Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

A Silent Voice: Kyoto Animation

.

.

.

Pairing: Naruto x Shouko

Genre: romance, friendship, hurt/comfort, slice of life, humor

Rating: T

Setting: Alternate Universe (AU)

.

.

.

Hidden

By Hikayasa Hikari

.

.

.

Chapter 2. Rencana Naruko

.

.

.

Ten Ten, gadis cina baru saja keluar dari toilet murid perempuan. Dia tidak bergabung dengan Naruko dan kedua temannya yang membawa Shouko ke ruang klub Sastra karena harus mendapatkan panggilan alam. Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, hatinya berniat ingin kembali ke ruang klub Sastra, tetapi seorang laki-laki menghadang jalannya di depan pintu toilet.

"Hei, kau," panggil pemuda berambut raven itu dengan sorot mata yang tajam, "kau itu temannya Namikaze Naruko, 'kan?"

"Ya, benar. Ada apa?" tanya Ten Ten mengangkat salah satu alisnya.

"Aku dengar dari perbincangan teman-teman sekelasku, Nishimiya-san diganggu lagi oleh geng Karin, ya?"

"Ya. Tapi, Kakashi-sama sudah men-skor mereka selama seminggu lagi."

"Huh, dasar mereka itu! Padahal aku sudah bilang jangan ganggu Nishimiya-san!"

Sasuke menggerutu sendiri. Alisnya menukik seiring kedua tangannya mengepal. Melirik ke arah lain, tanpa menyadari Ten Ten sudah pergi meninggalkannya.

"Oh ya, aku mau tanya lagi," kata Sasuke melihat ke tempat Ten Ten berdiri tadi, tersentak saat menyadari Ten Ten sudah menjauh darinya, "hei, tunggu dulu!"

Tapi, terlambat, Ten Ten sudah melesat di ujung koridor sana bak ninja yang menghilang tiba-tiba. Sasuke kebingungan, celangak-celinguk. Tidak ada seorangpun yang tampak selain dirinya.

Istirahat sudah selesai. Bel bertanda pelajaran baru dimulai berdentang tiga kali. Semua murid kembali ke kelas masing-masing kecuali Naruko dan teman-temannya yang masih ada di dekat pintu kelas I-B, kelas Shouko. Kelompok Naruko memastikan Shouko baik-baik saja di kelas I-B sebelum pindah kelas esok harinya.

"Sudah, Naruko. Ayo, kita masuk kelas!" seru Sakura yang menggaet lengan kiri Naruko dengan kedua tangannya.

"Ya, tapi ... tunggu dulu," balas Naruko yang masih mengintip Shouko dari balik pintu, "aku masih mengkhawatirkan Shou-chan. Jangan sampai ada orang lain yang menyakitinya lagi."

"Tidak akan ada yang mengganggunya lagi karena ada guru yang akan memperhatikannya."

"Benar juga."

"Ayo, guru sudah masuk ke kelas kita!"

Sakura menarik tangan Naruko menuju ke kelas yang bersebelahan dengan kelas Shouko. Mereka menyusul Hinata, Ten Ten, dan Ino yang sudah masuk duluan ke kelas. Suasana perlahan hening dengan suara ketua kelas di setiap kelas, memerintahkan semua seisi kelas untuk berdiri, memberi hormat pada guru.

Di kelas I-B, Shouko kembali duduk bersama seisi kelas yang lain usai memberi hormat pada guru. Semua orang tercengang saat memperhatikan Shouko karena menyadari rambut Shouko yang menjadi pendek. Alhasil, membuat Sasuke yang duduk tak jauh dari Shouko, semakin tertarik pada Shouko.

"Itu Nishimiya-san, 'kan?"

"Rambutnya dipotong paksa oleh kelompok Karin dan ditolong oleh para anggota klub Sastra. Aku melihatnya sendiri saat pergi ke toilet."

"Potongan rambut Nishimiya-san sudah rapi. Tapi, siapa yang sudah memotong rambutnya, ya?"

"Itu gawat. Bisa-bisa Sasuke-sama semakin tertarik padanya."

"Nishimiya-san cantik juga, berambut pendek begitu, ya?"

Semua orang berbisik-bisik antara satu sama lain. Ada yang merasa cemas, kesal, dan senang. Guru wanita berambut hitam yang sedang menulis sesuatu di papan tulis dengan spidol, terganggu oleh suara ribut para murid, langsung menghentakkan tangan kirinya ke papan tulis. Menimbulkan bunyi yang sangat keras. Sontak, mengejutkan semua murid.

"Diam, semuanya!" bentak Mitarashi Anko, bertampang garang. Dia adalah guru yang mengajar pelajaran Matematika. "Jangan ada yang berbicara selama saya menulis!"

Semua murid diam. Tidak ada yang berani membantah. Keheningan yang ingin dirasakan Anko, membuat hati Anto damai. Menuntun Anko untuk kembali menulis sesuatu yang akan dibahas.

Shouko yang tidak merasa menjadi pusat perhatian, tetap fokus melihat Anko. Dia membaca apa yang tertulis di papan tulis karena Anko sengaja menulis sedetail mungkin tentang pembahasan rumus Fisika agar bisa membantu Shouko. Semua guru juga melakukan hal yang sama atas perintah Kakashi.

Shouko menulis apa yang tertera di papan tulis. Merasakan kesunyian di sekitarnya, padahal sesungguhnya, suasana di sekitarnya kembali ribut karena suara Anko yang keras. Anko menerangkan apa yang ditulisnya, dengan mimik serius.

Di sisi lain, Naruko yang ada di kelas I-A, duduk di dekat jendela, sedang mengetik pesan di aplikasi Whatsapp. Dia berkomunikasi dengan saudara laki-lakinya yang ada di seberang sana.

