Author's Note: Yaa minna-chin, sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatan updatenya-_- ah ya! Saya mengucapkan terima kasih banyak atas support dan doanya. Akhirnya saya berhasil menyelesaikan tugas akhir dan lulus sidang yey! Hontou ni arigatou gozaimasu *bow. Sekali lagi terima kasih^^. Ah ya dan maaf chapter kali ini terlalu pendek ya ku rasa, tapi lanjutannya akan segera ku update asap ^^ Read and review?
DISCLAIMER : FUJIMAKI TADATOSHI
WARNING : 1]Awas Bosen karena kepanjangan menuju menu utama nya fufu.. [2] Humor LEBIH garing, maksa, absurd dari fanfic sebelumnya
[3] Mungkin agak OOC [4]Typo[5]Romancega terlalu dapet [6]Sho-ai / BL(?) [7]Dan lain-lain (?)
Rate : T
By : Neutral Kingdom
Furihata's Side
Hari ini begitu melelahkan bagi Furihata. Bayangkan saja, rencananya untuk melakukan me time pupus begitu saja karena dirinya yang hampir tertabrak oleh sebuah mobil. Ya, hampir! Sebab ada seseorang yang menolongnya untuk menghindari mobil tersebut. Rasanya mentraktir makan siang saja tidak cukup untuk membalas pertolongan yang dilakukan untuknya siang tadi.
Furihata mengambil handphone yang masih berada di dalam tasnya. Kemudian memeriksa kontak teleponnya, dan berhenti pada sebuah nama, Kuroko Tetsuya.
"Kuroko Tetsuya? Rasanya aku merasa familiar dengan namanya." Gumam Furihata pelan. "Tapi sepertinya aku tidak memiliki kerabat atau teman dengan marga Kuroko." Furihata termenung memikirkan kemungkinan ia melupakan teman yang ia miliki dan bermarga Kuroko. Tapi setelah ia berpikir cukup lama, ia tetap tidak bisa me-recall teman yang ia miliki dengan marga Kuroko.
"Aah.. sudahlah tidak usah kupikirkan lagi. Aku harus memasak untuk Juurou-kun." Kemudian Furihata berjalan menuju dapurnya untuk memasak soup toufu – masakan favorite kekasihnya.
Satu jam kemudian Furihata telah selesai dengan masakannya dan sudah selesai menata rapi hasil masakannya di atas meja makan.
"Sepertinya aku datang tepat waktu, huh?" terdengar suara berat yang sangat Furihata kenal siapa pemiliknya.
"Okaeri Juurou- kun." Sapa Furihata lembut kemudian berjalan kearah kekasihnya dengan senyuman yang mampu membuat seorang Akashi Seijuurou ikut tertular senyum tersebut.
"Ha'i, Ha'i, Tadaima Kouki." Ujar Akashi yang kemudian memeluk Furihata yang sudah berada di hadapanya.
"Juurou-kun, mau makan atau mandi dulu?"
"Bagaimana jika aku memilih untuk memakanmu di dalam kamar mandi, hm?" Furihata yang mendengar jawaban kekasihnya hanya bisa ber-blushing ria. "Tanpa melihatmu, aku tahu pasti kau memerah kan?" Dan reaksi Furihata? Ia mengeratkan pelukannya karena apa yang Akashi ucapkan adalah benar. Well, kapan kekasihnya a.k.a. Akashi Seijuurou pernah salah? Dan Akashi? Ia mendekatkankan bibirnya di telinga kanan Furihata yang ia tahu bahwa itu adalah bagian sensitive nya dan berbisik dengan nada seduktif.
"Itadakimasu." Lalu Akashi menarik pelan Furihata dari pelukannya dan mencium bibir mungil pria bermahkota cokelat tersebut.
Daaannn… selamat makan Akashi-kun. (Well.. ini rate T loh ya. Apalah yang kalian harapkan dari rate T hm? HAHAHAHA… *ketawa setan*)
Kuroko's Side
Kise menatap sahabatnya dengan wajah resah. Bagaimana tidak resah jika sahabat terbaikmu yang biasanya berekspresi datar, kini menatap jalan raya dari balkon apartemennya dengan tatapan lelah. Oke tatapan lelah memang tidak salah, but come on! Kuroko sedang patah hati mengetahui bahwa kekasihnya selingkuh, parahnya lagi ia bertemu dengan selingkuhan dari kekasihnya tersebut, dan bahkan sudah pernah dua kali menolongnya. Jadi jangan salahkan Kise jika ia memiliki pemikiran bahwa Kuroko yang sedang menatap jalan raya dengan lelah tidak memiliki keinginan untuk loncat dari balkon apartemennya yang berada di lantai 24.
"Aku tidak akan loncat Kise-kun." Ujar Kuroko datar.
"Kalau begitu, Kuroko-cchi jangan berdiri disitu-ssu!" Kise merajuk seperti anak SD.
"Aku hanya ingin merasakan angin malam saja Kise-kun."
