Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
A Silent Voice: Kyoto Animation
.
.
.
Pairing: Naruto x Shouko
Genre: romance, friendship, hurt/comfort, slice of life, humor
Rating: T
Setting: Alternate Universe (AU)
.
.
.
Hidden
By Hikayasa Hikari
.
.
.
Chapter 5. Ada apa dengan Shouko?
.
.
.
Terjadi persaingan di antara Naruto dan Sasuke, yang ingin mengantarkan Shouko pulang. Mereka menggenggam kedua tangan Shouko dari kiri dan kanan. Shouko di tengah mereka, menoleh ke arah mereka secara bergiliran.
"Sasuke, lepaskan Shinimiya-san. Biar aku yang mengantarkannya pulang sekarang," ucap Naruto melototi Sasuke.
"Tidak. Kau harus melepaskan Shinimiya-san," balas Sasuke menukikkan alis.
"Sasuke! Jangan pancing aku marah!"
"Kau juga! Jangan pancing aku marah!"
"Sasuke!"
Naruto dan Sasuke yang dikuasai emosi tingkat tinggi, tanpa sadar menguatkan genggaman tangan di dua tangan Shouko. Sehingga Shouko merasa kesakitan. Mulutnya seolah mengeluarkan rintihan, tetapi tidak bersuara.
Kepala Shouko tertunduk. Badannya bergetar hebat. Menyadarkan Naruto dan Sasuke.
Shouko diam-diam menangis, berusaha melepaskan diri dari jeratan dua laki-laki itu. Naruto dan Sasuke menyadari Shouko menangis, melepaskan kedua tangan Shouko. Kesempatan itu dimanfaatkan Shouko untuk berlari meninggalkan mereka.
"Shinimiya-san!" panggil Naruto dan Sasuke terperanjat. Mereka hendak mengejar Shouko, tetapi hanya Sasuke yang membatalkan niat karena kalah cepat menyusul Shouko.
Naruto berhasil menangkap tangan Shouko. Gadis berambut cokelat kemerah-merahan itu tersentak, menoleh ke arah Naruto. Tertangkap wajah sendu dengan air mata yang mengalir di dua pipinya.
"Nishimiya-san, maaf." Naruto meredupkan mata, "aku malah membuatmu menangis lagi."
Shouko menggeleng. Matanya terbelalak ketika Naruto mendekap pundaknya. Adegan itu disaksikan Sasuke dan kelompok Naruko. Semua mata membulat sempurna kecuali Naruto.
Sunyi. Naruto tetap meredupkan mata. Menyembunyikan wajahnya di bahu kiri Shouko.
Mengapa Naruto memelukku? Batin Shouko.
Tiba-tiba, Shouko merasakan debaran jantung yang sangat cepat. Pertama kali, dia mengalami kejadian itu. Entah apa sebabnya.
Sasuke menggeram marah karena melihat adegan yang di hadapannya. Kedua tangannya meremas kuat. Perasaan cemburu sudah menguasainya. Ingin rasanya menjauhkan Naruto dari Shouko.
Naruto melepaskan dekapannya. Dia mengeluarkan handphone-nya, dan mengetik di aplikasi Note. Memperlihatkan hasil ketikannya pada Shouko.
Nishimiya-san, apa kau mau memaafkan aku?
Shouko selesai membaca. Menatap Naruto. Kedua tangannya sibuk mengusap air mata yang tetap membasahi pipinya. Kemudian Shouko mengangguk, membuat Naruto tersenyum. Naruto langsung mengetik lagi dan menunjukkan hasil ketikannya itu.
Kalau begitu, apa kau mau kuantar pulang? Ya, kita bisa naik bus dari sini.
Shouko mengangguk lagi. Mengukir senyum Naruto sekali lagi. Tangan Naruto yang terbungkuskan sarung tangan hitam, menggenggam tangan Shouko. Menarik Shouko untuk mengikuti langkahnya.
