.

a Chanbaek fanfiction

special for 614 day.

Think about Married

BL/HOMO. Mature Content.

.

Part 4

.

Baekhyun terbangun merasakan panas matahari yang menerobos jendela kaca apartemen Chanyeol. Ingatannya memutar ulang kegiatan yang membakar gairah antara dirinya dan pria tinggi itu. Bagaimana saat tangan besar Chanyeol menyentuhnya dengan lembut. Saat bibir itu menjelajahi tubuhnya, dan saat jari itu... Baekhyun merasakan seluruh tubuhnya meremang. Bahkan sekarang tubuhnya masih sangat sensitive.

Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol disampingnya, hanya ada seprei kusut yang dingin. Pria itu sudah bangun dan entah kemana.

Helaan napas lolos dari bibir Baekhyun, 'semoga ini bukan pertanda buruk', batinnya. Khawatir jika sikap Chanyeol akan berubah setelah kejadian semalam. Baekhyun bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi membersihkan diri. Setelah itu sarapan yang sudah sangat terlambat, melihat jam yang mengarah ke angka sebelas lewat.

Tapi, saat tubuh mungilnya berada di dapur, matanya menangkap sosok Chanyeol yang sibuk dengan hidangan yang tertata di meja. Tubuh besar itu terbalut hoodie berwarna beige dengan celana hitam selutut. Sementara Baekhyun hanya mengenakan bathrobe milik Chanyeol yang kebesaran di tubuhnya.

"Kau sudah bangun?" Ujar Chanyeol saat melihat Baekhyun yang hanya mematung menatapnya. "Duduklah. Sarapan sudah siap, atau bisa dikatakan makan siang?"

Baekhyun terkekeh lalu mengambil tempat di meja makan. Di hadapannya dua potong sandwich dan tumisan sosis campur paprika serta semangkuk potongan buah-buahan.

"Makanlah. Setelah itu, aku ingin bicara." Seketika jantung Baekhyun naik ke tenggorokannya. Luntur sudah napsu makannya. memikirkan apa yang akan dibicarakan pria tinggi itu. Apa Chanyeol berniat mencampakkannya karena sudah mencicipi rasa tubuhnya. Tapi kata mencampakkan sepertinya berlebihan, mengingat hubungan mereka belum ada kejelasan.

Baekhyun tetap menghabiskan sarapannya. Dia membutuhkan energi yang banyak sebelum menghadapi Chanyeol. Setelah pria tinggi itu memasukkan semua piring kotor ke mesin cuci piring, Chanyeol meraih tangannya dan menariknya ke sofa. Jantung Baekhyun berdetak sangat cepat, penuh antisipasi. Dia bergeser ke ujung sofa, membuat jarak dengan Chanyeol di sampingnya.

"Aku minta maaf."

Napas Baekhyun tercekat. Otaknya berusaha mencerna maksud Chanyeol. Meminta maaf untuk apa? Untuk yang mereka lakukan semalam? Padahal semalam adalah malam terindah dalam hidupnya.

"Seharusnya sejak awal aku jujur dengan perasaanku."

'kumohon jangan bicara setengah-setengah.' Batin Baekhyun menejerit.

Chanyeol bergeser mendekati Baekhyun, tangannya kembali mengenggam jemari lentik itu, "Sejak melihatmu di pesta pernikahan Sehun beberapa waktu lalu, aku sudah memantapkan hatiku untuk memilikimu. Aku tidak pernah percaya dengan cinta pendangan pertama, dan melihat Sehun yang tergila-gila dengan Luhan, aku tidak pernah membayangkan diriku berada di posisi seperti itu. Tapi, saat mendengar tawamu di pesta malam itu, melihat senyuman manismu, melihat mata sabitmu yang melengkung indah, aku tahu, aku ingin berada di setiap momen saat kau bahagia. Dan aku siap menjadi sandaranmu saat kau kesulitan."

Baekhyun mematung, mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Chanyeol. Matanya berkaca-kaca mendengar pengakuan tersebut. Terdengar sangat tulus. Tidak pernah ada orang selain orang tuanya yang mengatakan hal semanis itu, yang mampu menggetarkan hatinya.

Tangannya yang bebas, menyentuh tangan Chanyeol yang masih menggenggam erat tangannya. Membawa tangan besar itu ke bibirnya dan memberikan kecupan lembut disana.

