Balas repiuw~~~

Konata Izumi: Allo Konacchi~ makasih sudah mampir lagiii. Yeay! Bhak :'v dihumuin Hijikata xD nih, kukasih Kamui lagi. Semoga. Aku juga berharap Kamui bisa bareng Souyo-hime heheh. Repiuw jadi sepi tanpa review alay darimu. Semangat! Okeh, nih udah lanjut. Makasih udah baca dan meninggalkan jejak yeee '-')/

Yuu: Allo allo~ gomen lamaaa~ ini udah kuusahakan update sepuluh hari sekali. Kenapa? Kalo seminggu author agak berat. Authornya ini vemalas /plak. Yap, Nobunobu emang dipukulin orang xD hmm … aku ga bilang lhooo kalo Kamui bener-bener baru dateng malemnyaa~ bisa aja Kamui pernah dateng beberapa hari yang lalu? /gajelas lu thor. Yep, nih udah lanjut. Makasih udah baca dan meninggalkan jejak yaa. Dan jangan bosan buat mampir lagi. Muehehe xD

Missty: Iyakah? Wah syukur kalo bisa bikin orang baper. Aku juga berdoa semoga Kamui jadi penyelamat! Yosh. Makasih sudah mampir dan meninggalkan jejak ^^

Rabie no Cherry: Iya, artinya nikah /lol. Iyakah? Sougo plinplan. Ugh, gomenne~~~ entah kenapa banyak banget keknya yang suka sama Kamui walau dia jarang absen. Aku juga suka sih xD Okeh, makasih sudah baca dan meninggalkan jejak yaaa~~~

Salsa Sonochiru: Dia Cuma mau mampir. Eeehhh ketemu Sadaharu yang lagi laperrr xD doakan saja dia xD yosh, nih udah lanjut~ makasih sudah baca dan meninggalkan jejak yaaa~~~

Toukachan: Yap, benar. Panggil aja Hana nyan. Makasih udah bilang bagus. Saya terharuuu :') Ngepel? Hati-hati kepeleset hehhe xD Nih udah lanjuuuttt~~~makasih udah baca dan meninggalkan jejak yaaa ^^

Yosh! Lansung aja.

Ai no Shiken chapter 4, up!

-oOo-

.

OkiKaguFanfiction.

Gintama © Sorachi Hideaki.

Ai no Shiken © Hana Kumiko.

Warning! Typo(s). Ooc. DLDR.

Enjoy Reading, aru.

.

-oOo-

Siang ini Kagura akan pulang ke rumah. Sebenarnya Kagura ingin berada di rumah sakit lebih lama agar selalu mendapatkan makanan enak, tapi ia tidak tega pada Gintoki yang akan membayar semua tagihan rumah sakit. Tentu saja, Kagura kan anak baik. Lagipula, tidak baik juga memanjakan sebuah penyakit. Sama seperti sebuah penyakit bernama patah hati, yang akan sakit jika terus menerus diratapi. Lebih baik bangkit, melupakan masa lalu dan mulai menatap masa depan.

Tunggu. Kenapa Kagura jadi memikirkan tentang patah hati? Kagura kan sedang tidak patah hati? Dia hanya sedang merasakan kokoro-nya remek karena kejadian semalam.

"Kau sudah siap, Kagura-chan?" tanya Shinpachi membuyarkan lamunan Kagura.

"Uh-oh. Yap, aku sudah siap, aru," jawab Kagura mantap dan tersenyum lebar.

Shinpachi ikut tersenyum. Tidak banyak barang-barang yang akan di bawa Kagura pulang kecuali sampah-sampah kardus bekas sukonbu yang ia makan, karena dia memang hanya menginap semalam.

Tok tok.

Sebuah ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. Keduanya sama-sama menoleh pada pintu tersebut. Detik kemudian, pintu itu terbuka. Menampilkan sosok laki-laki bersurai coklat pendek dengan memakai pakaian jas formal berwarna hitam. Di tangannya terdapat sebuah parsel berisi buah-buahan segar. Jika dilihat, usianya sama seperti Kagura. Bibir laki-laki itu melengkung ke atas, memberikan sebuah senyuman manis pada Kagura dan dibalas dengan sebuah senyuman lebar oleh gadis itu.

