali, keringat yang terlihat mengkilap menempel di bagian sisi wajah, dan deru napas wanita itu yang tidak beraturan serta terasa berat.
Sasuke masih diam; memperhatikannya hingga wanita itu sampai tepat di depan pintu apartemen yang bersebrangan dengan pintu miliknya. Kedua manik jelaganya tidak berpaling barang sedetikpun; seolah mengintai mangsa yang sedang lengah.
Jika diperhatikan kembali, wanita itu berpenampilan glamor. Tubuh sintalnya yang tidak begitu tinggi dan terlihat menonjol di beberapa bagian yang menurutnya sangat tepat itu dibalut dengan dress Cheongsam Qipao berwarna jet black dengan ornamen syringa yang terlindah indah. Warna lilac agak pudar dari bunga tersebut berpadu dengan warna hitam pekat namun mengkilap; memberikan kesan sexy pada si pemakainya.
Mungkinkah wanita itu mabuk?
Kemungkinan itu bisa saja benar.
Karena sekarang wanita itu jatuh terduduk dengan satu lengannya yang memegangi bagian dada; dengan sigap Sasuke segera melangkah dan menghampiri wanita itu.
"Nona kau tidak apa-apa?"
Sasuke tidak bisa melihat wajah si wanita karena posisi wanita itu kini menundukkan kepala. Sanggulan rendah surai wanita itu terlihat acak-acakan dengan beberapa rambutnya yang sudah mencuat dan ada beberapa helai yang menepel di leher bagian belakang akibat keringat yang keluar.
"hei nona"
Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Sasuke, membuat sang novelis kawakan itu sedikit kebingungan. Hingga pada beberapa detik berikutnya, Sasuke merasakan remasan pada satu lengan bagian kirinya.
"10001"
Wanita itu berbisik dengan napas terengah, dan bisikan itu terdengar cukup jelas oleh Sasuke. Tanpa membuang waktu, Sasuke langsung menekan tombol kunci dengan memasukan digit yang sudah diberikan oleh wanita itu.
Bunyi bip terdengar, dalam hati Sasuke merasa lega karena bisa membawa wanita itu ke dalam apartemen. Sasuke kembali berjongkok, mengulurkan tangan dengan harapan wanita itu akan meraih tangannya agar bisa membantu wanita itu berdiri dan berjalan.
"Kau bisa berdiri? Jika tidak aku akan menggendongmu."
Sepertinya wanita itu tidak mabuk. Sasuke tidak melihat ada gerak-gerik aneh khas seseorang yang sedang dalam pengaruh alkohol.
Apakah wanita itu sakit?
"Haruskah aku membawamu ke rumah sakit?"
Sasuke menawarkan pilihan lain karena wanita itu tak kunjung memberikan respon yang berarti. Kedua manik jelaganya masih memandangi tubuh wanita itu yang sedikit bergetar.
"T-tidak. Jangan. Bawa saja aku ke d-dalamh."
'sialan!'
Umpatan itu keluar begitu saja dalam hati. Sebenarnya Sasuke tidak ingin membenarkan apa yang sebelumnya ia perkirakan mengenai kondisi wanita itu. Wanita itu tidaklah mabuk, pula tidak sedang dalam keadaan sakit.
Wanita itu hanya sedang dalam situasi yang kurang menguntungkan.
Sasuke segera memapah wanita itu saat pintu apartemen sudah terbuka. Otak tajamnya yang selalu bekerja dengan cekatan tiba-tiba menjadi tumpul setelah menyadari situasi seperti apa yang akan ia hadapi saat ini.
Haruskah ia meninggalkan wanita itu begitu saja?
Ya.
Setidaknya itulah yang dikatakan oleh ego yang ada dalam dirinya.
Wanita itu bukan siapa-siapa. Wanita itu hanya tetangga yang baru saja ia temui selama menghuni gedung ini. Wanita itu hanya-
Sasuke membaringkan wanita itu di sofa, membuat jarak yang cukup agar tidak terlalu dekat dengan wanita itu.
Selama beberapa detik berlalu pikirannya bergelut dengan dua pertanyaan yang kian merasuki kepalanya.
Haruskah ia pergi?
Haruskah ia membantu wanita itu?
Kedua pertanyaan itu seakan berbisik seperti suara radio yang sedang menyiarkan berita perang dunia. Hingga pada detik berikutnya, Sasuke memutuskan untuk pergi dengan meninggalkan satu gelas air hangat di atas meja dekat sofa tempat wanita itu terbaring dengan tubuhnya yang menggeliat.
"hahh ... akh!"
Tubuh Sasuke terdiam. Langkah kaki panjangnya tidak ia lanjutkan setelah mendengar wanita itu kembali merintih dengan pelan. Tubuhnya mendadak mengeluarkan keringat dingin.
