Namikaze Naruto, gadis cantik sederhana itu tidak pernah terlihat menonjol, aura elegannya terpancar bersamaan dengan kemalasannya yang membuat orang-orang tertarik. Namun anak orang-orang kaya itu, mundur selangkah demi selangkah, setelah mengetahui, bahwa Naruto berlatar dari keluarga biasa.

Awalnya Naruto hanya siswi sekolah menengah atas kelas rendah, bukan sekolah yang elit, hanya terbilang sekolah biasa saja.

Menjadi juara pertama di kota asalnya, saat ujian nasional sekolah menengah pertama, membuat sebuah keluarga kaya tertarik pada Naruto.

Orang kaya itu menawarkan sebuah kontrak. Naruto harus bisa membuat putri pertama dari keluarga itu menjadi juara pertama di kotanya, meski itu dengan cara kotor.

Apa yang Naruto dapatkan sebagai imbalannya?.

Naruto akan disekolahkan di sekolah elit, bersama putri pertama orang kaya itu.

Pendidikan Naruto dan adiknya akan di tanggung oleh kluarga kaya itu sampai selesai.

Kluarga kaya itu menjanjikan pekerjaan untuk ayah Naruto yang pengangguran, dengan upah yang besar.

Siapa Naruto untuk menolak tawaran menarik itu? Naruto waktu itu hanya gadis polos yang berusaha bahagia dalam hidup kekurangan. Naruto hanya gadis miskin yang selalu menunggak biaya sekolah, apalagi untuk masuk universitas?.

Naruto menerima tawaran itu!

Naruto menjadi guru les Hinata, Naruto membantu Hinata menyelesaikan tugas-tugasnya, Naruto mengerjakan soal Hinata saat ujian, dan Hinata yang akan mengerjakan soal Naruto saat ujian.

Di sekolah, Naruto di kenal dengan gadis pintar yang pemalas, untuk menutupi kehadirannya di sekolah itu, yang hanya untuk membantu Hinata juara satu di kotanya.

Di rumah, keluarga Naruto bahagia, dan sampai sekarang kebahagian masih mereka rasakan, menjadi keluarga yang sejahtera dan kecukupan.

Mereka selalu berfikir, Naruto membawa keberuntungan, semenjak Naruto juara pertama di kota hijau hidup mereka menjadi bahagia. Padahal tanpa mereka tahu, Naruto menjual prestasinya untuk kesejahteraan keluarganya.

Di sini Naruto sekarang, ditaman kota yang hijau, gadis itu sedang merenung apakah keputusannya untuk menjual prestasinya adalah hal yang benar?.

Pikirannya berkelana jauh kemana-mana, menimbang, apakah sebanding atau tidak?

Drtt ... Drtt ... Drtt.

Alarm dihandphone Naruto bergetar, itu tandanya waktunya untuk menikmati sore sudah selesai, dia harus kembali pulang, untuk makan, dan mandi, lalu kembali belajar untuk mendapat nilai sempurna diujian akhir untuk Hinata.

"Aku pulang," ucap Naruto. Gadis itu membuka sepatunya, lalu menaruhnya di rak sepatu, lalu mencari keberadaan adik, ibu, ataupun ayahnya.

Naruto sampai di ruang keluarga, melihat Naruko sangat senang membuka-buka tas belanjaan, begitupun dengan ibu dan ayahnya, mereka tampak sangat bersemangat dan bahagia.

"Kak Naruto sudah pulang? Lihat ini, papa beli satu set pakaian baru untuk kita semua, kakak mendapatkannya juga," ucap Naruko dengan bersemangat.

"Benarkah?" Naruto bertanya membuat Naruko menunjukan pakaian milik Naruto dengan bersemangat.

Naruto melihat-lihat pakaiannya sambil tersenyum, itu pakaian yang sangat indah, membuat papa Naruto juga ikut tersenyum.

"Kamu menyukainya?" tanya papa Naruto. Naruto mengangguk dengan semangat.

