Balas repiuw login dan non login.
ATHAYPRI: Iya, Hisashi yang itu. Heh? Iyakah? Kukira masih idup. Yo wes lah gapapa. Anggap aja dia masih idup xD *puk puk* setiap orang pasti punya salah ^^ Sssstt~ Sougo emang cemburuan (Sougo: gua ga cemburuan woy!) Haha xD iya kamu yang pertama. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Kana Lamont: Begitulah Sougo. Nyebelin tapi ngangenin *-* Wahaha, Hisashi unyu gitu. Sayang eh Sougo ga ada pas Kagura blushing xD Aku juga baru sadar pas rewatch. Makasih ^^ moga chapter ini ga lebih buruk dari chapter kemaren yak. Oh, apa aku harus sering-sering masoin si Sougo? Haha xD Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Daez: Nih udah lanjut. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Konata Izumi: Yeay, Konacchi mampir lagi! Haha, iya bikin moodbuster xD Ugh, Kamui pulang. Doain cepet balik lagi yah ... Kagura udah dewasa, jadi lebih sering berpikir. Nyuyah, kebetulan pas nulis ff ini sambil nonton anime itu. Nyangkut deh nurufufufu-nya xD khe khe nih udah lanjut. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Ruinatirta18: Yap, Sougo punya saingan xD Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Scarleet Rin: Masamaaaa \(^0^)/ gomeeennn kalo lamaaa~ nih udah lanjut. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Iranalutfi19: Ini settingnya Kagura umur 19 tahun dan Sougo 23 tahun. Bayangin aja kaya itu. Aku juga bayanginnya juga gitu soalnya xD Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
1: Hoho, doakan saja dia mampir ke rumahmu. Tapi sebelumnya dia udah mampir ke rumahku loh~ /ngayal. Iyah, dia manis. Blushingnya bikin salah paham xD Uwaaaa, chapter kemaren emang banyak typonyaaaa~ T^T
Nih udah lanjut. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Faneda: Iyakah? Moga ga jadi kenyataan yak. Aku paham, kadang aku juga sering mikir gitu :') Iyak. Ini lima tahun dari usia Kagura sekarang. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Yuu: Hm hm hm ... panggil Hana nyan, bukan Hana san, oke? Aitakatta yooo~~~ xD Hehe ... aku orang yang suka update malem. Biar bisa jadi kejutan pas pagi xD Yap, semangat! Huweee iyaa~ banyak typo T^T awas dihantui Mitsuba loh~ Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Rabie no Cherry: Ho'oh yang itu. Hooo~ usia Hisashi lebih muda emang? Kukira sama :'v Ke mana aja neng? Mereka udah jadian lamaa~ Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Hannacemong: Yandere? Bukan tsundere? Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Freedom Mitsuko: Nih udah lanjut. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Stephanny1298: Haha ... ga papa xD nih chapter 5 update. Makasih sudah baca dan tinggalkan jejak ^0^)/
Yeay! Makasih yang udah nge-read, nge-reviuw, nge-fav dan nge-follow \(^0^)/
Ai no Shiken chapter 5, up!
-oOo-
OkiKaguFanfiction.
Gintama (c) Sorachi Hideaki.
Ai no Shiken (c) Hana Kumiko.
Happy reading ^^
-oOo-
BRAK!
Suara gaduh yang berasal dari halaman belakang mengagetkan Tokugawa Souyo yang sedang bersantai di sana. Bersamaan dengan itu, beberapa pengawal datang untuk melihat sumber kegaduhan. Souyo memandang tak percaya pada pria yang tengah berdiri di depannya tersebut. Pria yang menjadi penyebab kegaduhan akibat kedatangannya yang 'baik-baik' ke dalam istana sehingga membuat 'sedikit' keretakan di tanah.
"Kamui-san?!"
Dengan senyum innocent khas miliknya, Kamui melambaikan tanganya. "Hai, Souyo-hime."
Beberapa para pengawal yang tadinya berdatangan, kini mulai bubar sambil menggerutu ketika tahu kalau Kamui yang datang. Seharusnya mereka tahu kalau Kamui selalu datang dengan 'baik-baik' ketika berkunjung ke istana. Souyo tersenyum prihatin kepada para pengawal-pengawal tersebut.
Souyo kembali memfokuskan pandangannya pada Kamui yang tengah berjalan ke arahnya.
"Shogun ada?" tanya Kamui.
"Eh, shogun sedang tidak ada di tempat saat ini," jawab Souyo pelan.