"Tapi kau sudah berdiri di sana selama satu jam lebih Kuroko-cchi. Dan jika kau berdiri di sana lebih lama lagi, aku mungkin akan benar-benar stress karena berpikir kau akan melompat ke bawah setiap detiknya." Kuroko menatap Kise datar, kemudian berjalan menuju sofa di tempat sang sahabat memerhatikannya selama satu jam lebih.
"Kau tahu bahwa kau berlebihan bukan?" ledek Kuroko dengan nada datar.
"Dan kau mengetahui lebih dari siapapun bahwa aku mencintaimu seperti saudaraku sendiri Kuroko-cchi."
Hening. . .
"Kise-kun, kurasa aku harus membicarakan hal ini secepatnya dengan Sei-kun." Kise kembali menatap sahabatnya dengan tatapan khawatir.
"Kau yakin sudah siap?"
"Jika aku tidak menyiapkan diriku, maka aku tidak akan pernah siap Kise-kun." Kise menganggukkan kepalanya dan menggenggam tangan kanan sahabatnya.
"Aku ada di sini." Ujarnya tegas.
Kuroko menganggukan kepalanya kemudian mengambil hand phone yang berada disaku celananya. Meski datar, Kise bisa melihat bahwa sahabat biru mudanya sedang tegang saat ini. Setelah mengatur napasnya menjadi setenang mungkin, Kuroko menekan beberapa angka yang sudah ia hapal di luar kepalanya. Sebenarnya bisa saja ia langsung menekan nomor satu untuk melakukan panggilan cepat ke nomor hape kekasihnya, namun saat ini walau ia memiliki keberanian untuk mencari kebenaran yang terjadi, ia merasa sedikit belum siap untuk melakukannya.
"Tidak diangkat."
"Coba lagi Kuroko-cchi." Kuroko hanya mengangguk dan kembali menekan nomor telepon Akashi. Setelah mencobanya kembali, Kuroko masih belum bisa meraih kekasihnya.
"Lagi Kuroko-cchi." Ujar Kise yang melihat Kuroko menggelengkan kepalanya. Dan Kuroko kembali menghubungi nomor Akashi, yang lagi-lagi masih belum bisa dihubungi.
"Lagi."
.
.
"Lagi Kuroko-cchi."
.
.
"Kuroko-cchi jangan menyerah-ssu!"
.
.
"Cukup Kise-kun. Sei-kun akan menghubungiku jika ia melihat banyaknya panggilan yang kulakukan." Kuroko langsung memotong apapun yang ingin diucapkan oleh Kise. Bukannya ia bermaksud ingin kasar, hanya saja hatinya sakit saat kekasihnya tidak mengangkat teleponnya. Biasanya hanya pada dering ketiga, Akashi akan langsung mengangkat teleponnya walau sedang rapat sekalipun. Tapi sekarang? Adakah yang lebih penting darinya hingga banyaknya panggilan yang ia lakukan saat ini tidak ada yang diangkat satupun?
Ya.. dia percaya bahwa kekasihnya akan balik menghubunginya.
Percaya. . .
.
.
Percaya. . .
.
.
Percaya. . .
Kuroko akan selalu percaya pada Akashi. Tapi kuatnya ia menggenggaman handphone nya saat ini seperti mengajak hatinya berkhianat. Lisan berkata percaya, namun hati terasa runtuh karena rasa takut. Takut bahwa rasa percaya yang selama ini ia sematkan pada hubungannya dengan Akashi tidak tersemat dengan baik.
"Sei-kun. . ."
Hati Kuroko terasa perih saat ia mengucapkan nama kekasihnya.
Furihata's Side
Ase wo kaite sharara gamushara
ima ga tsuyoku nareru shunkan
Kuyashii hazu ga moete kurun da
sugoi yatsu wo zutto sagashiteta kara
Donna kabe mo zenbu koete miseru
"Ugh..." Furihata terbangun dengan tubuh bagian selatannya yang terasa sakit. Seperti biasa, kekasihnya tidak bisa menahan diri untuk tidak 'menghabisi' dirinya dalam setiap kesempatan yang dimiliki mereka. Aahh.. untung Furihata sangat mencintai si rambut merah itu, jika tidak? Entahlah.. rasanya ia rela saja jika berada di bawah dominasi Akashi.
Ase wo kaite sharara gamushara
ima ga tsuyoku nareru shunkan
Kuyashii hazu ga moete kurun da
sugoi yatsu wo zutto sagashiteta kara
Donna kabe mo zenbu koete miseru
Ah benar! Dirinya merasa mendengar suara kaleng yang berhasil membangunkan dirinya. Furihata pun melihat ke sekeliling kamarnya untuk mencari sumber kaleng yang mengganggu istirahatnya, namun mati sebelum ia berhasil menemukannya.
