Fanfic Naruto X One Piece

Disclaimer : I don't own anything.

WARNING : RATED M FOR MURDER, BRUTALITY, SUICIDE, HARD LEMON, AND SEXUAL CONTENT

THIS STORY IS 18+

-O-

VINI-VIDI-VICI

( I Came, I Saw, I Conquer )

CHAPTER 2 : THE ENCOUNTER!

Naruto pun sedikit menghela nafas saat ia melihat wanita itu sudah diam dan akhirnya ia bisa membuka percakapan dengan wanita tersebut. Namun, mata Naruto sedikit terganggu dengan sebuah tanda yang berada di punggung wanita tersebut. Merasa penasaran, Naruto sedikit menggeser rambut dari wanita tersebut dan ia membelalakan matanya.

Ia melihat sebuah lambang di punggung wanita tersebut. Sebuah lambang yang ia tahu percis dan sebuah lambang yang mungkin menjadi mimpi buruk bagi setiap orang.

"K-Kau! Kau budak dari Tenryuubito!" Ucap Naruto yang terkejut.

Wanita itu terkejut saat mendengar perkataan Naruto dan tubuhnya seketika lemas. Hal itu dirasakan oleh Naruto karena Naruto merasakan tubuh wanita itu bergetar dan sepertinya ia sangat ketakutan.

"A-Ampuni aku. To-Tolong jangan aku kirim aku tempat menyeramkan itu lagi.." Pinta wanita itu sambil menangis.

Mendengar hal itu, entah kenapa Naruto malah menyeringai. Naruto membawa tangannya untuk membelai punggung wanita itu, terutama pada lambang Tenryuubito yang menempel pada punggung wanita tersebeut.

"Hmm? Apa kau mengatakan sesuatu aku tidak dengar." Ucap Naruto dengan nada menggoda.

Wanita itu pun semakin ketakutan dan keringat dingin pun mulai keluar dari tubuhnya. Ia memejamkan matanya memejamkan wajahnya di tanah. "Kau boleh melakukan apapun padaku tapi kumohon jangan kirim aku ke tempat itu lagi."

Naruto pun tersenyum dan tangannya mulai bergerak kebawah dan meremas bokong wanita itu itu. Wanita itu pun hanya pasrah saat merasakan Naruto terus meremas bokongnya karena hanya inilah satu-satunya cara untuk mendapatkan belas kasih dari Naruto.

SPANK!

"Ahhh!" Wanita itu pun mengerang saat Naruto memukul bokongnya dengan cukup keras.

Namun, wanita itu bingung saat merasa Naruto sudah tidak menindihinya lagi dan saat ia melirik kebelakang, Naruto ternyata sudah berdiri dan tersenyum kepadanya.

"Berdirilah. Sudahku bilang aku tidak berniat untuk menyakitimu atau memperbudakmu atau menjualmu ke bangsawan dunia itu." Ucap Naruto.

Wanita itu pun hanya membelalakan matanya dan terdiam sejenak. Ia menatap mata biru Naruto yang menatapnya dengan lembut dan ia tidak yakin apakah ia harus percaya pada pria ini atau tidak. Karena, ini untuk pertama kalinya ia melihat ada laki-laki yang tersenyum tulus padanya dan berjanji untuk tidak menyakitinya.

"Ke-Kenapa? Bukankah setiap laki-laki pasti akan memperkosaku?" Tanya wanita itu.

"Tidak. Aku tidak tertarik meniduri wanita lusuh sepertimu. Jika kau sudah membersihkan tubuhmu, maka aku akan mempertimbangkannya." Ucap Naruto sambil berkedip.

Raut wajah wanita itu pun kembali berubah dan menatap Naruto dengan amarah lagi. Ternyata benar, semua pria sama saja. "K-Kau!"

"Sudahlah, tidak perlu mengerang terus seperti itu. Lama-lama kau akan berubah menjadi anjing." Ucap Naruto.

Wanita tersebut pun kebingungan dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi, ia benci dan tidak mau berbicara dengan pria ini namun disisi lain perasaannya mengatakan bahwa pria yang ada dihadapannya ini bisa dipercaya.

"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau juga terdampar di pulau ini?" Tanya Naruto.

"Be-Benar. Aku terdampar disini." Jawab wanita itu.

"Aku kira kau penghuni asli pulau ini. Melihat pakaian yang kau kenakan sangat primitive. Kalau begitu, daripada kau berdiam diri seperti orang bodoh, lebih baik kau bantu aku mencari bahan makanan. Apakah ada binatang yang bisa dimakan disini?" Tanya Naruto.

"T-Tidak ada binatang disini. A-Aku hanya memakan dedaunan yang bisa dimakan disini." Ucap wanita tersebut.

"Tch, kenapa kau tergagap-gagap seperti itu? Aku sudah bilang aku tidak akan menyakitimu dan aku tidak pernah mengingkari janjiku." Ucap Naruto.

Wanita itu hanya terdiam dan memeluk dirinya sendiri. Ia tidak berani menatap wajah Naruto terlalu lama karena ia takut Naruto akan berubah pikiran dan membunuhnya.

Naruto pun hanya menghela nafas dan ia tahu bahwa tidak mudah menyembuhkan seseorang yang memiliki masalah pada mentalnya. Terutama wanita yang telah diperbudak. Naruto tahu penderitaan apa saja yang wanita itu hadapi dan hal yang wajar jika wanita ini enggan untuk berbicara terlalu banyak.

Naruto lalu berjongkok dihadapannya dan tersenyum. "Siapa namamu?"

"K-Kenapa kau bertanya?" Ucap Wanita itu.

"Cih! Lalu apa yang harus aku tanya? Ukuran dadamu? Seberapa dalam vaginamu?" Tanya Naruto yang kesal.

