Bales repiuw dulu buat yang ga login. Yang login silakan cek pm yaaa~
Missty: Hallo ^^ apa kamu ngeship NobuxSouyo? Wkwkwkwk. Si sadis punya cara sendiri untuk ah sudahlah~ Aku juga gak relaaaa~~~ /lho
Guest: Ini sudah lanjuuutt~~
Guest Luna d' : Kalo gak gantung, gak bikin penasaran xD ini sudah lanjut ^^
Yuu: Kelilipan? Sini aku tiupin. Fuuhh /apaansih/ hehe nih, lanjut.
Konata Izumi: Jangan panggil Hana-senpai xD saya lebih suka dipanggil Hana nyan xD saya maunya juga happy end, tapi entahlah. Lihat akhirnya saja. Saya gak bakat bikin konflik T^T. apa ini sudah termasuk update cepet?
Rabie no cherry: Rabie=rabi. Rabi (jawa) artinya nikah. Kamu mau nikah xD /gaknyambung. Entahlah Sougo pasrah apa nggak /heh
.
Okeh langsung aja. Ai no Shiken chapter 2 up!
-oOo-
OkiKaguFanFiction.
Gintama © Sorachi Hideaki.
Ai no Shiken © Hana Kumiko.
Warning! Typo(s), Ooc. DLDR.
Enjoy reading, aru.
-oOo-
Rasa pening luar biasa datang mendera kepalanya. Perlahan meski berat, Kagura mencoba untuk membuka kedua kelopak matanya. Sedikit demi sedikit cahaya mulai menyusup masuk. Dan sebuah langit-langit rumah asing yang tertangkap pertama kali olehnya. Aroma obat-obatan tercium. Otaknya mencoba mengingat apa yang sudah ia alami.
"Kau sudah sadar?"
Suara bariton yang tidak asing di telinganya terdengar. Sebuah kepala berambut keriting alami berwarna keperakan menyembul di atasnya dan menutupi langit-langit ruangan. Pria itu meneriakkan sebuah nama seseorang yang Kagura kenal.
"Oiii~ Shinpachi~ Kagura sudah sadar, lhooo~"
Tak lama kemudian suara pintu dibuka terdengar. Shinpachi masuk sambil berlari kecil ke arahnya. Raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran juga lega sama besarnya.
"Yokatta, Kagura-chan. Kau sudah sadar," desah Shinpachi.
Gintoki menatap Kagura lega. "Hahh~ kukira kau mati. Kau pingsan sangat lama, lho."
Kagura tidak menyahut. Namun Gintoki tahu kalau gadis beranjak dewasa di depannya ini kebingungan.
"Kau berada di rumah sakit. Tadi malam kau kecelakaan dan Souchirou-kun yang menemukanmu," jelas Gintoki.
Gadis itu mengernyit. Sekarang dia ingat. Benar tadi malam dia memang kecelakaan, hampir lebih tepatnya. Dan yang jadi tersangkanya adalah laki-laki itu. Okita Sougo sudah berbohong pada Gintoki. Kagura mencoba bangkit dari tidurnya. Shinpachi berinisiatif membantu gadis itu.
"Bukan dia yang menemukanku, aru." Akhirnya Kagura buka suara.
Shinpachi mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Kagura-chan?"
"Dia yang menabrakku, aru. Tapi dia mengaku pada kalian kalau dia yang menemukanku, aru," aduh Kagura pada dua manusia yang sudah ia anggap saudaranya itu.
Brak. Gintoki menggebrak meja rumah sakit. Ia berdiri dari tempatnya.
"Nani?! Kurang aja sekali Sofa-kun itu!" seru Gintoki.
"Benar, Gin-san. Okita-san harus kita beri pelajaran!" Shinpachi juga ikut emosi.
"Shinpachi!"
"Ha'i, Gin-san."
"Cepat beri dia pelajaran sekarang juga!" perintah Gintoki berapi-api. Kagura hanya melongo melihat mereka berdua.
"Ha'i, Gin-san!" Dengan langkah cepat Shinpachi keluar ruangan untuk mengahajar kapten divisi satu Shinsengumi tersebut.
Gintoki kembali duduk. Dengan santai ia mengambil sebuah jump dan membacanya. Kagura sweatdrop melihatnya.