Naruto-nii-chan, harus bertemu dengan gadis istimewa itu, hari ini. Itu yang diketik Naruko. Kemudian ditanggapi emoticon tidur yang membuat emosi Naruko memuncak.

"Dasar, Nii-chan payah!" seru Naruko keras sekali sehingga menyita perhatian semua orang. Naruko menyadari kebodohannya, membelalakkan mata. Malu sendiri.

"Ada apa, Namikaze-san?" tanya guru pria berambut hitam, bernama Sarutobi Asuma, berdiri di depan kelas sambil memegang buku pelajaran Sastra Jepang.

"Ti ... tidak ada apa-apa, Asuma-sensei."

"Kau mengatakan, 'dasar, Nii-chan payah!' Apa kau sedang menggunakan handphone?"

"Ti ... tidak."

"Jangan bohong. Apa saya perlu melihat CCTV untuk melihat apa yang kau lakukan?"

Naruko bungkam. Baru teringat ada kamera pengintai yang terpasang di setiap kelas dan ruangan lain. Merutuki penyakit lupanya yang sering kambuh.

"Maaf, Asuma-sensei. Nii-chan-ku sedang mengalami masalah di rumah," ungkap Naruko tersenyum kaku, sengaja berbohong.

"Oh, ada apa dengan Nii-chan-mu?" tanya Asuma mengerutkan kening.

"Dia memintaku untuk membelinya beberapa novel baru."

Semua orang menertawai Naruko kecuali Hinata dan Asuma. Perlahan kedua pipi Naruko memanas karena semakin malu. Asuma yang mengerti keadaan keluarga Naruko, hanya menghela napas.

"Baiklah, tidak apa-apa, Namikaze-san," ujar Asuma membalikkan halaman buku, "kita lanjutkan pelajarannya lagi."

Naruko mengembus napas lega. Beruntung memiliki guru sebaik Asuma yang tidak memberinya hukuman. Tapi, ada beberapa orang yang melemparkan tatapan sinis pada Naruko.

Naruko melirik Hinata yang duduk berseberangan dengannya, dibatasi gang lebar. Hinata menyodorkan buku tulis yang menampilkan tulisan tangan dirinya.

Apa yang kau bicarakan pada kakakmu, Naruko? Itu yang ditulis Hinata. Perasaan penasaran menyelimuti jiwanya.

Naruko cepat menulis balasannya di bagian belakang halaman buku tulisnya. Aku akan mengajak Shou-chan untuk pergi ke rumahku. Mengenali Shou-chan pada kakakku.

Hinata melebarkan mata, lalu tersenyum. Mengangguk cepat. Menyetujui apa yang diinginkan Naruko.

Naruko juga tersenyum. Kemudian dia mengambil handphone yang disimpannya di laci meja. Menghidupkan gawainya. Menampilkan wallpaper dirinya bersama Namikaze Naruto yang sedang berpelukan pundak.

Aku sayang Nii-chan, batin Naruko.

.

.

.

Jam sekolah selesai pada pukul empat sore. Penghuni Konoha High School bergegas keluar dari gedung sekolah. Mereka mengerumuni halaman depan sekolah, saling berbicara dengan orang-orang terdekat.

Mayoritas murid yang bersekolah di Konoha High School adalah anak-anak orang kaya. Sebab itu, kebanyakan dari mereka membawa mobil atau motor mewah, termasuk Hinata. Hanya Hinata yang membawa mobil metalik.

Kini Hinata sedang bersama Shouko dan ketiga temannya di dalam mobil. Dia yang bertugas mengendarai mobil, fokus menatap ujung jalan yang cukup sepi. Ino yang di sampingnya, sibuk chatting dengan seseorang lewat aplikasi Facebook Messenger.

"Oh ya, aku harus mengantarkan Naruko dulu, karena Naruko ingin membawa Shou-chan ke apartemennya," ucap Hinata tiba-tiba yang membuat semua orang membelalakkan mata kecuali Naruko dan Shouko.

"Hah? Serius itu, Naruko?" tanya Sakura yang duduk di kabin tengah, bersama Ten Ten, menoleh ke belakang.

"Iya, serius," jawab Naruko mengangguk, duduk bersama Shouko di kabin belakang.

"Kakakmu itu tidak suka kalau ada perempuan yang berkunjung ke apartemen-mu, 'kan? Aku takut dia akan menyakiti Shou-chan," ucap Ten Ten bertampang cemas.

"Tenang saja. Dia tidak akan menyakiti Shou-chan karena aku sudah bercerita banyak tentang Shou-chan padanya," jelas Naruko tersenyum, "dia sendiri yang memintaku untuk membawa Shou-chan ke apartemen."

"Aku tidak yakin." Ino ikut menanggapi, mengerutkan kening. Teringat pernah berkunjung bersama teman-temannya ke apartemen Naruko, malah diusir oleh Naruto.

Sunyi sesaat. Semua gadis teringat Naruto yang diduga phobia perempuan. Karena Naruto senang mengurung diri di kamar selama Naruko ada di apartemen. Naruko sendiri tidak mengetahui penyebab kakaknya mendapatkan phobia aneh seperti itu.

Aku percaya jika Shou-chan dipertemukan dengan kakak, bisa membuat kakak berani menghadapi perempuan. Apa lagi kakak juga mengalami masalah lain yang bisa membuatnya frustasi. Naruto bermonolog sambil menatap Shouko. Gadis istimewa itu tersenyum menawan.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Chapter 2 up. Terima kasih karena kalian menyukai cerita ini. Jika ada waktu, saya akan melanjutkannya lagi.

Tertanda, Hikayasa Hikari.

Minggu, 28 Agustus 2022