"A-Aku tidak akan pernah memberitahu namaku pada siapapun!" Ucap wanita itu.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilmu sapi peras." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"Sa-Sapi peras? Kenapa?" Tanya wanita itu.

"Karena setiap aku melihat payudaramu, aku jadi ingin memerasnya." Ucap Naruto.

"DASAR BRENGSEK!" Teriak wanita itu yang wajahnya merah padam.

"Hahahahaha! Akhirnya aku tidak terbata-bata lagi. Namaku Namikaze D Naruto, senang bertemu denganmu." Ucap Naruto.

"Namikaze D Naruto?" Tanya wanita itu.

"Hn. Kalau begitu, aku akan pergi dari pulau ini. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat." Ucap Naruto yang lalu berputar dan berjalan meninggalkannya.

Melihat Naruto yang meninggalaknnya, wanita itu membelalakan matanya dan dengan cepat ia bangkit berdiri dan langsung mengejar Naruto. Ia langsung menarik kaos Naruto dan memaksanya untuk berhenti,

"O-O-OI! Apa yang kau lakukan!? Lepaskan aku!" Teriak Naruto.

"Ja-Jangan tinggalkan aku!" Ucap wanita itu.

"Hah? Bukankah kau yang bilang untuk jangan pernah mendekatimu?" Tanya Naruto.

Wanita itu menggelengkan kepalanya dan memejamkan matanya. "A-Apa aku bisa mempercayaimu?"

"Percayalah pada apa yang ingin kau percayai. Seharusnya kau sudah cukup dewas untuk bisa menentukan siapa yang bisa kau percayai. Kepercayaan adalaha-"

"AKU HANYA BERTANYA APAKAH AKU BISA PERCAYA PADAMU ATAU TIDAK!?" Teriak wanita itu dengan sangat keras dan saking kerasnya membuat Naruto menutup keduat telinganya.

"Baik! Baik! Kau bisa percaya padaku! Semua orang percaya padaku dan aku adalah manusia paling terpecaya di muka bumi! Bahkan dewa pun percaya padaku! Kau puas!?" Ucap Naruto.

Wanita itu pun melepaskan cengkramannya dari kaos Naruto dan merundukan kepalnya. "A-Aku ingin pulang." Gumam wanita itu dengan pulang.

"Kalau begitu pulanglah dengan damai." Ucap Naruto.

"BUKAN ITU MASALAHNYA!" Teriak wanita itu yang kesal pada Naruto.

"Tch! Apa kau mantan vokalis band metal? Teriakanmu benar-benar membuat telingaku sakit!" Ucap Naruto.

"Ta-Tapi aku tidak bisa meninggalkan pulau ini. Kedua adiku berada di pulau ini dan mereka terkena penyakit parah." Ucap wanita itu.

"Adik? Lalu dimana mereka?" Tanya Naruto.

"A-Aku meninggalkan mereka di gua dekat sini." Jawab wanita itu.

"Baiklah, kalau begitu biarkan aku melihat kedua adikmu ini. Aku mempelajari dasar-dasar ilmu medis dan siapa tahu aku bisa membantu." Ucap Naruto.

Mendengar hal tersebut, mata wanita itu melebar dan ia pun tersenyum. "Benarkah!? Kau bisa seorang dokter!? Apa kau bisa menyembuhkan adikku?"

"Yah…yah… aku harus melihat dulu kondisi mereka." Jawab Naruto dengan malas.

Wanita itu pun langsung berdiri dengan cepat dan kembali menarik kaos Naruto. Dengan paksa, wanita itu mengajak Naruto berlari sehingga membuat Naruto, mau tidak mau harus mengikutinya.

"Letak guanya tidak jauh disini! Ayo cepat!" Ucap Wanita itu.

-0-

Setelah berlari 10 menit, akhirnya Naruto bersama dengan wanita itu sampai di gua dimana kedua adik dari wanita itu berada. Mereka berdua memasuki gua itu dan Naruto melihat ada dua wanita yang sedang terbaring di sana.

"M-Mereka adalah kedua adikku. Yang rambut hijau bernama Sonia dan yang rambut pirang bernama Mari." Ucap wanita itu.

"Kau memberitahu namamu adikmu tapi kau tidak memberitahu namammu?" Tanya Naruto,

"Hancock. Namaku Hancock." Ucap wanita tersebut yang bernama Hancock.

Naruto menganggukan kepalanya dan ia mulai berjalan mendekati kedua adik Hancock. Naruto menyentuh dahi dari kedua adik Hancock dengan tangannya untuk merasakan suhu tubuh mereka berdua.

"Mereka terkena demam." Ucap Naruto.

"Benarkah!? Apa mereka hanya terkena demam saja?" Tanya Hancock.

Naruto lalu mengarahkan pandangannya pada tubuh mereka berdua dan melihat kalau mereka berdua seperti keuslitan bernafas. Lalu Naruto dada sebelah kiri mereka dan ternyata jantung mereka berdebar seperti orang yang habis berlari. Naruto pun melihat bahwa tungkai mereka membengkak.

"Kapan terakhir kali mereka sadar?" Tanya Naruto.

"2 hari yang lalu! Mereka berkata bahwa tubuh mereka terasa berat sekali lalu mereka pingsan dan sampai hari ini mereka belum sadar." Ucap Hancock.

"Apa mereka bertingkah laku aneh? Seperti lambat jika diajak bicara dan terlihat seperti orang bingung?" Tanya Naruto.

"Benar! Ba-Bagaimana bisa kau tahu?" Tanya Hancock yang heran.

"Sepertinya benar. Mereka terkena Beri-Beri." Ucap Naruto.

"Beri-Beri? Apa itu?" Tanya Hancock.

