Author's Notes : Selamat sore minna~~ Ada yang masih ingat fanfic ini? Masih lah ya harusnya wakakak.. *maksa sambil minjem gunting Aka-chin* Maaf kalau kelamaan apdetnya T_T . ALWAYS Tengkiu parah sama editor-chin yang selalu menerorku LEWAT WA untuk mengapdetkan multichap ini. Dan MAKASIH PARAH untuk pada readers serta reviewers ku. Kalian luar biasa~~

Nah nahh,, silakan membaca chapter 3 yang telah kubuat yaaa ^^


DISCLAIMER : FUJIMAKI TADATOSHI

WARNING : 1] Awas Bosen karena kepanjangan menuju menu utama nya fufu.. [2] Humor LEBIH garing, maksa, absurd dari fanfic sebelumnya

[3] Mungkin agak OOC [4] Typo [5] Romance ga terlalu dapet [6] Sho-ai / BL (?) [7] Dan lain-lain (?)

Rate : T

By : Neutral Kingdom


.

Drrtt.. Drrtt..

Drrtt.. Drrtt..

Drrtt.. Drrtt..

Drrtt.. Drrtt..

"Ck.." Seorang pria berkulit dim berdecak kasar saat ia merasa waktu tidurnya terganggu oleh getaran handphone nya yang tidak berhenti sama sekali sampai sms atau telepon yang sedang masuk saat ini ia baca atau angkat teleponnya. Terkutuklah untuk siapapun yang mengganggunya saat ini. Segera saja ia meraba-raba bagian meja kecil di samping tempat tidurnya yang biasa menjadi tempat peristirahatan si handphone saat ia akan tidur. Dan ketika ia sudah mendapatkan benda bergetar yang membangunkan tidur tampannya, pria pemilik rambut berwarna biru navy tersebut langsung bangun dari posisi tidurannya dan menghilangkan wajah kantuk yang beberapa detik lalu masih menjadi icon (?) bangun tidurnya.

WHAT THE HELL!

From : Bakaishiteru Kise

Kuroko-cchi sudah melihat Akashi-cchi dengan simpanannya secara langsung-ssu!

Dan ketika Aomine – pria yang kini menatap nyalang handphone dengan wajah mengeras membaca ulang sms yang dikirimkan oleh Kise, melayanglah handphone tersebut dari genggamannya dan terbang entah kemana Aomine tidak ingin tahu.

"Akashi BRENGSEK!" maki Aomine keras untuk mengeluarkan frustasinya saat ini. Oh sungguh! Saat ini dirinya sedang dilanda frustasi berat. Sahabat mungil yang telah ia kenal sejak zaman dinosaurus masih ada sampai sudah punah pada zaman ini, disakiti oleh Akashi yang notabene merupakan sahabatnya sejak SMP. Crap moment-nya adalah Aomine tidak bisa langsung menghibur Kuroko, karena ia merasa menjadi pengkhianat untuk sahabatnya itu. Masih segar diingatan Aomine ketika dua bulan lalu ia memergoki sahabat merahnya tengah merangkul mesra seorang pria di bawah pohon sakura. Dan kenyataan itu hanya ia bagi dengan Kise yang dengan seenak jidatnya malah menceritakannya pada Murasakibara, dan Aomine lah yang harus menenangkan manusia titan itu untuk tidak segera datang untuk membunuh Akashi. Yaahh.. walau dibantu oleh Kise dan kekasih dari Murasakibara sendiri sih untuk meredam kemarahan sang titan. Hal inilah yang membuat Aomine merasa tidak pantas untuk menghibur Kuroko, karena ia sudah tahu tentang fakta ini namun tidak mengatakannya pada orang yang berkaitan.

Aomine menghela napas berat, mengusap kasar wajahnya berkali-kali.

