Chapter 2

Disclaimer:Semua karakter yang ada di cerita ini bukan milik saya.

Setelah bertempur dan menang lalu mati melawan Uchiha Madara selama 100 Tahun lamanya, kini Naruto Uzumaki terbangun 5000 tahun setelahnya.

Naruto :After 5000 years

Pair :Naruto x …?

Genre :Fantasy, Adventure, Action.

Warning :Typo, OCNaru, Alur berantakan.

Rate : M

" Halo " Berbicara

' Halo ' Batin


6 Tahun kemudian

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepatnya bahkan tanpa aku sadari. Sudah 6 Tahun berlalu saat aku bereinkarnasi ke dunia ini dan kurang lebih 5000 tahun aku terjebak di kegelapan itu, beserta dengan datangnya sebuah cahaya misterius di akhir 'penantian' yang begitu sangat panjang, entah kenapa cahaya itu seperti menyelamatkan ku dari kegelapan yang menyelimuti diriku.

Hampir setiap hari aku selalu berpikir, apa alasannya 'dia' menyelamatkan ku. Tapi kalau memang ini adalah kesempatan ke dua bagiku, maka aku akan menikmatinya dan melakukan apa pun yang aku mau.

Entah pada siapa aku harus berterimakasih atas kebebasanku, tapi yang jelas, aku sangat bersyukur bisa lepas dari cengkraman kegelapan yang begitu kosong.

Setelah terlahir kembali, aku mulai menikmati apa yang tidak pernah aku rasakan saat kecil dulu.

Bebas dari kebencian orang, setidaknya mayoritas nya seperti itu.

Mendapatkan rasa hormat yang aku cari-cari.

Dan, Cinta dari orang tua yang selalu aku dambakan.

Saat umurku mulai menginjak 3 tahun, aku mulai mempelajari apapun yang bisa aku dapatkan tentang dunia yang aku tempati sekarang ini, dan Sekedar informasi, di dunia ini seluruh makhluk memiliki energi yang bernama'Mana',jika diriku bandingkan dengan Chakra, maka perbedaan nya lumayan jauh. Namun entah kenapa ke dua hal tersebut memiliki sebuah kesamaan yang cukup signifikan, Aku berani bertaruh bahwa Chakra lebih kuat daripada 'Mana', Chakra hanya perlu sebuah handseal untuk mengeluarkan Jutsu ,tanpa harus Mengucapkan Mantra yang nyatanya lebih rumit dan belepotan bagi lidahku.

Perbedaan lainnya adalah, jika aku kehabisan Chakra hingga ke titik nol persen, maka aku akan mati karenanya. Sedangkan jika kehabisan 'Mana' maka hanya akan berakhir kelelahan atau dalam kasus terburuk hanya pingsan atau koma.

Sistem tak ada yang sempurna tentu saja masih berlaku di alam manapun, jadi kurasa aku tidak terlalu terkejut mengetahui hal tersebut.

Namun entah kenapa, aku tidak mempunyai energi Mana setetes pun yang seharusnya hal pasti didunia ini, karena yang aku punya adalah energi yang dulu aku miliki yaitu Chakra,dan itu adalah kasus yang belum pernah terjadi sebelum nya dalam sejarah, hal ini masih aku rahasiakan dari khalayak umum bahkan orang tuaku pun tidak mengetahui nya.

Sebenarnya jika aku memberitahukan hal itu, aku akan dapat dua reaksi dari orang tuaku.

Tidak peduli akan hal itu, dan akan masih selalu menyayangi ku tanpa syarat.

Dan, mengabaikan ku karena tidak punya apa yang seharusnya dimiliki setiap orang. meh.. Jika begitu, maka aku lebih dari siap untuk langsung pergi tanpa peduli.

Tapi entah kenapa aku tidak merasakan hal negatif dari orang tuaku, seakan-akan mereka sangat peduli padaku dan tidak peduli dengan hal remeh seperti 'Mana' yang seharusnya dimiliki setiap orang. Saat berada disekitarpun aku masih bisa merasakan energi negatif dan positif, hal ini seperti aku berada dalam mode Sage atau Mode kyuubi dan yang lebih tinggi dari itu.