"Penyakit yang disebabkan karenya kurangnya asupan vitamin ke dalam tubuh, atau dengan kata lain kedua adikmu ini megalami malnutrisi." Ucap Naruto.

Naruto lalu berdiri dan berjalan mendekati Hancock dan ia berjongkok dihadapan Hancock dan memegang tungkai kakinya. "Kau pun sama. Kapan terakhir kali kalian mengkonsumsi makanan layak?"

Hancock yang mendengar hal tersebut pun hanya merundukan kepalanya dan air mata pun menetes dari matanya. Ia terpaksa harus mengingat kembali masa kelamnya saat menjadi budak di Marijoia dimana ia dan kedua adiknya tidak pernah mendapatkan makanan yang layak dan bahkan mereka hanya diberi 1 kali jatah makan dalam sehari. Itu pun adalah makanan sisa dari binatang peliharaan Tenryuubito.

"Entahlah… Selama menjadi budak, kami hanya diberi makanan hewan." Gumam Hancock.

Naruto pun merasa iba melihat Hancock dan ia pun kembali berdiri dan tersenyum kepada Hancock. "Kabar baiknya, penyakit ini mudah di atasi dan kau hanya perlu membeli makanan bergizi dan bernutrisi untuk mengobati kedua adikmu ini dan juga kau sendiri."

"A-Aku tidak punya uang." Ucap Hancock dengan pelan.

Naruto menghela nafas dan sepertinya, ia harus membantu ketiga wanita ini. Ia tidak sampai hati jika harus meninggalkan mereka dengan keadaan seperti ini.

"Mau bagaimana lagi. Ikutlah denganku dan kita akan mencari pulau terdekat dan membeli makanan yang kalian butuhkan. Dan lagi, sepertinya akan terjadi badai besar dan gua ini tidak aman bagi kalian." Ucap Naruto.

"J-Jadi kemana kami harus pindah?" Tanya Hancock.

"Kapalku. Aku sudah merancang kapalku sedemikian rupa dan sekuat mungkin. Jadi, badai tidak mungkin bisa menghancurkan kapalku." Ucap Naruto.

Mendengar itu, Hancock mengepalkan kedua tangannya dan ia mulai berpikirk. Sejauh ini, Naruto memang tidak melakukan hal yang mencurigakan dan nampaknya ia bisa percaya pada Naruto. Namun, disisi lain rasa traumanya terhadap laki-laki masih membekas. Ia tidak yakin apakah ia harus mengikuti Naruto atau tidak karena bisa jadi Naruto hanya bersandiwara dan mungkin akan menjulanya lagi atau Naruto akan memperbudaknya.

"A-Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya Hancock.

"Hah?" Naruto pun kebingungan dengan pertanyaan Hancock.

"A-Apa yang kau inginkan dariku? Tidak mungkin kau membantuku secara cuma-cuma tanpa mengharapkan imbalan. Katakan saja apa maumu dan aku akan menurutinya, asalkan kau tidak menjualku atau memperbudakku." Ucap Hancock dengan lesu.

"Selain mengidap beri-beri sepertinya kau mempunyai masalah dengan mentalmu. Sayangnya, aku tidak pandai dalam menyembuhkan trauma seseorang. Namun, ada satu hal yang harus kau tahu bahwa tidak semua pria brengsek. Nah, sekarang sebaiknya kau ikut denganku dan tinggal dikapalku untuk sementara." Ucap Naruto.

Naruto lalu berjalan mendekati kedua adik Hancock dan menggendongnya. Melihat itu, Hancock pun mencoba untuk mempercayai Naruto dan mengikutinya.

-0-

Naruto, Hancock beserta kedua adiknya akhirnya sampai di kapal Naruto. Naruto menyuruh Hancock untuk membawa kedua adiknya masuk ke kapal dan Naruto sendiri mencoba menarik kapalnya yang berada di pantai untuk kembali ke laut.

Akhirnya, kapal Naruto pun kembali berlayar dan meninggalkan pulau terpencil itu. Saat ini, kedua adik Hancock berada di kamar Naruto. Di kapal Naruto ini, setidaknya kondisi mereka lebih baik karena Naruto mempunyai selimut untuk menutupi tubuh mereka dan kamar Naruto jauh lebih hangat dari pada gua yang ada di pulau tersebut.

Hancock sendiri berada di ruangan utama kapal dan ia sedang duduk di sebuah kursi panjang dan besar. Seluruh barang yang berada di kapal Naruto ini hanya terbuat dari kayu dan itu membuat Hancock sedikit heran. Hancock pun mengarahkan pandangannya ke kiri, dan melalui jendela kapal ia bisa melihat hujan yang sangat deras di luar dan nampaknya sedang terjadi badai besar diluar. Ia tiba-tiba tersenyum dan entah kenapa bahwa ia merasa sangat aman di kapal ini.

"Oi, minumlah ini. Setidaknya, secangkir susu ini bisa membuat tubuhmu hangat." Ucap Naruto yang tiba-tiba muncul dari dapur dan membawakan Hancock segelas susu hangat.

Hancock pun menerima gelas itu dan langsung meminum susu hangat itu dengan perlahan. Naruto pun tersenyum saat Hancock meminum susu tersebut dan ia pun langsung duduk disebelah Hancock.

Naruto pun melihat bahwa Hancock yang selalu menggaruk bagian dada dan area vitalnya. Sepertinya daun-daun yang Hancock gunakan kotor dan membuat kulitnya gatal.

"Lebih baik kau lepas daun-daun yang ada di tubuhmu itu atau kulitmu akan gatal." Ucap Naruto.

Hancock pun langsung membelalakan matanya dan ia bergesar ke samping dan menjaga jarak dari Naruto. "A-Apa yang akan kau lakukan!?"