Kamui memasang wajah kecewa. "Hm ... sayang sekali. Padahal aku ada perlu dengannya." Tanpa repot meminta izin, pria itu kemudian duduk di samping Souyo. Menyandarkan tubuhnya ke belakang dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Mata pria itu terbuka. Menampakkan sebuah iris biru tua bening indah yang kini sedang memandang langit.
Souyo diam memperhatikan. Jika dilihat-lihat, wajah pria berusia dua puluh tiga tahun ini sangat tampan. Wajahnya putih pucat tanpa bintik-bintik komedo ataupun bekas jerawat yang membuat wajahnya nampak cacat. Juga wajahnya yang entah kenapa membuat semua wanita merasa tampak tua. Manik sapphire-nya yang bening menambah keindahan parasnya. Tidak lupa dengan sebuah senyuman yang selalu hadir di wajah babyface-nya. Hingga tanpa sadar, sebuah rona hadir di wajah Souyo.
Untuk sesaat Souyo terpesona. Bagaimana bisa ada manusia tampan seperti dia di muka bumi ini.
Merasa diperhatikan, Kamui menoleh. Masih dengan senyumnya yang khas ia bertanya, "Apa ada sesuatu di wajahku?"
Seketika itu Souyo sadar kalau ia sudah terlalu lama memperhatikan Kamui. "E-eh, tidak ada apa-apa. Sungguh."
"Hmm~" Kamui bergumam. "Wajahmu merah."
"E-eeh." Souyo tergagap. Ia bisa merasakan darahnya naik berkumpul di area wajah dan memanas. Ia yakin wajahnya sekarang benar-benar memerah. Semerah kimono yang ia pakai sekarang.
Mau bagaimana lagi. Siapa yang tidak akan merona kalau memperhatikan wajah tampan seorang pria seperti Kamui. Wajar kan untuk gadis berusia tujuh belas tahun sepertinya. Bahkan author yang masih kecil juga kadang blushing sendiri kalau melihat Kamui. Kyaaa~ (author lupa diri)
"Hah~" Kamui mendesah. "Kalau shogun tidak ada, aku akan langsung pergi saja."
"Eh? Pergi ke mana?"
Kamui memandang Souyo bingung. "Tentu saja ke luar angkasa. Aku tidak bisa terus tinggal di sini dan mengabaikan pekerjaanku, kan?"
"A-ah, benar juga," gumam sang tuan putri.
Kamui berdiri dari tempatnya. Merenggangkan tubuhnya sejenak. Kemudian ia menghadap ke arah Souyo.
"Oh ya, Souyo-hime. Bisakah kau menyampaikan salamku pada shogun jika dia sudah kembali?" pinta Kamui kini dengan senyumannya.
Gadis itu diam sejenak dan mengangguk ragu. Melihat itu, senyum Kamui melebar. Pria itu mengepalkan tangannya yang kuat. "Berikan dia sebuah salam tinju dariku."
Souyo sedikit melebarkan matanya. "Bukankah Kamui-san sudah menghajarnya kemarin malam setelah pesta pertunangan?!"
"Ya, itu benar. Tapi aku masih belum puas, lho," ujar Kamui polos.
"Kamui-san juga sudah menghajar shogun sampai gigi pasangannya copot lagi delapan hari yang lalu, pagi sebelum pertemuan calon mempelai. Dan hari-hari sebelumnya juga!"
Kamui mengangguk. "Itu benar."
"Dan sekarang kau ingin menghajarnya lagi?!" seru Souyo. Sekali lagi Kamui mengangguk. "Ya, tentu saja. Kau tahu sendiri bagaimana sifatku yang tidak suka diatur bukan, Souyo-hime?"
"A-aku tahu," lirih Souyo. "Uhm, kira-kira kapan kau akan kembali ke sini?"
Pria yang seumuran dengan Sougo itu tersenyum dan menjawab, "Satu bulan sebelum pernikahan."
Souyo terbelalak. Seketika ia ikut berdiri dari duduknya dan menghadap Kamui yang tinggi menjulang di hadapannya. "Itu terlalu lama, Kamui-san!"
"Benarkah? Bukankah pernikahannya akan diadakan enam minggu dari sekarang? Itu artinya aku akan kembali dua minggu lagi," kata Kamui.
Souyo terdiam.
"Kau curang, Kamui-san!" tuduh Souyo. Ia bisa merasakan tubuhnya bergetar ketika sebuah amarah tiba-tiba menyeruak dari dalam dirinya. Sementara Kamui tetap tenang dan tersenyum melihat gadis yang terpaut enam tahun dengannya itu menunduk emosi.