Naruto dan Shouko berlalu. Meninggalkan Sasuke yang melampiaskan kekesalan dengan menendang roda motornya sendiri. Sementara Naruko dan teman-temannya, pergi mengikuti Naruto serta Shouko dengan mobil.
Naruto dan Shouko tiba di halte bus. Mereka tetap berpegangan tangan. Hanya ada mereka di sana.
Naruto melihat pemandangan di sekitarnya. Mentari sudah tenggelam di ufuk barat. Menyisakan jingga kemerah-merahan yang masih mewarnai langit. Tanpa sadar, dirinya diperhatikan Shouko.
Shouko sudah berteman dengan Naruto selama dua minggu. Mereka semakin dekat karena saling bertukar pesan lewat Whatsapp. Tapi, Shouko kini merasakan perasaan yang berbeda pada Naruto. Karena itu, dia tidak pernah lepas menatap Naruto.
"Nishimiya-san, busnya sudah datang!" seru Naruto melihat bus yang ada di ujung jalan sana. Beberapa kendaraan juga melintas di jalanan yang sudah diterangi lampu-lampu jalanan.
Naruto menoleh ke arah Shouko. Gadis berambut cokelat kemerah-merahan itu tersentak, saat ditarik lagi oleh Naruto. Mereka bersiap menaiki bus yang sebentar lagi sampai di depan halte.
Bus yang ditunggu, sampai juga di depan halte. Pintu bus terbuka otomatis, mempersilakan Naruto dan Shouko masuk. Ada beberapa orang yang ada di dalam bus. Tiga orang dari para penumpang itu, membeliakkan mata ketika melihat Naruto dan Shouko duduk di depan.
"Hei, Karin, itu Nishimiya-san, 'kan?" tanya Tatuya berbisik pada Karin yang duduk di sampingnya.
"Hah? Apa benar dia itu Nishimiya-san?" Karin malah balik bertanya. Memegang kacamatanya erat sekali.
"Benar. Dia bersama laki-laki. Tapi, aku tidak tahu siapa laki-laki itu, karena kepala laki-laki itu tertutupi tudung jaket."
"Jangan-jangan laki-laki itu Sasuke-sama?"
"Mungkin saja."
"Huh, awas saja, Nishimiya-san!"
Karin bertampang mengerikan. Duduk bersama teman-temannya di belakang. Tetap berpakaian sekolah.
Naruto dan Shouko duduk berdampingan. Naruto duduk di dekat jendela, asyik melihat pemandangan di luar sana. Tapi, tangannya tetap menggandeng tangan Shouko. Karena itu, membuat Shouko merasakan jantungnya tidak berhenti berdetak keras.
Apa yang terjadi padaku? Batin Shouko.
Shouko memperhatikan tangan Naruto yang tidak pernah lepas dari tangannya. Perasaan penasaran mengusik jiwanya. Ingin bertanya mengapa Naruto sudah berani menyentuhnya.
Perjalanan menuju rumah Shouko, diwarnai aksi diam di antara Naruto dan Shouko. Naruto tidak tahu harus memulai topik pembicaraan seperti apa yang harus dibahas Shouko. Memilih untuk tetap mengagumi pemandangan malam.
Bus berhenti juga di halte berikutnya. Halte yang dekat dengan rumah Shouko. Naruto dan Shouko turun dari bus. Tanpa sepengetahuan mereka, geng Karin mengikuti mereka.
Naruto tetap menarik tangan Shouko. Berjalan beriringan hingga sampai di depan pintu pagar rumah Shouko. Barulah Naruto melepaskan tangan Shouko.
Naruto dan Shouko bertatap muka dari jarak dua langkah. Naruto merogoh saku jaketnya. Mengeluarkan buku catatan kecil dan pena. Menulis sederetan kalimat, kemudian menunjukkan kalimat itu pada Shouko.
Aku sudah mengantarkanmu sampai di rumahmu. Apa itu sudah terbukti kalau bisa menjagamu?
Shouko tersentak usai membaca kalimat itu. Matanya melebar. Kedua pipinya dihiasi semburat merah tipis.