"Jika aku ingin memperkosamu, sudah kulakukan dari tadi. Aku hanya menyarankanmu saja untuk membuka daun-daun itu karena daun-daun itu sangat kotor dan bisa membuat kulitmu menjadi gatal." Ucap Naruto.

Hancock pun kembali tenang saat mendengar jawaban Naruto. Jika ia pikir, jawaban Naruto sangat masuk akal dan sepertinya tidak ada masalah baginya untuk bertelanjang dihadapan Naruto. Hancock pun membuka seluruh daun-daun yang berada di tubuhnya dan kini Naruto dapat melihat seluruh tubuh Hancock, dari payudaranya hingga vaginannya.

"Heh, dada mu memang besar." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"Da-Dasar mesum!" Ucap Hancock.

Naruto hanya tersenyum dan ia menyandarkan tubuhnya kebelakang kursi yang ia duduki. Ia mengambil sebatang rokok dan menyalakannya, lalu ia pun menyakan sebuah lilin yang berada di atas meja yang ada didepannya.

"Hufffft.. Aku tidak menyangka petualanganku ini diawali dengan merawat 3 gadis yang sakit." Ucap Naruto sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Aku tidak memintamu untuk merawatku." Balas Hancock.

"Kau lupa? Kau menarik kaosku dan menyeretku ke gua untuk melihat kondisi kedua adikmu dan memohon padaku untuk menyembuhkan mereka?" Tanya Naruto sinis.

Hancock pun hanya bisa merundukan kepalanya. "Maaf." Hanya itu yang bisa ia katakan.

"Jadi, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa terdampar di pulau itu? Apakah kau berhasil kabur dari para bangsawan gila itu?" Tanya Naruto.

"Satu minggu yang lalu, ada penyusup yang masuk ke Marijoa. Nama orang itu adalah Fisher Tiger dan ia berhasil membebaskan seluruh budak yang ada di Marijoa, termaksud aku dan kedua adikku. Kami berhasil melarikan diri dari tempat itu tapi, para Tenryuubito sepertinya marah besar karena semua budak mereka kabur dan mereka menyuruh para anak buahnya untuk mengejar budak-budak yang kabur. Aku dan kedua adikku pun menjadi salah satu taget mereka dan mereka terus mengejarku hingga akhirnya aku berakhir di pulau itu." Jelas Hancock.

"Begitukah? Nampaknya memang takdir menginginkanmu untuk bebas. Lalu kenapa kau sangat membenci pria? Maksuduku, aku yakin yang menyiksamu disana bukan hanya pria tapi banyak bangsawan wanita itu pun yang gila." Ucap Naruto.

"Aku lahir di sebuah pulau yang hanya dihuni oleh wanita. Aku tidak pernah melihat pria saat aku masih kecil sampai aku diculik oleh segerombolan orang dan mereka menjualku ke Tenryuubito. Disitulah untuk pertama kalinya aku melihat pria dan pria pertama yang aku temui benar-benar kejam. Meskipun saat itu aku masih anak kecil, mereka tidak menunjukan belas kasih sama sekali." Ucap Hancock.

"Berapa usiamu sekarang?" Tanya Naruto.

"18 tahun." Jawabnya.

"I-Itu berarti…." Naruto membelalakan matanya.

"Yah… Aku menjadi budak saat aku masih berusia 13 tahun. Mereka telah memperkosaku saat aku masih dibawah umur dan mereka menikmatinya. Dan kau tahu apa yang paling buruk? Saat aku diperkosa, mereka tidak membolehkanku untuk menangis. Mereka memaksaku untuk tersenyum dan bilang terima kasih kepada mereka karena telah memperkosaku." Ucap Hancocj sambil tersenyum pahit.

"Benar-benar biadab, dan orang-orang masih menganggap mereka sebagai dewa huh?" Tanya Naruto.

"Tidak ada yang berani melawan mereka. Siapa pun yang berani menyakiti Tenryuubito, maka angkatan laut akan langsung bergerak dan membunuh orang itu." Ucap Hancock.

"Begitulah. Satu-satunya cara untuk bisa melawan mereka hanyalah dengan menjadi kuat." Ucap Naruto.

"Sekuat apapun dirimu, pasti mereka mempunyai kekeuatan yang lebih kuat sehingga perjuanganmu untuk menjadi kuat akan menjadi sia-sia." Ucap Hancock.

"Itu adalah pemikiran orang putus asa. Tidak ada kekuasaan yang abadi. Suatu saat mereka akan runtuh dan kita hanya menunggu waktunya saja. Jika dalam suatu kerajaan terdapat masyarakat yang hidup dengan arogansi dan ketamakan, maka keruntuhan kerajaan itu akan semakin dekat. Kerajaan bukan tentang kekuatan, melainkan tentang kepercayaan. Jika kepercayaan itu hilang, maka habislah sudah kerajaan itu." Ucap Naruto.

Hancock pun mengarahkan pandangannya kepada Naruto dan menatap wajah Naruto. Saat ia melihat wajah Naruto dari samping, entah kenapa ia merasa ada yang membuat perasaannya senang. Seolah dia ingin terus berada di situasi seperti ini bersama Naruto dan ia merasa bahwa Naruto telah memberinya sesuatu yang ia inginkan sejak dahulu. Kenyamanan.

"Jika ingin mengatakan sesuatu, katakanlah. Melihatku seperti itu membuatku sedikit aneh." Ucap Naruto.

Wajah Hancock pun memerah dan ia langsung memalingkan wajahnya. "T-Tidak! Tidak ada yang ingin aku katakan! Tapi…."

"Hmmm?" Naruto melirik kearah Hancock.

