Ai no Shiken chapter 6, up!

-oOo-

OkiKaguFanfiction.

Gintama (c) Sorachi Hideaki.

Ai no Shiken (c) Hana Kumiko.

Warning! OoC, typo(s). DLDR!

Happy reading ^^

-oOo-

-Bushuu-

"OKITA-TAICHOU!" seru Yamazaki panik.

Pria itu mengguncangkan tubuh Sougo. Mencoba menyadarkan pria itu. Setelah beberapa kali dan mendapatkan hasil nihil, Yamazaki segera memanggil beberapa anggota Shinsengumi untuk membantunya membawa Sougo ke rumah sakit terdekat, karena Yamazaki tidak kuat jika harus menggotong tubuh Sougo sendirian.

Singkat cerita, Sougo sudah dibawa ke rumah sakit. Yamazaki sedang menunggu di ruang tunggu dengan harap-harap cemas. Pasalnya ini pertama kalinya bagi Yamazaki melihat Okita Sougo terkapar tak berdaya dengan mulut keluar busa. Kalau berdarah atau babak belur sih sudah biasa. Tadi dirinya sempat berpikir kalau kapten divisi satu tersebut over dosis karena kelebihan obat atau apa, tapi ia segera menepis pemikiran tersebut. Sekalipun Okita Sougo bukan orang yang terbuka, pria itu tidak akan menggunakan obat terlarang. Yah, meskipun itu bisa saja terjadi jika dilihat dari hubungannya dengan gadis Yato akhir-akhir ini. Hey, diam-diam Yamazaki tahu apa yang sedang terjadi dengan kisah cinta para atasannya itu. Jangan abaikan matanya yang sudah selalu diberkati dewa anpan.

Yamazaki yang sedang mondar-mandir cemas di depan ruangan Sougo akhirnya berhenti ketika seorang dokter laki-laki berambut putih keluar dari ruangan Sougo diperiksa.

"Sensei, bagaimana keadaan Okita-taichou?" tanya Yamazaki tanpa basa-basi.

Dokter itu menghela napas. "Mari kita bicarakan diruanganku."

Entah kenapa, jika dilihat dari gelagat dokter tersebut Yamazaki memiliki perasaan tidak enak. Dengan raut wajah tegang ia mengikuti dokter tersebut. Dokter itu membuka pintu sebuah ruangan yang sudah bisa ditebak sebagai ruangan dokter tersebut.

"Silakan, duduk!" ujar dokter itu tenang. Yamazaki menurutinya dan duduk di sebuah kursi di samping dokter itu.

"Jadi bagaimana keadaannya, sensei?"

Dokter itu mengangguk. "Sejauh ini ... keadaannya baik-baik saja. Sepertinya dia terlalu banyak makan sukonbu hingga lambungnya tidak kuat dan malah over dosis seperti itu."

Yamazaki terdiam. Jika dipikir-pikir, Sougo menyuruhnya untuk membeli sukonbu tadi. Jadi itu untuk dimakan sendiri? Bukan dijadikan oleh-oleh untuk gadis Yato itu? Astaga ... Yamazaki sudah salah sangka. Ternyata matanya belum terlatih dengan benar.

Yamazaki menghela napas lelah. "Apa hanya itu penyebabnya, sensei? Bukan karena ada racun seperti di tivi-tivi itu?"

"Racun sianida maksudnya? Oh, kau tenang saja. Meski tanpa racun Sianida tersebut, sepertinya pemuda itu sudah penuh dengan racun," tutur sang dokter sambil tertawa.

"Ah, anda benar, sensei." Yamazaki mengiyakan perkataan dokter itu. Tanpa racun pun, sebenarnya Sougo sendiri adalah sebuah racun.

"Namanya ... Okita Sougo? Apa dia memiliki hubungan dengan Okita Mitsuba?" tanya dokter itu tiba-tiba.

"Eh, anda mengenal Mitsuba-dono?" tanya Yamazaki antusias. "Dan benar, sensei. Dia adalah adik dari Mitsuba-dono."

Dokter itu mengangguk. "Jadi benar. Pantas aku familier sekali ketika melihatnya," ujar dokter tersebut sambil menerawang.

"Dia adalah pasienku dulu. Sayang sekali kami belum bisa menemukan obat yang efektif untuk penyakitnya," sesal sang dokter.

"Anda benar. Tapi bagaimanapun itu adalah takdir dari Kami-sama," sahut Yamazaki.

Dokter itu tersenyum. "Yang jelas Okita-kun hanya perlu istirahat. Dan jangan memaksakan diri untuk makan sukonbu lagi."

"Ha'i, sensei!"