"Tidak," sanggah Kamui. Ibu jari dan telunjuknya mengapit dagu gadis itu. Mengangkatnya hingga pandangan mereka saling bertemu. "Aku bilang ... aku tidak suka diatur," ujar berlamat-lamat. Bibirnya masih tersungging sebuah senyuman. Namun matanya menyipit dan menggelap.
"Jadi sekarang diamlah ... karena aku tidak tertarik dengan gadis yang suka mengatur kehidupanku," lanjut Kamui.
"Bukankah kau bilang kau akan memberikanku kesempatan?" tanya Souyo pelan. Ada nada sendu yang keluar ketika ia bertanya seperti itu.
"Ya, benar," jawab Kamui kembali ke mode cerianya, yang tentu saja palsu.
"Lalu kenapa kau malah akan pergi dan kembali lagi satu bulan sebelum pernikahan?!"
"Ini ... ujian," ucapnya. "Kalau kau berhasil meluluhkan hatiku dalam waktu satu bulan, kau bisa memilikiku. Tapi jika tidak ...," Kamui menggantungkan ucapannya, "lupakan dan matilah bersama perasaanmu itu."
Souyo terkesiap. Matanya berkaca-kaca menatap manik sapphire tajam pria itu meski tak begitu terlihat akibat senyumannya.
Sebenarnya ada satu hal yang menyangkut perasaannya pada Kamui yang selama ini dia pendam. Souyo ... menyukai Kamui. Ia menyukai kakak dari sahabatnya. Ia menyukai pria sadis yang pernah hampir membunuh kakaknya. Dia ... jatuh cinta pada pria dihadapannya ini.
"Kau tahu kalau aku mencintaimu, bukan?" ujar Souyo lirih.
Kamui mengangguk yakin. "Aku tahu. Maka dari itu ... berjuanglah."
Souyo tidak bersuara. Ia hanya diam saat Kamui membebaskan dagunya dari kuasa tangan pria tersebut. Ia menundukkan pandangannya ke tanah. Barulah ia sedikit beraksi ketika tangan besar Kamui menepuk puncak kepalanya.
"Jangan lupa sampaikan salamku pada shogun," pesan Kamui. "Jaa~ aku pergi dulu."
Setelah itu Souyo mengangkat wajahnya dan menatap punggung pria yang sekarang sedang keluar meloncat melewati pagar pembatas bukannya gerbang. Meski sedikit, Souyo tersenyum melihatnya. Meski lima tahun berlalu, pria itu sama sekali tidak berubah.
Mungkin sekarang masih siang hari. Namun musim dingin tetaplah musim dingin yang menghembuskan angin yang terasa dingin. Meski tak sedingin ketika salju turun. Awalnya, perasaan ini hanya Souyo dan kami-sama yang mengetahui. Kemudian ketika beberapa hari sebelum acara perjodohan, ia mengatakannya pada Kamui. Sehingga pria itu tahu akan perasaannya. Dan sekarang ... yang mengetahui kenyataan itu bertambah satu orang lagi, yaitu Nobunobu yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka sejak kedatangan mantan divisi tujuh Harusame.
.
Tap.
Kamui mendarat dengan mulus -tentu saja- di daratan luar istana. Tanpa diduga ternyata Abuto sudah menunggunya sambil bersedekap.
"Ara, Abuto? Kau sudah lama di sini?"
Pria itu memasang pose (sok) keren dengan memejamkan mata. "Tidak juga."
"Souka~ ayo kita pergi, Abuto. Kepulangannya dipercepat karena shogun sedang tidak ada di tempat," tutur Kamui dengan senyum. Dan mulai melangkahkan kakinya.
Sejenak Abuto menghela napas. "Kau yakin? Sepertinya dia sangat mencintaimu."
Kamui berhenti.
"Benarkah?" Ia membuka payungnya yang memiliki ukuran lebih besar dibanding dengan milik Kagura. "Kalau begitu, biarkan dia berjuang."
Lalu Kamui kembali melanjutkan langkahnya dan diikuti oleh Abuto di belakangnya sambil menghela napas, lagi. Sepertinya mempunyai atasan seperti Kamui membuat Abuto selalu menghela napas.
-oOo-
-Bushuu-
Sudah tiga hari sejak Sougo meninggalkan Edo untuk pergi ke Bushuu menjalankan misi. Selama tiga hari itu pula Sougo tidak berkomunikasi dengan Kagura.