'sial sial sial!'
Sasuke merutuki dirinya sendiri yang bereaksi hingga seperti ini.
Jangan bercanda.
Dia bukan lagi seorang remaja tanggung atau pemuda yang sedang dalam masa-masa penuh gairah hanya karena mendengar suara rintihan halus seorang wanita.
Jika diingat-ingat kembali, kapan terakhir kali ia menghabiskan waktu bersama wanita?
Kapan terakhir kali ia memasang benda elastis yang kerap kali dipajang di depan meja kasir?
Dan yang pasti, kapan terakhir kali ia keluar?
Mungkin, Sasuke tidak ingat kapan terakhir kali itu terjadi pada dirinya. Mengingat projek buku yang sedang ia kerjakan akhir-akhir ini sangat menguras waktu dan juga pikiran. Sehingga membuat dirinya tidak sempat menyisihkan waktu untuk bercengkrama dengan teman wanitanya bahkan untuk sekedar 'bermain sendiri' pun ia tidak sempat.
Mengapa harus sekarang?
Mengapa harus dengan wanita yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu?
Sasuke sadar jika reaksi tubuhnya merupakan hal yang wajar, mengingat ia adalah seorang pria dewasa yang memiliki orientasi seksual normal sehingga menyebabkan gejolak yang sudah tertahan dalam dirinya kini keluar tanpa dikomando.
Jika saja ia seorang bajingan brengsek, mungkin sekarang Sasuke sudah melompat dan mengurung wanita itu dalam kuasanya.
'tidak, kau bukan bajingan Sasuke. kendalikan dirimu.'
Untuk pertama kalinya, Sasuke merasakan kebimbangan yang menyebalkan.
Sasuke memijit pelipisnya, membalikan tubuh dan bergegas menghampiri si wanita.
Persetan dengan semuanya.
Naluri seorang pria dewasa yang ada dalam dirinya tidak bisa mengabaikan keberadaan wanita itu yang kini tengah memandang Sasuke dengan tatapan sayu dengan napasnya yang terengah.
Aroma harum yang menguar sejak pertama kali Sasuke bertemu dengan wanita itu kian menguat. Seolah memanggil, menggoda dan menjerat pikiran dan tubuh Sasuke secara brutal. Sasuke menumpukan tubuh dengan kedua lututnya, mensejajarkan dirinya, mendekat untuk mengikis ruang di antara keduanya. Bibir wanita itu yang dipoles dengan lipstik merah seolah terlihat basah dan mengkilap.
Kedua kelopak wanita itu menutup perlahan seiring terkikisnya jarak antara keduanya. Sasuke yang melihat respon itu menafsirkan jika si wanita memang tidak keberatan dengan apa yang akan dia lakukan.
Sasuke bisa merasakan napas wanita itu yang menggelitik ujung hidungnya, entah mengapa waktu terasa begitu lambat seperti adegan slow motion, jantungnya berdetak dengan kencang dengan tidak tahu malu.
Ah, mungkin karena ini sudah terlalu lama dirinya tidak mengecup bibir ranum perempuan.
AUFF!
Suara anjing yang menyalak terdengar; hingga seperkian detik berikutnya Sasuke merasakan tubuhnya terhempas ke samping sekitar dua meter dari sofa tempat wanita itu terbaring. Anjing yang sebelumnya menyalak kini sudah ada di atas tubunya dan berusaha untuk menyerang dirinya. Sasuke bisa melihat gigi-gigi tajam dengan liur yang mulai menetes dari anjing itu.
Anjing itu melindungi tuannya, setidaknya itu yang ada dalam benak Sasuke saat ini.
Alaskan Malamute; salah satu ras anjing terbesar dan kuat yang kini tengah menyerangnya dengan sedikit brutal. Anjing dengan warna abu kecoklelatan itu terus berusaha menggigit dirinya. Hingga pada satu kesempatan, Sasuke mendapat celah dan mendorong anjing itu dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Anjing itu terhempas, Sasuke lekas berdiri; memasang badan. Anjing itu sangat mewaspadai kehadirannya, Sasuke bisa memastikan hal itu dari tatapan tajam yang diberikan anjing itu padanya. Perhatian Sasuke teralihkan saat mendengar suara rintihan, begitupun dengan anjing yang ada di depannya.
Anjing itu berbalik; mengampiri si wanita yang kini meringkuk di atas karpet dengan satu tangannya yang memegangi dada. Sasuke menghentikkan langkahnya saat anjing itu kembali menyalak; memperingati agar dirinya untuk tidak bergerak. Anjing itu duduk, mencoba melindungi si wanita dengan melingkarkan tubuh besarnya di sekeliling wanita itu.
