Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

Kanojo, Okarishimasu: Reiji Miyajima

.

.

.

Pairing: Naruto x Chizuru

Rating: M (karena ada pembunuhan dan sebagainya)

Genre: romance, crime, action, hurt/comfort, tragedy, fantasy

Setting: Alternate Universe (AU)

.

.

.

The Ninja in the Shadows

By Hikasya

.

.

.

Chapter 4. Berjaga

.

.

.

Aku memakai pakaian ninja serba biru gelap yang menutupi seluruh tubuhku. Hanya mata dan tanganku yang terlihat. Menyamarkan diri di kegelapan. Bersembunyi di atap mansion. Mengamati keadaan di bawah tanpa lengah sedikitpun.

Sejak malam tiba, aku sudah bersiaga. Sudah sempat makan malam. Sehingga aku bisa berkonsentrasi penuh melakukan tugasku.

Aku berpindah tempat ke seluruh sudut mansion yang memiliki tanda segel. Sunyi, tidak ada orang yang mencurigakan. Tapi, aku harus memeriksa keadaan mansion. Jangan sampai ada yang masuk tanpa seizinku.

Terdengar bunyi pintu yang berderit keras saat aku mendarat di koridor lantai dua. Aku tersentak, buru-buru menempelkan diri ke dinding. Menyembunyikan diri dengan kertas yang mirip dengan warna dinding. Dinding bercat putih.

Pintu kamar Chizuru terbuka. Entah apa yang dilakukannya di tengah malam begini. Aku tidak bisa melihatnya karena terhalang kertas ini. Hanya bisa mendengar suara Chizuru.

"Naruto, apa kau sudah tidur?" tanya Chizuru yang mengejutkanku lagi.

Suara ketukan pelan terdengar beberapa kali. Chizuru yang mengetuk pintu kamarku. Aku ingat, pintu kamarku tidak terkunci. Khawatir Chizuru akan masuk ke kamarku dan tidak menemukan aku yang tertidur di ranjang.

"Naruto!" Sekali lagi, Chizuru memanggilku. Terdengar juga suara pintu yang dibuka. Gawat, Chizuru masuk ke kamarku. Saat bersamaan, terdengar teriakan seseorang dan suara ledakan yang berasal dari luar.

"Ada penyusup!" Aku berteleportasi dan tiba di halaman depan mansion. Menemukan satu orang berpakaian ninja hitam, sedang mencabut paku-paku yang menancap di sepatunya. Sepertinya, dia juga terkena bom kertas yang kupasang di permukaan tanah.

Aku langsung berlari menyerbu ninja asing itu. Melemparkan beberapa shuriken ke arahnya. Ninja itu menyadari seranganku, menangkis serangan shuriken-shuriken dengan pedang katana. Shuriken-shuriken milikku terpental ke arah lain. Kemudian dia melompat salto, menjauhkan jarak. Sekalian melemparkan kunai-kunai yang bersatu dengan kertas-kertas peledak.

Aku membulatkan mata, langsung berteleportasi sebelum kunai-kunai itu mengenaiku. Ledakan terjadi lagi. Menimbulkan suara yang sangat nyaring. Kurasa ledakan ini akan membangun penghuni mansion. Tapi, sebelum mereka keluar, Tuan Tatsuhito akan melarang mereka agar tidak melihat langsung pertarungan ini.

"Hei, tunggu! Siapa kau?" tanyaku mendadak muncul di luar pagar mansion. Mencegat ninja yang berusaha kabur di jalan hening.

"Kau juga, siapa kau?" Ninja hitam itu malah balik bertanya. Dia menghunuskan ujung bilah katana padaku.

"Aku ninja pelindung keluarga Ichinose ini."

"Oh, klan Namikaze. Ternyata masih ada yang hidup sampai sekarang!"

Ninja itu merangsek, melompat seraya melayangkan pedang vertikal ke arahku. Aku menghindari serangannya, berpindah tempat di belakangnya. Kemudian menusuk punggungnya dengan pedang katana milikku.

"Aaah!" teriak ninja hitam itu. Dia berbalik, dan berhasil menggores pipi kiriku dengan layangan horizontal. Sehingga cadar yang kupakai, koyak sebesar goresan pedangnya.

Aku tidak sempat mengambil pedang katana milikku, karena ninja hitam tiba-tiba menjatuhkan bom asap. Ninja hitam hilang, kabur. Sehingga aku kehilangan jejaknya, hanya menyisakan asap putih yang menutupi pandangan.

"Sial, dia malah pergi! Tapi, pedang milik ayah?" Aku panik. Keluar dari asap yang perlahan menipis. Tapi, aku harus pergi kemana untuk mencari ninja tadi?

Udara keluar dari gigi seriku. Apa yang harus kulakukan? Aku ceroboh. Jika pedang itu jatuh ke tangan yang salah, maka identitasku sebagai ninja akan ketahuan.

Aku memutuskan kembali menemui Tuan Tatsuhito untuk melaporkan kejadian ini. Seperti biasa, aku berteleportasi dan berlutut satu kaki menghadap Tuan Tatsuhito yang menungguku di balkon kamarnya.

