Disclaimer : Character belong to Yuusei Matsui

"Hallo Aku Comeback setelah akun lamaku tidak lagi bisa diakses dan itu sudah 3 tahun yang lalu, ya aku masih menulis di banyak portal seperti wattpad, filo dan sekarang menggunakan akun baru ini, even aku sudah bekerja, menulis adalah hobi tersembuyiku hehe"

Enjoy it

Warning : NON EYD, kesalahan penggunaan kata dan penyusunan kalimat dll

.

.

.

.

Setting waktu diambil dari episode 12/13 , saat kelas E berhasil masuk peringkat 50 besar.

.

.

"Sampai bertemu lagi disini, aku akan jalan-jalan sebentar dan kemudian ke ruangan osis,"

Gadis berkacamata itu menggenggam erat buku di pelukannya. Kedua manik magenta nya berkedip lucu mendengar penuturan pemuda didepannya.

"R-ruang osis,untuk apa?"

"Tentu saja pamer, si Rangking 1 ini ada di gedung utama. Aku tidak sabar ingin melihat wajah kekalahan mereka," Laki-laki dengan surai merah itu menyeringai jahil, membuat gadis didepannya menyesal telah meminta Laki-laki tersebut untuk menemaninya ke gedung utama.

"B-baiklah, aku hanya perlu 5 menit untuk mengembalikan buku ke perpustakaan, sampai bertemu Karma-kun,"

Mereka kemudian berpisah di tengah anak tangga. Manami berjalan menuju koridor menuju ruang perpustakaan. Hari ini adalah hari yang mengharukan seperti akhir dari sebuah drama panjang. Semua anak kelas 3E menduduki peringkat 50 besar. Langkah nya kian dipercepat, Mengingat tinggal menyiapkan beberapa persiapan pendaftaran ke SMA favorit yang harus ia tuntaskan hari ini.

"SALEP JERAWAT BUKAN UNTUK LUKA MEMAR BODOH,"

Langkah gadis itu berhenti ketika mendengar teriakan memekikan telinga itu. Suara itu berasal dari ruangan tepat satu meter didepannya.

"HENTIKAN, KAU HANYA MEMPERSULIT!"

"AKU MENCOBA YANG TERBAIK,"

"TIDAK, KOMPRES DULU BARU DIPERBAN,"

"BISA TIDAK KALIAN TENANG?"

".."

".."

'Langsung hening?' Manami bergumam heran, suara teriakan bersahutan mendadak hilang.

Berniat melanjutkan perjalanan, tanpa disangka pintu ruangan itu terbuka, sosok pemuda dengan rambut yang mirip ayam goreng(menurut manami) muncul kemudian.

"Hei kau, coba bantu kami."

Tanpa sempat menjawab, Gadis itu ditarik kedalam ruangan tersebut. Manami melirik ke papan didepan pintu sekilas.

'Ruang osis?' Batinnya.

Kini ia dihadapkan pada seorang pemuda yang tidak lagi asing di matanya. Pemuda pirang dengan aura kepemimpinan itu sedang duduk tenang di salah satu sofa mahal di ruangan tersebut, dengan pose andalannya yaitu bersedekap dada dan mata terpejam.

Koyama yang tidak asing dengan wajah gadis itu berseru lantang.

"Untuk apa anak kelas E itu disini?"

"Lupakan hal itu..."Pemuda dengan rambut unik tadi mendengus pelan, keadaan pemimpin mereka lebih penting.".. tolong bantu kami obati Asano-kun ya gadis,"

Ada keraguan yang jelas terpancar di sorot mata Manami, yang kemudian dimengerti oleh pemuda dengan bibirnya yang tebal.

"Tenang, Asano tidak akan memakanmu hanya karena kau mengobatinya." Ujarnya.

Manami mengangguk dan sedikit melihat luka laki-laki itu dari jarak jauh, dengan ragu dia mendekatkan diri ke laki-laki itu.

"Butuh bantuan lagi Asano-kun? Apa aku harus bicara pada ayahmu mengenai insiden tadi? Mungkin dia tidak bermaksud menampar-"

"Tidak, lupakan. Lebih baik kalian kembali ke kelas,"

ucapan Ren terpotong oleh Asano yang berkata dengan pelan dan tegas. Ren mengerti jika kejadian tadi sedikit membuat sang Ketua Osis malu. Sudahlah malu karena kekalahannya ditambah lagi insiden ini.

Five Firtuosos-kecuai asano tentu saja mengangguk dan keluar dari ruangan satu-persatu. Meninggalkan Manami dan Laki-laki itu dengan hawa kecanggungan.

Manami meneguk ludahnya susah payah, kemudian ia mulai mengambil kapas untuk memulai pengobatan.

"Selamat atas kemenangan kalian kelas E,"

Manami tersentak, di detik ini ia hindari mata ungu intimidasi yang menatapnya dengan tajam.

".. aku sengaja mengalah agar Ayahku sadar mengenai sistem pendidikannya yang salah.."