"Konnichiwa, Kagura-chan," sapanya ramah.

Dan pemuda itu adalah ...

"Hisashi-kun!" seru Kagura senang.

Ya. Pemuda itu adalah Hongo Hisashi. Anak kecil yang yang ditemui Kagura ketika mengikuti senam radio musim panas bertahun-tahun yang lalu.

"Hisashiburi," ujar Hisashi. Laki-laki itu memperhatikan penampilan Kagura yang memakai baju biasa.

"Kau akan pulang?" tanya Hisashi. Kagura mengangguk.

"Ya ampun. Aku lupa memberitahumu Kagura-chan," ujar Shinpachi. "Hisashi-kun bilang padaku kalau dia akan menjengukmu hari ini."

"Tidak apa, Shinpachi-san. Aku yang salah karena terlalu lama menjenguk Kagura-chan," timpal Hisashi.

"Omong-omong, kau dari mana, aru ka?" tanya Kagura.

"Ah, aku baru saja dari kantor."

"Benar juga. Hisashi-kun sudah menjadi pimpinan perusahaan ya," sahut Shinpachi.

Pipi lelaki itu sedikit memerah. "Ya begitulah. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran ayah sehingga menjadikanku pemimpin perusahaan."

"Itu berarti kau pantas, aru," timpal Kagura.

Hisashi hanya tertawa pelan. "Oh ya, apa kalian sedang menunggu seseorang?"

Kagura menggeleng. "Tidak, aru. Kita akan langsung pulang setelah ini.

"Bagaimana kalau kuantar kalian pulang?" tawar Hisashi.

Mata Kagura berbinar-binar.

"Apa tidak merepotkan?"

"Tidak masalah, Shinpachi-san. Rumah kalian searah dengan kantorku."

Shinpachi mengusap tengkuknya tak enak. "Kami merasa terbantu. Terima kasih, Hisashi-kun."

"Arigatou yo, Hisashi-kun," ujar Kagura tersenyum

Hisashi mengangguk singkat. Kemudian laki-laki itu membantu membawa barang sampah sukonbu yang ada di lantai.

"Ah, tidak perlu Hisashi-kun," cegah Shinpachi.

"Tidak apa, Shinpachi-san. Ini tidak berat," tanggapnya ringan.

Akhirnya mereka berjalan beriringan keluar rumah sakit. Di depan parkiran sudah terparkir sebuah mobil hitam mewah. Seorang pria yang mereka ketahui sebagai seorang sopir membukakan pintu penumpang. Kagura masuk ke dalam dan disusul oleh Shinpachi. Kursi di dalam mobil ternyata saling berhadapan. Baik Shinpachi maupun Kagura terpesona karenanya.

Lagi-lagi pipi Hisashi merona. "Maaf, mobilku tidak nyaman."

Shinpachi mengibaskan tangannya. "Iie. Mobilmu sungguh nyaman."

"Benar, aru. Bahkan mobil Mayora tidak senyaman ini, aru ne."

Kemudian mobil mulai melaju. Dalam perjalanan pulang, mereka mengobrol banyak hal. Seperti Hisashi yang sempat sakit parah dan di bawa ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif hingga benar-benar sembuh total.

"Berarti sekarang kau sudah benar-benar sembuh, aru ka?" tanya Kagura kemudian.

"Bisa dibilang begitu. Tapi kata dokter aku tetap tidak boleh terlalu lelah," jawabnya.

"Semua orang kalau terlalu lelah pasti akan jatuh sakit, Hisashi-kun. Jadi kau tenang saja," ujar Shinpachi menanggapi. Kagura mengangguk.

Tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan kedai minum Otose. Kagura dan Shinpachi keluar dari mobil diikuti dengan si empunya mobil.

"Terima kasih atas tumpangannya, Hisashi-kun," ucap laki-laki tsukkomi tersebut.

"Ya, aru. Maaf merepotkanmu, aru ne," sahut Kagura.

"Aku senang bisa membantu kalian."

"Mampirlah dahulu untuk meminum Nilo," tawar Shinpachi.