"Te-Terima kasih. Aku berhutang banyak padamu." Ucap Hancock

"Tidak masalah. Lagipula, suatu saat aku pasti akan meminta balasan." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"A-Apa yang bisa aku perbuat untuk membelasnya? Jika kau ingin melakukannya, maka…" Gumam Hancock.

Naruto pun hanya tersenyum dan ia mulai mendekati Hancock. Ia memegang kedua pundak Hancock dan membaringkannya di kursi sehingga membuat Hancock terkejut dan jantungnya berdebar semakin kencang.

"Na-Naruto…" Gumam Hancock.

"Kenapa kau selalu menawarkan hal ini?" Tanya Naruto.

Mendengar pertanyaan Naruto, Hancock pun kebingungan menjawab. Ia pun tidak tahu kenapa ia selalu menawarkan sex sebagai bentuk

"Itu karena, kau hanya bisa mengandalkan tubuhmu untuk sekarang ini." Ucap Naruto.

( Warning ; Lemon )

Naruto mendekatkan wajahnya dan secara tiba-tiba menicum bibir Hancock. Mata Hancock benar-benar membelalak dan terbuka lebar saat menerima ciuman Naruto. Ia berusaha untuk melepaskan ciuman itu namun, upaya itu ia batalkan saat Naruto membelai wajahnya dengan lembut.

Hancock merasa belaian tangan Naruto sangat lembut dan membuatnya tidak bisa melakukan apapun hingga akhirnya, ia memejamkan matanya dan menerima ciuman Naruto. Ia sedikit membuka bibirnya dan membiarkan lidah Naruto memasuki area mulutnya.

"Mmmhh….." Hancock mulai mendesah saat tangan Naruto mulai bergerak kebawah dan meremas payudaranya.

Remasan itu semakin membuat Hancock larut dan ia sudah memutuskan untuk membiarkan Naruto untuk melakukan apapun terhadap tubuhnya. Disisi lain, Naruto pun terus mencium Hancock dengan lembut. Bunyi dari kecupan bibir mereka terdengar dan bunyi itu membuat Naruto semakin menggila. Tangannya pun terus meremas payudara Hancock, dan sampai akhirnya ia menggerakan tangannya kebawah dan menyentuh vaginannya.

"MMMPPHH!" Hancock mengerang dalam ciuman Naruto.

Hancock merepatakan kedua kakinya saat Naruto menyentuh bagian paling sensitivenya sehinggga membuat tangan Naruto terkunci di bagian selangkangannya. Naruto tersenyum dan ia melepaskan ciumannya dan tersenyum kepada Hancock.

"Geli?" Tanya Naruto.

Wajah Hancock memerah dan ia hanya bisa memalingkan wajahnya. Namun, hal itu semakin membuat Naruto senang dan dengan jarinya, ia mulai mengelus-elus vagina Hancock.

"Mmmppphhh! Aaaaahhh…." Hancock mendesah cukup keras dan tubuhnya menggelinyang saat Naruto bermain dengan vaginanya.

"Yosh..Yosh.. Tidak apa-apa, keluarkan saja. Tidak perlu merasa malu." Ucap Naruto sembari membelai lembut kepala dan rambut Hancock.

Perlakuan Naruto itu membuat Hancock semakin terangsang, namun disisi lain membuat Hancock benar-benar bingung. Seolah pria ini tahu dimana titik lemah tubuhnya dan pria ini mempermainkan tubuhnya dengan sesukanya. Namun, hal yang membuatnya bingung adalah, Hancock menyukainya.

'I-Ini berbeda. Dia tidak seperti pria lain. Dia memperlakukanku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku merasakan kehangatan dari setiap sentuhannya. Apa ini yang dinamakan seks? Apa ini hal yang seharusnya pria lakukan pada wanita? Apa ini yang membuat wanita pun tergoda untuk melakukan hubungan tubuh semacam ini?' Gumam Hancock dalam hatinya.

Saat sibuk dengan pikirannya sendiri, Hancock mengangkat tangan kanannya dan ia menggigit jarinya sendiri dengan lembut, lalu ia melingkarkan tangan kirinya dan memeluk Naruto.

"Terasa nikmat bukan?" Ucap Naruto sambil tersenyum.

"U-Uhm…" Hanya itu yang bisa Hancock ucapkan.

Naruto pun tersenyum dan ia mendekatkan wajahnya kepada ke payudara Hancock dan menghisap payudaranya dengan lembut. Hancock kembali mendesah dan ia menjenggut rambut Naruto dengan pelan. Hancock merasakan mulut Naruto yang menghisap payudaranya dan juga lidah Naruto yang bergerak di area putingnya.

Melihat Hancock yang sudah mulai terangsang, Naruto pun mulai lebih berani dan ia mencoba untuk memasukan jari telunjuknya kedalam vaginanya.

"Ahhhhhhh! Na-Naruto…" Hancock mendesah hebat.

"Kau sudah basa sekali." Naruto menyeringai.

Terasa nikmat sekali bagi Hancock saat Naruto memasukan jarinya keadalam vaginanya. Ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya dan ia pun mulai menyukai hal ini. Ia menyukai saat Naruto menyentuh tubuhnya, ia menyukai saat tubuh Naruto menyentuh tubuhnya, Ia menyukai belaian lembut dari Naruto, dan ia menyukai saat Naruto memasukan jarinya.

"Ahhh…Mmmppph….Ahhhh…" Hancock mendesah terus menerus dan ia memejamkan matanya. Ia menikmati permainan jari Naruto didalam vaginanya.

Selagi memainkan vagina Hancock dengan jarinya, Naruto pun kembali mencium Hancock dan Hancock pun menerima ciuman itu dengan senang hati. Mereka bericuman dengan penuh gairah dan mereka tidak perduli meskipun air liur mereka menetes dari mulut mereka.