Keluar dari ruangan dokter itu, Yamazaki mengambil ponselnya. Ia berniat menghubungi Hijikata Toushirou. Melaporkan apa yang tengah terjadi pada Okita Sougo. Telepon mulai terhubung dan beberapa detik kemudian akhirnya tersambung.

"Moshi-moshi , Fukuchou," salam Yamazaki.

"Ha'i, Moshi-moshi," jawab orang di seberang telepon. Yamazaki mengerutkan dahi bingung. Ini bukan suara fukuchou.

"Nani, aru ka? Jika kau mencari Mayora, dia sedang tepar, aru ne!"

Tunggu! Aru?

-oOo-

Edo.

Kagura hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat Gintoki dan Hijikata memulai pertengkaran mereka. Ini tidak akan terjadi jika saja wakil Shinsengumi itu tidak datang ke rumah Shinpachi untuk mencari komandan Shinsengumi, Kondo Isao. Kagura tidak habis pikir, kenapa keduanya selalu bertengkar jika sudah bertemu. Ah, coba lihat siapa yang berbicara. Bukankah kau juga selalu bertengkar dengan si sadis kalau sudah bertemu, Kagura-chan?

"Kenapa Kagura-chan?" tanya Shinpachi.

Kagura menoleh. "Hm ... tidak ada apa-apa, aru. Aku hanya bingung."

"Bingung kenapa?"

"Kenapa Gin-chan dan Mayora selalu bertengkar ketika mereka bertemu, aru ka? Padahal setahuku mereka sama-sama tidak punya dendam, aru ne," jelas Kagura. Atensinya tetap memperhatikan Hijikata yang sedang bertaruh dengan Gintoki siapa yang paling bisa bertahan minum sake. Sekali lagi ia menggelengkan kepalanya. Padahal ini masih pagi, tapi sudah mabuk-mabukan.

Shinpachi menaikkan frame kacamatanya. "Kenapa harus bingung, Kagura-chan? Bukankah kau dan Okita-san selalu begitu jika bertemu?" Pria itu terkekeh. Akhirnya si Megane menyadarkan Kagura.

Hah, Megane? Siapa itu Megane?!

Kagura mengernyit. Sedikit terganggu jika ia disangkut pautkan dengan si sadis itu. "Itu berbeda, aru ne. Dia yang selalu menjahiliku duluan. Kau tahu sendiri bukan kalau aku ini gadis pendiam," sanggahnya. Pendiam ... ya, pendiam jika difoto.

Shinpachi menghela napas maklum. "Tapi itu sama saja, Kagura-chan. Bahkan menurutku kalian lebih parah dibandingkan Gin-san dan Hijikata-san."

Gadis itu merengut mendengarnya. Sepertinya sampai saat ini Kagura masih tidak menyadari dampak ketika ia bertarung dengan Sougo. Karena asyik merengut dan berpikir, ia tidak sadar kalau Shinpachi sudah pergi ke dunia lain. Dan bersamaan dengan itu, sebuah suara dering ponsel berbunyi. Dan suara tersebut berasal dari sebuah ponsel yang tergeletak begitu saja di bawah meja. Kagura mengenali ponsel tersebut sebagai miliki Hijikata. Ia berniat memanggil si empunya ponsel, namun ia urungkan begitu ia melihat Hijikata tergeletak tak sadarkan diri akibat sudah terlalu mabuk. Kagura memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Moshi-moshi, Fukuchou," sapa orang dalam telepon.

"Ha'i, moshi-moshi," balas Kagura. Kemudian tidak ada jawaban. Kagura mengernyit. "Nani, aru ka? Jika kau mencari Mayora, dia sedang tepar, aru ne!"

"E-eh? Aru? Apa ini China-san?"

"Hah? Tentu saja, aru. Kau tidak bisa mengenali suara bening seorang gadis ya?!" Tidak bisakah si penelepon langsung mengenali suaranya yang bening seperti lonceng surga ini? Meski dia belum pernah ke surga.

"A-ah, maaf. Ano ... China-san, bisakah kau memberi telponnya pada Fukuchou? Ada sesuatu yang harus aku katakan."

"Sudah kubilang dia sedang tidur, aru." Kagura menjauhkan ponselnya dan melihat nama si penelepon yang belum sempat Kagura lihat tadi. Dan sebuah nama "Yamazaki Anpan" tertera dilayar.

"Oh, ternyata ini kau ya, Jimmy!" seru Kagura. "Err ... ano, namaku Yamazaki."

"Ya ya ... intinya itu. Ada apa, Jimmy?"

"Eh, nanti tolong sampaikan pada fukuchou kalau kepulangan kami ditunda. Bisakah?"

Kagura memiringkan kepala. "Hoo, tentu saja, aru. Tapi memangnya kau ada di mana, aru ka? Dan kenapa pula kepulangan kalian harus ditunda? Dan siapa saja yang kau sebut 'kami' itu?" Kagura kepo.