"Naruto, apa yang terjadi?" tanya Tuan Tatsuhito yang terdengar cemas.

Aku menunduk, tidak bisa melihat ekspresi Tuan Tatsuhito. "Ada satu ninja penyusup yang berniat masuk ke rumah ini, Tuan."

"Siapa dia?"

"Aku tidak tahu. Tapi, aku akan mencari tahu siapa dia."

"Baiklah. Jalani tugasmu. Tapi, sebelum itu, kau bereskan kekacauan yang terjadi tadi."

"Ya, Tuan."

Aku mengangguk patuh. Tidak bisa membantah sedikitpun perintah Tuan Tatsuhito, karena sejak orang tuaku meninggal, Tuan Tatsuhito yang telah memberikan aku tempat tinggal dan membiayai pendidikan serta memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tempat tinggalku sendiri telah terbakar habis oleh ninja-ninja lain yang memang bermusuhan dengan keluargaku.

Aku berhutang budi pada Tuan Tatsuhito. Untuk membalas budi, tentu aku mengabdi sepenuhnya padanya. Kemudian aku kembali ke halaman depan. Membersihkan sisa-sisa pertarungan singkat tadi. Menemukan satu petunjuk yang membuatku sedikit terkejut.

Shuriken berbentuk tak biasa, tergeletak di tanah, aku memungutnya dan memerhatikannya teliti. Berbentuk segidelapan, terbuat dari emas murni. Aku tidak tahu dari klan apa yang menggunakan shuriken seperti itu. Mungkin shuriken ini milik ninja hitam tadi yang tidak sengaja terjatuh.

Aku menyimpan shuriken emas itu ke plastik sebagai barang bukti. Memasukkannya ke kantong dalam bajuku. Berangsur membersihkan keseluruhan perangkap-perangkap yang kubuat agar tidak membahayakan para penghuni mansion.

Tapi, aku tetap akan selalu berjaga meskipun suasana sudah kondusif. Perangkap baru kupasang lagi dan menunggu hasilnya dengan cara bersembunyi di balik pohon yang ada di dekat pagar. Tidak ada yang datang lagi sampai fajar menyingsing.

Pagi tiba, aku sudah membersihkan perangkap-perangkap itu. Bergegas mandi dan berpakaian, sebab akan pergi ke kampus bersama Chizuru.

Terdengar suara Chizuru dari luar kamar, melengking di gendang telingaku. "Naruto, apa kau ada di dalam?"

Aku baru saja menyisir rambutku, bergegas membuka pintu. "Ada."

"Syukurlah!"

Chizuru menyerbuku dengan pelukan. Membuatku terkesiap. Mataku membulat sempurna. Nyaris jatuh, tetapi aku mampu menyeimbangkan badanku.

"Chi-sama, apa kau bisa melepaskan aku?" tanyaku bermuka tidak nyaman. Takut Tuan Tatsuhito melihat dan salah paham padaku.

"Maaf, habisnya aku kehilangan kau semalam," jawab Chizuru menjauh dariku, "kau tidak ada di kamarmu. Memangnya kau kemana?"

Aku terhenyak, sedikit membesarkan mata. Tidak mungkin aku menjawab jujur bahwa aku ninja. Namun, ucapan Tuan Tatsuhito menyelamatkan aku dari pertanyaan Chizuru.

"Chizuru, Naruto. Ayo, kita sarapan sama-sama!" seru Tuan Tatsuhito berdiri tak jauh dari aku dan Chizuru.

"Iya, Kek," balas Chizuru mengangguk, lalu menoleh ke arahku, "Naruto, ayo!"

Aku mengangguk, bersamaan Chizuru menggandeng tanganku. Kulihat Tuan Tatsuhito, melemparkan tatapan tidak suka padaku. Aku langsung menyingkirkan tangan Chizuru dari tanganku. Tindakanku ini membuat Chizuru terlihat kecewa.

"Maaf, Chi-sama. Aku bisa sendiri. Kau tidak perlu memegang tanganku," kataku bersikap dingin.

"Kenapa?" tanya Chizuru meraih sebagian bajuku bagian punggung.

"Chizuru, apa kau ingat dengan Kakek katakan padamu semalam?" Tuan Tatsuhito bertanya, memandang tajam Chizuru.

"Aku ingat."

Chizuru berparas sedih. Dia menatapku sendu. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan Tuan Tatsuhito dengan Chizuru kemarin itu. Tapi, Chizuru tergesa-gesa melangkah bersama Tuan Tatsuhito. Meninggalkan aku dalam kesunyian.

Aku meraba pipi kiriku yang telah dilapisi plester. Untung saja, Chizuru tidak memerhatikan wajahku. Pasti dia bertanya kenapa pipiku terluka. Tentu aku sudah menyiapkan jawaban untuknya.

Langkahku terayun cepat menuju lantai dua. Tujuanku adalah menemui Tuan Tatsuhito dan Chizuru yang menungguku di ruang makan.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Chapter 4 up!

Terima kasih.

Tertanda, Hikasya.

Senin, 29 Maret 2021