DUNIA YANG BERBEDA


Di sebuah ruangan, terdapat tiga sosok berada disana. Mereka berdiri rapi sambil menghadap ke sebuah tempat tidur mewah yang kini sedang ditempati oleh sesosok remaja yang sedang tertidur lelap di atasnya.

"Mmm ..." Sembari mengeluarkan lenguhan pendek, sosok remaja itu menggeliat dalam tidurnya, Keningnya mengernyit, kepalanya bergerak kesana — kemari kemudian diakhiri dengan kelopak mata yang mulai terbukam

Mata dengan iris Blue Sapphire seindah lautan itu memandangi langit — langit tempat tidurnya. Matanya berkedip pelan.

"Dimana aku?"

Itulah pertanyaan pertama yang dikeluarkan oleh remaja itu. "Apa aku sudah terlahir kembali ke dunia lain?" ujarnya bertanya pada dirinya sambil memperhatikan kedua tangannya.

"Ano, Maou — sama ...?"

Mendengar sebuah suara, remaja itu lantas mengalihkan perhatiannya ke samping dan melihat tiga sosok perempuan yang berdiri di samping tempat yang dia tidurinya saat ini.

"Siapa?" tanya remaja itu.

Ketiga sosok perempuan itu mulai merendahkan badannya dengan tangan kanan diletakan di dada sebelah kiri.

"Maaf atas kelancangan hamba, Tuanku. Hamba hanya ingin mengutarakan isi hati hamba yang berisi kerinduan ini kepada anda, Tuanku," ucap sosok perempan yang berada diposisi tengah.

Remaja itu tampak kebingungan, dia masih belum mengerti dengan posisinya saat ini. Namun, remaja itu dengan cepat berpura — pura mengangguk paham dan berbicara selayaknya ia di posisi sebagai 'Tuan' dari tiga sosok perempuan yang bersamanya saat ini

"Aku mengerti," ucapnya.

"Sekarang bisa angkat kepala kalian."

"Hai," balas tiga sosok perempuan itu mengikuti perintah Tuan mereka. Mereka mulai menegakkan badan masing — masing.

"Jadi, bisa jelaskan kepadaku, siapa diri kalian?" tanya remaja dengan nada menuntut. Hal yang didapat setelah dia mengatakan itu adalah wajah terkejut dari tiga sosok perempuan itu.

"M-Maou — sama ...?"

Kening remaja itu mengernyit saat mendengar panggilannya. Maou? Itu bukannya berarti Raja Iblis? Kalau begitu dia adalah seorang Raja Iblis? Remaja itu terdiam sesaat, sampai salah satu dari tiga perempuan tersebut berbicara.

"M-Maou — sama, apa anda tidak mengenal kami?" tanya satu sosok perempuan itu dengan nada yang terdengar gemetaran.

Remaja itu diam dan berpikir. Tidak mungkin bukan dia harus menjawab jujur? Bisa — bisa dia dicurigai. "Aku harus mencari jawaban lain," batin remaja itu serius.

Tak lama kemudian, remaja itu tersenyum tipis saat mendapat jawaban di otak kecilnya. Dia lantas memandang ketiga sosok perempuan itu dengan wajah bersalah. "Ah tidak, bukannya aku tidak mengenal kalian bertiga. Hanya saja, aku merasa samar — samar mengingat kalian."

"Sepertinya, ingatanku sedikit menghilang," ujarnya berbohong.

Ketiga perempuan tadi mendesah lega, mereka lalu membungkukan badan karena merasa bersalah kepada Tuan mereka. "Maaf atas kelancangan kami bertiga tadi, Maou — sama. Jika Anda marah, Anda bisa memberikan kami hukuman. Kami akan menerimanya."

"Tidak tidak tidak!" Remaja itu mengibas kedua tangannya. "Itu tidak perlu. Aku memaklumi tindakan kalian tadi. Aku paham, bahwa kalian sangat setia padaku. Jadi, saat kalian mengatakan aku tidak mengenal kalian tadi, kalian pasti merasa aku tidak menganggap kalian bukan? Itu sudah membuktikan kalau kalian memang setia kepadaku. Oleh karena itu, aku tidak akan menghukum kalian."