Kagura mengajukan serentetan pertanyaan sambil jari kelingkingnya masuk ke dalam gua di hidung kanan.

"Tanyanya satu-satu, China-san! Satu-satu," sahut Yamazaki.

"Ah, bodo amat, Jimmy. Cepat jawab pertanyaanku, aru!"

Kagura bisa mendengar Yamazaki menghela napas di ujung sana. Entah sudah berapa kali Yamazaki menghela napas hari ini. "Begini, China-san Kami yang aku maksud adalah aku, Okita-taichou, dan beberapa anggota Shinsengumi lainnya. Sekarang kami ada di Bushu menjalankan misi." Kagura mengangguk paham walau dia yakin tidak akan terlihat. Sekarang dia tahu kalau Sougo menghilang karena sedang berada di ujung sana. Padahal Kagura sempat berpikir kalau Sougo punya misi mendadak ke Yoshiwara untuk melakukan penelitian. Penelitian bagaimana rasanya jika nyan nyan dengan wanita Yoshiwara. Kagura sudah salah sangka.

"Seharusnya hari ini kami sudah bisa pulang, tapi ...," Yamazaki terdiam. Kagura mengernyit. "Tapi apa Jimmy?"

"Ada hal buruk yang terjadi menimpa Okita-taichou, China-san," lanjut pria anpan itu lirih.

Mata Kagura melebar. Hal buruk? "Oi, apa yang terjadi?" Dalam hati ia berharap Sougo tidak mengalami hal buruk seperti diracuni musuh atau tertusuk siapapun itu.

Kini pembicaraan sedikit lebih serius.

"Okita-taichou ... Okita-taichou tidak sadarkan diri setelah ... setelah memakan sepuluh bungkus sukonbu, China-san." Err ... oke, sepertinya Yamazaki sedikit mendramatisir dalam menyampaikan berita.

Brak.

Kagura menggebrak meja. "Nani?!"

"Benar. Dan sekarang dia sedang berada di rumah sakit."

Keringat dingin muncul di pelipis Kagura. Jantungnya berdetak cepat. "Apa dia masih hidup, aru ka?! Berikan telpon ini padanya, aru!"

"O-oh, sebentar. Aku akan melihatnya dulu."

Sedang di rumah sakit, Yamazaki langsung memeriksa keadaan kapten divisi satu tersebut. Yang kebetulan sudah membuka matanya dan mengerutkan dahi sambil menatap langit-langit rumah sakit yang putih.

"Okita-taichou, kau sudah sadar?" tanya Yamazaki. Sougo melirik sekilas ke arah Yamazaki dan menjawab, "Belum."

"Oh, begitu." Kemudian Yamazaki kembali mendekatkan ponselnya ke telinga menjawab pertanyaan Kagura. "Halo, China-san? Okita-taichou belum sada-."

Duagh.

Belum sempat Yamazaki menyelesaikan ucapannya, sebuah penghapus papan-yang entah didapatkan dari mana-menghantam kepala Yamazaki.

"Ittaii~" ringis Yamazaki mengusap kepalanya. Dia hendak protes namun didahului oleh Sougo.

"Kau ini bodoh ya, jelas-jelas aku sudah membuka mata dan menjawab pertanyaanmu. Seharusnya tanpa perlu bertanya kau sudah tahu kalau aku sudah sadar!" omel Sougo. "Ada apa memangnya?" tanya Sougo ketus.

Masih dengan ringisannya, Yamazaki berkata, "China-san mau berbicara denganmu."

Tapi tanpa dijawab pun sebenarnya Sougo tahu kalau Kagura ingin berbicara dengannya. Diam-diam si Sadis ini sudah sadar sejak mendengar sepaan akrab untuk gadis itu keluar dari mulut Yamazaki. Dalam hati laki-laki itu menyeringai. Ternyata gadis itu mencemaskanku, pikir Sougo.

"Uhuk uhuk." Sougo terbatuk. Entah sengaja atau tidak.

Di seberang sana Kagura sedikit mencuri dengar pembicaraan Yamazaki dan laki-laki sadis itu. Ia berpikir, mungkin ini adalah hal yang membuat hatinya tidak tenang dari tadi. Ia mendengar Yamazaki memberikan ponsel tersebut kepada Sougo.

"Ada apa, China?" Suara si Sadis terdengar. Suaranya seperti biasa. Namun kali ini diiringi dengan beberapa kali deheman.

"S-Sadist, apa benar yang dikatakan oleh Jimmy tadi?" Kagura bertanya lirih.

Sougo terdiam mendengar suara Kagura. "Hm, itu benar," jawabnya pelan.

Kagura terkesiap.