Hisashi menggeleng. "Tidak perlu. Jam istirahatku sudah hampir selesai. Mungkin perusahaan itu milik ayahku, tapi aku tetap tidak boleh berlaku seenaknya di sana."

"Ah, souka," desah Shinpachi.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, Kagura-chan ... Shinpachi-san," pamit Hisashi.

Keduanya mengangguk. Mengucapkan salam perpisahan sementara sambil melambaikan tangan pada Hisashi yang sudah berada dalam mobilnya. Tanpa Kagura dan Shinpachi sadari, ternyata ada sepasang mata yang melihat mereka turun dari mobil tersebut.

Kemudian Kagura dan Shinpachi naik ke atas. Tanpa perlu menekan bel, Shinpachi langsung membuka pintu shoji flat tersebut.

"Tadaima," seru Shinpachi.

"Tadaima, aru yo." Sekarang giliran Kagura. Tanpa menunggu jawaban, keduanya masuk ke dalam. Membuka pintu shoji lain yang menjadi pembatas antara lorong genkan dengan ruang tamu. Begitu masuk, mereka langsung disambut dengan pemandangan Gintoki yang sedang mengupil di meja kerjanya dan menatap mereka malas. Dengan Sadaharu yang sedang mencoba menelan tubuh seseorang yang Kagura kenali sebagai Kamui.

"Danchou!" juga sebuah seruan seorang pria tua yang menjadi pengikut setia Kamui, Abuto.

"Oh, okaeri para upil. Kalian sudah pulang ternyata." Sebuah balasan salam terlambat yang datang dari Gintoki.

"Sadaharu," seruan Kagura membuat Sadaharu berhenti memasukkan tubuh Kamui.

"Auf." Sadaharu menyalak. Sadaharu memuntahkan Kamui yang sudah berdarah dan berlari menghambur ke dalam pelukan sang majikan. Kagura mengusap sayang kepala Sadaharu, menghiraukan Abuto yang berseru heboh karena melihat Kamui tak sadarkan diri dengan mata terbuka tanpa pupil.

"Aitakatta yo, Sadaharu," ujar Kagura.

"Auf." Selama Kagura di rumah sakit, Sadaharu memang tidak menjenguknya sama sekali.

Shinpachi masuk ke dalam. Berdiri di hadapan Abuto dan Kamui. "Konnichiwa, Kamui-san ... Abuto-san."

"O-oh ... ya ya. Kami baik-baik saja," ujar Abuto walau tidak ada yang menanyakan kabarnya.

"Baka aniki? Sejak kapan kau ada di sini?"

Mendengar suara adiknya, seketika itu juga Kamui langsung duduk manis. Menghiraukan keadaannya yang berlumur darah.

"Ara, Imouto! Aku merindukanmu, lho," ujar Kamui ceria. "By the way, panggil aku 'onii-chan'."

Dan Kagura muntah di tempat.

-oOo-

"Sejak kapan kau ke sini, aru ka?" tanya Kagura pada Kamui ketika laki-laki itu sudah membersihkan diri.

Kamui tersenyum. "Kemarin malam. Aku harus mengikuti sebuah acara pertunangan. Tapi sayang aku terlambat."

Kagura mengernyit. "Pertunangan? Siapa?"

"Souyo-chan."

"Memangnya kau diundang, aru ka?" tanya Kagura. Kamui mengangguk. "Tentu saja aku harus diundang. Kau tidak datang ya?" Kamui menelengkan kepalanya menatap Kagura.

"Aku datang, aru," jawab Kagura.

"Benarkah?" Kamui menerawang. "Tapi sepertinya aku tidak melihatmu."

Gadis itu mengangguk. "Aku pulang duluan sebelum pesta di mulai, aru."

Kemudian Kamui mengangguk paham. "Kudengar kau masuk rumah sakit kan? Maaf, onii-chan tidak bisa menjengukmu. Aku tidak suka bau rumah sakit, kau tahu?"

"Bukan masalah, Baka aniki. Lagipula aku sudah sehat, aru," jawab Kagura tak peduli.