"M-Maou — sama ...?" Tiga perempuan itu dengan pandangan berkaca — kaca menatap Tuan mereka tidak percaya. "Ta-tapi—"

Mendengar akan ada kalimat protes, remaja itu terlebih dahulu menyela ucapan mereka dengan ucapan tegas seorang pemimpin. "Ini perintah!"

"H-Hai, kami mengerti," jawab mereka bertiga membungkukkan badan sesaat.

Remaja itu tersenyum melihatnya. Tidak lama kemudian, dia tersentak saat mengingat satu hal yang mengganggunya sedari tadi. "Ah, ini satu perintah untuk kalian semuanya."

"Mulai sekarang jangan memanggilku Maou — sama lagi. Aku ini sudah memiliki nama. Dan namaku adalah Naruto Namikaze. Mulai sekarang kalian panggil aku Naruto, mengerti?"

"Hai, kami mengerti ..."

"Naruto — sama."


TUJUH KEKUATAN BESAR


Naruto saat ini berjalan di sebuah lorong yang gelap. Lorong ini gelap dikarenakan sedikitnya ada cahaya yang masuk. Di belakangnya, dua sosok perempuan mengikuti langkahnya. Satu lagi, di depan menuntun jalan Naruto. Tiga perempuan ini adalah tiga sosok perempuan yang Naruto temui di kamarnya.

Kita perkenalkan sedikit ketiga sosok perempuan itu. Yang pertama adalah seorang wanita bersurai hitam panjang sampai pinggang, mengenakan pakaian yang agak terbuka dan memiliki sepasang sayap kelelawar di punggungnya serta iris mata Crimson. Namanya, Morrigan Aensland, seorang Vampir.

Kedua, seorang perempuan, yakni gadis berambut hijau sampai paha, dia mengenakan kimono berwarna aquamarine, dua bola mata emas dan sepasang telinga rubah. Nama gadis itu adalah Kiyohime, seorang Yokai.

Lalu, ketiga. Seorang gadis berhoodie abu — abu, berambut abu — abu, dan memiliki sepasang manik aquamarine. Dia adalah seorang Necromancer. Namanya, Gray.

Di setiap langkah kakinya, Naruto tiada henti di sapa — sapa dan diberi hormat oleh para maid yang tinggal di tempat ini. Naruto hanya menyapa mereka semua dengan diam.

Tap

Gadis bersurai hijau, Kiyohime, menghentikan langkahnya. "Hai, kita sudah sampai, Naruto — sama."

Naruto dan tiga gadis yang bersamanya itu kini berdiri di depan sebuah pintu besar berwarna hitam dan abu — abu. Pintu besar itu berisi ukiran — ukiran kuno berupa tujuh simbol dengan gambar binatang; Naga, Ular, Rubah, Beruang, Kambing, Babi, dan Singa.

Naruto memandangi tujuh gambar tersebut dengan sirat mata aneh. Naruto merasa sedikit familiar dengan ukiran di depannya. "Bukannya, ini hewan-hewan yang mewakili tujuh dosa besar, bukan?" batin Naruto.

Lamuan Naruto buyar ketika pintu besar di depannya itu terbuka, dibarengi dengan cahaya yang menyilaukan mata. Saat pintu terbuka lebar, barulah Naruto melihat sebuah ruangan yang sangat luas dan ditempati oleh beberapa orang dengan bentuk tubuh berbeda — beda.

Seluruh makhluk yang melihat kedatangan Naruto sontak menuduk hormat sembari berucap,

"Hormat kami, Maou — sama."

Naruto tiba — tiba jadi gugup saat mendapat banyaknya kesetian.

Namun, dengan wajah datar, Naruto mencoba untuk mengabaikan rasa gugupnya dan berjalan tenang menuju ke sebuah singgasana di hadapannya. Tentunya, dia diikuti tiga gadis yang sedari tadi mengekor di belakangnya.

Naruto pun duduk di singgasanya.

Dia lalu memandangi semua makhluk yang menuduk hormat kepadanya. Naruto hanya menampilkan senyuman tipis, ia tidak menyangka akan seperti ini. Bereinkarnasi dan mendapat banyak pengikut di dunia barunya. Walaupun, mereka bukan manusia.