FLASHBACK ON

Aomine sedang berjalan di sekitar Kyoto untuk melihat-lihat daerah di sana. Ia berencana akan memberi kejutan pada kekasihnya di hari jadi mereka yang ke empat. Oke, mungkin terdengar aneh jika Aomine memiliki keinginan untuk membuat kejutan untuk kekasihnya dan memerlihatkan sisi romantis yang JARANG bahkan hampir TIDAK PERNAH ia tunjukkan pada kekasihnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Ia begitu mencintai kekasihnya dan ingin melamar pasangan yang telah mendampinginya selama empat tahun ini dan mengikat orang itu untuk dirinya sendiri.

Dan saat ia sedang terpesona pada sebuah danau dengan warna air biru jernih dan pohon sakura yang mengelilingi danau tersebut dan terdapat beberapa burung merpati putih yang berterbangan di sana, ia merasa telah menemukan sesuatu yang ia anggap SEMPURNA untuk melaksanakan niat sucinya untuk melamar sang kekasih.

Namun rasa sempurnanya langsung sirna saat matanya menangkap pemandangan yang merusak kesempurnaan tempat itu. Bahkan merusak mood Aomine. Ia begitu terkejut saat melihat Akashi berada di sana. Oke Akashi berada di Kyoto bukan hal yang salah, mungkin saja ia sedang mengurus kantor cabangnya yang berada di Kyoto. Ia berada di tempat yang sama dengan Aomine saat ini juga bukanlah hal yang salah, tempat ini tempat umum bung! Siapapun bisa datang ke sini termasuk Akashi. TAPI yang SALAH adalah tangan Akashi yang nangkring indah dibahu seorang pria yang mungkin sama kecilnya dengan Kuroko dengan mesra dan berlanjut dengan Akashi yang menangkup wajah pria kecil tersebut dan kemudian mencium pria tersebut tepat dibibirnya. Baik akan author ulang, Akashi MENCIUM pria yang berada dalam rangkulannya TEPAT pada BIBIR pria tersebut. Hal itu cukup bukan untuk membuat Aomine menganga seperti saat ini?

Langsung saja Aomine menelpon sahabat sejak zaman dinosaurusnya untuk mengkonfirmasi status hubungan yang sudah lebih dari lima tahun sahabatnya itu jalani dengan Akashi.

"Tetsu, kau sedang ada di mana?"

"Tentu saja di kantor Aomine-kun. Ada apa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menghubungimu saat ini. Oh iya, apa kau tahu Akashi sedang ada di mana saat ini? Aku menghubunginya beberapa saat yang lalu tapi tidak manusia itu angkat!" Aomine menumpukan jari tengahnya pada jari telunjuknya saat ia mengatakan bahwa telah menghubungi Akashi.

"Akashi-kun? Yang kutahu ia sedang berada di Kyoto saat ini. Mungkin ia sedang sangat sibuk Aomine-kun. Jadi maklum saja jika teleponmu tidak diangkat oleh Akashi-kun, karena aku juga belum bisa menghubunginya sejak tiga hari yang lalu Aomine-kun."

"Hmm.."

Hening sesaat.

"Tetsu, bisa aku bertanya sesuatu?"

"Tentu Aomine-kun."

"Kaaa—uu.. baik-baik saja dengan Akashi kan?" tanya Aomine dengan nada ragu.

"Humm.. tentu saja Aomine-kun. Mengapa Aomine-kun bertanya seperti itu?" jawab Kuroko dengan nada bingung.

Dan setelah mendapat jawaban seperti itu, Aomine buru-buru mengakhiri pembicaraannya dengan mengatakan bahwa atasannya memanggil dirinya. Padahal ia sedang buru-buru berjalan ke arah pria yang sedang berdiri sendiri karena Akashi yang entah pergi ke mana saat ini.

"Selamat siang." Sapa Aomine ramah – terpaksa ramah sebenarnya.

"Siang, ada yang bisa kubantu?" jawab pria tersebut ramah – ini beneran ramah loh ya.

"Ugh.. aku pendatang di sini dan hanya sendiri. Jadii.. ketika aku melihatmu sendiri, kupikir kita bisa berkenalan dan pergi bersama."

"Umm.. Terimakasih sebelumnya, tapi aku tidak datang sendiri. Aku bersama kekasihku."

DEG! Mata Aomine melebar karena kaget dan tangannya terkepal kuat tanpa sadar.