Apa Kagura begitu mengkhawatirkannya? batin Sougo.

"K-kau ... teganya kau!" suara Kagura tercekat dengan isakan yang terdengar kemudian.

"C-China ... aku tidak bermaksud membuatmu khawa-"

Sougo belum menyelesaikan kalimatnya, Kagura segera menyelanya dengan nada tinggi. "Teganya kau menjadikan Sukonbu-ku kambing hitam atas ketidaksadaranmu tadi. Hiks~ apa salah sukonbu padamu~?"

"Ha?" Sougo terdiam. Mencerna apa yang baru saja dikatakan gadis Yato tersebut. Suasana yang tadinya hampir penuh tradegi kini hancur berkeping-keping. Seakan tadi hanyalah ilusi yang dibuat oleh karakter pengguna jurus mata fandom sebelah.

"Oi, China," panggil Sougo dengan wajah datar. Dia sadar kalau apa yang dipikirkan tadi salah. Ternyata gadis itu mengkhawatirkan sukonbu. Sougo bisa mendengar Kagura masih menangis sesenggukan dengan mengeluarkan kata-kata seperti "kau tega sekali", "Sadist konoyarou", "aku akan menghabisimu", dan lain-lain.

"Oi, China!" dia kembali memanggil Kagura dengan nada sedatar papan yang sudah digilas.

"Hiks, nani, aru ka? Kau belum puasa menghancurkan reputasi sukonbu? Hiks~"

"Ya ya terserah. Jadi kau marah hanya karena tidak terima karena sukonbumu sudah meracuniku begitu?"

"Tentu saja, aru. Memangnya apalagi, hah?! Dan yang meracuni kau adalah dirimu sendiri, jadi jangan menuduh sukonbu-san!"

Sejak kapan sukonbu dipanggil sukonbu-san?

"Ya sudah. Kututup saja telponnya," ujar Sougo ketus. Apa dirinya tidak lebih berharga dibanding dengan sukonbu?

"Jangan dulu Sadiiiisssttt~" cegah Kagura cepat.

"Apa lagi?" sahutnya jengkel. Moodnya buruk seburuk Cinderella yang belum memakai sepatu kaca.

Kagura tidak menjawab. Jari telunjuk sebelah kanannya bergerak menelusuri permukaan kotatsu. Matanya mengerjap beberapa kali. Pipinya sedikit memerah. Beruntung Sougo ada di tempat nan jauh di sana. Sehingga tidak bisa melihat Kagura yang memerah.

"U-um ... k-kau, apa kau sudah b-baik-baik saja?" Sougo sedikit melebarkan matanya. "J-jangan salah paham, aku ... aku hanya tidak ingin kau mengkambinghitamkan sukonbu lagi," sela Kagura cepat. Matanya menyayu.

Tanpa sepengetahuan Kagura, Sougo tersenyum. Sifat tsundere gadis itu mulai muncul. Sougo mendadak merasa menjadi karakter ikemen di manga shoujo yang mendapatkan perhatian dari gadis ter-tsundere ketika sakit. Oh, tentu saja tsundere Kagura 2000% lebih baik daripada para gadis tsundere di luar sana.

"Tidak perlu khawatir. Aku sudah baik-baik saja. " jawab Sougo dengan sedatar mungkin.

"Heh, a-aku tidak mengkhawatirkanmu, kok," sanggah Kagura.

Sougo tersenyum.

Tapi sepertinya aku akan sakit lagi kalau terus-terusan mendengar ocehan ala tsundere-mu, China.

Sougo menundukkan kepala. Menutup sebagian wajahnya dengan tangannya yang bebas. Namun, rona merah di wajahnya masih bisa terlihat. Dia ... ingin melihat langsung wajah Kagura mode tsundere.

Sial! Aku ingin cepat pulang!

-oOo-

To be continue.

-oOo-

Yo, minna nyan~ lama yah? Maaafffff bangeeettt ... Lagi terserang wb dan baru sembuh akhir-akhir ini TT^TT huwwweeee~

Ah, ga nyangka udah chapter 6. Biasanya aku berenti nulis di chapter 5 loh~ yare yare ... semoga menikmati chapter ini yaaahh~ Mungkin kalo ga ada halangan, kalo-ga-ada-halangan, mungkin chapter depan udah masuk ke tahap baver. Walau aku kurang bisa bikin cerita baver yeah -" dan kurang beberapa chapter lagi "Owari". Yeaayy~ \(^o^)/

Yaps, itu aja. Maaf ga bisa bales repiuw sekarang, tapi makasih buat yang udah nge-read, nge-repiuw, nge-follow, nge-fave. Saran dan kritik diperlukan.

Bye bye di chapter berikutnyaaa~

Hana Kumiko ^^