Sasuke memijit pelipisnya, sepertinya ia harus menyerah dan menelpon dokternya saja. Sepertinya dengan menyuntikkan sesuatu yang tepat bisa berguna untuk mengurangi rasa sakit yang di alami wanita itu. Keinginannya untuk membantu wanita itu dengan caranya sudah lenyap, dan anjing itu terus memandang dirinya dengan tatapan penuh amarah.
Sasuke merutuk saat menyadari ponsel yang ia miliki ia tinggal di atas meja saat setelah sambungan telpon dengan ibunya berakhir.
"Jaga dia. Aku akan kembali menolongnya."
Sasuke mundur dengan perlahan setelah anjing itu tidak menunjukkan pergerakan apapun. Anjing itu hanya menatapnya masih penuh dengan kewaspadaan.
"Luna!"
Langkah Sasuke terhenti, tubuhnya kembali mematung beberapa detik saat mendengar teriakan seorang pria. Tubuhnya diam tidak bergerak; seperti pencuri yang tertangkap basah. Entah mengapa Sasuke merasakan tekanan saat dirinya mendengar suara pria itu.
Kedua manik hitamnya memandang sosok pria yang kini berdiri dengan napasnya yang sedikit terngengah. Maniknya yang berwarna biru terlihat menyala.
Sial
"Brengsek! Apa yang kau lakukan disini?!"
Satu bogem mentah mendarat di wajah Sasuke. Gerakan pria itu sangat cepat sehingga Sasuke tidak bisa menghindar. Sasuke memengang sisi wajahnya yang terasa berkedut nyeri, ia juga memastikan jika giginya tidak ada yang patah.
"Kau salah paham, aku hanya-
"Apa yang kalian lakukan? Dasar makhluk bodoh!"
Kepalan tangan yang dilayangkan pria itu terhenti di udara, begitu pula dengan Sasuke yang hendak menghindar kini kembali terdiam.
"Jack! kau anjing bodoh. Angkat Hinata ke kamar sekarang."
Pria itu memandang marah pada Sasuke, persis seperti yang dilakukan anjing itu padanya. Pria itu terihat enggan menuruti perkataan wanita yang baru saja datang. Seorang wanita yang terlihat maskulin dengan potongan rambut pendek berwarna seperti permen kapas.
Pria yang bernama Jack itu mendecak, berbalik kemudian menghampiri wanita yang kini ia ketahui sebagai Hinata atau Luna.
"Good job, boy! Aku akan membawa Luna."
Anjing itu menyalak satu kali kemudian beranjak dari tempatnya duduk. Sasuke masih diam memperhatikan mereka.
Jack mengangkat tubuh Hinata, "Tidak ada obat ampuh, aku akan melakukannya."
Jack berlalu meninggalkan mereka. Sasuke terus memandang kepergian pria itu hingga menghilang dibelokan tangga.
"Kiba sialan!"
Wanita itu mengumpat, duduk di sofa kemudian memijit pelipisnya.
"Oh, maafkan aku tuan."
Wanita itu kembali berdiri, menyapa Sasuke yang baru saja ia sadari kehadirannya. Kedua manik berwarna hijau itu memandang Sasuke, "wajah anda memar, duduklah sebentar. Aku akan mengobatinya."
"Tidak apa, aku akan kembali saja."
Sasuke menolak tawaran wanita itu dengan halus. Ia tidak ingin berlama-lama lagi berada di dalam ruangan ini.
"Tidak. Duduk dan tunggu sebentar. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf karena Jack telah meninjumu."
Wanita itu berjalan menuju ruangan yang tak jauh dari ruang tamu tempat diriya sekarang. Sasuke mendudukkan dirinya di atas sofa, kembali menatap si anjing yang juga duduk dan masih menatapnya.
"Tenanglah, aku tidak akan berbuat apa-apa."
"Locco, dia anjing yang sangat pintar dan kuat."
Wanita itu menaruh kotak berwarna putih di atas meja. Membukanya dan mengambil beberapa barang yang diperlukan.
"ya, dia anjing yang hebat."
Wanita itu tersenyum, "ini akan sedikit sakit, tahan sebentar."
Benar saja, sensasi dingin membuat luka lebamnya bertambah nyeri. Wanita itu mengobatinya dengan cekatan.
"Dia baik-baik saja kan? Em.." Sasuke sedikit bingung,
"Sakura. Kau bisa memanggilku dengan nama itu, dan Hinata atau kau dengar sendiri Jack memanggil Hinata dengan nama Luna –dia akan baik-baik saja. Jack pasti melakukannya dengan sangat baik." Sakura mengakhiri kalimatnya dengan senyum tipis.