Ohhh iyah... Namaku di dunia sudah berganti menjadi Naruto Maelstrom, Putra pertama yang begitu dinantikan dari orang tuaku, tapi tetap saja aneh atau bagusnya itu adalah marga lain dari kata Uzumaki. Hanya bedanya dari namaku yang dulu adalah sekarang diriku memakai Marga dari Ayahku yang menjadi seorang Raja kerajaan besar Maelstrom, dengan kata lain aku adalah calon Putra Mahkota dari kerajaan ini. Tapi serius, aku tidak tertarik dalam mengambil takhta tersebut, jika aku mengambil hal tersebut, maka kebebasan yang aku inginkan tidak akan pernah bisa terwujud.

Karena itulah aku memiliki sebuah rencana untuk langsung mundur dari bagian pengambilan tahkta, dan membiarkan adik-adik ku yang masih di alam lain yang akan mengambilnya lewat jalur-jalur politik yang begitu memuakan bagiku.

Sungguh, aku sangattttttt begitu membenci politik.

Walaupun begitu, pastinya sebagian besar orang akan menentang keputusan ku ini, tapi, Kheh... Semacam aku peduli akan pendapat tak bermutu dari mereka.

Selama 2 tahun belakangan ini ,aku selalu mengasah kembali setiap kemampuan yang kuingat secara sembunyi-sembunyi hingga dapat melebihi kemampuan ku dahulu, dengan beberapa kemampuan baru yang aku ciptakan, jika diukur dalam peringkat Shinobi, tingkatan ku yang sekarang berada di peringat Chunnin, cukup mengesankan tetapi aku masuh belum puas akan hasil yang aku peroleh sekarang ini. Untuk persiapan di beberapa tahun mendatang, secepatnya aku harus kuat, setidaknya cukup kuat untuk bertahan hidup dan menjaga diri sendiri dari cobaan yang pasti akan datang.

Kaki kecil ku dengan santai menyusuri lorong istana yang begitu megahnya, interior yang sama megahnya yang terbuat dari emas dan intan tersampir disetiap sudut dengan indahnya, haruskah aku mengatakan bahwa ini adalah suatu pemborosan, kurasa memang jelas sekali sebuah pemborosan, tapi apa mau di kata, kerajaan ini adalah yang paling makmur dan sejahtera dari kerajaan lainnya.

Beberapa kali aku mendapatkan bungkukan hormat dari para pelayan dan prajurit yang aku temui di sepanjang jalan, aku memang ingin dihormati, tapi ini begitu terlalu berlebihan bagiku, setidaknya aku sudah terbiasa sekarang.

Aku berjalan sendiri tanpa di temani oleh satupun pelayan atau ksatria yang berada di samping ku, walaupun ibuku memaksa agar aku di temani oleh salah satu mereka, aku selalu menolaknya dengan dalih hanya jalan-jalan santai biasa disekitar istana.

Kerajaan besar Maelstrom berada di tengah benua Fluel, di mana berbagai Ras yang dulunya aku anggap hanya sebagai mitos belaka kini berada. Saat pertama kalinya aku tahu hal tersebut pun, tidak sedikit pun adanya rasa kaget dalam diriku... Mungkin karena sudah pernah melihat rubah ekor sembilan, makhluk dengan sepuluh ekor, yang mana kekuatan mereka sangup memecah belah bumi, menelan lautan dan bahkan menjadikan langit sebagai takhta singgasananya... Oke itu terlalu berlebihan, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Untuk penampilanku, aku memiliki perawakan tubuh yang lebih berkembang dari anak seumuran ku, bahkan orang tuaku pun kaget saat mengetahui bahwa pertumbuhan ku ini lebih cepat daripada anak normal lainnya.Rambut ku memiliki warna pirang dengan beberapa helai merah di poni kanan ku, banyak orang yang begitu memuji akan keindahan rambutku yang bagi sebagian orang terkesan acak-acakan, ditambah memiliki warna kulit cerah seperti mutiara dengan wajah tampan...

Apa?!

Setidaknya aku bersikap percaya diri akan penampilan yang ada.


