The Story of Naruto and All the Cast belong to Masashi Kishimoto
Pairing : SasuHinaNaru
Genre : Romance, Angst, Hurt/Comfort
Sunagakure
Naruto dan Sakura sedang melakukan misi di Suna. Naruto yang ditemani oleh Kazekage Sabaku No Gaara dan kakaknya Sabaku No Temari disibukkan dengan tumpukan berkas di perpustakaan gedung Kazekage untuk mempelajari tugas-tugas seorang kage. Sedangkan Sakura ditemani oleh Sabaku No Kankuro dan para ninja medis Sunagakure sibuk dengan tugasnya membantu meneliti berbagai racun yang terdapat pada boneka-boneka kayu yang dibuat oleh para pengrajin boneka kayu di Suna. Sakura juga ditugaskan untuk membuat antidot untuk masing-masing racun yang terdapat pada boneka-boneka kayu itu.
"Haahh Gaara, tak bisakah kita istirahat dulu? Kita sudah berjam-jam berada di sini dengan tumpukan berkas-berkas yang tak ada habisnya... Aku lelah sekali dattebayo~". Naruto yang lelah dengan tumpukan berkas di depannya mulai mengeluh lagi. "Kita sudah berhari-hari hanya pergi ke perpustakaan dan duduk membaca berkas-berkas ini... Apakah tugas seorang Kage memang seperti ini?".
"Memang seperti inilah tugas seorang Kage saat berada diruangannya... Dan jangan lupa berkas-berkas yang kau baca itu sangat penting untukmu menjadi Hokage nantinya". Ucap Gaara santai. Gaara dan Temari hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar keluhan Naruto. Bukan kali ini saja Naruto mengeluh dalam mempelajari berkas-berkas itu. Bahkan dari awal ia dihadapkan dengan tumpukan berkas itu, Naruto sudah terlihat tak bersemangat. Tapi Gaara maupun Temari tak ambil pusing dengan sikap Naruto. Gaara sendiri senang bisa berbagi dan mengajari Naruto yang sudah menjadi sahabatnya itu tentang apa pentingnya tugas seorang Kage. Gaara dengan sabar mengajari Naruto tentang sistem pemerintahan desa, aliansi desa, maupun pentingnya suatu desa memiliki peraturan di masing-masing bidang seperti dalam bidang militer, pendidikan, politik dan sosial. Gaara mengajari Naruto bahwa menjadi seorang Kage bukan hanya memerlukan kekuatan fisik tetapi juga memerlukan ilmu pengetahuan. Ya, tak ada Kage sesabar Gaara dalam mengajari Naruto.
"Aku, merindukan Hinata". Naruto terdiam sejenak. Entah kenapa beberapa hari terakhir ia mempunyai firasat buruk. Seperti ada hal buruk terjadi pada tunangannya itu. Mendengar penuturan Naruto membuat Gaara dan Temari ikut terdiam.
"Ya ya baiklah kami semua tahu kau akan segera menikah... Apakah Hinata-san sangat menggoda hingga membuatmu tak bisa berhenti memikirkanya? Ayolah Naruto, misimu hanya satu bulan di Suna. Seperti kau akan jauh dari Hinata-san selamanya saja... Misimu di sini tinggal satu minggu lebih beberapa hari lagi. Jadi bersabarlah... Hinata-san pasti setia menunggumu di Konoha... Dan lihatlah raut wajah Gaara sekarang. Dia terlihat seperti seorang istri yang cemburu melihat suaminya memikirkan wanita lain ha ha ha". Goda Temari pada Naruto sekaligus adiknya Gaara. Godaan Temari sukses membuat Naruto tersentak kaget saat menyadari maksudnya.