"Aku sangat menyukainya pa, papa sangat baik, terima kasih." Papa Naruto mengangguk.

"Bagaimana dengan Naruko dan mama, apa kalian menyukainya?" Mama dan Naruko serentak mengangguk, dan berkata dengan kompak.

"Kami menyukainya, terima kasih papa."

"Sebenarnya tidak perlu mengucapkan terima kasih, papa telah bekerja dan mendapat upah yang besar, sudah kewajiban papa untuk memanjakan, dan membahagiakan kalian."

"Keluarga kita mendapatkan berkah." Mama menambahkan.

"Mama, kapan kita akan makan malam? Naruko sudah lapar," ucap gadis kecil itu. Naruto ikut menimpali.

"Aku juga sudah lapar." Mama, dan papa tertawa kecil melihat tingkah kedua anaknya.

"Ayo makan, mama masak makanan kesukaan kalian" ajak mama.

"Ayo kita makan," jawab papa, Naruto dan Naruko dengan kompak.

Naruto yang sedari tadi menimbang-nimbang akhirnya menemukan jawabannya.

"Ini sebanding, untuk kebahagiaan keluargaku," batin gadis itu.

~~

Naruto sedang belajar di rumah mewah Hinata, tadinya Naruto hendak mengajari, dan menjelaskan materi pembelajaran yang di pelajari di sekolah tadi siang, namun Hinata sedang bosan untuk belajar.

Dengan fokus Naruto mengerjakan soal latihan, tanpa mempedulikan Hinata yang sedang memainkan handphonenya.

"Burger instan ala negara A. Masukan ke microwave 5 menit, burger langsung bisa disantap. Dagingnya tebal, lengkap dengan sayuran, keju yang lumer, dan di tambah dengan jamur langka yang membuat rasanya semakin mewah. Hanya ¥400;dapatkan segera di minimarket atau supermarket terdekat."

Suara iklan dari ponsel pintar Hinata sama sekali tidak mengganggu kegiatan Naruto untuk belajar, namun ucapan penjelasan yang di paparkan oleh Hinata membuat Naruto mengalihkan pandangannya sejenak.

"Kamu tau makanan viral ini Naruto? Katanya enak banget, keluargaku aja yang gak suka makanan instan jadi nyoba gara-gara viral banget, dan mereka malah ketagihan."

"Tapi kok menurut aku aneh ya. Makanan ini kok baru rilis langsung masuk negara kita? dalam sehari loh Naruto? Jamur langka di hargain ¥400? Aneh!"

"Aku tidak tahu, mungkin kamu bisa komplain pada perusahaan negara tetangga," jawab Naruto.

"Terserah kamu," balas Hinata, enggan menanggapi provokasi dari temannya itu.

"Aku mau makan. Kamu mau coba burger viral itu? kami punya banyak di sini, selain karna kakak ku suka, dia beli banyak untuk keperluan konten video," kata Hinata.

"Bawakan aku segelas jus jeruk yang segar," Pinta Naruto. Ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi otaknya, mungkin segelas jus jeruk bisa membuatnya sedikit lebih segar.

~~

Setelah pulang dari rumah Hinata, Naruto mampir ke taman untuk menikmati senja, membiarkan dirinya larut dalam lamunan yang membuatnya tenang.

Naruto memakan gulali yang tadi dia beli, tidak lupa membelikannya juga untuk adik perempuannya, Naruko.

Naruto mengalihkan pandangannya, menarik dirinya dari lamunan, saat mendengar kerusuhan. Itu sebuah teriakan ketakutan, tangisan, dan- itu sedikit mengerikan.

Gadis itu bangun dari duduknya, melihat ke sumber keributan itu. Orang-orang menjadi monster, mereka menggigit manusia di dekat mereka.

Naruto tahu, ini bukan tanda yang baik, dia harus segera lari. Dalam keterkejutannya, Naruto mundur satu langkah, lalu lari dengan kencang berusaha pulang dengan cepat.

"Ini bencana," pikir Naruto.