Naruto pun tidak hanya memasukan jarinya ke dalam vaginannya, namun ia mencari klitoris Hancock dan saai ta menemukannya, ia mencubit lembut klitoris Hancock dan membuat seluruh tubuh Hancock menggelinyang seperti tersetrum.

"MMMPPPPHH!" Hancock mengerang dalam ciuamannya.

Menemukan spot paling sensitive dari Hancock, Naruto pun menyeringai dan dengan jarinya ia memainkan klitoris tersebut. Tubuh Hancock terus bergelinyang dan tubuhnya pun sudah berkeringat. Hancock sudah tidak menahan lagi dan ia mulai merasa bahwa aka nada sesuatu yang akan keluar dari vaginanya.

"A-Awas! A-Aku harus pergi ke toilter!" Ucap Hancock

Naruto hanya tersenyum dan ia makin mempercepat jarinya di vaginanya. "Keluarkan saja!"

Hancock sudah tidak bisa berpikir jernih dan lagi, ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Akhirnya, ia mengalami orgasme yang luar biasa dan memuncratkan cairan dari vaginanya. Kilmaks ini begitu terasa nikmat bagi Hancock karena ini untuk pertama kalinya ia merasakan orgasme.

Nafas Hancock terengah-engah dan Naruto dapat melihat payudara Hancock yang bergerak naik turun saat Hancock bernafas. Tubuhnya pun sudah dipenuhi oleh keringat dan nampaknya Hancock sangat kelelahan.

Naruto lalu membuka seluruh pakiannya dan menujukan tubuh berototnya dan kali Hancock dapat melihat penisnya. Wajah Hancock memerah saat melihat penis Naruto dan ia merasa canggung dengan situasi ini.

Naruto lalu meniduri Hancock dan menindihinya. Sesekali ia membelai rambut wanita itu dan mengelap keringat yang ada di wajah Hancock.

"Bagaimana? Kau menyukainya?" Tanya Naruto sambil membelai wajah Hancock.

"A-Ah. Kau sepertinya berbeda." Jawab Hancock dengan pelan.

Naruto lalu kembali mendekatkan wajhanya kembali dan mengecup bibir Hancock. Naruto lalu menatap kedua mata Hancock dan membuat Hancock aneh. Ia merasa bahwa mata bir uNaruto itu menusuk hati dan jiwanya. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Hancock terpesona dengan ketampanan dari Naruto.

Secara tidak sadar, ia mengangkat lengannya dan memegang kedua pipi Naruto. "Kau benar-benar indah." Gumam Hancock sambil mengelus pipi Naruto.

Naruto tersenyum dan ia pun memegang pipi Hancock dengan tangan kirinya. "Kau juga."

Naruto lalu mengarahkan penisnya kedalam vagina Hancock yang sudah basah dan dengan perlahan ia memasukan penisnya.

"Mmmppphhhh! Ahhhhh…" Hancock tersenyum dan mendesah.

Sesaat Naruto memasuki vaginannya, Hancock merasakan sensasi luar biasa dalam tubuhnya. Ia merasa bahwa tubuhnya bersatu dengan Naruto dan vaginanya terasa terisi penuh oleh penis Naruto.

"Ahhh… Kau terlihat seksi saat mendesah seperti ini." Ucap Naruto sambil tersenyum.

Naruto lalu mulai menyetubuhinya dan mempercepat gerakannya. Ia menggerakan pinggulnya untuk mempenetrasi vagina Hancock dan bunyi benturan antara pinggulnya dengan pinggul Hancock pun terdengar jelas.

Hancock memejamkan matanya dan menikmati permainan Naruto. Naruto pun sedikit menurunkan tubuhnya dan ia memeluk Hancock dengan erat. Tentu saja, pelukan itu diterima Hancock dengan senang hati.

Selama 20 menyetubuhi Hancock, akhirnya Naruto merasakan bahwa orgasmenya sudah dekat dan ia akan klimaks, sama halnya dengan Hancock yang tubuhnya mulai menggelinyang dan merasakan sebentar lagi akan orgasme.

"Na-Naruto! A-Aku…" Gumam Hancock.

"Ah! Aku juga akan keluar." Ucap Naruto.

Naruto mempercepat gerakannya dan sebelum ia mengeluarkan seluruh spermanya, Ia menarik penisnya keluar dari vagina Hancock dan menyemburkan seluruh spermanya di perut Hancock. Disisi lain, Hancock pun mencapai orgasme keduanya hari ini.

( LEMON END )

Naruto pun sedikit lelah dan ia terjatuh menindihi tubuh Hancock. Naruto membenamkan wajahnya di bagian sisi leher Hancock dan memeluk Hancock dengan sangat erat.

"Bagaimana pendapatmu?" Tanya Naruto.

"A-Apa maksudmu?" Tanya Hancock yang kebingungan.

"Kau bilang kau membenci pria tapi kenapa kau mengizinkanku untuk melakukan semua ini? Apa kau berubah pikiran atau aku adalah pengecualian?" Tanya Naruto.

"E-Entahlah. Aku sangat merasa nyaman dengan sentuhanmu dan setiap genggamanmu membuatku merasa terlindungi. Aku merasa kau menyayangiku dan itu membuatku senang. Aku tidak pernah diperlalukan seperti ini sebelumnya." Jawab Hancock.

Naruto tersenyum saat mendengar jawabannya itu dan ia pun bangkit dan tidur menyamping menghadap ke arah Hancock. "Jadi, aku adalah pengecualian?"

"Entahlah! Kenapa kau terus bertanya!?" Ucap Hancock yang sepertinya kesal.

