Title : Wasted Sugar

Crossover : Naruto Highschool DxD

Chapter : 1

.

.

.

Pagi hari yang indah di suatu kota kecil bernama Kuoh. Sebuah kota yang tenang tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Tidak ada konflik antara 3 faksi, maupun mahluk - mahluk supranatural lain nya. Karena mereka memang tidak akan di masukan ke dalam cerita kali ini.

Lagi pula ini hanyalah sebuah cerita sederhana tentang dua orang sahabat yang tinggal di kota kecil ini. Dan dari sinilah kita akan mulai.

.

.

.

''Tunggu aku Naruto'' ujar seorang gadis yang sedang berlari mengejar teman nya.

''Cepatlah Rias! Kita sudah terlambat''

''Kau pikir ini salah siapa bodoh!?''

'Salah siapa katanya?' pikir Naruto.

Nauto tidak habis pikir, padahal jelas - jelas dia yang menjadi sebab keterlambatan mereka. Dan sekarang dia bertanya seolah - olah ini adalah salah nya.

''Tentu saja ini salah mu idiot! Jika kau tidak bangun kesiangan, kita tidak akan terlambat seperti ini!''

Padahal semalam Naruto sudah menyuruhnya untuk tidur lebih awal. Bukannya ia sok perhatian atau apa. Tapi karena Naruto tahu kebiasan buruk sahabatnya ini. Yang entah mengapa selalu saja kesiangan saat momen - momen penting terjadi.

''Tetap saja ini salahmu! Seharusnya kau membangunkanku lebih awal!''

''Logika macam apa yang kau gunakan bodoh!!''

''Pokoknya ini salahmu!!! salahmu!!! kuning idiot''

Naruto ingat ayah nya pernah bilang 'Wanita adalah mahluk yang tidak masuk akal'. Jadi bagaimanapun ia menyangkal omongan Rias, ia akan tetap menjadi pihak yang salah.

.

''Huh, huh, Aku sudah tidak kuat Naruto''

Rias berhenti dengan nafas terengah - engah. Naruto berbalik dan ĺangsung menarik tangan Rias. Naruto tahu Rias sangat buruk dalam hal fisik. Tapi hari ini adalah awal mula masa SMA mereka. Akan sangat tidak lucu jika mereka di hukum pada hari pertama.

''Bertahanlah Rias, kita hampir sampai''

Rias dengan segenap kekuatan yang tersisa, terus memaksa kakinya. Beberapa kali Rias hampir terjatuh karena tidak sanggup mengimbangi Naruto.

Setelah berlari melewath hutan, mendaki gunung, dan menyebrangi lautan. Akhirnya mereka bisa melihat gerbang sekolah mereka. Naruto melirik arloji nya.

'1menit lagi' pikirnya.

Tapi, penjaga sekolah yang melihat kedatangan mereka, dengan senyum psikopat nya segera bergegas menutup gerbang.

Naruto yang melihat itu melepas genggaman tangannya pada Rias, dan langsung berlari dengan kecepatan penuhnya.

''T-tunggu Naruto!! tega - tega nya kau meninggalkan ku!''

Rias pikir Naruto akan berlari menyelamatkan diri nya sendiri. Tapi, Naruto tidak setega itu. Setelah Naruto mencapai gerbang, ia langsung menahan gerbang itu tertutup.

''Cepat! Rias aku akan menahan nya''

Rias tersenyum dan terus berlari, seharusnya ia tidak meragukan sahabat kuningnya itu. Meskipun ia menjengkelkan dan selalu mengajukan keluhan padanya, Naruto tidak akan pernah meninggalkan nya.

''Apa yang kau lakukan anak nakal!!''

''Maaf ossan, tidak bisakah kau memberi tambahan waktu beberapa detik saja?''

''Kau pikir aku penjaga warnet bodoh!!! Cepat lepaskan, dan relakan saja kepergian temanmu!! Hehehe''

Naruto bergidig ngeri mendengar tawa aneh dari pria tua ini. Untungnya meski sempat hampir terjatuh beberapa kali, Rias berhasil sampai. Ketika Naruto berniat melepaskan gerbangnya, dari kejauhan ia melihat seorang gadis yang nampak nya juga kesiangan.

''Tunggu!!! tolong tahan gerbangnya sebentar lagi!!!''

''Sial!!! Rias, pergilah terlebih dulu!''

''Um'' Rias mengangguk dan segera pergi menuju halaman sekolah.

Karena tidak tega, dengan terpaksa Naruto harus menahan gerbang nya lebih lama.

Tidak berselang lama, gadis itu berhasil masuk dengan selamat.

"Maaf Ossan!!" Ujar Naruto yang langsung ikut berlari mengikuti gadis itu.

Dan naas nya, penjaga sekolah itu harus terjatuh, karena Naruto melepaska dorongannya pada gerbang itu dengan tiba - tiba.

"Dasar Anak - anak nakal sialaann!!!"

.

.

.

.

Naruto dan gadis yang tadi, kini sudah berada di halaman sekolah. Beruntung nya, penjaga sekolah itu tidak mengejar mereka sampai kemari.