"A-apa maksudmu?, b-bagaimana bisa kau menggoda kami seperti itu? Kau pikir hubungan kami itu seperti apa? Oi Gaara katakan sesuatu. O-oi Ga-" Naruto yang menolak godaan Temari meminta bantuan pada Gaara untuk membelanya. Tetapi karena tak ada suara yang keluar dari mulut Gaara membuat Naruto dan Temari menoleh ke arah Gaara.
"E-EEHHH???" Naruto dan Temari berteriak terkejut melihat wajah Gaara sedikit memerah.
"G-gaara ta-tadi aku cuma bercanda menggodamu. K-kau tahu aku tak serius mengatakannya bukan? Ga-gaara k-kau masih normal kan? Ayolah b-banyak gadis cantik yang mempunyai tubuh bagus di luar sana... J-jadi k-kau tak boleh menyukai teman priamu. Ok?". Temari mencoba menjelaskan maksudnya dengan gagap. Ia sendiri juga takut jika adiknya, Gaara menjadi pria penyuka sesama jenis. Mengingat teman yang paling dekat dengan adiknya itu hanyalah Naruto. Ia juga ingat bahwa Gaara sering bercerita tentang Naruto setiap waktu entah itu kepadanya maupun Kankuro.
Naruto yang tak kalah terkejutnya juga langsung bersembunyi di belakang Temari.
"Bukan begitu... Aku berpikir mungkin akan menyenangkan memiliki seseorang yang bisa dirindukan... Memiliki seseorang yang ingin kita lindungi setiap saat... Seseorang yang bisa kita peluk untuk mencurahkan isi hati kita selain kepada sahabat dan keluarga kandung kita... Seseorang yang kita inginkan bisa berada di sisi kita selama sisa hidup kita di dunia ini...". Jelas Gaara dengan wajah tenangnya yang membuat Naruto dan Temari tertegun.
"Huufff syukurlaaahh" Naruto dan Temari menghela nafas lega mendengar penjelasan Gaara.
-Tok tok tok-
Suara ketukan pintu perpustakaan mengalihkan perhatian mereka bertiga. Memang selama kedatangan Naruto, perpustakaan itu tak boleh disinggahi oleh sembarang orang agar tak mengganggu konsentrasi Naruto. Jadi jika ada yang membutuhkan sesuatu maka orang itu harus mengetuk pintu dahulu untuk meminta izin masuk ke perpustakaan.
"Masuklah" Perintah Temari pada orang yang berada di balik pintu. Dan masuklah dua orang shinobi yaitu Kankuro diikuti Sakura di belakangnya. "Apakah kalian sudah selesai dengan tugas kalian untuk hari ini?" Tanyanya.
"Yaahh begitulah... Kenapa kalian memasukkan banyak sekali jenis racun ke dalam boneka-boneka itu? Masih banyak jenis racun yang belum dapat diketahui dari mana asalnya dan antidot apa yang cocok untuk racun-racun itu... Rasanya melelahkan sekali... Sudah hampir tiga minggu tapi rasanya misiku tak selesai-selesai juga". Keluh Sakura.
"Sakura-chan misimu masih lebih baik dari pada misiku... Lihatlah aku selama hampir tiga minggu ini hanya duduk dengan berkas-berkas di depan mataku. Pantatku rasanya juga seperti terbakar. Haahhh pantatku panas sekali dattebayo~". Naruto lagi-lagi mengeluh.
"Apa kau bilang? Kau pikir misi meneliti racun dan membuat antidot untuk setiap racun itu lebih baik dari misi yang kau lakukan? Kau tak tahu saja Naruto, bagaimana sulitnya mengecek satu-persatu dari setiap cairan racun yang ada... Misimu masih lebih baik karena kau bisa duduk diam membaca di ruangan seperti ini dan tak takut terkena racun setiap saat". Keluh Sakura tak mau kalah. Pertengkaran seperti anak-anak yang dilakukan Sakura dan Naruto sering terjadi saat mereka berada di Suna. Dan itu tak luput dari penglihatan dan pendengaran Sabaku bersaudara. Mereka bertiga hanya bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat pertengkaran mereka.