"Hahahahaha! Lihat? Kau bahkan tidak bisa jujur pada dirimu sendiri? Kau tidak tahu mana yang kau suka dan mana yang kau benci? Sifat seperti itulah yang akan membuat manusia ditindas karena mereka menjadi manusia yang plin plan." Ucap Naruto.

Hancock membelalakan matanya dan ia pun langsung meyampingkan tubuhnya dan menghadap kearah Naruto. "Aku tahu siapa diriku dan aku tidak plin plan!"

"Kalau begitu, tunjukan kepadaku apa yang kau inginkan saat ini." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"H-Hah!?" Hancock sepertinya kebingungan dengan pertanyaan Naruto.

"Apa yang kau inginkan saat ini? Jujurlah pada dirimu sendiri dan lakukanlah apa yang ingin kau lakukan saat ini. Jangan biarkan pikiranmu menghalangi hatimu." Ucap Naruto.

Hancock menelan ludahnya dan ia menatap Naruto dengan gugup. Kali ini, ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit untuk menahan keinginannya atau melakukan hal yang ingin ia lakukan. Namun, semakin ia menatap mata Naruto, semakin besar juga keinginannya untuk melakukan hal itu.

Hancock pun memejamkan matanya dan ia mendekatkan dirinya kepada Naruto. Naruto benar, sepertinya ia harus jujur pada dirinya sendiri dan melakukan hal atas keinginannya sendiri, bukan atas kehendak orang lain.

Hancock melingkarkan kedua tangannya di leher Naruto dan ia memeluk Naruto dengan sangat erat. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto dan ia mulai memejamkan matanya.

"Aku ingin tidur seperti ini. Jangan lepaskan aku." Ucap Hancock.

Naruto pun terlihat seperti keceewa dan nampaknya prediksinya salah. 'Sial! Aku kira dia akan memintaku untuk menyetubuhinya lagi, dan ternyata dia hanya ingin tidur dipeluakanku? Menyedihkan!' Gumam Naruto dalam hatinya.

Namun, Naruto hanya menghela nafas dan ia membalas pelukan Hancock dengan hangat. Ia mengelus kepala Hancock kembali dengan lembut dan membiarkan Hancock tidur dalam pelukannya.

"Ah. Tidurlah dengan tenang, mungkin ini akan menjadi tidur ternikmat dalam hidupmu. Kau harus menjadi wanita yang kuat dan beralih dari masa lalumu yang kelam. Meskipun mereka menganggapmu sebagai wanita hina, kau harus menunjukan kepada mereka bahwa mereka salah dan kau harus menjadi wanita tercantik di dunia ini. Dengan begitu, semua pria akan bertekuk lutut dihadapanmu dan kau bisa membalas mereka semua dengan kecantikanmu itu. Jika kau menjadi wanita tercantik, maka seluruh kesalahanmu akan dimaafkan." Bisik Naruto.

'Wanita tercantik….kah?' Gumam Hancock dalam hatinya.

Hancock mendengar semua perkataan Naruto barusan dan secara tidak sadar, kata-kata Naruto barusan telah merasuki pikiran dan hatinya dan ia menjadikan kata-kata Naruto itu sebagai salah satu impian yang harus ia gapai.

-O-

( ESOK HARI )

Setelah mengalami malam yang bisa dibilang cukup indah, Naruto pun mengalami tidur yang sangat nyenyak. Namun, tidur nyenyak ini harus berakhir karena pagi hari telah tiba dan sinar matahari mulai masuk kedalam ruangan kapalnya.

Naruto membuka matanya secara perlahan dan ia masih melihat Hancock yang masih memeluknya dan nampaknya, Hancock masih tertidur pulas. Naruto pun tahu bahwa tidur Hancock sangat nyaman dan sepertinya inilah tidur terpulas Hancock semenjak ia bebas dari perbudakan.

Dengan lembut, Naruto melepaskan pelukan Hancock dan ia mulai bangkit berdiri. Ia melakukan sedikit peregangan untuk membuat otot-otot ditubuhnya tidak kaku dan ia pun memakai pakaiannya. Ia berjalan keluar dan menuju ke dek kapal untuk melihat dimana posisi kapalnya sekarang.

Setibanya di luar, Naruto melihat kapalnya berhernti disebuah pelabuhan di suatu pulau. Naruto pun memperhatikan pulau tersebut dan ia melihat bahwa terdapat banyak bangunan-bangunan dan perumahan di pulau ini dan itu artinya, pulau ini dihuni oleh manusia.

Namun, hal yang membuat Naruto heran adalah, kenapa tidak ada penjaga di pelabuhan ini? Apakah ini kota bajak laut? Bahkan kota bajak laut pun pasti mempunyai penjaga pelabuhan. Lalu, kota apa ini?

Naruto lalu memberanikan diri memasuki pulau tersebut dan mencoba berkeliling pulau tersebut untuk menjawab rasa penasarannya.

Sesaat Naruto memasuki kota tersebut, kota tersebut sangat sepi dan bahkan Naruto tidak melihat adanya seorang pun berjalan di kota ini. Toko-toko dan pasar-pasar pun tutup dan membuat Naruto sedikit merassa aneh karena ini masih siang hari.

"Ada yang aneh dengan kota ini. Kemana semua orang?" Tanya Naruto pada dirinya sendiri,

Naruto terus berjalan sambil memperhatikan area sekitarnya sampai akhinya ia menemukan sebuah bar yang tertulis 'OPEN'. Naruto tersenyum karena akhirnya ia menemukan pertanda kehidupan dan ia pun bergegas menuju ke bar itu.

Naruto membuka pintu bar itu dengan mudah dan sebelum masuk, ia sedikit mengintip kedalam untuk melihat apakah ada orang di dalam atau tidak.

"Halloo! Permisi, bisa pesan bir?" Tanya Naruto.