[Note.. Disini saya hanya akan menyebut Naruto ,bukan Maelstrom kecuali jika orang lain yang bilang]

Dengan kedua tangan dimasukkan disaku, Naruto terus berjalan santai menelusuri lorong istana yang begitu luas, sambil melirik sisi kanan dan kiri untuk melihat apa ada hal yang membuatnya tidak bosan.

Tak berselang lama, Naruto kini berada di halaman pelatihan istana yang begitu luas hingga dapat menampung ribuan orang, disana terdapat banyak sekali prajurit baik pemula atau senior yang sedang berkumpul sambil mengasah setiap kemampuan mereka.

Para prajurit dibagi menjadi beberapa tipe, sesuai dengan keahlian dibidangnya masing-masing, ada prajurit yang dikhususkan dalam pertarungan tangan kosong atau Kombat, prajurit yang dikhususkan dalam sihir yaitu Mage, prajurit yang ahli dalam Menggunakan senjata tipe pedang yaitu Sword Master, prajurit tipe jarak jauh atau Archer, prajurit tipe pembunuh secara senyap atau Assasin, Dan terakhir sebagai... errr haruskah aku katakan lebih cocok sebagai Tumbal mungkin, atau bisa disebut Tanker.

Teriakan-teriakan Prajurit bergema dengan semangat diseluruh halaman, bagi kebanyakan prajurit, teriakan itu di klaim bisa membuat mereka bisa menambah semangat dalam pelatih.

Setiap pelatihan diarahkan oleh Kapten dengan teliti dan jeli, karena tidak ingin membuat sebuah kesalahan yang dapat memicu hal yang jelas tidak dia inginkan.

''KALIAN ADALAH PRAJURIT KEBANGGAAN KERAJAAN BESAR MAELSTROM!! JANGAN MEMBUAT MALU SANG RAJA DENGAN MENUNJUKAN KELEMAHAN KALIAN! PAHAM KALIAN DASAR BELATUNG!!!.''

''KAMI PAHAM KAPTEN!!!.''

''UWOOOHHHHHHH! DEMI KEJAYAAN KERAJAAN BESAR MAELSTROM. ''

Naruto hanya bisa diam dan tersenyum kecil saat melihat mereka begitu bersemangat dalam pelatihan, sedikit ingatan nostalgia mulai melintas didalam benaknya, tentang perjuangan kerasnya bersama teman-temannya dalam berperang untuk mengalahkan Si Uchiha bangkotan itu.

''Ōji Heika.''

Naruto mulai mengalihkan perhatiannya pada seorang lelaki kekar berambut hitam pendek, dengan tangan kirinya yang terbuat dari besi dan mata kanan yang tertutup rapat.

''Ahh.. yah Paman Guts?.''

''Apa Ōji Heika sedang jalan-jalan melihat-lihat Istana lagi?.''

''Begitulah paman, terlalu membosankan jika berdiam diri terus di satu tempat''.

Guts hanya cemberut saat tidak adanya yang menemani sang Putra Mahkota tersebut.

''Tanpa ada yang menemani Anda? lagi?''.

Naruto hanya mengangkat bahu, atas perkataannya.

''Seharusnya paman sudah mengetahui, bahwa aku tidak terlalu suka jika harus terus dikawal''.

Pria kekar itu hanya bisa menghela nafas pasrah akan kebiasaan tuan mudanya, bukan seperti ini pertama kalinya terjadi.

Baik Guts ataupun semua orang diistana selalu begitu menghormati Naruto, apalagi sang tuan muda dengan rendah hatinya mengunjungi sesi latihan yang dia dan para prajurit lainnya rutin dilakukan, karena baginya hal ini begitu membuat nya begitu bangga memperlihatkan kegagahan pasukan nya pada Pangeran Mahkota dihadapannya ini, bahkan sang tuan muda tidak memperdulikan teriknya sinar matahari dan baunya keringat yang tersebar di udara.

Bukan hal umum lagi bagi orang-orang di Istana mengetahui bahwa Pangeran Mahkota mereka ini selalu begitu tenang dan dewasa, meski di umurnya yang masih begitu belia. Bahkan saat lahirpun tuan mudanya tidak menangis dan malah memandang orang tuanya dengan heran, seperti kebingungan dengan apa yang tengah terjadi padanya.

