BoBoiBoy belonged to Monsta
A Fanfict by Cuzhae
Warning(s): Typo(s), OOC, absurd, Terinspirasi dari foto instagram BoBoiBoy ofc
Didedikasikan untuk event(s) #BBBMonthlyChallenge #SeptemBro dan #AnginAppreciationWeek2018 (meski telat, hiks)
Saya tidak mengambil keuntungan materiel apapun dari Fanfict ini
.
.
.
Enjoy be Happy :D
.
.
.
Siapa sih yang nggak kenal sama BoBoiBoy Petir? Elemental yang 'cukup' kuat lagikan hebat dan jangan lupakan bahwa dia sangat dikagumi oleh orang banyak, yang membuat orang lain iri. Eits, ada tapinya, Petir itu takut sama cerita seram aka berhantu~
Dia bahkan mengakui bahwa seorang BoBoiBoy Angin LEBIH HEBAT dan BERANI daripada Petir! Nggak percaya? Simak dan baca kisah di bawah.
=TfBPwWb=
Mumpung lagi diberi cuti ke Bumi dari pihak TAPOPS tidak ada salahnya untuk berkumpul 'kan? Kesempatan 'tuk berlibur nantinya juga akan semakin berkurang. Nah! Oleh karena itu Tim Superhero Bumi ditambah dengan Tok Aba dan Ochobot akan nonton bareng di rumah Tok Aba. Menonton sebuah film berjudul 'Tangisan Hantu Pohon Stroberi', merasa familier 'kan?
Kesampingkan dahulu masalah judul film, karena yang lebih penting itu bagaimanakah keseruan acara nonton film kali ini.
"Yakin nih kita nonton film ini? Aku rasa dari judulnya aja udah mencurigakan. Ganti yang lain lah," ujar Yaya seraya membolak-balikan kaset berupa film yang akan mereka tonton.
"Aku yakin ini film terseram dan paling menegangkan di tahun ini." Dari sebelahnya Angin merebut kaset itu dari tangan Yaya. "Oh, apa kalian semua takut nonton film horor?" ledeknya.
"Ganti aja filmnya. Lagian judulnya aja nggak jelas. Gimana kalau film action? Sama-sama menegangkan 'kan?" saran Petir seraya menjitak kepala Angin.
Angin mengaduh kesakitan, "Hish! Kalo takut bilang aja kali, nggak usah dijitak juga. Sakit tau!"
"Si-siapa juga yang takut?!"
Ngomongnya sih gitu, tapi itu mata kenapa gusar sana-sini? Secara bicaranya juga gugup gitu. "Heee, nggak takut ya~?" Seringai Angin muncul dan makhluk yang di sana tau pasti ada sesuatu yang direncanakan.
Sehingga mereka sweatdrop bersamaan melihat dua elemental yang 'kadang' kurang akrab itu.
'Dah mula dah'
Daripada melihat perdebatan tidak bermutu antara Petir dan Angin, akhirnya Ochobot berinisiatif untuk memutar film yang katanya horor itu. Semuanya pun bersiap di posisi masing-masing.
Cahaya dengan kacamata 3D-nya dan popcorn besar. Err ... oke, ini sedikit berlebihan. Tolong sadarkan Cahaya bahwa ini hanya sekadar acara menonton bersama yang bermodalkan dan bukanlah dalam bioskop.
Air yang setengah mengantuk menepuk-nepuk pipinya agar tetap sadar.
Tok Aba bersedia dengan Ochobot dalam pangkuannya.
Gopal dan camilannya. Sedangkan Api sudah menyelusupkan diri dalam selimut. Jadi nanti pas bagian detik-detik menegangkan bisa sembunyi dalam selimut.
Daun dengan tatapan penasaranya. Jangan lupakan ada Cattus di sampingnya. Ada yang menarik di sini, terlihat Petir sedikit meringsut di sudut sofa.
Sisanya; Tanah, Yaya, Fang, Ying, dan Angin– hanya bersikap biasa.