"SILAHKAN!"

Mendengar ada jawaban dari dalam, Naruto tersenyum dan ia memasuki bar tersebut. Ia berjalan menuju meja bar dan melihat orang tua yang sedang memegang sebotol bir besar. Naruto pun duduk di kursi di depan meja tersebut dan tersenyum kepada orang tua itu.

"O-San, aku pesan 3 bir botol besar dan 3 kilogram daging sapi." Ucap Naruto.

"Maaf anak muda, persediaan daging sapi habis. Sangat sulit menemukan sapi di pulau ini. Jika kau mau, aku mempunyai daging kambing." Ucap pria tersebut.

"Baiklah, tidak masalah." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"Tunggu sebentar." Pria itu pun pergi ke dapur dan mengambil semua pesanan Naruto.

Ia mengambil 3 kilogram daging kambing dan 3 botol bir besar dan ia berikan kepada Naruto. "Totalnya 30,000 Berry."

Naruto menganggukan kepalanya dan ia mengluarkan uang dari saku celananya dan memberikan uang sebesar 30,000 Berry kepada pria itu.

"Ini uangmu." Ucap Naruto.

"Terima kasih." Jawab pria tersebut.

"Ngomong-ngomong O-San, kenapa pulau ini sepi sekali? Aku tidak melihat manusia sama sekali disini meskipun aku melihat banyak sekali perumahan." Ucap Naruto.

"Banyak sekali yang terjadi dipulau ini dan orang-orang lebih memilih untuk diam di rumah mereka masing-masing." Ucap Pria tersebut.

"Bisa kau jelaskan padaku apa yang terjadi?" Tanya Naruto.

"Sekitar 3 minggu yang lalu, ada sebuah kejadian aneh yang menimpa kota ini. Beberapa jasad ditemukan di padang rumput dan terdapat luka tebasan di bagian dada mereka. Setiap hari, ada korbang meninggal dan kami memutuskan untuk memanggil angkatan laut untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan itu. Namun, angkatan laut datang kemari bukan untuk membantu kami melainkan malah memperburuk keadaan." Ucap Pria tersebut.

"Memperburuk keadaan? Apa maksudmu mereka salah menduga seseorang dan membunuh orang-orang yang tak bersalah?" Tanya Naruto.

"Tidak. Mereka sama sekali tidak berniat untuk membantu kami. Semenjak kedatangan angkatan laut kemari, mereka memaksa beberapa pria dan wanita, dan bahkan anak kecil untuk ikut dengan mereka dan semenjak itu, orang-orang yang mereka bawa menghilang, sampai salah satu dari kami melihat ada seorang Tenryuubito yang ikut hadir bersama mereka dan kita yakin bahwa orang-orang itu dijadikan budak Tenryuubito oleh angkatan laut." Ucap angkatan laut.

"Lalu bagaimana dengan si pembunuh?" Tanya Naruto.

"Pembunuh masih tetap berkeliaran. Setiap hari korban terus muncul sampai dengan hari ini." Ucap pria tersebut.

"Lalu dimana para angkatan laut ini? Pasti mereka mempunyai pangkalan di pulau ini kan?" Tanya Naruto.

"Mereka tinggal di ujung utara pulau ini. Para penduduk menjauhi area itu karena mereka takut akan dijadikan budak oleh Tenryuubito." Ucap pria itu.

"Heh, menyedihkan. Mereka dibentuk untuk memberantas kejahatan tapi ternyata malah mereka sendiri yang melakukan kejahatan itu." Ucap Naruto sambil tersenyum.

"Benar kan? Angkatan laut adalah organisasi paling tidak berguna di dunia ini." Ucap pria itu sambil tersenyum.

"Tapi, apa masyarakat tidak melakukan perlawanan?" Tanya Naruto.

"Sempat. Namun, kami memutuskan untuk berhenti melakukan perlawanan ketika kami tahu bahwa salah satu laksmana angkatan laut pun berada disini untuk membantu mereka." Ucap pria tersebut.

"Hmmm? Benarkah? Siapa laksmana yang kau bicarakan ini?" Tanya Naruto.

"Kizaru." Jawab pria itu.

"Benar-benar aneh. Jika sampai laksamana di utus ke tempat ini, pasti ada sesuatu besar yang ada di pulau ini." Gumam Naruto.

"Benar. Angkatan laut berkata bahwa si pembunuh yang berkeliaraan di kota ini adalah seseorang sangat berbahaya dan memiliki track record criminal yang sangat buruk." Ucap pria tersebut.

"Lalu, siapakah dia?" Tanya Naruto.

"Tsugikuni Michikatsu, atau dengan nama lain Kokushibou. Sang pendekar pedang kegelapan yang datang dari bulan."

TBC

Oke guys, akhirnya chapter 2 beres!

Terima kasih atas review dan supportnya dan gak nyangka ternyata banyak juga peminatnya :v

Oke, untuk karakter yang akan muncul di chapter depan adalah Kokushibou, dari Kimetsu no Yaiba. Nah untuk karakter yang bakalan jadi crew Naruto akan berasal dari anime lain dan juga Naruto tidak akan menjadi karakter yang baik seperti Luffy melainkan kebalikan dari Luffy, tapi tidak sama seperti Kurohige juga.

Lalu, sepertinya udah ketebak yang kalo Naruto akan jadi OP disini wkwkw tapi tidak akan terlalu OP juga sih, setidaknya Naruto akan bertarung sengit dengan lawan-lawannya nanti.

Oh iya, ada juga scene lemon di chapter ini dan bagi yang kurang minat dengan lemon, bisa langsung skip aja dan juga Naruto disini akan menjadi HAREM!

Oke, sekian dulu mungkin dan see you in next chapter!

SALVETE!