Shouko langsung mengeluarkan buku catatan kecil dan pena. Menulis di buku itu, lalu memperlihatkannya pada Naruto.
Ya, kau sudah menjagaku, Naruto.
Senyum menyerupai garis lengkung terpatri di wajah Naruto. Laki-laki berambut pirang itu menulis balasannya.
Aku pernah mengatakan padamu bahwa aku tidak mau jatuh cinta karena tidak akan bisa menjaga gadis yang kucintai, 'kan?
Ya. Lalu?
Kau sudah tahu, aku sudah berhasil menjagamu.
Maksudmu?
Mata Shouko membulat sempurna. Tercengang. Mukanya seolah memerah lagi saat tangan kiri Naruto menyentuh pipi kanannya. Jarak Naruto semakin dekat dengannya.
Naruto sedikit membungkuk karena tinggi Shouko hanya sebahu dirinya. Menatap mata cokelat Shouko lekat-lekat. Mencari tahu tentang perasaan yang dirasakannya itu.
Shouko bergeming. Perasaan panik menguasai jiwanya ketika Naruto mencium pipi kirinya lama sekali. Usai itu, Naruto menulis cepat di buku catatan milik Shouko.
I love you, Shou-chan.
Shouko yang melihat tulisan tangan Naruto, terperanjat. Matanya terbelalak. Mulutnya melebar, hendak memanggil Naruto yang mendadak berlari cepat menjauhinya. Tapi, Naruto tidak bisa dikejar lagi karena sudah menaiki bus ke arah berlawanan dari rumah Shouko.
Shouko terpaku, menyaksikan ujung jalan yang sudah sepi. Dia juga memegang pipi kirinya, menatap halaman bukunya yang berisi tulisan tangan Naruto.
Naruto menyukaiku? Tapi, mengapa dia bisa menyukaiku secepat ini? Shouko bermonolog.
Kelompok Karin yang mengintip dari balik pohon di depan pagar rumah Shouko, menyangka Shouko sudah berpacaran dengan Sasuke. Mereka mendecih kesal.
"Karin, ternyata Shouko dan Sasuke-sama, sudah berpacaran," kata Shion berjongkok di samping Karin.
"Ya, ini tidak bisa dibiarkan," balas Karin mengangguk.
"Apa yang harus kita lakukan, Karin?" tanya Tatuya.
"Tunggu, aku pikir dulu."
Karin memegang dagu dengan tangan kanannya. Berusaha memutar otak untuk menemukan solusi agar hubungan Shouko dan Sasuke bisa putus. Hingga senyum licik terukir di wajah jahat Karin.
.
.
.
"Nee-chan sudah pulang!" seru gadis berambut hitam pendek, berlari menghampiri Shouko. Umurnya dua belas tahun.
Shouko baru saja melepaskan sepatu di dekat pintu, tersenyum saat Nishimiya Yuzuru, adiknya, memeluk pinggangnya. Tersenyum sambil mengelus pucuk rambut Yuzuru. Kemudian seorang wanita berambut panjang cokelat kemerah-merahan, datang dari ruang keluarga, menyambut kepulangan Shouko dengan senyuman.
"Shou-chan, untung kau pulang cepat. Oka-san sudah membuatkan makanan kesukaanmu," ucap Nishimiya Yaeko, mendekati dan memegang bahu Shouko.
"Ya, Nee-chan. Tapi, Nee-chan harus bersih-bersih dulu!"
Yuzuru menarik tangan Shouko. Mereka berlari menuju tangga yang ada di lantai dua. Yaeko yang melihat mereka, hanya tersenyum tipis.
Shouko sudah mandi dan berpiyama. Duduk di dekat meja, bersama Yaeko dan Yuzuru. Beberapa hidangan sudah terhidang di atas meja.
Keluarga Shinimiya makan dengan tenang. Hingga Yaeko memberikan secarik kertas pada Shouko setelah makan. Shouko yang duduk bersisian dengan Yaeko, membaca tulisan Yaeko yang tertera di kertas itu.