Kemarin malam, Kagura memang pulang terlebih dahulu sebelum pesta utama di mulai. Waktu itu Kagura masih rapuh. Dia tidak akan kuat jika harus menyaksikan kekasihnya mengikat benang dengan sahabatnya. Kagura hanyalah seorang gadis biasa sekalipun memiliki kekuatan super dan sifat bar-bar yang tak menunjukkan kegadisannya sama sekali.

"Oh ya, Kagura-chan. Kau pulang terlebih dahulu bukan?" Kagura mengangguk menjawab Shinpachi. "Tapi kenapa Okita-san bisa menemukanmu tengah malam?"

Eh? Tubuh Kagura menegang. Ia bergerak gelisah di tempat duduknya. Semua yang berada di sana, termasuk Gintoki yang sedang membaca jump, menatapnya.

"A-aku ... hanya sedang jalan-jalan saja, aru," jawab Kagura sedikit ragu.

"Sungguh, aru."

Bohong. Kagura memang keluar lebih dulu, tapi dia tidak langsung pulang. Karena merasa suntuk, Kagura memutuskan untuk pergi ke club Takamagahara. Untuk apa? Tentu saja untuk bersenang-senang. Dan melupakan dunia nyata. Ketika berada di sana, Kagura langsung disuguhi oleh pemandangan laki-laki yang tersenyum padanya. Lumayan untuk cuci mata pikirnya. Kemudian Kagura disambut langsung oleh si pemilik club tersebut. Membawanya ke sebuah meja dan menawarkan beberapa minuman berakohol rendah. Singkat cerita, Kagura memilih salah satu minuman yang memiliki kadar alkohol sedang. Awalnya ia ingin meminum yang 95% alkohol, namun dicegah oleh Kyoshirou. Percayalah, Kagura benar-benar ingin melupakannya.

Tapi begitu meneguk dua gelas alkohol, yang ada Kagura malah semakin mengingatnya. Mendadak seluruh laki-laki yang berada di ruangan itu berubah menjadi sosok pria berambut coklat pasir, berisis merah dan mengenakan pakaian jas berwarna reddish brown sedang tersenyum padanya. Membuat rasa sakit hatinya muncul kembali. Terutama malam di saat Sougo bilang akan datang lagi malamnya, tapi ternyata pria itu berbohong. Kagura mengerjapkan matanya beberapa kali, dan keadaan kembali seperti semula. Setelah ia rasa sudah cukup lama dirinya di Takamagahara, Kagura memutuskan untuk pulang. Berjalan dengan gontai seperti mayat hidup, sesekali ia akan berhenti untuk memuntahkan sesuatu dab berakhir dengan dirinya yang berjalan tak tentu arah hingga hampir tertabrak mobil.

"Kagura-chan." Suara Kamui membuyarkan segala kejadian masa lampau tersebut.

"Hm?"

"Aku ini kakakmu, lho," kata Kamui yang membuat Kagura bingung.

"Dengan kata lain, dia bisa tahu kalau kau punya masalah, Kagura-chan," timpal Shinpachi.

Kagura memiringkan kepalanya. "Aku tidak memiliki masalah apapun, aru."

Tidak ada menyahuti. Keadaan menjadi hening sejenak. Kamui masih dengan senyumnya, diam-diam mengamati raut wajah Kagura. Kagura tidak mau jujur. Kamui tahu itu. Bukan hanya Kamui, Shinpachi dan Gintoki pasti tahu kalau Kagura sedang menyimpan sesuatu. Tapi Kamui tahu sih apa yang sebenarnya sedang dihadapi adik kecilnya ini. Pria itu berdiri dari tempat duduknya.

"Aku akan pergi dulu," ujar Kamui. Gintoki ikut berdiri. "Oh, mau ke mana kau?"

"Menemui seseorang," jawabnya singkat. Ia mengalihkan pandangannya pada Abuto yang menjadi santapan Sadaharu menggantikan Kamui.

"Abuto, kuberi waktu tiga detik. Kalau kau belum selesai dengan mainanmu, gajimu kupotong, lho."

Tidak sampai satu detik, Sadaharu sudah tumbang dengan lidah keluar. "Auuff~"

"Sadaharuuu~" seru Shinpachi. Laki-laki itu memeriksa keadaan Sadaharu.