"Bertemu tidak sengaja dengamu di rumah baru Sehun, membuatku sadar. Aku menginginkanmu. Seumur hidup, aku tidak pernah menginginkan seseorang seperti ini. Hanya kau Baekhyun, Bagiku kau segalanya. . ."

Chanyeol menarik napas panjang sebelum mengucapkan,

". . . Aku mencintaimu."

Mata Chanyeol membelalak saat bibir Baekhyun menabrak bibirnya. Pria mungil itu menciumnya dengan rakus, seakan tidak ada hari esok. Apa ini artinya Baekhyun membalas perasaannya?

Chanyeol tersenyum lalu menarik tubuh mungil itu ke pangkuannya dan mendekap Baekhyun dalam ciuman yang tidak kalah panas.

"Aku juga mencintaimu." Ucap Baekhyun di bibirnya. "dan aku ingin itu lagi."

Chanyeol menarik diri, "itu Apa?"

"Milikmu di dalamku." Chanyeol tercengang, dia tidak pernah membayangkan Baekhyun akan se-liar ini. Pria tinggi itu terkekeh, lalu menciumnya, kali ini dengan lembut, lalu bangkit membawa tubuhnya dalam gendongan, kembali ke kamar.

...

"Tidak ingin tinggal semalam lagi?" Tanya Chanyeol saat mengantar Baekhyun sampai gedung apartemennya. Sore itu setelah beberapa ronde tambahan percintaan mereka, Baekhyun pulang ke apartemennya.

"Aku harus mengunjungi orang tuaku minggu ini, sebelum dia membanjiriku dengan ceramah panjang." Chanyeol memberikan anggukan. "Aku akan mampir ke tempatmu setelah dari sana." Baekhyun menambahkan setelah melita raut kecewa di wajah Chanyeol.

"Baiklah." Kemudian Chanyeol melajukan mobilnya meninggalkan Baekhyun yang memberikan lambaian.

Tapi, saat minggu berikutnya, betapa terkejutnya Baekhyun melihat seorang wanita muda yang membukakan pintu apartemen Chanyeol. Kepalanya berbalik melihat nomor unit Chanyeol, takut jika dia salah. Tapi memang benar, 614, nomor unit apartemen Chanyeol.

"Siapa?" Tanya wanita itu menatapa wajah Baekhyun yang jelas sangat kebingungan.

Setelah menenangkan kepalanya yang saat ini penuh dengan pertanyaan serta jantungnya yang berdegup sangat kencang, Baekhyun menjawab, "Chanyeol ada?"

"Oh! Sebentar." Selanjutnya, wanita itu berbalik dan berteriak, "Honey! Seseorang mencarimu!"

Chanyeol muncul dari arah kamarnya, "Berhenti memanggilku dengan panggilan itu!" Baekhyun dapat melihat kekesalan yang muncul di wajah Chanyeol. Lalu mata mereka tertaut.

"Baekhyun? Ayo masuk."

"Tidak usah, aku hanya mampir sebentar mau kasih ini." Baekhyun mengulurkan paperbag cokelat bertuliskan 'Bherry cake and bakery'. "Kalau begitu, aku pamit." Lanjutnya.

Chanyeol tahu ada yang tidak beres dengan anak ini. Bahunya sedikit terkulai, dan tatapannya tidak focus. Orang lain mungkin tidak akan menyadari hal itu, tapi Chanyeol sangat memperhatikan setiap hal kecil dari pria manis ini. Tangannya lalu meraih lengan Baekhyun, membuat dia berhenti melangkah, "Kau ada masalah? Apa sesuatu terjadi saat di rumah orang tuamu?"

Benar, memang terjadi sesuatu di rumah orang tuanya, seperti biasa. Mereka masih mengharapkan Baekhyun mengambil alih Bherry, dan saat mengetahui hanya dirinya yang belum memiliki pasangan di antara Luhan dan Kyungsoo, ibunya mulai rutin menanyakan kisah asmaranya. Tapi bukan itu masalahnya. Malam saat Chanyeol menyatakan cinta padanya terasa seperti mimpi, seakan semua itu hanya khayalannya semata. Dan pada minggu berikutnya, Chanyeol bersama wanita di apartemennya. Berdua.