Shou-chan, mulai besok, kau harus mengemasi barang-barangmu karena kau harus pindah sekolah ke tempat nenekmu. Oka-san melakukan ini karena mendapatkan laporan dari Kakashi-sama, bahwa kau selalu di-bully oleh teman-teman sekolahmu.
Shouko membesarkan mata. Menggeleng-geleng kuat. Menolak tegas permintaan ibunya. Tapi, ibunya yang lebih tegas darinya, juga menggeleng.
Tapi, Oka-san. Aku ingin tetap di sini karena aku punya banyak teman baik di sini. Terlebih Naruto ... aku tidak mau meninggalkan mereka semua.
Yaeko menambahkan kertas di tangan kanan Shouko. Matanya menyipit. Alisnya menukik.
Apapun keputusanmu, Oka-san tidak akan mau menyetujuinya.
Shouko bermuka sedih usai membaca tulisan ibunya itu. Kemudian mengangguk pasrah. Yuzuru yang memperhatikannya, juga berwajah murung.
"Oka-san, apa Nee-chan mau pergi ke rumah Obaa-san?" tanya Yuzuru meredupkan mata.
"Ya. Dia mau," jawab Yaeko mengumpulkan semua peralatan makan yang kotor.
"Kalau Nee-chan pergi, aku akan sendirian di sini."
"Kau tidak sendirian, masih ada Oka-san yang menemanimu."
"Tapi..."
"Ya, sudah. Kalian berdua, pergilah ke kamar. Oka-san mau mencuci piring."
Yuzuru mengangguk, berjalan menghampiri Shouko. Dia berhenti di dekat kursi yang diduduki Shouko. Menggunakan bahasa isyarat dengan kedua tangannya.
Nee-chan, Oka-san menyuruh kita pergi ke kamar.
Shouko mengangguk. Yuzuru menggenggam tangannya. Mereka pergi ke kamar masing-masing yang ada di lantai dua.
Shouko tiba di kamarnya sendiri. Dia mengunci pintu. Berjalan gontai menuju meja belajar. Mengambil smartphone-nya yang tergeletak di atas meja.
Shouko mengecek pesan dari Naruto yang masuk sejak pagi tadi. Dia membaca isi pesan itu. Matanya memburam karena isi pesan itu.
I love you, Shou-chan.
Kalimat yang sama, ditulis Naruto di buku catatannya. Menyentuh hati Shouko yang seolah bergetar. Sehingga air bening tidak sabar, keluar dari netranya.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak tahu perasaanku pada Naruto seperti apa. Tapi, aku harus membalasnya. Kalau aku tidak membalasnya, Naruto pasti sedih.
Shouko bermonolog. Hatinya sedang bergelut dengan pikirannya yang menentangnya. Kedua tangannya yang menggenggam erat ponsel, memutuskan untuk meletakkan ponsel ke meja lagi.
Aku tidak boleh memberitahu kepergianku ini pada teman-teman. Biarlah menjadi rahasiaku dengan keluargaku. Oh ya, aku harus memberitahu soal ini pada Oka-san.
Shouko merobek salah satu kertas dari buku catatannya yang terletak di samping handphone-nya. Menulis cepat dengan pena di kertas itu. Lantas buru-buru menyeka air mata, sekaligus keluar dari kamar.
.
.
.
Naruto sudah tiba di apartemennya. Dia sempat mandi dan menukar pakaiannya. Duduk di pinggir ranjang, melihat layar ponselnya. Menunggu pesan Whatsapp balasan dari Shouko.
Muka Naruto sedikit memerah karena malu. Teringat saat dia mencium pipi Shouko. Hal itu dilakukannya atas dorongan hati.
Shou-chan, aku benar-benar menyukaimu sekarang. Aku mengakuinya. Kuharap kau juga menyukaiku.
Naruto membatin. Senyuman menghiasi wajahnya. Hatinya berbunga-bunga karena telah merasakan jatuh cinta.
Naruto berpakaian kasual -- baju kaos berlengan pendek dan celana selutut. Rambutnya basah, acak-acakan. Otaknya sedang membayangkan betapa indahnya jika menjalin cinta dengan Shouko.