''Begitu lah, namun saat melihat mereka yang begitu bersemangat dalam berlatih agar bisa berguna bagi kerajaan ini... ''

Naruto dan Kapten pelatih tersebut menatap para prajurit ,yang masih begitu bersemangat dalam berlatih walaupun di bawah Panas teriknya Matahari yang menggatung diatas sana.

''... Selalu membuat ku mengingat betapa berharganya kalian bagi kami, bukan sebagai alat yang pada dasarnya sekali pakai, namun sebagai sesama keluarga yang aku hormati.''

Perkataan dari Naruto sukses membuat Lelaki yang kini berdiri sedikit dibelakangnya begitu terharu, karena hal inilah mereka sangat menyukai dan siap berkorban diri demi kerajaan ini. Sang Raja yang begitu ramah tamah serta bijaksana bagi rakyatnya, dan Pangeran Mahkota yang begitu tenang dan selalu menghargai setiap usaha orang-orang disekitarnya, membuat mereka dengan sukarela menjadi Pasukan untuk melindungi kerajaan ini dengan taruhan nyawa.

Disaat dia selalu ditolak keberadaannya oleh orang lain, namun saat berada dibawah naungan kerajaan ini, dia bisa merasakan rasanya dihormati, bisa berguna bagi kerajaan dan bahkan dilepaskan dari rasa sakitnya di tolak tidak diterima oleh orang lain dulu.

''Kami merasa tidak pernah pantas menerima pujian dari Anda Ōji ,itu terlalu berlebihan bagi kami.''

Senyuman kecil mulai tercipta di bibir Naruto, saat merasakan kesetiaan dan rasa hormat tanpa syarat dari pria kekar di belakangnya.

''Kami hanyalah memberikan kalian perintah, tidak peduli bahwa itu adalah perintah mengambil nyawa sekalipun, dan kalian langsung menerimanya tanpa ragu sedikitpun, karena kalianlah yang merasakan dan menanggung resikonya,maka...''

Naruto mulai membalikan tubuhnya dan berjalan pelan untuk pergi dari tempat pelatihan, Sang Kapten menatap punggung Naruto yang mulai menjauh sambil mendengar kelanjutan ucapannya itu.

''...Kalianlah yang lebih pantas menyandang gelar sebagai...

.

.

.

...Pahlawan yang lebih hebat daripada kami.''

Tubuh sang Kapten terdiam membeku saat mendengar lanjutan dari ucapan Pangeran nya, setitik air mata kebahagiaan nampak disana. Tubuhnya mulai membungkuk 90 derajat kearah Naruto yang kian menjauh.

''Kami merasa tidak pantas menerima Titel itu, tapi jika Ōji menganggap kami seperti itu, maka dengan rasa hormat dan rasa bangga dengan anda dan kerajaan ini, kami akan menerima nya, Arigatō Ōji!.''

Tubuhnya mulai dia angkat kembali sembari merekahnya senyuman senang, tubuhnya mulai panas akan semangat yang kini membara tak terkendali.

''KITA AKAN BERLATIH 2X.. TIDAK 8X DARI BIASANYA!.''

''EEEEEEEEEHHHHHHHHHHH!...''

Naruto hampir tersandung saat mendengar perkataan sang kapten, setitik keringat tercipta dibelakang kepalanya. Namun hanya bisa terkekeh setelahnya.

''Sungguh begitu membara semangat kalian''.

''BUKAN 8X LIPAT, TAPI 15X LIPAT DARI BIASANYA ''.

Mungkin Terlalu membara.


Setelah meninggalkan tempat pelatihan di istana, Naruto mulai berjalan keluar dari Istana tanpa adanya prajurit ataupun pelayan yang menemaninya, hal ini sering dilakukan oleh Naruto dan bersikeras bahwa dia ingin memiliki kebebasan kemanapun dia mau, walaupun karena gelarnya sebagai Anak raja, membuat segalanya agak sulit tapi bukan tidak mungkin.

Setelah Naruto keluar Istana dan berhenti didepan tembok belakang istana, dia langsung keluar dengan cara melompat-lompat lewat tembok istana setinggi 15 meter.

Untuk mengelabui para penjaga, Naruto selalu menyembunyikan hawa kehadiran nya, walalupun begitu tetap saja akan ada kemungkinan dia ketahuan jika yang menjaga gerbangnya adalah Prajurit Terlatih atau Veteran.