"Gin-chan−"
Brak. Belum sempat Kagura berbicara, Shinpaca datang dengan membuka kasar pintu fusuma ruangan tersebut. Napas pemuda itu terengah-engah. Sebuah sudut siku-siku hadir di dahi Shinpachi.
"Gin-san?!" seru Shinpachi. "Kenapa kau masih ada di sini?!"
Dengan santai Gintoki menoleh ke sumber suara. Jari kelingkingnya masuk ke dalam lubang hidungnya. "Oh, Shinpachi. Kau sudah kembali?"
Perempatan siku-sikunya semakin besar. "Jawab saja pertanyaanku, Gin-san!"
"Hah? Apa? Tentu saja agar Kagura tidak sendirian," jawab Gintoki tanpa rasa bersalah. Ia bahkan menyentilkan upilnya pada sembarang tempat. Kemudian ia mengalihkan perhatiannya pada Kagura. "Ne, Kagura-chan?"
Kagura tidak menjawab. Dia bisa saja ikut bertengkar jika kondisinya tidak selemah ini.
"Sudahlah Shinpachi-kun ... bereskan saja Souichirou-kun itu. Kau mau melihat Kagura menderita di rumah sakit sedangkan dia bersenang-senang di istana? Tidak kan?" lanjut Gintoki membujuk.
Pria itu kembali membaca jump-nya. Shinpachi menghela napas kesal. Bagaimanapun yang dibilang Gintoki memang benar. Maka meski dengan emosi Shinpachi pergi meninggalkan ruangan Kagura. Lagi.
Sedangkan Kagura hanya bisa merenung ketika mendengar Gintoki mengatakan kata "istana". Sekarang ia menyadari kalau si sadis itu benar-benar menjadi anggota keluarga istana. Kagura menghela napas berat. Hari yang ia lalui seminggu terakhir ini sedikit berat untuknya. Kagura memutuskan untuk berbaring kembali. Kali ini ia berbaring memunggungi Gintoki.
Diam-diam tanpa sepengetahuan Kagura, dibalik gerak-geriknya membaca jump, sebenarnya Gintoki sedang memperhatikan Kagura. Mungkin selama ini ia diam saja, tapi Gintoki tau permasalahan yang disembunyikan anaknya itu.
-oOo-
Sougo baru saja selesai makan satu tusuk terakhir dango ketika Shinpachi datang. Pemuda itu berteriak dengan perempatan siku-siku di dahinya.
"Okita-san!" seru Shinpachi.
Sougo berdiri. "Nani?" tanyanya dengan wajah datar seperti biasa.
"Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan, hah?!" seru Shinpachi. Ia mencengkram kerah seragam Shinsengumi Sougo. Sougo hanya menampilkan wajah poker face seperti biasa. Hal tersebut sedikit menarik beberapa perhatian orang.
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau sampai membuat Kagura-chan begini?!" bentak Shinpachi. Dirinya cukup kesal dengan sikap Sougo tersebut. "Kau kan yang sebenarnya menabrak Kagura-chan?!"
"Hah? Aku tidak menabraknya. Dia sendiri yang berdiri di tengah jalan," elak Sougo.
Memang benar bukan? Waktu itu Kagura memang berdiri di tengah jalan sekalipun tahu kalau ada mobil yang akan menabraknya. Beruntung Sougo yang mengemudi tadi malam, kalau tidak mungkin gadis itu akan mengalamu amnesia. Tunggu ... amnesia? Sial, seharusnya tadi malam ia tabrak saja Kagura agar amnesia dan melupakan kejadian beberapa hari terakhir ini. Ah, tidak-tidak. Itu terlalu merepotkan. Karena sejujurnya ia tidak ingin gadis yang uhuk−Sougo cintai−uhuk melupakannya.
Tanpa sadar Sougo sudah sibuk sendiri dengan pikirannya. Menghiraukan Shinpachi yang berkicau merdu di dekatnya.
Kemudian pikiran Sougo diusik dengan suara serak Hijikata yang memanggilnya. Dan otomatis membuat ocehan Shinpachi terhenti.
"Oh, Hijikata-san," sapa Sougo datar.
"Ohayou gozaimasu, Hijikata-san," ujar Shinpachi. Wajahnya masih sedikit kaku.