Baekhyun menatap Chanyeol, kemudian melirik wanita di belakangnya, lalu menunduk menatap sepatunya. Bingung, ingin menanyakan hal ini pada Chanyeol, tapi merasa tidak enak pada sosok wanita itu disana. Melihat tatapan Baekhyun, Chanyeol menoleh, dan mendapati wanita itu yang masih berdiri di belakangnya seakan menunggu sesuatu. Saat itu, Chanyeol langsung mengerti, dan mengutuk kebodohannya sendiri.

"Maaf, aku lupa." Lalu menarik lengan Baekhyun mendekat dan memeluk pinggangnya. "Kenalkan, sahabatku, Seulgi. Dan Seulgi, ini kekasihku, Baekhyun." Dalam hatinya, Baekhyun tersenyum penuh kemenangan. Wanita ini adalah orang pertama yang mengetahui tentang hubungan mereka. Rasanya seperti mengungkapkan hubungan rahasiamu yang lama disembunyikan.

"Harusnya sejak tadi kau mengenalkannya padaku, jadi aku tidak perlu menunggu lama disini." Ujar Seulgi, lalu mengulurkan tangannya yang langsung diraih Baekhyun, "Halo Baekhyun, senang mengenalmu."

"Halo, senang bertemu denganmu." Baekhyun menjawab masih terdengar Canggung.

"AKHIRNYA!" Seulgi bertepuk tangan heboh seakan baru saja memenangkan lotre. "Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Chanyeol mengenalkan kekasihnya. Ini harus dirayakan!" Ujar Wanita itu lalu meninggalkan kedua pria berbeda tinggi itu disana.

Chanyeol memutar bola matanya melihat Seulgi yang berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.

"Dia sebahagia itu?" Tanya Baekhyun.

"Semua orang yang sudah lama mengenalku mungkin akan memiliki reaksi yang sama." Melihat tatapan bingung Baekhyun yang mendongak menatapnya, Chanyeol melanjutkan, "Aku sangat sibuk, lagipula aku tidak pernah tertarik dengan seorangpun, dan hanya fokus dengan pekerjaan."

"Lalu, kenapa dia bisa bersamamu disini?"

Chanyeol menyadari nada cemburu disana, "Semalam dia baru datang dari Prancis, dan ibuku mengundangnya ke rumah malam ini, sepertinya untuk merayakan kepulangannya."

Baekhyun mengangguk mengerti.

Kedua tangan Chanyeol menangkup wajahnya, "Jangan khawatir. Dia sahabatku dari kecil, sudah seperti saudara, jadi hilangkan pikiran itu dari kepala mungil ini." Ujarnya seraya mengecup kening Baekhyun.

Baekhyun berjinjit dan balas mencium Chanyeol di bibirnya. Lembut dan hangat rasa bibir itu. "Hehehe.. Kalau begitu, aku pulang."

"Tidak ingin mampir? Kopi mungkin?"

"Kupikir kau ingin ke rumah orang tuamu?"

"Ah! Kau benar." Chanyeol membungkuk dan memberikan beberapa kecupan di wajah Baekhyun. "Hati-hati."

...

Alis Baekhyun berkerut mendapati Luhan yang membukakan pintu rumah Jongin dan Kyungsoo. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya seraya melangkahkan kaki masuk, yang dijawab hanya kedikan bahu dari Luhan.

"Kyung, apa yang dilakukan dia di rumah mu?"

"Aku membuat beberapa cookies dan cupcake, dia seakan bisa mencium baunya dari rumahnya dan langsung datang."

Baekhyun menatap Luhan dan mendengus, lalu meletakkan paperbag yang sama yang diberikan pada Chanyeol ke hadapan Kyungsoo. "Wow! Bherry!"

"Kau dari Bherry?" Tanya Luhan. "Mana bagianku?"

"Ada di apartku. Mana kutau kau juga disini." Ujar Baekhyun cepat sebelum Luhan mengeluarkan protes panjangnya. "Kau sendiri? Tumben tidak dengan Sehun, biasanya kalian seperti sepasang sumpit."

Luhan mengangguk ke arah ruang duduk, dimana Sehun dan Jongin berada. Kedua pria tinggi itu hanya diam menyimak mereka.

