Masih ingat segala mitos soal penduduk utara? Mereka yang katanya anggun dan bersahaja. Mereka yang katanya tampan dan rupawan. Mereka yang katanya kuat dan tak terkalahkan.
Entah. Haruskah masih menyebutnya sebagai mitos saat fakta terpampang nyata?
Kemenangan telah mereka kuasai pada tiap peperangan. Pertarungan terasa melekat pada diri penduduknya. Membuat mereka ketagihan. Hingga penduduk utara memiliki tradisi tanding tersendiri.
Tradisi yang dilakukan demi memuaskan dahaga perkelahian mereka. Sebuah acara untuk saling unjuk kekuatan. Sebuah event yang sering buat penduduk wilayah lain penasaran sampai rela menempuh perjalanan menyeberang benua demi menghadiri tradisi tanding tersebut.
Lupakan. Lupakan soal tradisi tanding itu. Sekarang lihat, wajah asli para penduduk utara. Sebagian kecil yang Chan bawa ke pesta.
Yang pertama, tentu saja sang tambatan hati. Woojin sang keturunan Aphrodite. Pemuda dengan wajah sempurna. Lengkung manis yang menghias tiap senyumannya. Ramah tapi tak tersentuh. Terjaga ketat oleh pemimpin utara.
Yang kedua Lee Know, sang pangeran werewolf. Alpha terkuat dari klannya yang menolak menetap pada wilayah kekuasaan dan justru mengusung pengikutnya ke wilayah utara. Begitu tampan saat gunakan penyamaran dan begitu ganas saat wujud asli keluar.
Meski kedatangannya bersamaan dengan Chan, tetap saja buat penasaran. Mengapa seorang pangeran bahkan mau menginjakkan kaki ke pesta werewolf biasa? Bahkan dia ikut membawa pemimpin koloninya.
Yang ketiga, Changbin. Makhluk yang bahkan jarang terlihat. Tak pernah memunculkan wujud asli pada keramaian. Menyembunyikan diri selama berabad-abad. Tak punya nama di mata rakyat biasa, pula tak dikenal pada obrolan.
Kebanyakan orang hanya mengenalnya sebagai penduduk utara. Satu dari sekian kepercayaan Chan. Penduduk yang tak memiliki nama. Hanya figuran bagi koloni lain. Tak terlalu penting.
Tapi akan berbeda saat kau merupakan penduduk asli koloni utara. Kau akan tahu siapa dia dan kau akan terkencing-kencing begitu makhluk menyebut namanya.
Dia mitos yang sering kau dengar. Dia mimpi buruk yang sering kau hindari. Dia kekuatan tak terbatas yang jadi ancaman.
Dialah sang keturunan terakhir Lucifer.
Sebuah kekuatan yang menyembunyikan diri di tengah koloni utara.
Changbin selalu mengawasi jalannya dunia dari sisi jendela kamarnya. Kamar yang berada pada menara tenggara istana utara. Melihat satu per satu gerak makhluk. Menilai kinerja bawahan ayahnya.
Sambil sesekali mencari kepastian. Mengenai keberadaan takdirnya. Ratunya yang hingga saat ini belum memperlihatkan diri.
Dalam hati Changbin sering menggeram. Hingga kapan dia harus menanti. Berapa abad lagi harus dia lalui seorang diri.
Changbin sangat ingin bertemu dengannya. Penasaran akan wujudnya. Dan tentu yang utama, dia penasaran soal seberapa besar kekuatan yang akan melengkapinya nanti.
Segala beban itu Changbin temukan tergeletak tak berdaya di sudut kamar. Ditinggalkan begitu saja sedang dirinya memutuskan untuk bergabung dengan Chan. Menyeberangi beberapa benua untuk hadir dalam pesta yang tak sebegitu mewah.
Changbin berdiri di ujung tangga utama. Memisahkan diri dari keramaian sejak kakinya menapaki ruangan. Berdiam diri dengan kedua tangan tersembunyi rapi pada saku celana.
Setengah jam kemudian, matanya tak sengaja melirik satu makhluk. Terlihat polos diantara puluhan makhluk ganas lainnya. Berkedip, Changbin lihat pandang itu membalas.
Changbin melihatnya. Satu sosok yang tampak biasa diantara lautan makhluk dengan penyamaran sempurna. Tampak seperti manusia biasa. Berdiri bingung dengan tatapan terfokus padanya. Melihatnya seperti hendak menyantap.
Bukannya Changbin tak sadar dipandang dengan sebegitu intens, dia sadar sepenuhnya. Tatapan yang menghunus itu mau tidak mau buat dia memicing mata. Penasaran akan isi pikiran si manusia.
Langkah kaki Changbin bawa menapaki satu per satu anak tangga begitu melihat si manusia menenggelamkan diri di keramaian. Tidak, Changbin tidak ingin mengejarnya. Dia hanya ingin bergabung ke Chan karena dia lihat sang tuan pesta tengah bercakap dengan kawannya tersebut.