Hijikata mengangguk singkat. "Jadi, apa yang kalian ributkan di sini?"
"Tidak ada apa-apa. Teman pemuda ini sakit dan sekarang berada di rumah sakit. Dan dia menyuruhku untuk menjenguknya," jawab Sougo berdusta.
"Kaulah yang menyebabkan Kagura-chan dirawat di rumah sakit, Okita-san!" seru Shinpachi.
Seolah merasa tidak bersalah, Sougo malah dengan santai mengorek telinganya dengan jari kelingking. Hijikata mengernyit.
"Oi oi ... Sougo. Apa maksud pemuda berkacamata ini?" Hijikata memiliki perasaan tidak enak.
"Okita-san menabrak Kagura-chan tadi malam!"
Langsung saja wajah pria berponi V tersebur menjadi pucat. Keringat dingin mulai bermunculan. Ia melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang mendengar seruan pemuda Yorozuya tersebut. Dirinya tidak ingin si sadis itu merusak nama baik Shinsengumi.
"Hoi, Sougo. Dia tidak serius kan?" Hijikata mulai panik sekarang. Sedangkan si master sadist itu hanya mengalihkan pandangannya dan bersiul.
"OI SOUGO?! KAU TIDAK BENAR-BENAR MENABRAK GADIS CHINA ITU KAN?!" Yeah, pada akhirnya Hijikata sendirilah yang menyebarkan aib tersebut.
Shinpachi dibuat jengah karenanya. Dia sudah lupa dengan emosinya tadi.
"Ano, Hijikata-"
"Ditabrak?" ucapan Shinpachi terhenti oleh suara lembut seseorang. Matanya terbelalak. Tidak hanya itu, baik Hijikata maupun Sougo juga ikut terdiam. Tubuh ketiganya membeku.
Dengan terpatah-patah Hijikata menoleh ke belakang. Dia melupakan satu hal penting, kalau dia berada di sini adalah untuk menemani tuan putri itu jalan-jalan. Matilah dia. Bagaimana jika Souyo mendengar teriakannya tadi? Shinsengumi akan mati.
"Ah, ohayou Souyo-hime," sapa Sougo santai.
"O-ohayou gozaimasu, Hime-sama," sapa Shinpachi dengan terbata.
Gadis yang hari ini memakai kimono sederhana berwarna hijau tersebut tersenyum dan membalas sapaan laki-laki tsukkomi tersebut. "Ohayou gozaimasu."
"Jadi, siapa yang ditabrak?" tanya Souyo sambil tersenyum. Ia menatap Sougo, Hijikata dan Shinpachi bergantian.
Kalau boleh, Shinpachi ingin berkata bahwa Sougo-lah yang menabrak Kagura. Tapi dia tidak bisa. Bagaimanapun saat ini Sougo adalah ... ah sudahlah. Lama-lama memang menyebalkan memikirkan status Okita Sougo saat ini.
Sougo mengarahkan jempolnya kepada Shinpachi dan membuat lelaki perjaka itu kebingungan.
"Teman Yorozuya itu kecelakaan," ujar Sougo santai.
Shinpachi dan Hijikata menatap Sougo takjub. Takjub akan sikap santai pria itu. Wajah Souyo berubah menjadi khawatir.
"Apa itu Kagura-chan?" tanya Souyo panik.
Hijikata menghela napas berat. "Sayangnya itu memang benar."
"Kalau begitu ayo kita ke sana Okita-san ... Hijikata-san," ajak sang tuan putri.
"Souyo-hime, aku mengerti tentang kegelisahanmu. Tapi akan lebih kalau kau kembali ke istana," tolak Sougo halus.
"Tidak bisa, Okita-san. Aku mengkhawatirkan Kagura-chan!"
Sougo menatap dalam mata Souyo dan menghela napas. "Baiklah."
-oOo-
Shinpachi, karakter yang sudah cukup lama dilupakan ini sedang berjalan memimpin di depan. Dia bertugas menjadi pemandu ketiga manusia yang berjalan di belakangnya itu. Souyo dan Sougo jelas berjalan berdampingan meski tidak dekat, sedangkan Hijikata berada di posisi belakang sendirian. Sebenarnya Sougo sama sekali tidak ingin pergi ke rumah sakit menjenguk gadis itu, terutama ketika sedang ada Souyo di sampingnya. Dia kira semuanya akan selesai ketika Sougo membawa gadis sadis itu ke rumah sakit dan menyerahkan segala urusannya pada Yorozuya.