Ase wo kaite sharara gamushara
ima ga tsuyoku nareru shunkan
Kuyashii hazu ga moete kurun da
Ah! Bukankah ini adalah nada dering hand phone kekasihnya? Mengapa ia bisa lupa? Apa karena sakit pada bagian bawah tubuhnya ditambah sakit pada bagian kepalanya yang membuat ia melupakan satu fakta penting tersebut? Tapi di mana kekasihnya saat ini?
Ase wo kaite sharara gamushara
ima ga tsuyoku nareru shunkan
Kuyashii hazu ga moete kurun da
sugoi yatsu wo zutto sagashiteta kara
Donna kabe mo zenbu koete miseru
Aahh.. bagaimana ini? Di mana kekasihnya saat ini? Bagaimana jika yang menelpon kekasihnya adalah klien penting? Sebab setahunya, setiap hand phone kekasihnya berdering dengan nada kaleng seperti ini, ia akan langsung menjawabnya tidak peduli ia sedang dalam kegiatan apapun.
Ase wo kaite sharara gamushara
ima ga tsuyoku nareru shunkan
Fine! Furihata akan mencari kekasihnya untuk mengangkat siapapun yang menelponnya saat ini agar siapapun orang yang dengan pedenya bernyanyi walau tahu memiliki suara kaleng seperti itu bisa berhenti bernyanyi. Setelah berhasil melilitkan selimut pada tubuhnya yang tidak menggunakan apapun, Furihata berusaha menggerakkan tubuhnya yang lumayan sudah tidak terlalu sakit menuju meja kecil dekat pintu kamarnya – tempat sang hand phone kekasih bertahta (?) Dan ketika ia hampir mendekati meja kecilnya, panggilan telepon tersebut kembali berhenti.
Kuyashii hazu ga moete kurun da
sugoi yatsu wo zutto sagashiteta kara
Donna kabe mo zenbu koete miseru
Demi kerang ajaib! Di mana kekasihnya saat ini? Dengan perasaan 99.99% penasaran, dan 0.01% kesal dengan sang penyanyi kaleng, Furihata kembali melangkah dengan semangat 45 untuk melihat siapakah penelpon yang dengan teganya menelpon berkali-kali dan memaksanya mendengar jeritan kematian(?) yang sialnya menjadi nada dering hand phone Akashi.
"Akashi Tetsuya?" ujar Furihata lirih.
Akashi Tetsuya? Siapa dia? Apa dia saudara Juurou-kun? Tapi aku tidak pernah mendengar jika Juurou-kun memiliki saudara. Jadi siapa sebenarnya dia? Apa harus kuangkat saja telepon ini? Furihata gelisah melihat ID Caller yang menelpon hand phone kekasihnya. Tepat saat Furihata ingin mengangkat telepon milik Akashi, panggilan masuk tersebut kembali berhenti.
Dan setelah menunggu selama 10 menit, tidak ada panggilan masuk kembali.
"Akashi Tetsuya?"
.
.
.
"Tetsuya?"
.
.
"Kuroko Tetsuya?"
Ah benar! Kalau tidak salah, nada dering hand phone Kuroko saat ada telepon masuk ketika mereka masih berada di ruah sakit sama seperti nada dering yang dimiliki kekasihnya.
Apa mereka memiliki penyanyi favorite yang sama dan secara kebetulan menggunakan lagu tersebut sebagai nada dering panggilan masuk hand phone mereka? Tapi itu terlalu tidak mungkin.
"Apa mereka orang yang sama? Jika iya, maka. . ." Furihata mulai gemetar. "Tidak. . Tidak. . Itu tidak mungkin." Furihata berusaha menolak kemungkinan yang ada dipikirannya.
"Itu tidak mungkin kan?" Pandangan Furihata kosong saat mengucapkannya.
.
"Benar. Itu pasti tidak mungkin terjadi. Hahaha.."
.
"Kuroko Tetsuya pasti bukan kekasih Juurou-kun."
.
.
"Kouki?"
TBC
Editor's Note:
Kurokonnichiwa, reader-tacchi. Jumpa lagi bersama saya, editor dari Neutral-san^^
Terima kasih atas dukungannya terhadap Kuroko dan Author-san ya! Akhirnya Neutral-san bisa melaksanakan sidang dan akhirnya di nyatakan lulus! Omedetou gozaimasu!
Ah ya meski Neutral-san sudah selesai sidang bukan berarti dia sudah bebas(?) Karena Neutral-san terikat kontrak kerja, jadi dia bekerja sambil menuliskan cerita ini (?) saya hanya memposting dan mengedit.
Dan mohon maaf apabila chapter kali ini terlalu pendek ya, tapi kami akan segera mengupdate lanjutannya as soon as possible.
Maaf juga belum bisa membalas review kalian, tetapi nanti Neutral-san akan membalasnya tenang saja, jadi silakan marahi dia atas keterlambatan update dan pendeknya chapter kali ini fufufu.
Sekali lagi terima kasih banyak yang sudah membaca, mereview, mem-follow dan mem-fav ff ini!
Arigatou~!