"Yosh, Danchou! Aku sudah siap," kata Abuto. Ia berdiri tegap dengan wajah berlumuran darah.

Kamui tersenyum. "Gajimu ... kupotong."

Abuto membelalak. "Hee~ nande?!"

"Karena kau sudah menghabisi anjing adikku." Pundak Abuto melemas. Semua jadi serba salah.

"Oke. Aku duluan. Jaa ne, Imouto~" setelah mengatakan itu Kamui langsung keluar dari flat Gintoki. Bukan lewat pintu depan, melainkan melalui jendela belakang meja kerja Gintoku dengan cara menghancurkannya. Shinpachi sweatdrop.

"Hoorrraaa! Kau harus membayar mahal untuk ini, Kamui-kun!" seru Gintoki marah. Perempatan siku-siku muncul di dahinya.

Abuto menghela napas. "Maafkan atasanku itu," ucapkmnya menyesal.

Gintoki mengalihkan perhatiannya pada Abuto. "Pastikan kalian menggantinya!"

Pria bertubuh besar itu mengangguk singkat dan pergi dari sana mengikuti sang kapten.

"Jaa, aku permisi."

Gintoki sibuk menggerutu. Sedangkan Shinpachi mengeluh dengan kerusakan di sana. Karena dia yang nantinya akan membersihkan ini semua. Baik hati bukan, si Megane itu?

Abaikan kebaikan hati si megane. Mari kita perhatikan gadis bermanik biru yang sedang diam sekalipun kakak dan babysitter-nya tersebut sudah pergi.

Gadis itu hanya diam.

"Ano ... Kagura-chan. Bagaimana kalau kau istirahat dulu? Kau pasti lelah, kan?" tawar Shinpachi.

Kagura spontan mengubah ekspresi wajahnya dengan sebuah senyuman lebar. "Ya. Kau benar, aru. Aku akan tidur. Jadi jangan sampai ada yang menggangguku, aru ne."

Gadis itu beranjak dari tempatnya. Belum sempat Kagura masuk kamar ketika suara Kamui kembali terdengar.

"Kamui-san?" tanya Shinpachi bingung.

"Ah Kagura-chan ... aku hanya ingin bilang kalau nanti malam aku akan kembali ke luar angkasa," ujar Kamui sambil tersenyum.

Kagura mengernyit. "Terserah kau saja, aru."

"Ha'i ha'i." Setelahnya Kagura segera pergi dan menghilang. Kagura mengendikkan bahunya dan melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kamar untuk istirahat.

-oOo-

"Oi, Sougo."

Pria yang sedang bersantai di kedai dango tersebut menoleh ketika Hijikata memanggilnya. Di tangannya ia sedang memegang dango yang masih utuh.

"Hm? Hijikata-san?"

"Sedang apa kau di sini?" tanya Hijikata dengan tabako yang terselip di kedua bibirnya.

"Kau buta ya? Sudah jelas aku sedang makan dango," jawab sougo datar.

Hijikata mendengus. Lalu pria itu duduk di samping Sougo. "Bukan itu maksudku." Asap rokok mencemari udara di sekitarnya. "Ini masih jam kerja. Kenapa kau malah duduk santai di sini, hah?!"

Sougo mendengus. "Aku lapar."

Hijikata memutar bola matanya. Seharusnya dia tahu kalau Sougo memang begitu orangnya. Akan memanfaatkan kesempatan sekecil apapun.

"Oh ya Sougo. Tadi aku melihat gadis itu."

Sougo mengernyit. "Siapa?"

"Gadis Yorozuya itu." Sougo terdiam sejenak baru kemudian mengangguk. "Oh. Ada apa memangnya dengan gadis itu?"

"Sepertinya dia baru pulang dari rumah sakit. Aku tadi melihatnya keluar dari mobil mewah bersama pria Yorozuya berkacamata itu," jelas Hijikata.

"Dari mobil mewah?"

"Ya. Sepertinya ada temannya yang kaya raya sukarela mengantar gadis china itu pulang."

Sougo berpikir. Seingatnya, Kagura tidak memiliki teman yang seperti itu. Ah bukan, maksudnya Kagura itu kan punya banyak teman, tapi kalau teman kaya raya yang sampai punya mobil mewah dan dengan baik hati menjemput Kagura dari rumah sakit, sepertinya tidak punya. Atau mungkin Sougo yang tidak tahu?