Sasuke mengerti arah pembicaraan wanita yang bernama Sakura itu. Kondisi Hinata memang akan baik-baik saja setelah Jack melakukan treatment khusus untuk Hinata.
Entah mengapa dada Sasuke terasa sedikit sesak saat mengetahui jika pria yang bernama Jack yang baru saja meninjunya kini sedang bersama dengan Hinata. Sasuke juga merasa sedikit heran dengan tatapan sendu yang kini terpancar di mata Sakura.
"Sudah berapa lama tuan-
"Sasuke, kau bisa memanggilku dengan nama itu."
"ah, Sasuke... ya. Sudah berapa lama kau bertetangga dengan Hinata?"
Sakura meletakkan kompresan kemudian mengambil kapas dan membasahi kapas itu dengan cairan antiseptik.
"Aku tidak tahu. Aku baru bertemu dengan Hinata tadi, sebelum kalian berdua sampai kesini."
Sasuke menjelaskan jika dia mencoba membantu Hinata yang salah membuka kunci pintu apartemen miliknya. Dia juga menceritakan apa yang terjadi setelah ia membawa Hinata masuk ke dalam apartemen. Sasuke menjelaskan semuanya untuk menghindari salah paham yang tidak perlu, terutama dengan pria yang bernama Jack.
Sakura hanya tersenyum setelah mendengar penjelasan dari Sasuke.
"Selesai." Sakura membereskan kembali peralatan itu dan menyimpannya kembali ke dalam kotak.
"Jack, apa dia kekasih Hinata?"
Kalimat itu meluncur tanpa dikomando.
Sakura yang semulanya hendak beranjak kembali duduk dan memandang ke arah Sasuke. Satu tangannya menarik kerah turtle neck yang terpasang dan kini memperlihatkan lehernya yang dihiasi dengan colar berwarna hitam dengan bandul emas tipis kecil berbentuk lingkaran. Sakura memperlihatkan inisial yang terukir dalam bandul itu.
"Kau mungkin bisa menafsirkan sendiri arti dari colar ini. Jack juga memilikinya."
Sakura beranjak setelah memperlihatkan colar itu pada Sasuke. Meninggalkan beberapa pertanyaan yang sontak saja mengerubungi kepala Sasuke.
Sebenarnya, Sasuke tidak perlu mengetahui hubungan apa yang mereka bertiga miliki. Apa pedulinya? Hinata hanya tetangga yang baru saja ia temui. Lalu mengapa Sasuke merasakan getaran aneh di dadanya? Mengapa ia merasakan sensasi aneh saat tadi ia melihat dengan seksama ke dalam dua bola mata milik Hinata?
"Aku akan pergi. Aku akan mengantarmu sampai ke depan."
Sakura mengambil tas yang sebelumnya tersimpan di atas meja. Sasuke hanya mengangguk kemudian beranjak dari sofa.
"Sampai jumpa, Locco."
Sakura mengusap kepala anjing itu dengan pelan. Locco menyalak dua kali, menandakkan bahwa dia juga memberikan salam jumpa untuk Sakura. Sakura mempersilahkan Sasuke agar berjalan terlebih dahulu.
Sasuke meninggalkan kediaman Hinata dengan beberapa pertanyaan yang masih berkecamuk dalam benaknya.
"Terima kasih, Sasuke. Dan maaf karena telah mengganggumu dengan sedikit keributan tadi."
Mereka sudah berada di depan pintu apartemen milik Sasuke. Sasuke hanya mengangguk kemudian dan menyampaikan ketidakberatannya pada Sakura. Sakura tersenyum kemudian berbalik setelah berpamitan dengan Sasuke.
Sasuke belum beranjak dari depan pintu sampai wanita itu memasuki elevator. Kini lorong terasa sangat sunyi, Sasuke hanya menatap kosong ke arah pinti apartemen milik Hinata.
Mengapa Hinata kembali ke apartemennya dalam keadaan seperti itu?
Siapa itu Kiba?
Mengapa Sakura dan Jack memiliki colar yang sama?
Hubungan seperti apa yang mereka bertiga miliki?
Sepertinya, Sasuke tidak akan melupakan kejadian ini begitu saja. Dirinya sudah tertarik ke dalam lubang yang bahkan ia tidak ketahui ada apa yang ada di dalam lubang itu -yang pasti, Sasuke merasa tertarik dengan kehadiran Hinata yang baru ia temui.
Hinata yang ternyata adalah tetangganya.
Hinata yang belum pernah ia temui selama dirinya menghuni apartemen ini.
Dan saat itu Sasuke menyadari, jika dirinya memang terlalu tenggelam dalam dunianya.
.
.
.
to be continued