"Huhh, huhh, yang tadi itu hampir saja"

Naruto menyeka keringatnya,. Berlari dari rumah kesekolah, dan beradu fisik dengan orang tua yang menjadi penjaga sekolah. 'Hari yang buruk' pikir nya.

"Huhh, yah, terima kasih banyak untuk yang tadi"

"Tidak masalah, untung nya orang tua itu tidak mengejar kita"

"Kau benar, ngomong - ngomong Namaku Shion" Gadis yang bernama Shion itu mengulurkan tangan nya pada Naruto.

Naruto melirik pada gadis di samping nya. ia memiliki rambut kuning pucat yang panjang, wajah manis tanpa riasan yang berlebihan. Sepertinya ia akan menjadi siswi yang populer.

"Aku Uzumaki Naruto" Naruto membalas uluran tangan Shion.

"Kalau begitu, senang berkenalan denganmu Naruto - kun?"

'langsung nama depan?' pikir Naruto

"Apa kau keberatan?"

"Ya, kurasa tidak masalah, eee-- Shion - san"

Lagi pula bagi Naruto, di panggil dengan nama depan atau belakang tidak ada beda nya. Tapi biasanya, demi kesopnan Naruto selalu memanggil orang yang baru ia temui dengan nama belakang.

Dan gadis ini hanya memperkenalkan diri sebagai 'Shion' yang entah nama depan atau belakang, sejujurnya itu sedikit mengganggu bagi Naruto.

"Kalau begitu, sebaiknya kita bergegas. Upacara pembukaan akan di mulai sebentar lagi" ajak Shion.

"Tunggu sebentar Shion - san"

Naruto berjalan menuju semak - semak yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

"Oi, cepat keluar dari sana bodoh"

"Apa sudah aman?" tanya orang di balik semak - semak.

"Aku tidak akan memanggilmu jika tidak aman"

Sosok gadis berambut merah yang kita kenal sebagai Rias muncul dari semak - semak.

"Huhhh, kupikir dia akan mengejar kita sampai sini"

Rias berjalan keluar dari semak - semak sambil merapihkan seragam nya.

"Kenapa kau bersembunyi di balik semak - semak?"

"Habisnya aku panik" jawab Rias malu.

"Dasar kau ini..."

Naruto berjalan menghampiri Rias. Ada beberapa daun yang menempel pada rambutnya. Dan dengan lembut Naruto mengambilnya, sekaligus merapihkan rambut nya yang sedikit kusut.

"Lain kali, carilah tempat yang lebih baik untuk bersembunyi. Kau bukan anak kecil lagi"

"Iya, iya. Tapi mau bagaimana lagikan"

Rias menjawab sambil mengembungkan pipinya. Dia sangat tidak suka jika Naruto mulai menasehatinya seperti ini. Padahal mereka seumuran. Tapi, kenapa Naruto terlihat lebih dewasa dari pada dia.

"Um, maaf mengganggu kalian, tapi acaranya sudah hampir mulai"

Sebenarnya Shion tidak ingin mengganggu mereka. Tapi, kini mereka harus segera masuk Gymnasium atau kejadian seperti tadi akan terulang.

"Ah, maafkan kami..." kata Naruto

"Kalau begitu ayo"

Shion mulai berjalan, di ikuti Naruto, dan Rias di posisi paling belakang.

"Tunggu sebentar!!"

Naruto berbalik melihat Rias yang sedang mengobrak - abrik tas nya. Naruto yang sudah lama bersama Rias langsung merasakan perasaan tidak enak di hati nya.

"A-ada apa Rias?" tanya Naruto.

"Teks pidato yang aku tulis kemarin sepertinya tertinggal di rumah!!!"

Naruto ingin sekali mengutuk nasib sialnya. Ia yakin 100% ini akan berakhir buruk. Karena setiap masalah maupun kesialan yang Rias alami, meskipun itu tidak ada hubungannya, Naruto akan selalu ikut terkena imbasnya, dan ini sudah terjadi sejak zaman dahulu kala.

"Coba cari lagi, mungkin saja itu terselip di suatu tempat"

"Sudah!!"

"Dikantong bajumu?"

"Tidak ada!"

"Kantong rokmu?"

"Tidak ada juga"

"Kantong celana dal-"

'Duakk!!'

Rias menendang Naruto, sebelum ia sempat menyelesaikan ucapan nya.

"Kuning mesum idiot"

"uhhh!!!"

Naruto berjongkok sambil memegangi perutnya yang tadi di tendang Rias.

"Apa ada masalah?" Tanya Shion.

Sebenarnya ia tidak ingin mengganggu interaksi dua orang ini. Karena melihat tingkah mereka cukup membuat Shion terhibur. Tapi karena mereka sudah telat, mau tidak mau ia harus melakukan nya.

Dan tentang dua sejoli ini, entah bagaimana Shion harus menggambarkan nya. Mereka terlalu dekat sebagai teman, tapi juga terlalu bermasalah sebagai sepasang kekasih.