Ehem. Oke itu bukan hal yang besar, mengingat meskipun sudah setahun mereka menjadi kekasih, mereka tetap jarang berkomunikasi karena Kagura yang tidak memiliki ponsel dan Sougo yang akan lebih memilih menghampiri langsung Kagura ke Yorozuya. Lebih praktis menurutnya. Yeah, seorang sadis punya cara sendiri untuk berhubungan dengan kekasihnya.
Awalnya mereka merasa tidak masalah sekalipun tidak berkomunikasi lewat ponsel. Toh tanpa mereka sadari, jauh dari dalam lubuk hati mereka, keduanya sudah saling percaya satu sama lain. Tapi sekarang Sougo sadar kalau ponsel itu ternyata dibutuhkan untuk saat seperti ini. Ketika hatinya merindu pada sosok putri bar-bar bernama Kagura tersebut. Rindu pada wajah dewasa namun kekanakan milik gadis bersurai jingga tersebut. Suara super cempreng dan bibirnya yang selalu mengapit selembar sukonbu tiap detiknya. Meski terkadang Sougo berpikir, kenapa bukan bibir Sougo saja yang diapit oleh bibir gadis itu? Bukankah lebih kenyal dan nikmat daripada selembar sukonbu nistah yang asam itu?
Oke, abaikan bagian yang terakhir. Yang jelas, sekarang Sougo rindu pada gadis itu. Hingga rasanya ingin mati jika tak melihat ekspresi tsundere Kagura.
Demi apa seorang Okita Sougo bisa memiliki perasaan mendramatis seperti ini?!
Demi cinta.
Sebagian koresponden mengatakan demi cinta, yang tentunya langsung dibazooka oleh pihak terkait.
Pergi ke Bushuu selama tiga hari ini sebenarnya hanya untuk membantu Yamazaki untuk memata-matai kelompok pemberontak yang entah kenapa masih belum kapok untuk memberontak dan ingin menurunkan Nobunobu dari posisinya sebagai Shogun. Padahal menurut Sougo, Nobunobu yang sekarang sudah tobat sekalipun otaknya masih tetap nyeleneh seperti dulu. Beruntung Yamazaki yang bekerja, sedangkan ia hanya bertugas sebagai tour guide. Setidaknya, Sougo tidak terlalu direpotkan oleh hal seperti itu.
Dan memandangi langit pagi seperti ini dari jendela kamar adalah salah satu hal yang bisa Sougo lakukan saat ini. Walau Sougo dikenal sebagai seorang sadis, ia tetaplah manusia biasa yang sudah tentu pernah merenung.
Dalam perenungannya, pintu fusuma terbuka. Namun itu tidak mengalihkan atensinya dari langit.
"Okita-taichou," panggil Yamazaki.
"Hm?" respon Sougo.
"Begini, aku sudah sudah menyelesaikan tugas yang taichou berikan!" ujar Yamazaki tegas.
"Bagus," gumam Sougo, namun masih bisa terdengar oleh Yamazaki. Matanya sedikit melirik ke tempat Yamazaki berada. Ia menengadahkan tangannya kepada Yamazaki meminta sesuatu. "Mana?"
Yamazaki masuk ke dalam kamar Sougo kemudian emberikan sebuah tas plastik sedang berisikan sesuatu.
"Ini, Okita-taichou."
"Arigatou, Yamazaki," ujar Sougo. Ia sedikit mengintip ke dalam isi plastik tersebut dan tersenyum tipis ketika melihatnya. Sougo mengibaskan tangannya menyuruh inspektur Shinsengumi tersebut pergi.
Yamazaki membungkuk sejenak dan pamit.
Kini tinggallah Okita Sougo seorang diri. Sekali lagi ia melihat isi plastik tersebut. Ia mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam plastik yang ternyata adalah beberapa sukonbu. Sougo meletakkannya di meja. Menatanya dengan rapi menurut rasa. Tadi, ia menyuruh Yamazaki untuk pergi membeli beberapa sukonbu di toko. Rencananya hari ini ia akan mencicipi makanan yang selalu dimakan oleh Kagura. Sougo sudah pernah mencoba sebelumnya, tapi hanya sekali. Itupun tidak sampai habis, karena begitu selembar sukonbu itu masuk ke dalam mulutnya dan lidahnya mulai mengecapnya, seketika itu juga Sougo langsung memuntahkannya. Bisa-bisanya gadis itu menyukai makanan aneh itu. Apalagi Kagura memakannya setiap hari. Yah, tapi tidak heran untuk gadis aneh seperti Kagura. Dan mungkin saja rasanya akan enak kalau terus-terusan dimakan. Dan Sougo akan mencobanya hari ini.