Ketika sudah sampai di depan kamar Kagura, Shinpachi segera membuka pintu fusuma rumah sakit. Dan Souyo langsung menghambur masuk ke dalam.
"Kagura-chan~" seru Souyo.
Kagura yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh. Dari tadi dia memang tidak merubah posisi berbaringnya yang memunggungi Gintoki. Tapi sepertinya pria keriting itu sedang pergi tanpa Kagura sadari.
Matanya terbelalak ketika melihat Souyo datang.
"Souyo-chan?"
Souyo langsung memeluk Kagura. "Kau baik-baik saja kan, Kagura-chan?"
Atensinya menangkap pria berambut coklat pasir sedang menatapnya terang-terangan dari belakang punggung Souyo. Dengan kaku Kagura membalas pelukan Souyo.
"Aku baik-baik saja, aru," jawabnya lirih. Ia menundukkan kepalanya. Untuk saat ini Kagura tidak ingin melihat laki-laki itu. Yeah, walau itu tidak berhasil.
Ini hampir sama seperti ketika Kagura pura-pura sakit dan Souyo menjenguknya. Kagura tersenyum mengingat itu. Kemudian Shinpachi dan Hijikata pamit untuk pergi keluar entak untuk apa. Meninggalkan Sougo, Kagura dan Souyo bertiga di ruangan tersebut.
Jantung Kagura berdetak kencang menyadari kalau hanya mereka bertiga yang berada di sini. Padahal Sougo sedang duduk di sofa yang berada di sudut ruangan. Ia berusaha untuk tidak mengalihkan pandangannya pada dari Souyo yang masih menatapnya khawatir. Kagura tersenyum.
"Berhentilah menatapku begitu, aru."
"Tapi-"
Senyuman lebar Kagura bwrhasil membuat Souyo bungkam. Gadis itu akhirnya hanya menghela napas.
"Ne, Souyo-chan ... bagaimana perasaanmu ketika tahu kalau kau akan menikah dengan si sadis itu?"
Itu ... sama sekali bukan hal yang ingin Kagura tanyakan. Tapi entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Souyo menelengkan kepalanya.
"Awalnya aku takut, Kagura-chan. Tapi ketika tahu kalau itu adalah Okita-san, aku jadi sedikit lebih tenang," jawab Souyo sambil sedikit menengokkan kepalanya pada Sougo.
Kagura menatap Souyo lama. Mengamati ekspresi gadis berusia tujuh belas tahun itu. Kemudian bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyum yang tak bisa diartikan.
"Syukurlah, Souyo-chan," kata Kagura. "Kalau dia macam-macam, katakan saja padaku. Aku akan menghajarnya untukmu, aru."
Souyo tersenyum lebar sampai matanya menyipit dan mengangguk.
"Woi, China musume."
Deg. Mendengar Sougo memanggil Kagura dengan panggilan sayang-nya membuat jantung Kagura berdetak lebih cepat dari yang tadi. Kagura tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan Sougo yang berjalan pelan tapi pasti mendekat ke arahnya. Semakin dekat, semakin menipis pula pasokan udara yang masuk ke dalam paru-paru Kagura.
"Aku mendengar ucapanmu tadi," lanjutnya.
Kagura segera mengalihkan pandangannya dan berdecih. "Aku serius dengan ucapanku tadi, aru."
"Heh~ benarkan?"
"Lihat saja nanti. Aku akan menyiksamu kalau sampai kau sampai menyakiti Souyo-chan, aru ne." Kini dengan berani Kagura menatap tajam Sougo.
Sougo hanya menampilkan seringai menyebalkan andalannya.
"Sugoii~"
Baik Kagura maupun Sougo menoleh ke arah Souyo yang sedang menatap mereka bergantian dengan mata berbinar.
Seolah menjawab pertanyaan yang berada di benak keduanya, Souyo berkata, "Kalian mengagumkan. Aku sering melihat kalian bertengkar, tapi entah kenapa aku merasa kalian cocok."