"Sudahlah kalian berdua... Lebih baik kita istirahat dulu untuk hari ini... Waktu juga sudah malam... Bukankah kita semua belum makan dari tadi siang? Kita makan malam dahulu lalu istirahat di kamar masing-masing. Ok?". Temari akhirnya menengahi dan menyuruh semuanya bersiap untuk makan malam dan lanjut beristirahat yang langsung disetujui oleh mereka yang berada di ruangan itu.
Yugakure
"Neji-nii?"Hinata terkejut melihat sepupunya. Jika ia melihat Neji, itu berarti ia sedang bermimpi sekarang. "Neji-nii katakan padaku ada apa? Kenapa kau selalu datang dengan raut wajah sedih seperti itu?". Ia selalu mencoba berkomunikasi dengan sepupunya walaupun itu hanyalah mimpi. Ia yakin sepupunya ingin mengatakan sesuatu. Akan tetapi, sepupunya itu hanya diam saja dan tak mengatakan apapun. "Neji-nii kumohon katakan sesuatu..". Meskipun hanya mimpi, ia tak sanggup melihat wajah sepupu yang disayanginya itu nampak sedih. Bahkan kali ini Neji sampai meneteskan air mata.
"Hiks Neji-nii.". Melihat Neji menangis membuat hati Hinata sakit. Ia bahkan ingin menyentuh dan memeluk sepupunya itu. Akan tetapi saat Hinata mendekat, Neji malah melangkah mundur. Hal itu membuatnya bingung ada apa dengan sepupunya itu. Makin lama tubuh Neji semakin terlihat transparan dan menghilang. Tapi sebelum menghilang, ia samar-samar mendengar Neji mengatakan sesuatu.
"Hinata-sama. Maaf ".
Hinata tersentak hingga ia terbangun dari tidurnya dengan masih dalam posisi berbaring. Sudah lima tahun lebih ia sering memimpikan Neji. Selama itu pula sepupunya itu hanya datang tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Akan tetapi kali ini berbeda. Walaupun samar, tapi ia masih bisa mendengar dengan jelas sepupunya itu mengatakan maaf padanya. Tapi, ia sama sekali tak tahu alasan kenapa sepupunya itu meminta maaf padanya. 'Kuharap itu hanya bunga tidur'.
Hinata POV
"Di mana ini? Ah, tubuhku rasanya sakit sekali". Aku terbangun dan merasa berada di tempat asing. Tempat ini sedikit gelap. Saat melihat ke arah jendela tepat di sebelah kananku, aku melihat hari sudah petang. Tanpa melihat jam aku sudah tahu sekitar pukul berapa saat ini.
"apa ini? Selang infus?". Saat aku mencoba untuk menggerakkan tanganku, aku merasakan ada sesuatu yang tertarik. Dan saat aku melihat benda apa itu, aku menemukan bahwa tangan kananku sudah terpasang infus. Seluruh tubuhku terasa nyeri. Saat aku mencoba untuk duduk, seperti ada sesuatu yang menahanku.
"Kau sudah sadar?" bisik seseorang tepat di telinga kiriku. Akupun menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya aku saat mengetahui siapa yang tidur di sampingku serta memelukku.
"U-uchi-ha-san?" Aku yakin mataku sudah membulat sempurna sekarang. Aku benar-benar terkejut melihatnya apalagi dengan posisi kami sekarang.
"Hn" Ia mulai beranjak bangun dengan posisi duduk di atas tempat tidur.
"A-apa yang terjadi? B-bagaimana aku bisa ada di sini? D-dan di mana kita sekarang?". Tanyaku berturut-turut padanya.
"Empat hari kau tak sadarkan diri. Kita berada di penginapan desa Yugakure"
"Tak sadarkan diri? Empat hari? Yugakure?". Sekali lagi aku terkejut mendengar penuturan uchiha-san. Akupun mencoba mengubah posisiku menjadi duduk. Rasanya anggota tubuhku terasa sangat kaku dan nyeri.