.
Yamazaki berjalan menyusuri lorong penginapan dengan cepat. Dia baru saja mendapatkan kabar gembira yang harus segera ia sampaikan pada kaptennya tersebut. Sesampainya di depan kamar Sougo, Yamazaki segera memanggil nama kapten divisi satu tersebut.
"Okita-taichou," panggil Yamazaki. Untuk beberapa saat Yamazaki menunggu jawaban dari dalam. Namun sampai beberapa menit kemudian, ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban apapun.
Sekali lagi ia memanggil ketua divisi satu tersebut. Dan lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban. Yamazaki menjadi curiga. Maka dengan terpaksa ia membuka pintu fusuma kamar Sougo. Ia menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan. Yamazaki menghela napas ketika mendapati pria itu tidur beralaskan tatami dengan jendela terbuka lebar. Membuat angin berhembus masuk dengan leluasa. Dan kardus sukonbu berceceran.
"Mattaku~ Okita-taichou tidak seharusnya kau tidur dengan jendela terbuka seperti ini," gumamnya sambil masuk ke dalam kamar Sougo yang bisa dibilang cukup luas itu. Ia berniat membangunkan Sougo agar tidur dengan benar.
Tapi ketika ia sudah dekat dengan Sougo, tiba-tiba Yamazaki terkesiap. Napasnya tercekat. Matanya terbelalak lebar melihat Okita Sougo yang ternyata lebih dari sekedar tidur.
"OKITA-TAICHOU!"
Pria bersurai pasir itu tergeletak tak berdaya dengan busa keluar dari mulutnya.
-oOo-
Sementara itu di Kabuki-chou, lebih tepatnya di kediaman keluarga Shimura pada waktu yang sama, Kagura yang tengah memakan nabe bersama Gintoki, Shinpachi dan Kondo Otae, tiba-tiba tersedak.
"Uhuk ... uhuk ..."
Reflek semua yang ada di sana menolehkan kepalanya pada Kagura.
"Kau tidak apa, Kagura-chan?" tanya Otae khawatir.
Masih dengan batuknya Kagura mengangguk. "Uhuk ... aku tidak apa-apa, aru."
Shinpachi mengulurkan segelas air pada gadis itu. "Minumlah dulu, Kagura-chan."
"Oi oi ada apa denganmu ini?" tanya Gintoki heran. Setahunya tadi Kagura makan dengan santai-santai saja. Kagura menggekeng singkat. Ia meraih air pemberian Shinpachi dan meminumnya. "Aku tidak apa-apa, aru ne!"
"Hati-hati, Kagura-chan! Tidak perlu terburu-terburu," pesan Otae. Kagura tersenyum lebar. "Siap, Anego!"
Lalu keadaan kembali seperti semula. Memakan nabe sambil sesekali bersenda gurau. Setidaknya itu untuk ketiga orang dewasa yang lainnya. Namun tidak untuk Kagura. Gadis yang rambutnya sedang dikuncir ponytail itu hanya terdiam. Memandang mangkuk berisi nabe dalam genggamannya. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi yang jelas dari tadi hatinya merasa tidak nyaman. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya, entah apa itu.
Manik birunya beralih pada langit musim dingin Kabuki-chou. Dan pikirannya terbang melayang jauh ke suatu tempat.
-oOo-
To be continue ...
-oOo-
Holllaaaa~~~ lama yak? Gomen gomen. Akhir-akhir ini aku sibuk maraton baca manga korea sama guru kuning itu. Hehe~ dan juga aku tersesat di fandom sebelah. Ga bikin sih, cuma baca xD tapi kebetulan pair favku lumayan banyak, jadi yah~ begitulah xD Maaafff bangeettt ... apa kira-kira masih ada yang nunggu ff ini? :')
Fiuuh~ ga ada waktu ngedit sana sinu. Gegerku wes remek :'v jadi habis ngetik langsung ku upload dari hape. Kuota ga mencukupi buat upload dari pc :')
Oh ya, chapter kemaren banyak typo ya? Huuwweee~ baru sadaaarrr~ huhuuu ...Semoga chapter ini ga terlalu banyak typo dan ga mengecewakan ya~ udah itu aja. Kritik dan saran sangat diterima.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya~ ^^
Hana Kumiko.