"Tapi aku tidak keberatan dengan tawaran pertemananmu, namaku Furihata Kouki." Furihata mengulurkan tangannya untuk mengajak Aomine bersalaman.

Aomine membalas uluran tangan Furihata, "Ah yaa.. Namaku Uzumaki Naruto. Umm.. maaf ternyata aku ada janji setelah ini. Tak mengapa aku pergi duluan?" Aomine berkata kikuk. Kikuk karena dari tempatnya ia sudah melihat rambut warna merah secara samar-samar. Walau Furihata merasa aneh dengan nama yang disebutkan pria di hadapannya itu, ia hanya mengangguk.

"Dan bisakah kau tidak memberitahu mengenai pertemuan ini pada kekasihmu?" Ketika Aomine melihat lawan bicaranya berwajah bingung ia buru-buru langsung menambahkan, " Aku tak mau kekasihmu mencariku karena cemburu sebab telah mengajakmu pergi denganku." Setelah terdiam sebentar, Furihata kembali mengangguk.

"Tentu." Aomine ikut mengangguk, kemudian berlari sebelum mata tajam Akashi menangkapnya sedang bersama Furihata.

FLASHBACK OFF.

Aomine turun dari tempat tidurnya untuk mencari handphone malang yang tadi ia lempar. Kemudian ia mengetikkan beberapa nomor dan mendekatkan handphonenya di telinga kanannya setelah ia menemukan ponsel malangnya yang terlempar hingga depan pintu kamarnya.

"Kau ada di mana?"

"Masih di rumah Kuroko-cchi-ssu"

"Tetaplah di sana, ia membutuhkanmu."

"Tentu saja-ssu! Bagaimana mungkin aku meninggalkan Kuroko-cchi ketika keadaannya sedang seperti ini."

"Huh.. tipikal dirimu sekali." Aomine berujar dengan nada mengejek.

"Aomine jahat-ssu!" suara Kise terdengar kesal.

Aomine tertawa pelan mendengar suara kesal kekasihnya, "Dirimu yang peduli pada orang lain itulah yang membuatku mencintaimu." Hening.. dan Aomine tahu bahwa sosok di seberang sana sedang ber-blushing ria yang menyebabkan keheningan saat ini.

"Jangan pergi sebelum ia sedikit lebih tenang. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh bocah satu itu."

"Ossuu~"

"Baik-baiklah di sana. Aku mencintaimu."

"Aku pun begitu Aomine-cchi."

Dan sambungan telepon pun terputus. Hal yang selanjutnya Aomine lakukan adalah mengirim sebuah pesan untuk seseorang yang ia tahu bisa mengkonfrontasi Akashi secara langsung dibandingkan dirinya yang tidak bisa melakukan protes secara langsung terhadap Akashi.

To : Midotsundererima

Apa yang akan kita lakukan? Tetsu sudah tahu semuanya. Ia melihat Akashi sedang bersama selingkuhannya saat ia bersama Kise. Jangan menghubungi si manusia titan kecuali kau tidak berhasil mengkonfrontasi Akashi. Murasakibara adalah pilihan dan harapan terakhir kita.

Send.

TBC.


Akhirnyaaaa TBC juga fyuuhh.. *ngelap keringet* Btw gimana gimana? Udah lebih panjang kan yaa? Udah panjang doongg hehe.. Harusnya chapter ini udah ku posting sejak tiga minggu yang lalu, si editor-chin aja udah neror sesering yang ia bisa lewat Whats*p ku, cuman yaaa.. cobaan berupa kuota dan keinginan absurd pengen apdet barengan sama fanfic ku yang lain menahanku (?) Soo.. maafkeun diriku yaaa..

Let's bales review~~

Yuki-kun : Gyaaa.. aku juga tidak tahu Yuki-kun kenapa bisa langsung TBC seperti itu -_- maafkan karena keterbatasan ide kreatifku T_T Btw ini sudah kubuat lebih panjang dari naskah aslinya loh (?).