"Dasar bodoh". Aku melihatnya berdiri dan beranjak keluar dari ruangan.
"U-uchiha-san?" Percuma saja aku memanggilnya. Ia sudah keluar dan meninggalkanku diruangan ini.
'T-tunggu, bukankah Uchiha-san hanya memiliki satu tangan? Tapi tadi aku melihatnya memiliki dua tangan. Seingatku dia menolak menerima implant tangan dari sel Hashirama saat di konoha'. Aku mengernyit ragu. "Ah entahlah. Yang paling penting kenapa aku bisa berada di desa mengerikan ini?" Gumamku pelan. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi hingga aku bisa terbangun di tempat seperti ini. Hingga akhirnya aku mengingat kejadian saat selesai dengan misiku di Kumogakure.
'Saat itu aku melihat seorang anak kecil yang menangis. Lalu aku mencoba membantu anak itu dan mengantar anak itu pulang. Di perjalanan aku mulai curiga akan sesuatu, lalu tiba-tiba ada bau busuk yang sangat menyengat dan saat melihat keadaan sekitar dengan byakugan, aku melihat banyak sekali mayat berserakan. Setelah itu ada segerombolan orang datang menghampiri kami, dan aku melihat bahwa anak itu ternyata salah satu dari mereka. Mereka tiba-tiba menyerangku dan salah satu dari mereka menyerangku dengan teknik hyuuga hingga membuatku terluka parah. Lalu setelah itu apa?'. Aku mulai memikirkan runtutan peristiwa yang terjadi. Dan pada akhirnya sekelebat ingatan muncul di kepalaku.
Flash Back
Aku tergeletak tak berdaya setelah menerima serangan bertubi-tubi. Aku juga memuntahkan banyak darah. Tetapi aku masih bisa melihat apa yang terjadi di sekitarku. Aku dengan mataku yang tak lagi bisa mengaktifkan byakugan masih bisa melihat dengan jelas penyerang yang menggunakan jurus-jurus yang biasa digunakan oleh sepupuku, Neji. Aku sangat terkejut saat mengetahui bahwa yang menyerangku adalah pengguna byakugan sama sepertiku.
"Sepertinya dia sudah tak bisa bergerak. Apakah kita harus mencongkel matanya di sini atau kita bawa masuk ke desa Yugakure sekarang?". Tanya orang yang menyerangku dengan teknik Hyuuga kepada rekan-rekannya.
"Kita keluarkan saja matanya sekarang. Dan tinggalkan tubuhnya di sini. Kita tak membutuhkan anggota tubuhnya yang lain. Dari seranganmu itu pasti organ dalamnya sudah hancur. Jadi, organnya tak akan berguna lagi untuk kita. Cepat keluarkan matanya dengan hati-hati. Jangan sampai bola matanya rusak". Jawab rekannya. Dan yang lain siap-siap mengeluarkan mataku dengan kunai. Aku bahkan sudah siap jika harus mati.
'Naruto-kun maafkan aku'. Sebelum kunai itu menyentuh kulitku, tiba-tiba ada serangan dari arah belakang mereka.
"Kusanagi no Tsurugi: Chidorigatana" tiba-tiba orang-orang itu terpental. Saat itulah aku melihatnya.
"U-uch-iha Sa-su-ke" Ucapku terbata karena menahan rasa sakit di tubuhku.
"Hyuuga". Setelah itu aku merasa tak sanggup lagi untuk membuka mataku. Dan semuanya menjadi gelap.
Flash Back End
'Pengguna Byakugan itu sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya'.