Pendaratanya mulus tanpa menimbulkan suara apapun, walaupun melompat dari ketinggian yang dapat membuat manusia biasa tewas seketika jika melompat dari sana, inilah kemampuan dasar yang harus dikuasi setiap Shinobi di kehidupan sebelumnya, untuk sebisa mungkin menyembunyikan tanda-tanda akan hawa keberadaannya.

Sebenarnya prajurit tipe Assasin pun bisa melakukan nya, walaupun lebih terkesan kasar dan kurang efisien bagi pendapatnya sebagai Shinobi, yang bisa melakukan berbagai hal secara lebih rapih.

Kini dihadapan Naruto, sudah terpampang sebuah Hutan yang terawat namun rimbun di bagian belakang istana, rencana Naruto datang kesini ialah untuk memulai tur jalan-jalannya menuju ibukota kerajaan untuk pertama kalinya , tidak perlu khawatir jika ada yang sibuk mencari kehilangannya di istana, karena dia sudah menyimpan sebuah Chi Bunshin yang lebih solid daripada Bunshin biasa di Istana.

Senyuman nostalgia terpampang tulus dibibirnya, saat Melihat keberadaan hutan rimbun dihadapannya.

Naruto mulai melompat-lompat dengan gesitnya dari pohon satu ke pohon lainnya, sebagaimana seorang Shinobi seharusnya, walaupun sudah terlahir kembali di dunia dengan adat istiadat dan hampir segala yang berbeda, nyatanya pelajaran di dunia sebelumnya masih melekat erat dalam Jiwanya.

Dengan lincah dan gesitnya, Naruto melompat kesana kemari tanpa merasakan adanya kesusahan yang berarti.

Beberapa menit perjalanan kemudian Naruto mulai menapakan kakinya ke tanah, saat rencana awal yang akan dia tuju sudah berada tidak jauh di depan matanya. Kini dihadapan Naruto telah terpampang sebuah kota yang begitu megah dan indah, bangunan dengan arsitektur yang begitu memukau, tak luput dengan berbagai macam kegiatan orang-orang yang terjadi disana.

Walaupun kebanyakan warga belum mengetahui seperti apa rupanya, karena pada dasarnya dia belum pernah keluar disekitaran istana, tapi tidak ada salahnya dia berjaga walaupun hanya dengan berganti pakaian.

Naruto mulai melangkahkan kakinya santai, pakaian pun telah dia ganti menjadi pakaian yang sesuai dengan penduduk kota, agar tidak mengundang masalah yang akan membuat nya kerepotan.

Setelah sampai di pusat ibukota yang begitu ramainya, Naruto mulai berjalan-jalan dengan santai sambil melihat-lihat sekitar, hiruk pikuk suasana keramaian begitu kentara disekitarnya, dia melihat setiap orang yang begitu sibuk akan kegiatan masing-masing, ada sang penjual yang menawarkan dagangannya dengan ramah, dan sang calon pembeli yang masih memilah apa yang harus dibeli.

Hingga Naruto dapat melihat seorang anak perempuan berambut merah muda, berusia 7 tahun dengan pakain lusuhnya sedang mengawasi keadaan yang membuatnya bisa mencuri sebuah roti di pojok kirinya tanpa diketahui.

Setelah mendapatkan beberapa potong roti yang sudah di incar itu, dia langsung berlari kencang menuju sebuah gang tanpa berani menengok lagi kearah belakang.

''Sudah pasti akan ada hal semacam ini, jadi apa yang akan bocah itu lakukan setelah nya,seperti nya akan ada kejadian yang menarik.''

Senyumam... tidak, lebih tepatnya sebuah seringaian tipis tercipta di bibir Naruto.

Setidaknya dia menemukan hal yang bisa membuat nya tidak kebosanan lagi, beberapa lama tinggal di istana tanpa aksi adalah hal yang bertentangan dengan sifatnya.

Naruto Mengikuti jejak langkah dari perempuan tadi, tanpa ada yang menyadari keberadaannya.