Pada awal film memang biasa saja, malah justru (entah kenapa) berjurus ke genre komedi. Dan itu berhasil menciptakan riuh tawa menggelar seisi rumah.
Sampai pada bagian klimaksnya, atmosfer terasa lebih tegang. Diceritakan bahwa si tokoh utama; sebut saja Kamboja, sedang berkunjung ke kebun stroberi di malam hari. Kebun yang selalu ramai di siang hari justru jadi lebih menyeramkan di malam hari. Sampai suara cacing yang mengap-mengap di tanah terdengar karena saking sepinya. Namun, saat Kamboja ingin memetik stroberi tiba-tiba terdengar suara aneh.
"Jangan pernah kau ambil stroberi di kebun ini! Karena ... karena ... hiks ... itu adalah ... hiks ... buah kesukaanku~"
Mendadak mereka jadi auto fokus ke TV menantikan apa yang terjadi seterusnya.
Kembali ke film, Kamboja tengok kanan-kiri tapi tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. Suara gaduh di sekitar semak pinggir pohon stroberi menarik perhatiannya. Lalu tiba-tiba sesuatu menerjang Kamboja, daaann ...
"ASDGHJKL!!"
"OPOCOT!!"
"OCHOBOT!!"
"MIAAAWW!!"
"KLONTANG!!"
Sesosok anak kecil cebol dengan wajah yang benar-benar putih dengan alis super hitam dan bibirnya begitu merah muncul tiba-tiba. Sontak mereka menjerit keras.
"Pokoknya jangan pernah lihat film horor lagi ...," ujar Petir lesu. Ia benar-benar meringkuk di pokok sofa dengan dua tangan yang menutupi telinga seraya matanya dipejamkan kuat.
"HAHAHAHA!! ITU LUCU TAU!" gelak Angin keras. Berikan tepuk tangan untuk dia, genre horor ditambah sedang bagian jump scare, dia malah ketawa. Dan yang lain memandang Angin was-was. Apakah Angin kesurupan?!
Film berlanjut sampai akhir dan semuanya langsung bubar dari ruang TV, menyisakan Petir yang ketakutan.
Angin yang melihatnya jadi iba. Seharusnya tadi ia turuti saja permintaan Petir untuk mengganti filmnya. Jika tau akan seperti ini ia tak akan melakukan itu. Dia menyesal.
"Petir, maaf ya? Tadi aku ngeyel banget. Aku nggak tau kalo kamu beneran gak kuat nonton film horor," ujar Angin seraya mendekati Petir.
"Nggak papa. A-aku hanya terkejut." Ia menghela napas pelan menetralkan detak jantungnya. "Bukan sepertimu yang ketawa nggak jelas."
Angin tertawa canggung. "Y-ya itu kan emang lucu. Di akhir film tadi juga dibeberkan kalo si bocil (baca: bocah cilik) ternyata lagi iseng pakai make up emaknya. Dan rumor di kebun stroberi itu bohong," bebernya panjang lebar.
"Iya deh, dasar pemberani tingkat akut," cibir Petir seraya tersenyum tipis.
=TfBPwWb=
Dan sampai sini kalian sadar tidak sih, kalau dari tadi belum ke topik utama; usaha Angin biar jadi populer?
Ya, itu hanya sekadar kilas balik sih.
Kembali lagi ke masa sekarang. Dimana Angin tengah berdiam diri di kamar, ia tengah berpikir tentang tips populer dari Cahaya barusan. Tips pertama yaitu tirukan gaya dari seseorang yang populer dan saran yang diberikan elemental terpopuler itu supaya mengikuti gaya Petir. Setidaknya gayakan arah topi Petir –arah menghadap ke depan. Katanya sih, karena itu cukup mudah. Lagian Petir juga termasuk populer kok.
"Ini mah sih gampang! Tapi aneh nggak ya nanti penampilanku? Kebiasaan pakai topinya miring." Angin mendengkus geli, "Tapi muka kita bertujuh itu sama, nggak akan ngaruh bagaimana pun arah topi kami. Toh tetap sama."