"Ya, hanya sedikit masalah. Tidak usah khawatir'' Kata Naruto.

Ia tidak ingin mengumbar kecerobohan teman nya. Karena menjaga kesan baik orang lain pada Rias adalah salah satu tugasnya sebagai sahabat baik.

''Apa kau yakin?''

''Ya, tidak masalah. Pergilah terlebih dahulu, kami akan menyusulmu nanti''

''Baikalah, kalau begitu aku duluan, sampai ketemu nanti''

Shion bergegas pergi, lagi pula ini bukan urusan nya. Dan ikut campur masalah orang yang baru kau temui bukanlah hal yang baik.

Tak lama setelah kepergian Shion, Rias yang sedari tadi menunduk karena malu akan kecerobohannya sendiri. Menjadi perwakilan murid baru adalah sebuah bukti kau adalah yang terbaik di angkatan mu. Apa yang akan dikatakan orang lain jika perwakilan siswa baru datang terlambat, bahkan dengan cerobohnya melupakan teks pidatonya sendiri. Karena itu sejak tadi ia hanya diam dan enggan berbicara dengan Shion.

"Bagaimana ini Naruto? Apa yang harus aku lakukan?"

"Tenang Rias, jangan panik''

''Bagaimana aku tidak panik Naruto!!! Masa Sma ku di pertaruhkan di sini...!!''

Rias tidak bisa menahan lagi kepanikan nya.

''Bagaimana ini! Mereka pasti akan menrtawakanku! Tidak akan ada lelaki yang mau berkencan denganku!! Aku pasti akan jadi korba bullying, dan masa Sma ku akan menjadi suram''

''Delusimu terlalu berlebihan Rias! Semuanya tidak akan menjadi seburuk itu''

''Diam kau! kau tidak akan mengerti apa yang aku rasakan!! Apa yang harus aku katakan pada ibu nanti! Dan bagaimana jika adik perempuanku tahu jika kakanya mempermalukan dirinya pada hari pertama!! Argh, Aku tidak mau ini. Aku akan berhenti sekolah, dan menjadi seorang NEET saja''

Naruto hanya diam dengan wajah datar melihat kelakuan temannya. Hati nurani nya berkata Ingin menolong, tapi insting nya bilang bahwa menolong Rias sama saja dengan bunuh diri. Tapi mau bagaimana lagi, jika di biarkan ini mungkin akan menjadi jauh lebih buruk.

''Sudah ku bilang tenang bodoh! semuanya tidak akan menjadi lebih baik jika kau panik! lagi pula, kau itu tidak punya adik perempuan!!''

''Eh, benarkah? Lalu bagaimana dengan Ino?''

''Dia itu adikku!!''

''Eh...!!!''

"Kenapa. kau malah terkejut bodoh? Hahh lupakan itu"

Naruto memegang kedua bahu Rias, mata mereka saling melihat satu sama lain.

"Yang jelas Kau harus tenang Rias!! Dengar Rias!! Kau pasti bisa!! Aku sangat yakin kau pasti bisa"'

''Tapi baga-"

''Kau hanya perlu melihatku, Oke! Jangan perdulikan orang lain!! Aku akan duduk paling depan, jadi kau hanya harus fokus padaku!"

''Hanya fokus padamu?''

''Ya, anggap saja di sana hanya ada aku! Jangan lihat kesana kemari. Kau hanya harus melihat kearahku!! ingat! Hanya harus melihat ke arahku"

Karena hanya di hadapan Naruto sajalah Rias tidak akan menahan diri nya. Jadi, hanya dengan berfokus pada Naruto seharusnya bisa menghilangkan sedikit kegugupan nya.

''Lalu apa yang harus aku bicarakan? Aku tidak bisa memikirkan apapun''

''Katakan saja apa yang ingin kau katakan, biarkan kata - katamu mengalir keluar seperti Air!''

Rias memiringkan kepalanya karena bingung. Sebenarnya ia tidak terlalu mengerti apa yang di katakan Naruto. Tapi karena Naruto sudah menyemangati dan memberi saran pada nya, Rias merasa bahwa sekarang ia mungkin mampu melakukannya.

"Hanya melihat padamu, dan biarkan semuanya mengalir seperti air? Um... Aku mengerti" Rias menganggukan kepalanya.

''Bagus! Kau pasti bisa! Kalau begitu kita pergi''

''Baik, Hanya melihat pada Naruto, dan biarkan semuanya mengalir seperti air''

Rias menjawab dengan riang, sepertinya ia sudah mendapatkan kembali ketenangannya.

''Ya, tanamkan itu baik - baik di kepalamu"

''Hanya melihat pada Naruto, dan biarkan semuanya mengalir seperti air

Hanya melihat pada Naruto, dan biarkan semuanya mengalir seperti air

Hanya melihat pada Naruto, dan biarkan semuanya mengalir seperti air''

Rias terus mengulangi itu berulang - ulang, layaknya sebuah mantra.

Mendengar itu, Naruto hanya bisa menghela nafas sambil bertanya - tanya, bagaimana hari pertama mereka ini akan berakhír.

.

.

.

TBC