"Awalnya kukira itu kau, Sougo," sambung Hijikata.

"Aku?"

Hijikata mengangguk. Menelan dango yang sempat ia makan dan melanjutkan, "Hm. Rambutnya hampir sama denganmu."

Rambutnya hampir sama? Sougo kembali berpikir. Siapa kira-kira gerangan yang dengan berani meniru warna rambut miliknya? Rambut warna pasir ini hanya boleh dimiliki keluarga Okita. Selain itu, maka harus seppuku. Entah sejak kapan Sougo mempunyai peraturan semacam itu.

"Apa benar-benar sama?" tanya Sougo memastikan.

"Tidak. Aku bilang hampir sama. Selain itu, wajah pria itu terlihat lebih ramah dan lebih baik daripada kau."

Lebih baik?

"Dan dia terlihat malu-malu dan salah tingkah ketika berbicara dengan gadis china itu."

Malu-malu? Salah tingkah?

"Dia pemalu maksudmu?"

"Mungkin iya, mungkin juga tidak. Entahlah," jawab Hijikata ambigu. "Hal itu mungkin saja terjadi jika pria itu menyukai gadis china itu bukan?"

Menyukai? Yang benar saja!

Tanpa sadar Hijikata telah membuat hati si sadis itu memanas.

Sougo yang mengerutkan kening khas orang berpikir cukup membuat Hijikata penasaran.

"Oi Sougo. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Hijikata tak tertahankan.

"Ha? Aku sedang memikirkan kenapa Hijikata-san ada di sini dan memakan dango yang kupesan, sementara tadi kau menegurku yang sedang beristirahat," jawab Sougo lancar. Dia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya ia pikirkan bukan?

Mendengar itu Hijikata jadi kelabakan. Benar kata Sougo, tanpa sadar ia sudah memakan dango milik Sougo lengkap dengan lapisan mayo di atasnya.

"O-oh ... maafkan aku. Aku saja yang bayar kalau begitu."

Pria bersurai pasir itu tersenyum miring. "Tentu saja. Aku bahkan baru makan satu tusuk."

Sougo mendengus. "Aku pergi dulu, Hijikata-san."

"Tunggu dulu, Sougo!" seruan Hijikata menghentikan langkahnya.

Sougo menoleh.

"Aku lupa memberitahumu kalau Kondo-san tadi mencarimu," ujar Hijikata.

Sougi berdecak, "Ck, seharusnya kau bilang dari tadi, Kuso Mayo!"

"Nani?!" sebelum Hijikata protes lebih banyak, Sougo segera pergi dari hadapan pria maniak mayo tersebut. Kembali ke markas untuk memenuhi panggilan Kondo.

Dalam perjalanan menuju markas, banyak hal yang Sougo pikirkan. Termasuk memikirkan kembali apa yang sudah Hijikata katakan tadi. Seperti seorang pria yang mengantar Kagura misalnya. Menurut kacamata Hijikata, pria itu memiliki rambut yang hampir sama seperti miliknya. Wajahnya terlihat lebih baik dari pada dirinya. Tersipu-sipu ketika berbicara dengan Kagura.

Hell no! Sougo yakin seratus persen, ah tidak, seribu persen kalau Sougo jauh-jauh- dan jauh lebih baik daripada pria itu. Rambut Sougo juga lebih alami dan halus daripada pria itu. Milik pria itu pasti hanya dicat dan semacamnya. Dan tersipu-sipu? Sougo juga selalu tersipu-sipu jika berbicara dengan Kagura.

Ya, kan?! Sougo tersipu-sipu, kan?! Dia sudah siap dengan bazooka-nya kalau ada yang bilang tidak.

Yeah, pria bermata merah itu tidak mau kalah rupanya.

Ah, satu lagi. Mobil milik Sougo jauh lebih mewah dan lebih mahal daripada mobil mewah pria yang mungkin masih kreditan itu.