Angin bangkit dari acara berbaringnya lantas duduk di tepi ranjang. Ia merasa punya foto Petir, tapi di mana ya?
Ia pun langsung mencari di setiap sudut kamar, dari lemari –sampai ke kolongnya, di bawah bantal, bawah kasur –sampai bawah ranjang sekali pun. Namun tak kunjung ia jumpai. Tunggu, sepertinya ada yang terlewat. Oh iya, Angin belum memeriksa meja belajar.
=TfBPwWb=
Suara ribut dari lantai atas yang diduga datangnya dari kamar sampai terdengar ke bawah.
"Itu suara apa sih? Apa mungkin keributan yang dibuat Cattus lagi?" tanya Petir. Ia cukup geram karenanya Petir tidak bisa berkonsentrasi pada buku bacaannya.
Daun menyela, "Itu nggak mungkin. Cattus kan ada di si– eh mana Cattus? Bukannya tadi ada dekat aku ya?" Daun celingukan mencari kucing gurun itu.
"Kalian berdua cek saja dulu. Nanti aku menyusul," ujar Tanah kemudian.
"Oke! / Baiklah."
=TfBPwWb=
"Ah, ketemu! Mari kita coba. Misi menjadi bocah listrik. Hahaha!!" ucap Angin antusias. Ia memposisikan foto Petir di depan wajahnya dan begitu juga dengan sebuah cermin. Bahkan Angin tidak sadar bahwa terdapat dua makhluk yang asyik mengintip.
Rupanya itu adalah makhluk kuning dan hijau; Petir dan Daun.
Daun speechless, Petir sweatdrop. Mereka melihat Angin yang bergaya menirukan Petir dari mulai topinya sampai ke mimik muka yang biasa Petir gunakan sehari-hari.
'Ini gak bisa dibiarin. Nanti yang ada aku kelihatan OOC kalo diimitasi sama dia,' batin Petir tak terima.
"Hoi, apa yang kau lakukan pada fotoku Angin?!" tanya Petir sembari mendekati Angin dan Daun yang mengekor di belakangnya.
Angin tersentak kaget, "Ya apalagi. Niruin kamu lah biar bisa jadi populer." Ia menjawabnya cepat. "Kata Cahaya sih gitu ...," lanjut Angin pelan.
Dari arah pintu datanglah Tanah kemudian lantas bergabung. "Hm, cukup mirip sih, menurutku."
"Nggak, Angin nggak akan cocok dengan gaya seperti itu. Nggak ada kesan cool-nya. Cepat ganti arah topinya!" titah Petir.
"Nggak mau," kekeh Angin. "Kebetulan kamu di sini. Aku pinjam topi hitam 'halilintar' kamu ya?!"
Daun memilih pergi dari sana. Karena ia tahu pasti akan ada sesuatu yang mengerikan.
"Kau mau aku diomeli Ochobot?! Sudahlah terserahmu saja. Aku mau ke bawah saja." Saat Petir beberapa lagi keluar tiba-tiba ada yang menahan kakinya.
Tidak terima atas tolakan Petir, Angin beringsut mencekal kaki Petir. "AKU MOHOOON!!" teriaknya.
"Benar kata Petir, Angin. Kuasa dia belum stabil, jadi belum bisa ke tahap Halilintar dulu," ujar Tanah bijak.
"Hm ... oke." Akhirnya Angin memilih mengalah saja daripada yang ada nanti ribut terus.
Lalu ketiganya turun bersama untuk membantu Tok Aba di kedai. Eits, tapi tidak sampai situ saja perjuangan Angin.
Bersiap sedialah untuk tips yang kedua, Angin. Hahaha ...!1!1!
To be continued––
A/N:
Gimana mau lanjut atau stop sampai sini doang? Pasti udah banyak yang tahu dong tipsnya. Tapi jangan spoiler dulu ya~
Yak! Setelah sekian lama akhirnya bisa up T-T Maaf ya? Terima kasih sudah sudi membaca. Btw, selamat menyambut tahun baru!
Review, please XD
31.12.2018
Kuningan, Jawa Barat
Cuzhae