Hinata POV End
-Kriieettt-
Hinata tersentak saat mendengar pintu ruangan terbuka. Di sana ia melihat Uchiha Sasuke diikuti seorang wanita dibelakangnya masuk ke ruangan. Wanita itu menatapnya bingung, tapi sedetik kemudian ia tersenyum kepadanya.
"Ternyata benar kau sudah sadar Megumi-san. Ah gelap sekali di sini". Wanita itu menyalakan lampu ruangan dan berjalan menghampiri Hinata.
"E-eh? Me-megumi?". Hinata mengernyit. Kenapa wanita itu memanggilnya dengan nama orang lain?
"Iya benar. Kau pasti terkejut dari mana aku tahu namamu bukan? Tentu saja dari suamimu Nakamura-san. Dia yang memberitahuku... Baiklah biar kuperiksa apakah keadaanmu sudah membaik". Wanita itu merasakan tubuh Hinata tiba-tiba menegang. "Tenang saja Megumi-san, aku adalah mantan ninja medis Kirigakure... Ya walaupun sudah lama aku pensiun dari dunia medis, tapi aku masih ingat ilmu medis yang pernah kupelajari. Dan aku adalah satu-satuya yang bisa menolongmu di sini... Tak ada rumah sakit maupun ninja medis lain di desa ini". Lanjutnya.
Tetapi bukan itu yang membuat tubuh Hinata menegang. Tapi tentang panggilan wanita itu kepadanya dan juga saat wanita itu mengatakan tentang suami bernama Nakamura-san yang ia tak ketahui.
"Nakamura-san, bukankah sudah berkali-kali kubilang padamu. Jangan tidur di atas tempat tidur dan memeluk istrimu. Lihatlah nadi yang tertancap jarum infus robek lagi. Kau pasti banyak bergerak saat tidur". Wanita itu memarahi pria yang dipanggil dengan nama Nakamura-san yang ternyata adalah Uchiha Sasuke.
"Hn". Sasuke hanya menjawab dengan konsonan ambigu dan beranjak menuju sofa di ruangan itu dan berbaring di sana.
"Ah dasar dia itu. Kenapa kau bisa sabar memiliki suami sepertinya Megumi-san?". Wanita itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia kemudian kembali memeriksa keadaan Hinata secara menyeluruh. Tetapi karena merasakan Hinata yang dari tadi diam saja membuatnya kembali bicara. "Kau bisa memanggilku Ikeda. Nama lengkapku Mizuki Ikeda. Ninja buronan dari Kirigakure. Kau tak perlu takut padaku. Aku menjadi Nukenin bukan karena aku mengkhianati desaku dan melarikan diri. Tapi karena aku ingin kebebasan. Saat aku keluar dari desa, tiba-tiba banyak selebaran yang tertempel mengatakan bahwa aku adalah nukenin dari Kirigakure. Setelah aku keluar dari desa, aku mulai berkeliling dari desa satu ke desa yang lainnya. Pada akhirnya aku sampai di desa ini. Aku bertemu dengan pria pemilik penginapan ini dan kami saling jatuh cinta dan menikah. Hingga akhirnya perang shinobi terjadi dan menghancurkan desa ini... Aku dan suamiku memilih tetap bertahan di desa ini dengan beberapa warga yang lainnya. Akan tetapi setelah perang shinobi usai, ada sekelompok orang datang ke desa ini dan mengambil alih kekuasaan desa. Setelah kedatangan mereka, banyak nukenin datang ke desa ini dan penjadi pengikut orang-orang itu... Mereka membuat peraturan yang aneh. Setiap tahun sekali kami yang berada di desa ini harus memberikan tumbal kepada dewa yang mereka puja". Lanjutnya. "Megumi-san, apakah kau seorang ninja?" Tanyanya ragu kepada Hinata.
"Ha-hai itu benar... Ada apa Ikeda-san?" Hinata sebenarnya risih dengan panggilan wanita itu kepadanya. Tetapi ia tetap harus mencoba memahami situasi yang ada.