Kagura terkesiap. Ia melihat ke arah Sougo yang ternyata juga sedang melihatnya. Lalu keduanya sama-sama tersentak dan mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.
Kagura mengibaskan tangannya gugup. "A-haha-haha ... Souyo-chan ada-ada saja, aru."
"Sungguh Kagura-chan," ujar Souyo bersikeras.
Sougo sebenarnya juga tidak menyangka kalau Souyo akan berkata sedemikian rupa. Ada perasaan senang menggelitik hatinya. Ia juga bisa menagkap rona merah di wajah pucat gadis Yato tersebut. Namun ia berusaha menutupi hal tersebut dengan poker face-nya. Dan daripada berlama-lama sehingga membuat Sougo menjadi out of character, lebih baik ia segera mengajak Souyo pulang.
"Yang lebih penting lagi. Ini sidah waktunya Souyo-hime pulang," ujar Sougo merusak suasana.
"Pulang?" Souyo menatap Sougo dengan pandangan memohon. Tapi Sougo hanya menampilkan wajah datarnya.
Souyo menghela napas. Kemudian dilihatnya Kagura yang sedang yersenyum ke arahnya.
"Aku akan mengunjungimu, Souyo-chan," ujar Kagura. Dia juga tidak ingin Souyo berlama-lama di sini. Bukan karena Kagura tidak suka, tapi itu lebih baik. Karena kalau Souyo di sini lebih lama, itu berarti Sougo juga akan berada di sini juga.
"Baiklah kalau begitu," ucap Souyo lirih. Gadis itu bangkit dari duduknya. "Kagura-chan, jaga dirimu baik-baik. Maaf sudah menganggu waktu istirahatmu."
Kagura tersenyum lebar. Dari tempat tidurnya ia melambaikan tangannya pada sahabatnya itu. Ketika pintu fusuma hampir tertutup, manik sapphire-nya sempat berpapasan dengan manik krimson Sougo. Hanya tiga detik sebelum akhirnya pintu fusuma tertutup sempurna memutuskan tatapan mereka. Untuk sejenak Kagura masih memandangi pintu tersebut. Kemudian ia menunduk. Dan menghela napas untuk kesekian kalinya. Atensinya memandangi pepohonan yang berada di luar kamarnya dan melamun entah untuk berapa lama.
Kagura yang merasa keadaannya sudah sedikit membaik mencoba untuk duduk. Meskipun hal tersebut membuat kepalanya kembali didera rasa sakit. Pada akhirnya, sekalipun ia merasa bisa bangkit dari tidurnya, keadaan tubuhnya yang lemas membuat Kagura kembali berbaring. Benaknya bertanya-tanya, sejak kapan Kagura jadi selemah ini?
Sreek. Suara pintu fusuma terbuka terdengar.
Kagura yang mengira kalau Gintoki atau Shinpachi yang datang segera meminta pertolongan. Tapi kalimatnya segera tertelan kembali ketika ia tahu kalau ternyata bukan dua partner kerjanya yang datang. Melainkan pria itu.
Iya, pria itu. Tanpa perlu disebutkan pasti kalian sudah tahu kalau Okita Sougo yang datang. Nah, pada akhirnya tersebut juga namanya.
Sougo menatap Kagura polos.
"Butuh bantuan?"
Seketika itu juga Kagura merasakan jantungnya direnggut paksa dari tempatnya.
-oOo-
To be continue.
-oOo-
Hallooo~ saya datang lagi~ /lambaikan tangan ala miss univers/
Bhak :'v aku gak nyangka kalo ternyata ada yang mau fict ini lanjut. Makasih yaaa~ aku cinta kalian /tebar ciuman/ /ditabok/
Hehehe. Ini udah update cepetkaaann~ Gimana? Apa hasilnya sudah cukup memuaskan? Terlalu panjangkah? Alurnya terlalu cepetkah? Dan apa feel-nya dapet?
Huhuhuuu~ semoga dapet T^T
Okeh. Makasih buat yang udah nge-repiu, nge-fave, nge-foll dan nge-read fanfic ini. Saya terharuuu~ :') Tanpa kalian aku mah apa atuh :')
Sekali lagi makasih yaaa~
Kritik dan saran sangat dibutuhkan.
Pay … pay … sampai jumpa di chapter berikutnyaaa~
Hana Kumiko.