"Kau tidak ke rumah orang tuamu, Sehun? Kupikir akan ada makan malam disana?"

"Ini baru jam 3, Byun Baekhyuuuun." Kata Luhan dengan nada mendayu. "Tapi, bagaimana kau tahu?" Kini mata rusa itu menatap Baekhyun dengan tatapan menyelidik.

Baekhyun berdehem, "Aku ingin mengatakan sesuatu." Tatapan keempat pria disana mengarah ke Baekhyun, menunggu lanjutan kalimatnya.

"Aku jadian.." keempatnya kompak menaikkan sebelah alis mereka.

"Dengan Chanyeol."

Kemudian, seisi rumah dipenuhi keheningan. Bahkan Kyungsoo berhenti mengunyah cookies yang dimakannya. Sementara gelas Sehun terhenti di depan dadanya, gagal menyesap kopinya. Tangannya lalu meletakkan kembali gelas tersebut, dengan perlahan-lahan.

Dan Luhan hanya menatap Baekhyun lekat dengan wajah datar. "Kenapa cepat sekali?" Tanyanya.

"...?"

"Hampir dua minggu. Berarti aku menang." Ujar Jongin.

"Hah?"

"Kupikir Baekhyun butuh satu bulan." Ujar Kyungsoo

"Kupikir dia butuh dua bulan. Bukankah dia tidak mudah menerima pengakuan cinta?"

Helaan napas panjang lolos dari bibir Baekhyun. Dia dijadikan bahan taruhan. "Yang memilih seminggu, atau yang mendekati seminggu, siapa?" Tanyanya.

"Aku." Sehun menjawab. "Setahuku Chanyeol orang yang akan langsung mengatakan jika dia menyukai seseorang. Dan melihat dari sikapmu, kau akan langsung menciumnya sebagai jawaban."

"Oke. Selamat untuk Sehun. Kau menang." Ujar Baekyun bertepuk tangan dengan wajah datarnya.

"Kau serius? Seminggu?" Tanya Luhan.

"Hmm."

"Sejak di rumah Luhan waktu itu?" Giliran Kyungsoo bertanya.

"Bukannya dihitung sejak pesta pernikahanku?"

Sehun bangkit dan menghampiri Luhan, "Deer, kita buat taruhannya saat pindahan, dan dihitung sejak hari itu."

"Baiklah. Lagipula kau yang menang. Mana hadiahnya?" Luhan menengadahkan tangannya di depan wajah Kyungsoo. "Liburan di Yatch pribadi di Yunani."

"Aku bangkrut. Minta padanya." Telunjuk Kyungsoo terarah pada Jongin.

"Setelah bulan maduku."

"Aisshh." Ujar Luhan dan Sehun kompak.

"Bagaimana denganku? Aku sebagai objek taruhan, harusnya juga ikut liburan."

"Minta sendiri ke Chanyeol. Dia kaya raya. Dia bisa membelikanmu jet pribadi dan membawamu keliling dunia." Kata Luhan.

Kyungsoo menatap Sehun, "Sekaya itu?"

"CY Entertainment dan agensi tempatku bekerja sebenarnya miliknya." Jawaban Sehun membuat sebelah alis Baekhyun terangkat. "Jangan dibahas mengenai hotel, sudah pasti berada di tangannya."

"Aku lupa, keluarganya punya jaringan hotel terbesar dan terluas nomor satu di Korea." Jawab Jongin dengan dagu yang mengarah ke Sehun.

"Kenapa perasaanku jadi aneh." Seketika keempat orang disana melihat Baekhyun, Lalu Baekhyun menatap Luhan lekat.

"Bagaimana caramu menghadapi calon mertuamu saat diperkenalkan pertama kali?" Sementara itu, Luhan membalas tatapannya dengan kilat jail, yang menurut Baekhyun sangat menyebalkan.

"Tidak perlu dijawab. Aku tahu jawabanmu tidak akan membantu sama sekali."

Baekhyun buru-buru menghentikan Luhan saat dia baru saja menarik napas sebelum memberikan jawabannya. Pria yang bermata sabit sudah tahu dengan jelas bagaimana perangai sahabatnya. Bukan jawaban jujur yang didengar, paling hanya jawaban omong kosong yang keluar dari mulut si pria bermata rusa. Hanya untuk mengerjainya.