Naruto terus lari, tanpa melihat kebelakang, tanpa memperdulikan orang-orang yang berteriak ketakutan.

Dia harus menyelamatkan dirinya, dan keluarganya.

~~

Naruto dengan cepat masuk ke dalam rumah, dan mencari keberadaan anggota keluarganya. Naruto berlari ke kamar Naruko, tangisan halus terdengar dari kamarnya, terdengar seperti tangis yang di tahan.

Gadis itu segera masuk, namun adiknya itu tidak terlihat di sana. Naruto mencoba mengikuti arah suara tangisan itu, dan itu berakhir di lemari baju adiknya.

Naruto perlahan membuka pintu lemari itu, namun itu membuat Naruko yang di dalam lemari berteriak ketakutan.

"Naruko, ini kakak," ucap Naruto, membuat Naruko langsung memeluk Naruto dengan erat. Gadis kecil itu mencoba menenangkan dirinya dipelukan kakaknya.

Naruto tidak mau membuang waktu, dia segera menanyakan ibu, dan ayahnya. Tidak tahu berapa orang di luar sana yang sudah menjadi monster, mereka harus pergi segera sebelum terjebak dan ikut menjadi monster.

"Mama dan papa di mana?" Naruko terkesiap mendengar pertanyaan Naruto, dia kembali ketakutan, dia bahkan menjawab dengan tergagap.

"Ma-mama, mama-"

"Naruko kenapa? waktu kita tidak banyak. Dimana mama dan papa? ayo kita jemput mama dan papa, lalu kita pergi sejauh-jauhnya."

Melihat kakaknya yang khawatir dan sedikit panik, membuat Naruko hendak menjawabnya, namun dia kembali tergagap karna takut.

"Naruko," tegur Naruto dengan suara meninggi, dia kehilangan kesabarannya karna khawatir dan panik.

"Pa-papa belum pulang, dan mama ada di dapur," jawab Naruko, suaranya juga meninggi untuk menghilangkan sedikit kegagapannya.

"Tunggu di sini, kakak akan menjemput mama," ucap Naruto, dia meninggalkan Naruko di dalam kamarnya dan dengan cepat bergegas ke dapur.

Naruto membuka pintu dapur. Dia hendak memberi tahu mamanya tentang hal yang terjadi di luar, namun ucapannya untuk memberi tahu tentang monster terhenti di tenggorokan saat melihat mamanya.

Naruto terdiam di depan pintu, saat mamanya menyadari keberadaannya, mamanya mulai datang menghampirinya, bukan lagi datang untuk sambutan hangat, mamanya datang untung menyerangnya.

Hanya beberapa beberapa langkah sebelum dia mencapai Naruto dan menggigitnya, Naruto dengan cepat mengambil tongkat baseball, dan memukul kepala monster itu dengan keras.

Ya! Mamanya berubah menjadi monster.

Mamanya terjatuh, darah keluar dari kepalanya, dia kejang-kejang, sebelum tanda kehidupannya mulai hilang.

Naruto mengepalkan tangannya. "Ini bukan waktunya untuk bersalah," batin Naruto pada dirinya sendiri.

Gadis itu mengambil tongkat baseballnya, lalu kembali ke kamar adiknya. Naruko tampak melamun. Pasti dia telah melihat mama yang menjadi moster, begitu pikir Naruto

"Naruko, ayo pergi dari sini," ajak Naruto, Naruko bertanya tanpa ragu.

"Bagaimana dengan mama kak?" tanya Naruko, air mata kembali menggenang di matanya.

"Mama akan baik-baik saja di sini. Ayo kita pergi, jika mereka telah menemukan solusi untuk masalah ini, kita akan jemput mama," Jelas Naruto. Naruko mengangguk setuju.

Naruto menggendong Naruko di punggungnya, satu tangannya memegang tongkat baseball. Mereka bergegas keluar rumah, sambil Naruto berfikir, bagaimana caranya kabur dari monster-monster ini?.