"Kalian boleh mengangkat kepala kalian." Naruto memerintah dengan suara tegas.

Semua makhluk mulai mengikuti ucapannya, mereka mengangkat kepala dan menegapkan kembali tubuh mereka. Kini semua orang memandang ke arah Naruto.

Naruto yang ditatap seperti itu, menjadi gugup karena merasa sedikit terintimidasi. Naruto pun bingung dengan apa yang perlu dilakukan di hari kebangkitannya. Apa berpidato?

"Baiklah ..." Naruto bangkit dari singgasananya dan berdiri dengan gagagh di hadapan seluruh pengikutnya. "Aku, Namikaze Naruto. Maou atau sang Raja Iblis, Raja kalian ini telah bangkit ..."

Semua makhluk tampak setia mendengarkan.

"... Wahai para pengikut setiaku. Dengarkanlah kata — kataku ini. Dengan bangkitnya diriku ini, berdirinya aku dihadapan kalian semua. Aku, akan kukumandangkan dan kunyatakan untuk menguasai dunia ini!" Diakhir — akhir kalimat, Naruto bersuara dengan suara lantang.

Tampak semua di ruangan ini bersorak ria seakan mendukung keinginan Raja mereka. Naruto tersenyum, walau sebenarnya dalam hati ia benar — benar gugup. "A-apa yang kulakukan ini benar, ya? Menguasai dunia? Aku rasa ini benar. Bukankah memang itu tujuan seorang Maou? Huh, ya ... walaupun ini bukan keinginanku, sih," batinnya

"Hidup Maou — sama!"

Semua makhluk meneriakan nama Raja Iblis yang tentu membuat Naruto merenggut tidak suka; Sepertinya tidak ada salahnya dia mengeluarkan perintah lagi.

"Semuanya dengarkan aku! Namaku, Namikaze Naruto. Mulai hari ini, kalian semua panggil aku Naruto, mengerti? INI PERINTAH!" teriak Naruto menggelegar memberikan kalimat perintah pada para pengikut — pengikutnya.

"Hai, Naruto — sama!"

Naruto tersenyum mendengarnya. Naruto lalu membuka telapak tangannya. Aura gelap berupa awan hitam menguar keluar dari tubuhnya. "Mungkin, tidak ada salahnya aku mencoba kekuatanku dulu." Naruto mulai mengangkat tangan kanannya dan mengarah ke depan, sembari mulutnya berucap,

[Summoning Demons: The Seven Deadly Sins]

Begitu rapalan mantra selesai diucapkan. Muncul di hadapan Naruto tujuh lingkaran sihir dengan warna (Merah, Kuning, Jingga, Hijau, Biru, Indigo, dan Ungu) dan pola berbeda — beda.

Dari lingkaran sihir tersebut, kemudian muncul tujuh sosok keluar dari lingkaran sihir tersebut. Tujuh sosok yang mengeluarkan aura gelap, pekat, dan begitu kuat yang membuat seluruh makhluk di ruangan tersebut shock.

"Ti-Tidak mungkin ..."

"Me-Mereka ..."

Bagaimana tidak, di hadapan mereka saat ini adalah tujuh sosok yang yang disebut — sebut sebagai Leluhur para Iblis, Iblis Primordial, yang dulunya pernah mengguncang satu benua dengan kekuatannya.

Tujuh sosok Iblis Sejati yang mewakili Tujuh Dosa Besar Mematikan; Pride, Greed, Lust, Envy, Gluttony, Wrath, dan Sloth itu kini menunduk hormat kepada orang yang memanggil mereka ke dunia ini.

"Kami datang untuk memenuhi panggilan Anda, Yang Mulia, Maou — sama."


Author Note:

FanFiksi ini Multi-crossover. Ada tiga anime yang aku ambil karakter-karakternya dan kubawa ke FanFiksi ini. Untuk karakter Morrigan Aensland itu aku ambil dari video game Darkstalker series. Alasan aku mengambilnya karena Morrigan Aensland sangat cocok sebagai karakter vampir disini.


Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto.

Fate the Series: Type-Moon

Darstalker: Capcom