"Maafkan aku... Tapi seluruh aliran chakramu tertutup. Aku tak bisa membukanya. Jadi kau tak mungkin bisa menggunakan chakramu... Jika dilihat dari luka-luka pada tubuhmu, pasti kau diserang oleh nukenin dari keluarga Hyuuga itu... Dia adalah kaki tangan pemimpin desa ini". Hinata terkejut mendengarnya.
"N-nukenin? Hyuuga? T-tolong jelaskan padaku Ikeda-san!".
"Oh itu sebenarn-".
"Jika sudah selesai, maka keluarlah!". Perintah Sasuke tiba-tiba. Mereka berdua tak sadar bahwa Sasuke sudah berdiri dan berada diantara mereka.
"Tapi Naka-"
"Keluar!" Usir Sasuke kepada wanita itu.
"B-baiklah. Kau istirahatlah Megumi-san. Aku akan memeriksamu lagi pagi hari nanti". Wanita hendak keluar dari ruangan, akan tetapi pergelangan tangannya ditahan oleh Hinata.
"T-tunggu. Kumohon jelaskan padaku". Hinata masih memohon kepada wanita itu untuk menjelaskan semuanya. Akan tetapi tangan Hinata ditarik oleh Sasuke.
"Cepat keluar!". Perintah sasuke lagi. Kali ini lebih tajam dan lebih dingin dari sebelumnya dan membuat wanita itu ketakutan dan langsung keluar dari ruangan serta menutup pintu ruangan itu dengan cepat.
"U-uchiha-san ada yang ingin kutanyakan pada Ikeda-san. Kenapa kau mengusirnya keluar?". Hinata menghempaskan tangan Sasuke, lalu ia mencoba berdiri untuk menyusul wanita itu. Masih banyak yang ia ingin ketahui.
"Jangan berani-beraninya kau keluar dari ruangan ini, Hyuuga!". Ancam Sasuke tajam. Akan tetapi Hinata tak peduli.
Hinata melepas jarum infus dari tangannya dan berjalan melewati Sasuke. Akan tetapi, belum sempat beberapa langkah melewati pria itu, lengannya ditarik dengan kuat.
Sasuke menarik Hinata dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang membuat Hinata meringis kesakitan. Luka-lukanya belum pulih, tapi ia sudah diperlakukan seperti itu. Tapi Hinata tak ambil pusing. Ia mencoba kembali bangkit. Tapi percuma saja, karena tiba-tiba Sasuke menindih tubuhnya dan menahan kedua tangannya di atas kepala.
"Lihat mataku Hyuuga!". Sasuke memerintah Hinata untuk melihat matanya. Tetapi Hinata tak menggubris perintah Sasuke. Ia memberontak dan mencoba keluar dari kekangan Sasuke.
"Lepaskan aku Uchiha-san. Aku memerlukan informasi dari Ikeda-san sekarang. Aku harus tahu maksud perkataannya tadi". Hinata terus memberontak di bawah Sasuke.
"Tsk". Pada akhirnya Sasuke menahan kedua tangan Hinata dengan satu tangan dan tangan yang lainnya untuk menahan dagu Hinata agar Hinata melihat matanya.
'A-apa? Sharingan?' Hinata akhirnya melihat mata Sasuke dan terkejut dengan sharingan Sasuke yang aktif. Tiba-tiba Hinata merasakan tubuhnya lemas dan ia jatuh tertidur.
"Tsk". Sasuke berdecak kesal. Ia sangat benci harus melakukan hal itu. Setelah memastikan Hinata benar-benar tertidur, Sasuke membaringkan dirinya di samping Hinata dan memejamkan matanya. "Seharusnya kutinggalkan saja dia di hutan". Gumamnya pelan. 'Tugasku akan semakin sulit'.
-TBC-
A/N : Untuk yang It Can't be, tolong baca sekali lagi ya dari chapter 17. Thanks :)