"Pestamu mengesankan,"
Changbin memuji begitu diri berhasil bergabung dalam lingkar obrolan. Menatap Han sebisa mungkin dengan pandang sopan nan hangat. Dia masih punya hormat untuk tak berlagak tinggi dihadapan tuan rumah.
"Aahh, yaa. Terimakasih,"
Ada sedikit ragu dalam jawab yang diberikan. Kening Han mengernyit. Beri gestur bertanya pada Chan.
Beruntungnya Chan langsung menerima sinyal yang coba Han berikan.
"Kenalkan. Ini Changbin. Salah satu kepercayaanku,"
Han mengangguk. Mempersilahkan Changbin untuk duduk di salah satu kursi.
Changbin bergerak untuk duduk di sofa tunggal. Menyilakan kaki untuk kemudian ikut larut dalam obrolan. Satu dua pertanyaan dia jawab. Senyumnya pun tersungging tipis saat lelucon terlontar.
Lalu retina kembali menangkap satu hal menarik. Manusia tadi kembali tarik atensi. Berdiri dengan brendi di tangan. Bergabung bersama beberapa pengunjung lain. Tampak larut dalam obrolan.
Alis Changbin terangkat sebelah saat dua dari mereka menatapnya. Dan semakin mengernyit saat salah satunya tak langsung mengalihkan pandang.
Changbin tak ambil pusing soal seberapa sering kerumunan tersebut meliriknya. Sudah menjadi hal biasa baginya. Apalagi ini kali pertama baginya keluar bersama rombongan Chan sebagai penduduk utara.
Pesta itu masih berlangsung hingga sepertiga malam. Atau bahkan akan berlangsung hingga fajar menjelang. Tapi koloni utara memutuskan untuk angkat kaki begitu angka tiga menjadi fokus jarum pendek.
Chan meneliti satu per satu anggota yang dibawanya sebelum membuka portal untuk kembali ke istana utara. Lengkap dan dia maju untuk merangkul Woojin yang tampak menguap untuk kali pertama.
Jentikan jari Chan menyebabkan pintu portal terbuka. Satu per satu dari penduduk utara memasuki pintu portal. Terombang-ambing untuk beberapa menit sebelum akhirnya kaki kembali menginjak pelataran istana.
Changbin ikut melangkah bersama kerumunan untuk kembali ke istana utara. Dalam pandang kosongnya dia berdiri bersisian bersama Lee Know. Sama sekali tak hiraukan beberapa obrolan yang coba dibangun kawan disekitar.
Lee Know memandangnya aneh. Changbin memang terkenal memiliki karakter diam dan tenang, bahkan cenderung dingin pada beberapa waktu. Tapi sebuah pandang kosong bukanlah hal yang dapat melekat pada diri pemuda tersebut.
"Kau kenapa?"
Tanya itu akhirnya terlontar begitu Lee Know dan Changbin melangkah melintasi setapak istana.
Changbin hanya mengangkat bahu dan melempar pandang ke sekitar. Ada Chan dua langkah didepannya, masih dengan merangkul Woojin dalam dekapan.
"Memang aku kenapa?"
Lee Know melirik. Seolah mengejek Changbin yang bertingkah aneh.
"Kau melamun. Ada yang menarik?"
Meski tak sepenuhnya mengakui, Changbin sedikit banyak tahu hal yang tengah mengganggu pikirannya saat ini.
Pada langkah kelima sejak tanya Lee Know dia abaikan, Changbin menepuk bahu Chan. Chan meliriknya dari balik bahu.
"Boleh aku bertanya?"
Seakan ingin mengajukan hal penting, awalan itu nampak sangat serius. Chan memutuskan untuk berhenti melangkah dan menaruh perhatian penuh pada kawannya.
Gerak itu jadi tanda bagi Changbin untuk melanjutkan tanyanya.
"Soal pesta tadi,"
Chan masih memberi perhatian penuh pada Changbin. Begitu pula dengan Lee Know dan Woojin yang memang masih bertahan.
Changbin melirik sebentar pada dua kawannya. Seolah meyakinkan diri untuk benar-benar mengajukan tanya.
"Apa kau melihat seseorang dengan sayap putih dengan kilau keperakan?"
Rangkulan pada bahu Woojin terlepas. Chan menatap Changbin yang mulai melarikan pandang pada arah yang tak tentu.
Berabad-abad Chan berkawan dengan Changbin membuatnya mengenal lebih daripada orang lain. Hampir semua hal tentang keturunan terakhir Lucifer itu dia ketahui.
Chan tahu alasan Changbin memilih keluar dari istana ayahnya. Chan pula tahu alasan dia menarik diri dari dunia. Pula tentang gundah perihal ratunya. Chan tahu semua itu.
Dan sekarang dia menemukan kawannya bertanya mengenai satu orang diantara kerumunan. Yang artinya Changbin memperhatikan. Yang artinya Changbin sempat memfokuskan perhatian meski hanya sekejap.
Ini bukan hal baik. Bukan saat yang tepat bagi Changbin untuk melirik sedang sang ratu belum kunjung muncul.
TBC