"Cih." Sougo berdecih. Mau tak mau, Sougo penasaran dengan pria itu. Yeah, pria itu. Sougo tidak mau tahu dengan nama pria itu. Yang Sougo ingin ketahui adalah kenapa Kagura bisa pulang dengan pria itu dan kenapa Sougo bisa tidak tahu kalau Kagura berteman dengan orang semacam pria itu?!

Dan malam ini Sougo punya rencana untuk mengunjungi Yorozuya. Bertemu Kagura untuk meminta maaf pada gadis itu. Minta maaf atas dirinya yang tidak bisa menemui Kagura tadi malam di rumah sakit.

Sougo menghela napas. Tanpa sadar ia sudah sampai di depan markas Shinsengumi. Tanpa menunggu waktu lama, Sougo segera mencara Kondo di ruangannya. Dan Sougo berhasil menemukannya, tapi bukan di ruangannya, melainkan di doujo. Kondo memang sedikit berbeda daripada anggota yang lainnya sekalipun hobinya adalah menguntit Otae.

"Kondo-san," sapa Sougo santai. Mendengar namanya dipanggil, Kondo menoleh.

"Oh, Sougo," sahutnya.

"Kudengar Kondo-san memanggilku. Ada apa?" tanya Sougo.

"Ah, benar juga." Kondo berjalan mendekati Sougo. Pria berkepala tiga tersebut memasang wajah serius. "Sougo, kau aku tugaskan pergi ke Bushuu untuk menemani Yamazaki!"

Sougo mengernyit. "Kenapa harus aku?"

"Yah, Yamazaki tidak begitu memahami tempat itu. Toushi juga sudah kutugaskan untuk misi lain. Kau mau, kan?"

Sougo terdiam sejenak. Bukannya Sougo tidak mau. Dia mau asal bukan hari ini, karena ia sudah punya rencana. Lagipula ... sedikit sulit bagi Sougo untuk pergi ke Bushuu mengingat terlalu banyaknya kenangan yang ada di sana. Tapi kalau Kondo-san yang meminta, Sougo bisa apa?

Akhirnya ia mengangguk. "Baiklah. Kapan aku akan pergi ke sana?"

Kondo tersenyum lebar. "Arigatou, Sougo. Kau bisa pergi sore ini dengan Yamazaki dan lainnya."

Senyum tipis tersungging di bibir Sougo. "Baiklah aku akan bersiap kalau begitu. Aku pamit dulu, Kondo-san."

"Oke," seru Kondo pada Sougo yang sudah berjalan memunggunginya.

Sougo ke kamarnya yang ada di Shinsengumi dengan aura yang sedikit lebih gelap dari sebelumnya. Sepertinya untuk beberapa hari ke depan Sougo tidak akan bisa menemui Kagura. Dan ia hanya bisa menghela napas berat.

Meskipun ada istilah "masih ada hari esok", tetap saja itu 'sedikit' sulit baginya.

-oOo-

To be continue.

-oOo-

Hahhh~ fiuuuhhh~ yeay! Chapter 4 update jugaaaa akhirnyaaaa~ /nari ubur-ubur. Maap lamaaaa~ saya 'sedikit'ada kendala dalam ngetik cerita. Yeah, aku ini orangnya cukup pemalas, jadi kadang ngetik satu chapter bisa sampe lima hari saking malesnya. Cepet bosen kali yak pasnya. Tapi sekarang udah update kok. Muehehheeh xD

Oh ya, apa ada yang masih inget sama Hongi Hisashi? Itu tuh~ cowok yang selalu senam radio tiap pagi sama Kagura di eps err ... berapa yak? Lupa saya. Dia kan sakit-sakitan, tapi kalo diliat dari keadaan keluarganya dia kek termasuk kategori keluarga kaya kan xD jadi aku bikin dia punya perusahaan. Nyahahahaha xD

Trus ... tulisan "pria itu" keknya banyak yak? Hehe sengaja emang /ditimpuk. Oha ya, makasih buat yang udah nge-read, ng-repiuw, nge-follow dan nge-fave. Semoga puas dengan chapter ini yaa~~

Nurufufufu~ udah dulu yak xD Kritik dan saran seperti biasaaa~~~ sangat diterima.

Pay ... pay ... di chapter selanjutnyaaaa~~~

Hana Kumiko.