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Aishary : Etto Aishary-san, sudah terjawab bukan pertanyaanmu atas pair fanfic ini? Aku buat slight itu karena editor ku suka KiKuro, tapi dia lebih suka dan SANGAT MENCINTAI AkaKuro hehe.. Dan mengenai membuat Akashi menyesal, TENTU saja akan kubuaaaattttt! Lihat saja nanti Aishary-san fufu.. makanya terus ikuti fanfic ini yaaaa *kok kayak iklan sih saya?*

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Swara : Hueee... Gomenne Swara-san kalau chapter kemarin terlalu sedikit. Padahal itu udah kupanjangin dari naskah aslinya loh O.o tapi ini sudah bener-bener kupanjangin koookkk hehe.. semoga lebih puas ya baca chapter ini.

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Wako P : Saya berusaha tidak lama untuk apdetnya Wako-san, tapi apalah daya hayati ini (?) *abaikan* Akashi duing bet ting nih (doing bad thing) Wako-san, daaannn.. ini tidak netorare-ssu. Ki -chan hanya milik Mine-chin forever~ Dan untuk masalah sms, Kise ga sms ke Akashi yaa.. tapi tau kan dia sms ke siapa jadinya? Nah tante.. jangan goda pria lugu macam Tetsuya yaa.. *peluk lindungi Tetsuya*

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Nyanko Kawaii : Aku juga sebenarnya tidak tega-ssu! Tapi jalan cerita sudah digariskan seperti itu. Akashi menderita? Apabisa dua kata itu menjadi satu kalimat yang padu? Dirimu yakin bahwa Kuroko tidak akan memaafkan Akashi? *smirk* untuk permintaanmu agar lebih panjang, ini sudah lebih panjang dari kemarin kan ya? Dan emang udah panjang kan? ._. untuk semua pertanyaanmu sudah terjawab kan-ssu? Kuharap sudaahh.. Tidak mengapa Nyanko-san, aku senang membaca review panjang asal tidak flame~ Btw, berarti chapter kemarin ga dapet feel nya yaa? #sigh *pundung*

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Kurohashi y-kun : Sudah ku post chapter selanjutnya-ssu. Moga tidak penasaran lagi dengan chapter ini yaaa.. tapi penasaran sama chapter selanjutnya hehe.

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Precious Panda : P-P-Precious-san, kumohon tahan dirimu dalam menghina Akashi-kun dan kumohon tahan dirimu untuk sekadar berpikir untuk menyakatinya. Aku sungguh tidak menginginkan reader ku menjadi model cantik untuk tempat gunting merah Akashi-kun. Nah naahh.. Kuroko tidak bisa beralih pada Kise-ssu. Ki -chan hanya milik Mine-chin forever~ Kagami? Boleh juga sarannya, nanti aku tanya bagian casting yaa masih butuh pemain tambahan untuk mendukung fanfic ini agar makin panas atau tidak fufu.. terimakasih sudah disemangatin ^^

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Snow : Kau akan tahu alasan mengapa Akashi selingkuh ketika tabir waktu siap untuk menyingkap kebenarannya Snow-san (?) wkwk.. Akashi menderita? Huumm.. tidak yakin bisa membuat part itu-ssu. Snow-san tahu sendirilah bagaimana murninya hati seorang Kuroko Tetsuya yang definisi dari kata benci saja ia tidak tahu apa artinya. Jadi apalah hak saya jika ingin membuat Akashi menderita kalau Kuroko saja mau memaafkannya nanti? Kalau mau. Sudah terjawab yaaa siapa yang Kise sms hehe.. terimakasih sudah disemangatin ^^

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Rive Eve Akashi : Rive-san? Nande-desuka? Jangan sediihh.. kumohon. Kau harus tersenyum agar senyummu bisa menulari Kuroko yang saat ini sedang bersedih

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..

Ratnakartik : Sudah dilanjut dan sudah dibuat lebih panjang hehe.. semoga lebih nikmat lagi ya bacanyaaaa ^^

Terimakasih sudah membaca dan mereview Pierce, semoga dirimu menyukai chapter ini dan chapter selanjutnya yang akan kubuat yaa. Dan semoga tetap review hehe..