Manami masih mendengarkan.

".. Ayah macam apa yang mendorong anaknya untuk bermain kotor dan menamparnya di depan murid-murid..."

"..."

"...Padahal sebelumnya tidak pernah bersikap seperti seorang ayah,"

Kalimat terakhir diucapkan begitu lirih, namun gadis itu masih dapat mendengar dengan baik. Ia menghirup napas dalam, perkataan koro-sensei dan teman sekelasnya terngiang dalam benaknya.

"Kemampuan merangkai kata-kata akan sangat berguna untuk membantu kehidupanmu,"

"Hal pertama dalam mendapatkan teman adalah komunikasi Okuda-chan,''

"A-asano-kun, kau melakukan hal yang benar, kepedulianmu terhadap Ayahmu dengan menurunkan ego itu sangat menganggumkan,"

Manami tersenyum tulus pun tangannya masih berusaha untuk mengobati pipi laki-laki itu, tinggal di tempelkan plester luka maka selesai sudah acara mengobati (secara terpaksa) sang ketua osis.

Asano sudah biasa dipuji, namun dipuji di saat-saat terpuruk seperti ini membuat hati nya menghangat. Ia merasa dibesarkan dan dihargai dalam waktu yang bersamaan.

"Ya, tapi aku akan meminta balasan atas tamparan ini nanti,"

"D-dulu ketika aku masih kecil, setiap kali aku dimarahi a-aku selalu meminta balasan loh, asano-kun,"

Asano menatap dengan penasaran, Manami tertawa.

"Aku meminta cupcake sebagai balasannya, k-karena waktu aku masih kecil Ibuku sangat memperhatikan kesehatan gigi,"

Asano mendengus, Manami melebarkan jarak karena urusan nya sudah selesai.

"J-jadi coba minta hal tersebut ya Asano-kun, s-siapa tau ada hal yang kau inginkan dari Ayahmu,"

Asano berpikir sebentar, terutama terkait makanan.

'Daging kobe kualitas super'

Ia kemudian menyeringai dalam diam. Hampir melupakan eksistensi gadis lilac yang baru saja mengobati nya.

"S-satu lagi Asano-kun, temanku pernah berkata 'Kita boleh kalah hari ini, namun jika ada kesempatan kita harus menang,' "

Kemudian Asano hanya bisa tertegun dan kebingungan dalam satu waktu. Mengapa gadis ini terlalu cerewet padanya? Memberikan nasihat seolah ia telah berguru dengan manusia paling bijak sedunia.

Di lain sisi Manami bersorak ria, komunikasi dan bahasa. Kemampuan yang ia asah dalan waktu satu tahun ini berkembang cukup baik. Asano adalah orang pertama diluar kelas E yang ia ajak berbicara panjang lebar. Ya, kemampuan ini akan berguna sekali untuk bergaul di SMA nanti. Begitulah pikir si Gadis.

Merasa tidak ada kepentingan lagi, Manami berniat mengundurkan diri. Ia berojigi sebentar sebelum berbalik badan.

"Tunggu,"

Manami berhenti karena pergelangan tangannya di genggam oleh satu-satunya laki-laki diruangan tersebut.

Asano ikut berdiri dan kemudian berkata dengan wajah datar.

"Aku belum tahu siapa nama mu , wahai kelas E,"

"B-begitu, Namaku Okuda Manami. Salam kenal Asano-kun,"

'Nama yang bagus..'

Asano mungkin akan terus berdiri sambil menggenggam lengan gadis tersebut sebelum suara familiar terdengar begitu menjengkelkan.

"Heeee.. si rangking 2, apa yang kau lakukan pada murid kelas END kami," dengan nada usil dan penuh penekanan, suara provokasi itu membuat keduanya menoleh dan mendapati laki-laki dengan surai merah dan kardigan hitam memasuki ruangan.

Akabane karma, ia berjalan mendekati dua insan yang sama sekali tidak ia inginkan untuk berada saling berdekatan. Mata emas nya kemudian menatap tidak suka pada lengan sang gadis yang masih digenggam Asano.

Asano menyadari tatapan itu dan tersenyum licik.

"Aku hanya berterimakasih atas bantuan dari gadis ini untuk luka kecil diwajahku,"

"Berlebihan sekali, Luka seperti itu tidak akan membuatmu lumpuh Asano, ayo Okuda-san kita pulang, " Karma kemudian menarik lengan okuda yang lain, namun Asano tidak melepaskan sehingga tarikanya tidak berpengaruh pada Manami.

Netra emas bertemu violet dan pada akhirnya keduanya menyadari bahwa takdir persaingan kedua nya tidak hanya bidang pada akademi.

"A-ano, bisa tolong lepas teman-teman? Nanti perpustakaannya tutup,"

Selain saingan, ketidakpekaan gadis itu juga menjadi peer penting bagi si kedua laki-laki serupa beda orang tua tersebut.

END

biar ku tebak, pasti fandom ini sudah sepi bgt huhuu

Salam Sejuta Romance