Kaki mungilnya terus berlari dengan kencang di gang sempit menjauh dari pusat ibukota, tanpa ada keinginan untuk menoleh kebelakang lagi, dalam dekapan eratnya dia membawa sepotong roti yang dia dapatkan hasil mencuri saat di ibukota tadi.

Perbuatannya memang lah salah dan bahkan menyalahi aturan yang ada, tapi apa boleh buat dia terpaksa dan tidak tahu lagi harus bagaimana, kondisi dan adik perempuan nya sudah sangat kesusahan dan bahkan hampir putus asa, perempuan berambut pink sebahu dengan warna mata hijau pudar itu selalu ditanya oleh adiknya darimana dia mendapatkan makanan tersebut ,dan dia selalu menjawabnya dengan alasan bahwa dia mendapatkan nya dari pemberian orang lain atau dengan upah pekerjaan.

Setelah keluar dari kawasan ibukota kerajaan, Dia harus sedikit menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari ibukota kerajaan. Kaki lelahnya tidak ingin dia pedulikan, walaupun kakinya sudah bergetar tidak kuat lagi untuk berlari, itu semua agar dia bisa dengan cepat sampai kegubuk bobrok dimana dia dan adiknya tinggal.

Namun seketika langkah nya terhenti dengan mata membola dan bergetar ketakutan, saat melihat dihadapannya terdapat Seekor Serigala dengan besarnya mencapai 1 meter, dengan taring tajam berkilat mengerikan yang kini tengah menggeram padanya.

Takut adalah hal yang agak meremehkan, jujur saja dia sangat ketakutan akan monster yang kini menatapnya seperti tikus yang terpojok, apa yang bisa dia lakukan dengan keadaan ini.

Melawan berarti Mati.

Dan lari berarti Mati.

Padahal tak jauh lagi dia hampir sampai menuju rumahnya, tapi malah kesialan begitu mencintainya sehingga ada kejadian tidak terduga semacam ini. Tambah Sialnya lagi, dia bahkan tidak memiliki pelatihan tentang beladiri macam apapun, bahkan untuk melawan Monster tingkat rendah semacam ini, akan jelas dia akan langsung mati tanpa perlawanan.

Rasa putus asa kini mulai tumbuh di hatinya mengalahkan semangat hidupnya, tapi walaupun begitu, dia masih tetap berharap bahwa suatu keajaiban dia masih bisa selamat walaupun dengan bagian tubuh yang tidak utuh,agar setidaknya bisa memberikan roti ini pada adiknya yang tengah kelaparan.

''Hoo~... Apa yang aku temukan disini?!.''

Serigala dan Perempuan itu mengalihkan perhatiannya saat mendengar ada orang yang berbicara diatas pohon yang lumayan tinggi itu, disana terdapat anak lelaki yang usianya mungkin 6 tahun nan sedang menatap si Serigala dengan seringaian kecil saat matanya menyipit menatap si serigala.

Segala macam pertanyaan berputar dalam benak perempuan itu, apakah ini adalah keajaiban yang takdir berikan padanya?.

''Bisa kaukah tinggalkan bocah ini untuk ku... Puppy.''

''GGGRRRHHHHHH!!!... ''.

Serigala itu hanya menjawab pertanyaan Naruto dengan sebuah geraman yang mematikan.

Naruto hanya mengangkat kedua tangannya pertanda mengalah, dan tidak ingin memperpanjang urusan.

''Santai bung, tidak perlu menyalak jika kau tak mau menjawab, aku hanya bertanya dengan ramah, apa yang bisa salah dengan pertanyaanku?. ''

''AAAUUUUUUUU!!!... ''

Lolongan serigala itu mulai menarik kawanannya agar mendekat, untuk mulai merayakan pesta makanan yang akan segera mereka dapatkan.

Naruto hanya bisa terkekeh pelan, akan kedatangan malapetaka tersebut.

''Nahh.. Tidak sopan jika menolak undangan, kan?. ''

Seringai liar mulai tercipta dibibirnya.

''GERTAKAN GIGIMU ,DAN MARI KITA MULAI PESTANYA!!.''.

T. B. C.

Semoga saja cerita ini mulai membagus, dan semoga kalian menikmati nya.

silahkan berikan tanggapan dan saran kalian para reader sekalian.

Terima kasih.

Jaa Nee~..