"Kalau nanti dia memberikan uang yang banyak agar aku menjauhi anaknya, akan kuambil uang itu, tapi aku tidak akan mengikuti perintahnya menjauhi Chanyeol."

"Kau bahkan belum bertemu orang tuaku."

"Biasanya orang kaya melakukan hal itu. Itu pengalamanku saat menonton drama."

"Janga lupa, gelas di hadapannya harus kau kosongkan, sebelum isinya ditumpahkan ke wajahmu." Kyungsoo menyumbangkan ide.

"Hampir kulupa. Untung kau ingatkan."

"Aku heran kenapa Chanyeol bisa menyukaimu."

Baekhyun mengabaikan pernyataan menyebalkan Sehun, dan tiba-tiba teringat dengan sosok wanita di Apartemen Chanyeol. "Sehun, Kau tahu Seulgi?"

"Heum." Sehun mengangguk setelah menandaskan isi gelasnya. "Dia sahabat Chanyeol sejak kecil dan tak terpisahkan. Saat Seulgi pindah ke Prancis, dia sangat kesepian, dan tiba-tiba menyibukkan diri dengan banyak pekerjaan. Orang rumah pikir dia patah hati."

"Apa menurutmu mereka pernah menjalin hubungan?"

"Orang tua kami percaya mereka pernah ada hubungan. Ayahku sangat menyukai Seulgi, karena tidak ada anak perempuan di rumah kami."

"Mati kau Byun Baekhyun, bahkan sebelum bertemu dengan orang tuanya, kau sudah tersingkirkan." Jemari Baekhyun sangat gatal ingin menarik rambut Luhan. Bahkan sebelum mendengar perkataan Luhan, dia sudah tahu posisinya terancam.

"Sepertinya sudah waktunya kami pergi." Sehun bangkit dan meraih paperbag dari Kyungsoo dan menggenggam jemari Luhan di tangannya yang lain.

"Jangan lupa kue ku, Baekhyun."

"Akan kuhabiskan."

"Kubunuh kau jika melakukannya."

Setelahnya, suara mobil Sehun yang menjauh menandakan kepergian kedua sejoli itu.

Baekhyun menghempaskan tubuhnya di samping Jongin, Helaan napas panjang menarik perhatian pria berkulit tan di sampingnya. Sementara pikirannya berputar pada perkataan Luhan.

Kyungsoo mendekat dan memeluk bahu Baekhyun, "Tidak usah dipikirkan, jalani saja dulu."

"Aku takut."

Kyungsoo menoleh pada sahabatnya yang menatap kosong pada meja di depannya.

"Aku tau, hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat untuk mencintai seseorang. Aku sudah membangun dinding yang sangat tinggi, agar aku tidak terjatuh di lubang yang sama. Tapi entah bagaimana Chanyeol bisa menembus dinding itu."

"Dia tidak akan menembus dindingmu jika kau tidak memberikan celah." Jawaban Jongin membuat Baekhyun mengangguk setuju.

"Awalnya aku hanya sekedar tertarik. Sejak awal, jujur aku menyukainya, dia menarik. Dan kurasa mencoba memulai hubungan dengannya bukan hal yang buruk. Tapi aku tidak tau kenapa tiba-tiba perasaan takut ini muncul."

"Kau harus merasakan sakit terlebih dulu agar kau semakin kuat." Baekhyun mendengus mendengar Kyungsoo.

"Darimana kau mendapatkan kalimat itu?" Tanyanya

"Entahlah. Mungkin di papan iklan. Tapi aku serius, kau tidak akan tau bagaimana hasilnya jika tidak mencoba."

"Hmm."

"Kalau nanti kau patah hati, aku akan membelikanmu seember ice krim."

"Semurah itu?" Tanya Jongin yang mendapat delikan tajam dari kedua pria mungil disampingnya.

"Kalau begitu, apa penawaranmu?"

"Tiket liburan.." Baekhyun tersenyum sangat lebar mendengarnya. ".. di kebun binatang di Afrika." Seketika wajah Baekhyun berubah datar. "Setidaknya banyak binatang lucu yang menghiburmu." Jongin memberikan pembelaan.

"Kau benar. Saat patah hati, tiket ke kutub utara dan tinggal bersama pinguin pun pasti akan kuambil."