Biarpun Shou-chan memiliki kekurangan, tetapi itu tidak masalah bagiku. Shou-chan, cepatlah balas pesanku. Aku tidak sabar ingin menjadikanmu pacarku.
Naruto tetap tersenyum. Menunggu hingga lupa makan malam. Ternyata pesan balasan dari Shouko tidak kunjung datang sampai pagi tiba.
Naruto yang ketiduran di ranjang, tersentak ketika alarm handphone-nya berbunyi nyaring di pukul tujuh pagi. Dia langsung mencari gawainya yang terletak di bawah bantal. Mengecek pesan balasan dari Shouko. Kekecewaan menyerang hatinya karena tidak ada balasan apapun dari Shouko.
"Shou-chan, mengapa dia tidak membalas pesanku?" tanya Naruto pada dirinya sendiri. Menyadari foto profil Shouko mendadak hilang. Kemudian mencoba mengirim pesan pada Shouko, ternyata hanya mendapatkan centang satu.
Naruto tidak menyerah. Mencoba menelepon dan video call, tetapi tidak ada bunyi apapun didengarnya. Menerbitkan kekesalan di jiwanya.
"Apa Whatsapp-ku diblokir Shou-chan?" tanya Naruto bermuka kusut. Perasaannya menjadi kacau harus terganggu dengan suara ketukan pintu dan teriakan Naruko.
"Nii-chan! Buka pintu!" seru Naruko yang ada di luar apartemen.
"Ya, tunggu sebentar!"
Naruto bangun dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan cepat. Membuka pintu. Matanya terbelalak ketika wajahnya ditodong dengan layar smartphone milik Naruko.
"Lihat, Nii-chan! Whatsapp-ku diblokir Shou-chan!" pekik Naruko. Panik sekali.
"Hah? Aku juga sama," balas Naruto juga menunjuk handphone-nya.
"Hah? Yang benar?"
"Iya."
"Ada apa sehingga Shou-chan memblokir Whatsapp kita? Perasaan, aku tidak punya salah apapun padanya."
"Aku juga merasa Shou-chan memblokir Whatsapp-ku, mungkin ... karena aku tiba-tiba mencium pipinya saat tiba di rumahnya."
Naruto bertampang muram. Sedikit menundukkan kepala. Naruko memegang bahu kirinya, tersenyum.
"Aku juga melihat Nii-chan mencium pipi Shou-chan, kemarin itu," ungkap Naruko melembutkan mata.
"Hah? Kau melihatnya? Itu berarti kau membuntutiku!" sahut Naruto melebarkan mata.
"Maaf."
"Dasar! Tapi, jangan bahas itu dulu. Kita atasi masalah pemblokiran ini dulu."
"Benar. Apa kita pergi saja ke rumahnya sekarang?"
"Sepagi ini? Kau harus pergi ke sekolah, 'kan?"
"Aku masuk jam sembilan pagi. Jadi, kita masih sempat pergi ke rumah Shou-chan."
"Tapi, aku harus mandi dulu!"
"Nanti saja!"
"Tunggu, aku harus memakai perlengkapanku dulu!"
Naruto segera mengambil mantel bertudung, topi, masker, syal, sarung tangan, dan kacamata hitam. Semua perlengkapan itu ada di lemari pakaian. Memakai semua itu agar melindungi diri dari terpaan sinar mentari.
Naruto keluar dan mengunci pintu apartemen dengan gembok. Berjalan beriringan dengan Naruko. Menyusuri koridor yang sepi sekali.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Sesuai target, chapter 5 up hari ini.
Shouko akan pindah sekolah? Itu gawat. Naruto, Naruko, dan teman-temannya tidak boleh mengetahui kepindahannya itu. Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Soal Sasuke yang tidak tahu perihal penyakit Naruto, akan terkuak di beberapa chapter akan datang. Nantikan saja, ya. Terima kasih.
Tertanda, Hikayasa Hikari.
Rabu, 31 Agustus 2022
